Pesan Rahbar

Home » » Soal Pribumi Anies Dihajar Luhut Panjaitan, dan "Grand Design" Islam Radikal Pecah-Belah NKRI

Soal Pribumi Anies Dihajar Luhut Panjaitan, dan "Grand Design" Islam Radikal Pecah-Belah NKRI

Written By Unknown on Wednesday 18 October 2017 | 07:29:00


Oleh:  Ninoy N. Karundeng

Jenderal (Purn.) Luhut Pandjaitan pun bersuara keras memeringatkan Anies. Teriakan LBP bukan sembarangan. Bukan sebagai Menkopolhukam, namun sebagai Menko Kemaritiman. Ini menunjukkan lontaran pernyataan Anies bukanlah hal yang sepele. LBP memiliki track records panjang di bidang polhukam, sehinngga dia pun memberikan teguran keras kepadanya. Sesugguhnya, jika dicermati pidato rasis Anies ini bukan hal yang remeh-temeh. Ada grand design besar gerakan Islam radikal yang mendukung Anies yang bermain untuk memecah-belah bangsa Indonesia.

Dulu mungkin orang di UGM mengelukan Anies. Kini hampir semua teman Anies malu dibuatnya. Upaya UGM untuk keluar dari stigma sebagai salah satu pusat gerakan HTI, sebagaimana cap terhadap IPB, ITB, dan UI, hancur berantakan begitu pidato Anies diucapkan.

Anies sendiri bukanlah tergolong pribumi. Sejarah asal-usul manusia Indonesia tidak mengenal adanya manusia pribumi di Indonesia. Sejak punahnya manusia pithecanthropus erectus – manusia kera berjalan tegak – di Bumi Nusantara, yakni keturunan manusia kera dari Afrika, maka manusia pribumi, atau yang dianggap pribumi telah lenyap dari Bumi Nusantara.

Para manusia yang sekarang tinggal di Bumi Indonesia semuanya adalah keturunan bangsa Yunan – Tiongkok bagian selatan. Bukti peta DNA tidak terhindarkan menunjukkan garis keturunan manusia Indonesia yang mengakar ke ras Mongoloid – ras bangsa kulit kuning.

Semua itu terjadi akibat migrasi ribuan tahun lalu. Maka peta DNA hampir seluruh Asia Tenggara menghasilkan ciri-ciri fisik yang nyaris sama. Demikian pula di Indonesia. Postur dan perawakan serta warna kulit cenderung sama. Perbedaan warna kulit dari Barat ke Timur yang berdegradasi berbeda disebabkan oleh asimimilasi dengan pendatang yang terus berjalan.

Kedatangan belakangan bangsa Arab, Tamil, Bangladesh,Pakistan, Iran, Afghanistan, Afrika, dan juga gelombang kedatatang orang Tiongkok pada masa abad belakangan abad ke-7 sampai abad ke-14 telah mewarnai asimilasi bangsa di Nusantara.

Wilayah Maluku dan Papua adalah dua wilayah yang intensitas interaksi paling sedikit. Papua dan Melanesia adalah rumah bagi suku bangsa yang langsung datang dari Afrika. Percampuran dengan bangsa-bangsa di sebelah barat Papua menghasilkan masyarakat Maluku dan kepulauannya. Gradasi warna kulit dan perawakan ke arah barat, utara, dan barat laut semakin mendekati bangsa yang tinggal di Malaysia, Thailand, Myanmar, Kamboja, Laos, Filipina dan Vietnam.

Dari fakta di atas, sebenarnya semua bangsa di Indonesia saat ini tidak ada satu pun yang dianggap pribumi. Itulah sebabnya, UUD 45 menghilangkan syarat jabatan presiden sebagai warga negara asli pun dihapus karena tidak relevan. (Pada saat itu UUD 45 dibuat dan pasal itu digunakan untuk menutup celah bagi Belanda dan keturunannya untuk menjadi penguasa di negara muda Indonesia.)

Anies yang menyampaikan tentang konteks pembangunan bagi non-pribumi dan pribumi sungguh sebagai suatu pengkhianatan pluralisme di Indonesia. Dia bukan tidak paham. Dia paham benar tentang uraian di atas. Namun, sesungguhnya dia sebagai kaki tangan Islam radikal memiliki agenda besar untuk lebih jauh merebut kekuasaan secara cara mereka. Maka isu basi itu digunakan untuk meneguhkan posisinya yang tidak berubah sebagai kaki tangan gerakan FPI, HTI – sebagai gerakan Islam radikal.

Dia menyebutkan pula tentang fase atau tahap perebutan kekuasaan. Fase pertama telah dilalui, kini fase berikutnya akan bergerak dengan tentu sentimen SARA atau RAISA tetap dijadikan kendaraan. Taktik politik strategi media amat dikuasai oleh Anies dan pendukungnya.

Lontaran tentang pribumi dan non-pribumi sengaja dilemparkan. Tentang konteks kolonial pada zaman dulu yang disampaikan hanyalah akal bulus dia. Dia sudah merencanakan strategi tersebut. Kaum bigot seperti Anies ini memiliki perhitungan tersendiri. Baginya, dan kelompoknya, yang penting melontarkan pernyataan, menimbulkan polemik, lalu dimatikan sendiri. Namun, sebenarnya tujuan yang ingin mereka capai telah berhasil.

Publik dan pendukung mereka terpecah-belah. Pro-kontra menjadi santapan pemecah-belah yang memang mereka jadikan alat untuk menguasai. Yang ingin mereka kuasai adalah dukungan kalangan Bumi datar tetap memiliki pengaruh atas Anies-Sandi dan tidak ditinggalkan mereka.

Untuk itu mereka memberikan pidato yang membuat kalangan Bumi datar merasa dihargai dan posisi perjuangan Anies-Sandi tetap pada trek perjuangan Islam radikal yang memecah-belah – seperti tergambar nyata di Pilkada DKI 2017 lalu.

Sesungguhnya pidato Anies tentang pribumi dan non-pribumi adalah bentuk konsistensi dirinya sebagai kaki tangan gerakan yang membahayakan NKRI. Ini patut diperhatikan karena faktanya Anies Baswedan yang keturunan Arab Yaman – sejak lama tampak terekam bersama dengan kaum Bumi datar, FPI, HTI dan gerombolan Islam radikal lainnya FUI, GNPF-MUI. Jadi, cara dia ngeles dan mengelak hanyalah taktik untuk menutupi intensi dan niat untuk merusak NKRI. Salam bahagia ala saya.

(Facebook- Idielus-Mulia-Syofyan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: