Massa aksi dari Aliansi Pemuda Sulawesi Tengah (APST) melakukan aksi unjuk rasa di depan Markas Polda Sulteng, Selasa (4/9) malam menolak #2019GantiPresiden. Mereka berunjuk rasa agar Polda Sulteng tak mengeluarkan izin deklarasi gerakan #2019GantiPresiden yang akan dilakukan Neno Warisman cs.
Dikutip Antara, Rabu (5/9), aksi itu dilakukan APST dengan berorasi. Bahkan mereka juga turut membakar kaos dan spanduk bertuliskan #2019GantiPresiden. Pembakaran ini sebagai simbol penolakan gerakan sekaligus kedatangan Neno Warisman beserta rekannya di Bumi Tadulako.
Mereka juga membagi-bagi selebaran bertuliskan tolak gerakan #2019GantiPresiden kepada penguna jalan yang melintas.
Salah satu orator Dedy Irawan menyatakan, ada tiga alasan mengapa pihaknya menolak #2019GantiPresiden. Pertama, terkait ideologi. Gerakan itu, kata dia, bertujuan mengganti sistem negara sebagaimana yang banyak terjadi di luar negeri seperti Suriah dan Afganistan.
Kedua, alasan sosiologi, di mana pidato Neno kerap mencerminkan provokasi kepada rakyat agar tak memilih Jokowi dalam Pilpres 2019.
"Dan alasan ketiga adalah hukum. Dalam #2019Gantipresiden mengandung ujaran kebencian," ucapnya.
Perwakilan Polda Sulteng, AKP Winarto menyatakan, pihaknya tetap berlaku netral, tidak berada dalam satu kelompok manapun. Tapi bila ada kelompok memecah belah NKRI, maka pihaknya berada di garda terdepan.
Terkait dengan penolakan itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Front Pembela Islam (FPI) Sulteng, Sugianto Kaimuddin, mengajak massa aksi pro Jokowi dan pro Prabowo untuk sama-sama bersikap dewasa dalam menyambut Pilpres 2019.
"Nah kalaupun ada penolakan, silahkan saja. Namun, jangan mengganggu gerakan-gerakan yang juga konstitusional, sebab ini merupakan bagian dari penyampaian pendapat secara damai dan tertib," ujar Sugianto.
Dia mengatakan, gerakan #2019GantiPresiden sama sekali tidak bertentangan dengan konstitusi. Bahkan KPU sendiri sudah menyatakan bahwa gerakan tersebut bukan kampanye.
"Gerakan ini muncul karena dilatarbelakangi sejumlah fenomena yang timbul dari pihak pemerintah sendiri, seperti naiknya (harga) bahan bakar minyak (BBM) dengan tiba-tiba, harga kebutuhan pokok masyarakat yang melambung serta munculnya sejumlah 'statement' menteri kabinet kerja yang tidak menunjukan kualitasnya," katanya.
Sementara itu dilansir dari Detikcom, sejumlah mahasiswa di Tangerang Salatan juga melakukan aksi menolak gerakan hastag 2019GantiPresiden. Mereka nenilai gerakan itu membawa agenda makar.
"Kami menilai bahwa kegiatan tersebut termasuk dalam kegiatan makar dan dalam deklarasi tersebut diindikasi telah disusup oleh kelompok beraliran ekstrimis radikal, yang ingin membahayakan NKRI," kata koordinator aksi, Achdan Mubarol kemarin di Bundaran Alam Sutera, Serpong Utara, Tangerang Selatan.
Sebagai simbol penolakan, peserta aksi membakar poster bergambar logo hastag 2019GantiPresiden. Tiga helai poster dibakar di tengah jalan tempat mereka melakukan aksi.
Mereka menilai deklarasi gerakan itu menggiring opini masyarakat agar tak percaya pada Presiden Joko Widodo. Tujuan akhirnya yakni menjatuhkan presiden.
Dalam aksi itu, massa juga menuntut pembubaran kelompok yang mendeklarasikan hastag 2019GantiPresiden.
Pilpres 2014 Prabowo-Hatta Unggul di Kota Palu
Pasangan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden RI 2014-2019 Prabowo Subianto - Hatta Rajasa unggul di sejumlah kecamatan di Kota Palu, Sulawesi Tengah, sesuai hasil rekapitulasi penghitungan suara tingkat kecamatan di daerah itu Minggu malam.
Empat dari delapan kecamatan yang telah melakukan rekapitulasi suara, pasangan nomor urut satu tersebut unggul di Kecamatan Tatanga, Kecamatan Palu Selatan dan Kecamatan Tawaeli.
Sementara suara di Kecamatan Palu Selatan dikuasai oleh pasangan Joko Widodo-M Jusuf Kalla.
Di Kecamatan Tatanga Prabowo-Hatta meraih sebanyak 12.550 suara, sedangkan Jokowi-Jusuf Kalla meraup 9.089 suara.
Sementara di Kecamatan Palu Utara, pasangan nomor urut satu itu meraih 5.622 suara sedangkan pasangan nomor urut dua mengumpulkan sebanyak 5.099 suara.Prabowo-Hatta juga unggul di Kecamatan Tawaeli dengan raihan 5.714 suara, sementara Jokowi-Jusuf Kalla meraih 5.013 suara.
Sedangkan pasangan Jokowi-Jusuf Kalla meraih suara terbanyak di Kecamatan Palu Selatan dengan capaian 16.945 suara, sementara Prabowo-Hatta meraih 16.249 suara.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Palu Marwan P Angku yang turut mengawasi proses rekapitulasi suara mengatakan pantauan sementara pasangan Prabowo-Hatta unggul dibanding Jokowi-Jusuf Kalla.
Kota Palu sendiri merupakan basis Prabowo-Hatta mengingat kota ini dipimpin oleh petinggi Golkar yang merupakan salah satu partai pengusung Prabowo-Hatta.
Selain itu, di Kota Palu juga terdapat Gubernur Sulawesi Tengah yang merupakan Ketua Partai Gerindra provinsi ini sehingga keunggulan Prabowo-Hatta di Kota Palu dinilai wajar, kata Marwan.
KPU Kota Palu selanjutnya akan merekapitulasi suara dari seluruh kecamatan pada 16 Juli 2014.
Pemilu Presiden dan Wakil Presiden 9 Juli 2014 diikuti pasangan capres dan cawapres, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
(CNN-Indonesia/Republika/Info-Menia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email