Duta perdamaian dunia Pradana Boy Ph.D saat berdialog dengan puluhan mahasiswa di Kota Malang membahas masalah keragaman beragama (Foto: Memo X)
Satu Islam, Malang – Sebagian orang langsung sensitif ketika diajak berbicara soal agama. Karena berkaitan dengan keyakinan dan hak asasi manusia (HAM). Kurangnya komunikasi dan toleransi antar umat beragama merupakan cikal bakal konflik dimasyarakat.
Penegasan ini disampaikan oleh Duta Perdamaian Agama Dunia Pradana Boy Ph.D saat menjadi pembicara dialog publik “Membangun Dialog Antar Elemen Keberagaman” di Dialog Cafee kawasan wisata Sengkaling, Minggu15 Oktober 2017 pagi.
Menurut Pradana, perselisihan antar umat beragama bisa dicegah sejak awal. Syaratnya antar umat beragama saling memghormati, saling menghargai dan menjunjung nilai nilai toleransi.
“Saat ini karena perbedaan pendapat yang sepele orang mudah marah. Apalagi yang menyangkut keyakinan. Sesama pemeluk agama saja saling sikut. Apalagi dengan yang tidak se iman. Kemarahan selalu muncul dan cenderung anarkis dalam perselisihannya,” ucap Pradana.
Menurut dia saat ini sangat sedikit jumlah orang memahami agama secara historis. Kebanyakan orang hanya memahami agama daru sisi luarnya saja. Dampaknya kemarahan seseorang mudah tersulut. Berikutnya berkembang menjadi sentimen antar penganut agama.
“Akibat dari tidak mau dan kurang memahami sejarah berdirinya agama. Akhirnya muncul rasa saling curiga. Setelah itu muncul rasa fanatisme. Sampai berdampak pada perselisihan antar pemeluk agama,” imbuhnya.
Dijelaskan sekarang ini umat beragama di dunia memasuki fase transformasi konflik. Hal itu disebabkan karena kebanyakan setiap orang miskin terhadap kajian sejarah berdirinya sebuah agama dan perjalanannya.
Menurut dia, penting artinya untuk memahami karakter setiap orang. Terutama karakter seseorang yang berlainan agama. Ketika seseorang bisa memahami karakter maupun ajaran agama orang lain.
Pradana yakin konflik horisontal antar pemeluk agama bisa dihindari. Sebab satu sama lain saling menjaga toleransi dan saling menghormatinya. “Tidak bijak menilai seseorang yang diukur dari sisi luarnya saja. Karena ada beragam dimensi dalam kehidupan ini,” ucapnya.
Menurut dia untuk menghilangkan konflik antar pemeluk agama. Perlu dibuka mimbar dialog dan mengedepankan rasa saling menghormati antara pemeluk agama.
“Agama jangan dijadikan sumber konflik. Agama harus kita jadikan sumber perdamain. Karena dalam agama diajarkan rasa saling menghormati, mencintai dan menghargai satu sama lainnya,” ucapnya.
Nafii mahasiswa UMM yang hadir pada dialog Keragaman Beragama siang kemarin bertanya soal kalimat kebencian yang sering muncul dimedia sosial dan menyerang salah satu agama di Indonesia.
“Kita sering membaca beberapa tulisan dimedia massa yang berisi tentang provokasi dan menebar kebencian terhadap salah satu agama. Bagaimana cara umat Islam menghadapi hal itu semua. Supaya tidak terprovokasi?” tanya Nafii.
Menurut Pradana, umat Islam harus tetap tenang dan bersikap baik terhadap penyebar kebencian. Karena dulu sebelum marak paham fanatisme. Warga non muslim sering membantu Islam.
Berikutnya untuk meredam setiap persoalan yang ada sangkut pautnya dengan agama harus disekesaikan dengan cara yang arief dan bijaksana. Pradana mengajak pada umat Islam untuk belajar dan memahami isi Alquran.
“Isi Alquran menceritakan berbagai kisah kehidupan manusia didunia dan akherat Tujuannya supaya kita saat ini tidak salah melangkah dan salah dalam mengambil keputusan. Jadi ketika ada konflik yang berhubungan dengan agama. Solusinya ada di dalam Alquran,” tandas Pradana
(Mmemo-X/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email