Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin menghadiri Dialog Islam dan Khonghucu yang diselenggarakan oleh Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN) di Hariston Hotel & Suiter,Jakarta, Senin 16 Oktober 2017.
Menteri Lukman mengatakan, agama menjadi semakin memiliki tingkat urgensi dan relevansi sensitif yang tinggi dalam ikut menjaga peradaban dunia dengan kesejahteraan dan perdamaian. Sebab, agama adalah inti daripada kebajikan.
“Karena kita semua umat manusia menganut agama. Dan setiap agama bertemu pada titik yang sama yaitu bagaimana agar kesejahteraan dan perdamaian dunia ini bisa terwujud,” ujar Lukman.
Menurutnya, agama merupakan sebuah jalan bagaimana cara manusia mendekatkan diri kepada Tuhan. Agama juga menjadi sarana mencapai tujuan akhir dari pada umat manusia.
“Karena agama pada hakekatnya diciptakan oleh Tuhan untuk manusia itu sendiri maka mereka yang paling banyak dan yang paling besar dalam menebarkan kebajikan itulah yang paling berkualitas,” katanya.
Ia mengatakan, antar umat beragamamemiliki kesamaan dalam menjaga dan memelihara peradaban dunia ini karena agama mampu merajut dan menjalin keragaman. Sehingga tidak ada perbedaan antara manusia satu dengan lainnya.
Selain fungsi agama yang mampu merajut dan menjalin keragaman, agama juga bisa memiliki kesamaan cara pandang dalam mengisi serta membangun peradaban bersama.
Sebaliknya, Lukman juga mengatakan agama dapat menjadi salah satu faktor pemecah yang berakibat menimbulkan konflik jika tidak mengetahui ketidaktahuan terhadap substansi dan esensi pada setiap ajaran agama masing-masing
Selain faktor ketidaktahuan terhadap substansi dan esensi pada setiap ajaran agama masing-masing, yang menjadi faktor agama dapat menimbulkan konflik adalah fanatik.
“Terlalu fanatik, begitu fanatiknya terhadap agama yang diyakini tapi tidak diimbangi dengan pengetahuan wawasan yang cukup. Karena keterbatasan wawasan sehingga memaksa orang lain untuk sama dengannya. Dengan menggunakan cara-cara kekerasan,” tuturnya
Oleh karena itu, lanjut Lukman, kebersamaan umat Islam dan umat Khonghucu menjadi sangat penting. Sebab, tak hanya masing-masing internal umat agama saja mengalami substansi dan esensi agama itu sendiri. Tetapi antar umat agama yang berbeda pun juga bisa saling belajar terhadap substansi dan esensi terhadap agama yang berbeda.
“Jadi konflik-konflik di dunia yang sering kali membawa-bawa agama atau mengatasnamakan agama lebih disebabkan karena ketidaktahuan di antara mereka yang berkonflik. Terkait substansi atau esensi ajaran agama,” ungkapnya.
(Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email