Dulu pernah ada kelompok khawarij yang selalu berteriak dengan lantang “tidak boleh ada hukum kecuali hukum Allah”.
Menyikapi kelompok ini, sahabat Ali ra. yang saat itu menjadi kholifah Islam menolak dengan tegas dan mengatakan ” kalimat yang dipakai itu benar, hanya saja kalimat itu digunakan untuk perkara yang batil”
أَنَّ الْحَرُورِيَّةَ لَمَّا خَرَجَتْ وَهُوَ مَعَ عَلِىِّ بْنِ أَبِى طَالِبٍ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ قَالُوا : لاَ حُكْمَ إِلاَّ لِلَّهِ. فَقَالَ كَلِمَةُ حَقٍّ أُرِيدَ بِهَا بَاطِلٌ
Sesungguhnya kelompok haruriyah (nama lain dari khawarij) ketika keluar dari barisan pasukan Ali ra, mereka berkata “tidak ada hukum kecuali hukum milik Allah”, menyikapi ini sahabat Ali berkata “kalimat itu adalah hak, namun dengan kalimat itu mereka menghendaki kebatilan (H.R.Muslim).
Menyikapi hadist ini, imam an Nawawi menjelaskan sebagaimana berikut:
( قالوا لا حكم الا لله قال على كلمة حق أريد بها باطل ) معناه أن الكلمة أصلها صدق قال الله تعالى ان الحكم الا لله لكنهم أرادوا بها الانكار على علي رضي الله عنه في تحكيمه
شرح النووي على مسلم [7 /173]
Makna dari hadist ini, kalimat (لا حكم الا لله) asalnya adalah benar karna berdasarkan al qur’an, hanya saja tujuan sebenarnya khowarij terhdap kalimat ini untuk ingkar terhadap kebijakan sahabat Ali dalam masalah tahkim. (Sarah Muslim an nawawi)
Ketika saya membaca keterangan ini, rasanya kok sangat pas dengan rame-rame penolkan bendera tauhid HTI saat ini. Betul-betul pas…..
Sebagaimana kita ketahui, tujuan sebenarnya HTI adalah mendirikan khilafah di indonesia. Dan bendera tauhid merupakan atribut dalam setiap pergerakan mereka.
Dalam pandangan saya, ketika orang-orang NU, Anshor Banser, dll, menolak bendera ini, sikap mereka ini sebenarnya sama seperti sikap yang di ambil oleh sahabat Ali saat menolak khawarij.
Sahabat Ali r. tidak pernah menolak hukum Allah, beliau juga tidak menolak eksisntensi hukum Allah. Namun yang ditolak adalah tujuan di balik penggunaan kalimat itu.
Begitu juga ketika NU, Anshor,Banser,dll, menolak bendera tauhid HTI. Yang di tolak bukan kalimatnya, yang ditolak juga bukan ketauhidanya. Namun mereka menolak agenda-agenda HTI dibalik itu, yaitu ingin menggantikan system yang telah disepakati bersama, Pancasila.
Apakah sahabat Ali ketika memerangi khowarij apakah beliau menolak hukum Allah? tentu tidak. Sahabat Ali adalah salah satu sahabat terbaik rasulullah dan dijamin surga sebagai bukti keimanan.
Begitu juga ketika anshor, Banser, dll, menolak bendera Tauhid, bukan berarti mereka menolak kalimat Laa ilaha Illah. Tidak mungkin mereka menolak لا إله إلا الله , Karna mereka adalah orang islam yang beriman dan paling sering tahlilan atau berzidkir la ilaaha illallah. Namun yang di tolak adalah niatan terselubung khilafah di dalamnya, dan agenda-agenda HTI dalam mewujudkan khilafah versi mereka.
Logika sederhananya sama seperti saat kita menolak bendera dan atribut PKI palu arit.
Saat kita alergi dengan bendera PKI, bukan berarti kita alergi dengan palu arit. Saat kita butuh palu, ya kita tinggal pakai palu. Saat kita potong rumput, ya kita tinggal gunakan arit. Alergi bendera dan atribut PKI, bukan berarti menolak palu aritnya. Begitu pula ketika kita menolak bendera tauhid HTI, bukan berarti kita menolak tauhid, karna kita semua umat islam yang suka tahlilan, iman dengan laa ilaha illallah.
Orang NU itu sangat suka tahlilan (dzikiran لا إله إلا الله). Bagi kami kalimat ini tidak hanya sekedar simbol iman, namun juga memiliki hak untuk di mulyakan dan di sakralkan. Oleh sebab itu, dalam penggunaanya, peletakanya tidak boleh sembarangan.
فإن القرآن وكل اسم معظم كاسم الله أو اسم نبي له يجب احترامه وتوقيره وتعظيمه
Sesungguhnya al Qur’an dan setiap nama yang di agungkan, seperti asma Allah, atau nama Nabi, maka wajib untuk memulyakanya, menghormatinya, dan mengagungkanya. (Fatawi fiqhiyah al kubro juz 2 hal 6)
Oleh karnanya, demi menjaga kesakralan dan keagungan kalimat tersebut. Jangan sampai kalimat لا إله إلا الله dijadikan alat yang imbasnya kalimat tauhid akan hilang nilai-nilainya dan berubah menjadi alat propaganda belaka.
Dampak penggunaan salah kalimat ini bisa kita lihat sekarang ini, yaitu saat kalimat tauhid dibawa demo turun kejalan, Kalimat tauhid yang semetinya harus di mulyakan, malah di taruh di jalanan, di injak-injak, dan dipakai oleh orang non muslim. Padahal hal tersebut haram hukumnya dan malah melecehkan kalimat tauhid itu sendiri serta sangat jauh dari esensisnya.
(يحرم المشي على فراش أو خشب أي مثلا نقش عليه شيء من القرآن شيخنا زاد المغني أو من أسمائه تعالى ا هـ .
تحفة المحتاج في شرح المنهاج [2 /155]
وينبغي لا على سبيل الوجوب أن لا يقرأ القرآن ولو عن ظهر قلب إلا متطهرا لأن هذا من احترام القرآن ومن النصيحة لكتاب الله عز وجل أن لا تضعه في موضع يمتهن فيه ويكون وضعه فيه امتهانا له كمحل القاذورات وما أشبه ذلك ولهذا يجب الحذر مما يصنعه بعض الصبيان إذا انتهوا من الدروس في مدارسهم ألقوا مقرراتهم والتي من بينها الأجزاء من المصحف في الطرقات وفي الزبالة أو ما أشبه ذلك والعياذ بالله .
شرح رياض الصالحين [ص 214]
Ala kulli hal….
Bendera tauhid sebenarnya adalah kalimat yang hak, dan kita semua wajib untuk mengimani dan memulyakan.
Namun ketika kalimat tersebut digunakan untuk atribut organisasi, menjadi alat untuk mewujudkan tujuan mereka. Maka jelas ini salah, sebagaimana kata sahabat ali
كَلِمَةُ حَقٍّ أُرِيدَ بِهَا بَاطِلٌ
Kalimat hak, namun digunakan untuk tujuan batil.
Semoga bermanfaat
Ahmad Mujib Zain, Ketua PW. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
Sumber: FB : Ahmad Mujib Zain
(Suara-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email