Pesan Rahbar

Home » , , , » MENDOBRAK DINDING PEMISAH SUNNI-SYIAH

MENDOBRAK DINDING PEMISAH SUNNI-SYIAH

Written By Unknown on Wednesday, 30 July 2014 | 13:27:00

“ Mencintai keluarga Nabi tidak menjadikan kita anti-Sunni, sementara menghormati para sahabat tidak menjadikan kita anti-Syiah “ (Wake Up Project – The Arrivals).




Agama dan Politik.

 Agama dan politik sangat berdekatan, jika tak bisa dibilang tidak terpsahkan baik secara strategi, pemikiran, anggapan atau apapun. Mengapa begitu, cara berpikir sederhananya adalah kekuasaan. Perpecahan akan dimulai dan sangat kentara setelah para nabi  wafat.
 
Dosen Sosiologi Peneliti Syiah di Indonesia dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Dr. Zulkifli mengatakan sulit memberikan fatwa haram Syiah di Indonesia.

“Paham Syiah tidak bisa dibuat fatwa haram karena tidak menyentuh sisi fundamental keislaman di indonesia,” ujarnya kepada Republika, Rabu, (25/1), dalam seminar ‘Membincang Syiah di Indonesia’.
Karenanya ia meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat harus berhati-hati dalam memutuskan fatwa syiah. Karena kecenderungan paham syiah terus dipolitisasi untuk memenangkan dominasi sunni.

Jika kita mencoba menengok beberapa puluh tahun ke belakang, bumi ini masih disibukkan oleh pertentangan antar agama, sekte dalam agama, ras, suku, bangsa, dan ideologi. Semakin kita tarik garis mundur, maka semakin besar pula pertumpahan darah yang diakibatkan oleh yang namanya “Perbedaan.”
Namun kini, era milenium ditandai dengan adanya fenomena hubungan antar manusia yang hampir-hampir tidak berbatas. Sudah menjadi hal yang wajar ketika melihat rumah-rumah ibadah berdiri berdampingan. Tidak aneh pula ketika kita melihat ada orang kulit putih dan hitam berjalan bersama-sama, dan sudah biasa ketika ada orang Jawa dan Tionghoa menjadi pasangan hidup. Kemajuan teknologi dan informasi menjadi pintu gerbang bagi masing-masing individu yang berbeda untuk saling mengenal, memahami, dan mengambil hikmah dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sejarah.

Maka dari itu, amat sangat mengherankan dan sekaligus memalukan ketika masih saja ada kelompok yang membawa kebencian zaman purba ke masa kini. Dan hal itu terjadi pada sebagian umat Islam yang masih mempersoalkan perbedaan pandangan antara Sunni dan Syiah!

Saya ingatkan pada anda semua : perpecahan antara Sunni dan Syiah adalah karena faktor POLITIS,! Maka jika ada yang menganggap perbedaan Sunni dan Syiah itu seperti halnya Katolik dan Protestan dalam Kekristenan, maka itu menunjukkan bahwa mereka tidak paham sejarah!

Mari sejenak kita kembali ke abad ke-VI tepatnya pada tahun 632 M. Tatkala Nabi Muhammad SAW berada di saat-saat terakhir dalam pembaringannya, beliau terus bergumam, “ Ummati .. ummati .. (artinya : umatku .. umatku)”.

Rasulullah sangat bersedih, karena beliau mendengar kasak-kusuk di belakang bahwa umatnya mulai terpecah dalam menyikapi siapa yang berhak menggantikan beliau untuk memimpin umat Islam. Maka benar saja, ketika Rasulullah wafat, terjadi perbedaan pendapat di kalangan umat. Sebagian beranggapan bahwa anggota keluarga Nabi yang berhak memimpin umat, dalam hal ini Ali bin Abi Thalib. Sementara yang lain menganggap Ali masih terlalu muda, sehingga diajukanlah nama Abu Bakar.

Setelah melakukan pemalsuan begitu banyak hadis dengan bantuan Abu Hurairah, Samurah bin Jundub dll maka Mu’awiyah membuat doktrin PAHAM JAMAAH dan doktrin SEMUA SAHABAT ADiL untuk memelihara kekuasaan yang diperoleh dengan cara biadab…

Ketika Mu’awiyah menunjuk anaknya, Yazid, sebagai penggantinya, situasi politik internal umat Islam kembali memanas. Mu’awiyah dituding telah melanggar perjanjian dengan Hasan bin Ali, yang merupakan putra Ali bin Abi Thalib dan cucu Nabi Muhammad. Pada saat itu, Husain bin Ali, adik dari Hasan bin Ali memutuskan untuk tidak ikut berbai’at kepada Yazid, yang dikenal sebagai orang yang kejam dan gemar bermewah-mewahan.

Yazid sangat marah dan mengirim ribuan pasukan untuk mengejar Husain bin Ali dan para pengikutnya yang telah dicap sebagai pemberontak. Di padang Karbala, pasukan Husain bin Ali yang hanya menurut catatan sejarah hanya berjumlah 72 orang, harus berhadapan dengan pasukan Yazid yang berjumlah 10.000. orang. Pasukan Husain bin Ali ditumpas habis, dan Husain, cucu Rasulullah, hidupnya berakhir dengan tragis ketika lehernya dipenggal. Peristiwa memilukan ini diperingati pada hari Asyura setiap tahunnya oleh kaum Syiah.
Sampai di sini sudah jelaskah bagi anda semua, bahwa perpecahan di antara umat Islam ini adalah murni politis.

Penamaan Sunni dan Syiah sendiri terjadi akibat perbedaan pendapat terkait pesan terakhir Nabi Muhammad SAW sebelum beliau wafat. Ada beberapa versi dari kesaksian para sahabat tentang ucapan Rasulullah sebelum wafat :
1. “ Aku tinggalkan dua perkara yang jika kalian berpegang kepadanya maka kalian tidak akan tersesat selamanya : Kitabullah (Al Qur’an) dan Sunnah-ku. “ (HR Malik – Al Muwatta 46/3).
Inilah hadits yang menjadi pegangan kaum Sunni yang artinya : “Pemegang Sunnah Nabi.”
2. “ Aku tinggalkan dua perkara yang jika kalian berpegang kepadanya maka kalian tidak akan tersesat selamanya : Kitabullah (Al Qur’an) dan Keluargaku. “ (HR Muslim 44/4 No. 2408, Darimi 23/1 No. 3319, dan Ibn Hanbal 4/366).

Inilah hadits yang menjadi pegangan kaum Syiah yang artinya : ”Para pengikut setia (merujuk kepada Ali dan keluarga Nabi).


Perpecahan dua kelompok ini terjadi setelah beliau wafat.
Perpecahan dan sikap saling memecah belah umat adalah hal yang sangat dimurkai Allah! Al Qur’an telah memperingatkan :
“ Dengan kembali bertobat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah salat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, yaitu orang-orang yang MEMECAH BELAH agama mereka dan mereka menjadi BEBERAPA GOLONGAN. Tiap-tiap golongan merasa BANGGA dengan apa yang ada pada golongan mereka.” (QS Ar-Ruum [30] : 31-32).

“ Dan mereka TERPECAH BELAH melainkan SESUDAH datangnya pengetahuan (Qur’an) kepada mereka karena KEDENGKIAN antara mereka. Kalau tidaklah karena sesuatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulunya (untuk menangguhkan azab) sampai kepada waktu yang ditentukan, pastilah mereka telah dibinasakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang diwariskan kepada mereka Kitab sesudah mereka, benar-benar berada dalam KERAGUAN yang menggoncangkan tentang kitab itu. “ (QS Asy-Syura [42] : 14).

Islam yang dibawa Muhammad SAW pecah belah karena pemalsuan hadis mega dahsyat dan pemalsuan sirah secara besar besaran yang dimulai pada masa MU’awiyah bin Abu Sofyan.




Dialog santai ini adalah FIKTIF,  Sekedar untuk menggambarkan perbedaan Suni – Syiah, dengan santai …
Biar nggak usah, pusing-pusing…
Tidak dimaksudkan untuk detil2 amat… 
Dialog santai antara Ahmad (A), seorang Suni dan Al-Baqir (B), seorang Syiah, di kantin.
 



  • A: Eh, Al-Baqir kamu kok Syiah, sih? Syiah kan sesat… Mbok ikut Suni saja yang lurus.
  • B: Lho, justru menurut saya kamulah yang sesat, ikuti Syiah saja… ini jalan yang lurus.

DASAR KEBENARAN.
  • A: Iya, yah… Nggak mungkin kamu ikut Syiah kalau kamu pikir tidak benar, kalau gitu kita dialog santai saja. Apa dasarnya Syiah itu benar? Kalau Suni kan jelas, “umat Islam akan pecah jadi 73, yang benar adalah Ahlu Sunah”.
  • B: Oh, pasti ada dong, hadis Nabi “Ahlul Bait adalah laksana bahtera Nuh, siapa yang masuk ke dalamnya dia akan selamat”
QURAN BEDA?
  • A: Oh, gitu yah? Hadis ini kok jarang saya dengar… Terus ini yang penting, kalau kamu Islam kok pakai Quran yang lain dengan kami?
  • B: Tidak, itu fitnah! Quran kami sama dengan kamu. Kalau memang beda, gampang kok membuktikannya. Datang ke rumah saya, apa Qurannya beda? Cari buku tafsir orang Syiah, apa ayat2nya beda? Sekarang kan zaman informasi, kalau beda gampang buktikannya, misalnya kunjungi website Syiah, ada banyak sekali, apa ada ayat Qurannya beda?
  • A: Tapi katanya ada ulama Syiah yang bilang Quran sekarang tidak asli?
  • B: Iya memang ada, tapi itu bukan pendapat yang sahih. Lagian yang ngomong gitu, juga nggak mbuktikan Quran yang asli itu kayak apa? Tidak usah dianggap… Kalau memang beda, tentu Iran akan mencetak Quran versi Syiah sendiri ke seluruh dunia, kan Iran negara Islam Syiah?
TAQIYAH.
  • A: Ah, jangan-jangan kamu ngomong gitu untuk taqiyah… Orang Syiah nggak bisa dipercaya, karena suka taqiyah, sih…
  • B: Jangan begitu, orang Syiah itu juga punya akhlaq. Kalau misalnya ajaran agamanya mengajarkan untuk bohong ya agama itu nggak aku ikutin. Pastilah semua agama juga menjunjung tinggi kejujuran… Taqiyah itu artinya menyembunyikan keimanan, karena alasan yang benar, misalnya ancaman jiwa. Seperti istri Fir’aun, dia menyembunyikan keimanan dihadapan Firaun, meski kemudian ketahuan.
  • A: Tapi seharusnya dalam kondisi apa pun, kita harus menunjukan kebenaran…
  • B: Untuk alasan yang keselamatan misalnya, kita boleh pura2, seperti dilakukan oleh Amar bin Yasir ra. Inilah yang disebut taqiyah. Kalau kondisi aman, beribadah bebas, semua orang boleh bicara tanpa intimidasi, apa gunanya taqiyah.
  • A: Masuk akal, tapi kayaknya saya nggak sreg, jadi orang Islam kan harus berani…
  • B: Iya, tapi kalau akibatnya umat Islam menjadi lemah, bagaimana?
RUKUN IMAN & ISLAM.
  • A:Ohya, apa Syiah punya rukun Iman & Islam sendiri?
  • B: Iya, kami menamakan agak berbeda, yaitu Usuludin dan Furu’udin. Usuludin ada 5, yaitu: Tauhid, Adalah (Keadilan Allah), Nubuwah (Kenabian), Imamah dan Qiyamah. Berbeda sedikit dengan rukun Iman versi Suni, yaitu pada Imamah. Kalau yang lain relatif sama, hanya istilahnya beda.
  • A: Kalau Suni menggunakan khilafah, tapi itu tidak masuk kedalam rukun Iman… Terus iman kepada Kitab, Malaikat, dan Taqdir kok nggak masuk?
  • B: Oh, tentu kami percaya dengan Kitab, dan Malaikat tetapi itu bagian dari keyakinan dari Tauhid dan Nubuwah. Sedang Taqdir, kami menekankan kepada Adalah, keadilan Allah dalam taqdir…
  • A: Terus Furu udin, apa itu?
  • B: Ya hampir sama dengan Rukun Islam, tapi kami lebih banyak karena ada tambahan lain, yaitu khums, jihad, amar ma’ruf nahi munkar.
  • A: Oh, begitu… Cuma khums kok nggak dikenal ya dalam Suni?
  • B: Memang agak berbeda, khums kalau Suni masuk dalam zakat. Yaitu zakat barang tambang, rampasan perang, itu 1/5 (khums), . Tapi di Syiah, tidak hanya barang tambang, tetapi setiap keuntungan, termasuk kelebihan pendapatan selama setahun (seperti zakat profesi), dikenai 1/5
  • A: Wah banyak juga, yah… Kalau Suni hanya 2.5% saja….
MADZHAB FIKH.
  • A: Terus cara shalat, puasa apa sama?
  • B: Secara umum samalah, seperti subuh 2 rakaat, maghrib 3 rakaat, dll… Gerakannya juga sama dari takbir hingga salam… Namun ada beda pada detil, misalnya waktu berdiri tangan tidak sedekap, tapi lurus. Kita mengikuti fikh madzhab Ja’fari…
  • A: Apaan tuh fikh ja’fari, kok tidak ikut madzhab 4 saja?
  • B: Yah, kalau kaum Suni punya 4 madzhab Hanafi, Syafii, Maliki dan Hambali… Kami punya madzhab Ja’fari. Madzhab ini mengikuti pendapat Ja’far Shadiq salah satu Imam Syiah.
  • A: Ja’far Shadiq? Kok kaya nama salah satu wali songo ya?
  • B: Oh, benar… Banyak keturunan Nabi SAW memiliki nama Ja’far Shadiq, di antaranya adalah wali songo penyebar Islam di tanah Jawa, beliau juga keturunan Nabi SAW.
  • A: Tapi Ja’far Shadiq hidup pada zaman siapa?
  • B: Beliau hidup hampir bersamaan dengan Imam Abu Hanifah, dan Imam Malik. Malah konon Imam Abu Hanifah dan Imam Malik pernah berguru kepada Ja’far Sadiq. Sehingga terkenal kata2 Imam Abu Hanifah, “Kalau tidak karena 2 tahun (bersama Imam Ja’far), maka celekalah Nu’man (nama Abu Hanifah)”…
  • A: Oh, gitu? Ternyata saling berguru ya? Seperti juga Imam kaum Suni, Imam Syafi’i pernah berguru kepada Imam Malik, dan Imam Ahmad pernah berguru kepada Imam Syafii… Ternyata ke-5 Imam madzhab saling berdamai, ya? kenapa umatnya saling bertikai?
  • B: Entahlah… Orang sekarang makin sulit toleransi, beda pendapat sedikit saja, dibilang “Aqidah kita berbeda, engkau bukan saudaraku”
  • A: Iya, kayaknya lebih mudah menyatukan anak kecil bertengkar, ya? Padahal shalatnya menghadap kiblat yang sama, membaca Quran yang sama, naik haji juga ke tempat yang sama..
  • B: Tapi syukurlah, sudah mulai banyak yang menginginkan persatuan kayak Ikhwanul Muslimin… Dari Syiah, kemarin presiden Iran dateng ke Indonesia untuk silaturahmi… Saya bersyukur, kamu masih mau silaturahmi sama saya… meski tahu saya Syiah.
  • A: Oh, bagaimana pun, kamu Saudara saya dalam Islam…
AHLUL BAIT NABI SAW.
  • B: Boleh tanya, kami kaum Syiah sering menyebut sebagai madzhab Ahlul Bait, sebenarnya kamu tahu nggak Ahlul Bait…
  • A: Memang agak jarang kami membahas Ahlul bait dalam kajian-kajian Suni… Tapi setahu saya, ahlul bait maknanya banyak… Ada yang mengartikan keturunan Ali, ada yang mengartikan ya seluruh umat Islam ini Ahlul bait Nabi… Kalau menurut Syiah bagaimana? Apa sih pentingnya ahlul bait?
  • B: Bagi kami, konsep ahlul bait justru merupakan pilar dari ajaran Syiah. Sebagaimana hadis nabi, “Sesungguhnya aku tinggalkan padamu dua perkara yang amat berharga (tsaqalain), yang pertama adalah Kitab Allah, dan yang kedua adalah Ahlu baitku”. Hadis ini sahih, lho… Soalnya diriwayatkan diantaranya oleh Muslim.
  • A: Lho, bukannya dua perkara itu Al-Quran dan Sunahku? Itu setahu saya…
  • B: Ya, memang ada… tetapi kami lebih memilih hadis dengan ahlul bait ini… Bagi kami ahlul bait nabi bukan sekedar keluarga Nabi, tetapi adalah yang kami jadikan anutan, dan kami cintai. Kami ingin menjadi kelompoknya…
  • A: Wah, bukannya itu kultus individu, Nabi SAW kan tidak suka dikultusindividukan…
  • B: Bukan kultus individu, tetapi memang itu perintah Allah dan Rasul.. seperti hadis tadi itu…
  • A: Apa ada perintah Allah untuk mencintai ahlul bait Nabi? setahu saya tidak ada…
  • B: Ada, misalnya di surah Asy-syura: 23, “Katakanlah : Aku tidak meminta dari kalian sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang terhadap keluarga (al-qurba) “. Kami menafsirkan Al-Qurba adalah Ahlul bait Nabi… Menurut Syiah, Ahlul bait itu adalah ahlul kisa, yaitu Fatimah, Ali, Hasan dan Husain… dan keturunan mereka…
  • A: Kalau menurut kami keluarga, ya keluarga dalam arti umum. Okelah, memang kita disuruh mencintai ahlul bait Nabi SAW, karena hadisnya cukup banyak… Tapi, kok bisa2nya Syiah berpendapat Ahlul bait itu suci, tidak punya dosa, seperti nabi saja… Ini kan tidak masuk akal?
  • B: Menurut saya tidak mustahil kok orang biasa dosanya sedikit, sepanjang dia selalu menjaga diri.. Nah, menurut kami Ahlul Bait Nabi itu selain menjaga diri, juga memang dijaga oleh Allah SWT dari segala noda..
  • A: Apa dasarnya?
  • B: Ada, surat Al-Ahzab ayat 33, “Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. Ini artinya Ahlul bair dijaga Allah…
  • A: Ah, kami nggak menafsirkan seperti itu…
  • B: Ya, nggak apa-apa… Kita lanjutkan lain kali saja deh…
AHLUL BAIT (2)
  • A: Ohya, lanjutkan ya ngobrol kemarin masalah ahlul bait… Apa benar orang Syiah menyembah Ali dan keturunannya atau ahlul Bait?
  • B: Ah, ya nggak dong… Ajaran kita kan sama TAUHID, artinya mengesakan Allah, hanya menyembah Allah, kalau membuat sekutu kan syirk.
  • A: Terus kenapa kamu sering dikatakan menyembah Ahlul bait?
  • B: Nggak tahu, ya? Barangkali karena kami memang mencintai dan membela ahlul Bait Nabi SAW… Tapi itu kan perintah Allah dan Rasul. Jadi menurut kami, kecintaan kepada Ahlul Bait adalah karena kecintaan kepada Rasul, kecintaan kepada Rasul adalah karena cinta kepada Allah..
  • A: Sebenarnya, kami kaum Suni juga mencintai Ahlul Bait Nabi, bukankah kita dianjurkan untuk banyak-banyak shalawat dan bunyi salawat salah satunya ” wa aali Muhammad”…
  • B: Benar, sebenarnya kita juga sama2 mencintai ahlul bait Nabi SAW sebagaimana salawat tadi…
  • A: Saya pengin tahu lebih lanjut mengenai kecintaan kepada Ahlul Bait… Bagaimana riwayat mereka kenapa orang syiah seneng sekali memperingati Hari Asy-Syura…
  • B: Kalau kita baca sejarah ahlul Bait Nabi memang penuh dengan pelajaran. Al-Hasan, cucu Nabi SAW, mementingkan perdamaian dengan Muawiyah, demi persatuan kaum Muslimin. Al-Husein, juga cucu kesangan Nabi SAW, bersama dengan sekitar 70an orang dibantai oleh orang-orang Islam juga di Karbala… Ini yang menyedihkan…Inilah mengapa orang-orang Syiah selalu mengenang kejadian ini… Sebagai bukti kesetiaan kami terhadap Ahlul Bait, sebagaimana perintah Rasul untuk mencintai dan membela mereka…
  • A: Saya juga tahu sejarah mereka, hanya kami tidak memperingati sampai gitu-gitu amat?
  • B: Ya, itu terserah keyakinanmu, tetapi bagi kami memperingati kejadian bersejarah adalah salah satu bukti kecintaan kami kepada mereka… Bukankah, hal biasa misalnya kamu memperingati hari kelahiran, pernikahan atau kematian saudaramu? Apalagi dengan panutanmu…
  • A: Iya, lah… Memang jujur saja… Saya tidak begitu mengenal tokoh-tokoh Ahlul bait… Siapa saja selain Hasan dan Husein… Kalau ini sudah kami kenal…
  • B: Terutama mereka adalah Ali Zainal Abidin, Muhammad Al-Baqir, Ja’far Ash-shadiq… ini yang menjadi pendiri fikh ja’fari, terus Musa Al-Kaziem, Ali Ar-Rida, Muhamad al-Jawad, Ali Al-Hadi, Hasan al-askari, dan Muhamad Al-Mahdi…
  • A: Terima kasih, menambah daftar orang shaleh yang biasa dikenal di kalangan ahlu Sunah, seperti Imam Hanafi, Imam Ahmad, Syafi’i, Al-Ghazali, Ibn Taymiah, Ibn Hazm, Imam Asy’ari… saya juga mengenal Ash-Shadiq, Zainal Abidin, Al-Kazim….
  • B: Saya sangat bersyukur kalau mau mengenal tokoh-tokoh ahlul bait, karena mereka termasuk pelita umat… selain ulama2 yang biasa kamu kenal…
  • A: Iya deh, tapi tidak untuk disembah…
  • B: heh, siapa yang nyembah?
  • A: Bercanda… Allahumma shali ala Muhammad wa aali Muhammad
  • B: Allahumma shali ala Muhammad wa aali Muhammad…
AHLUL BAIT (3)
  • A: Masih penasaran nih dengan Ahlul Bait… Kalau jelas bahwa mencintai Ahlul bait adalah kewajiban umat Islam, mengapa kok kurang populer di kalangan Ahlu Sunah? Sehingga kita harus shalawat kepadanya, kan?
  • B: Tidak tahu, ya? Tapi dalam hadis Muslim, Rasulullah mengingatkan 3 kali, “Aku ingatkan kalian akan Ahlul Baitku”… Mungkin karena sejarah. Orang yang menjadi Syiah, adalah merupakan nista, “aib”, dianggap kelompok pemberontak… Nah, salah satu ciri orang Syiah adalah kecintaan terhadap Ahlul Bait.
  • A: Tapi setahu saya, kalangan nahdliyin juga sangat menghormati kalangan Ahlul Bait Nabi… Kalau ada habaib, keturunan Nabi SAW, mereka sering minta doa kepada mereka… Sehingga Gus Dur pernah bilang NU itu Syiah kultural…
  • B: Ya, kalangan NU mengenal Ahlul Bait Nabi, sehingga banyak disebut dalam shalawat-salawat mereka… Juga mereka banyak mengamalkan zikir-zikir karya para habaib, seperti Ratib Al-Hadad, Simtud-Durar, dll.
  • A: Ohya, saya pernah baca buku kalau nggak salah “Rumah Suci Keluarga Nabi”, berisi sejarah dan ajaran penghulu Ahlul Bait itu karya orang Suni madzhab Syafi’i…
  • B: Betul, ada juga buku-buku Abdullah bin Nuh yang banyak menceritakan kisah-kisah Ahlul Bait Nabi…
  • A: Ohya, saya tahu juga kalau di kalangan tasauf, tokoh-tokoh seperti Imam Ja’far, Ali Zainal Abidin, Muhamad Al-Baqir, dll banyak dikenal. Apa memang mereka pengikut tasauf?
  • B: Mereka memang rujukan ajaran Islam, termasuk tasauf, kami menyebutnya Irfan. Ajaran rohani mereka memang menonjol… sehingga kebanyakan kalangan tasauf bersanad dengan mereka…
  • A: Baiklah, saya akan coba mempelajari sejarah dan ajaran mereka, seperti siapa sih Zainal Abidin, Muhamad Al-Baqir, di samping mempelajari ulama-ulama kami Imam Syafi’i, Al-Ghazali, Ibnul Qayim… Ohya, ngomong-ngomong nama kalangan ahlul bait kok kayaknya khas ada nama dan gelar?
  • B: Ya, itu kebiasaan kami, seperti Muhammad “Al-Mustafa”, Fatimah “Az-Zahra”, Ali “Zainal Abidin” atau “As-Sajad”, Muhammad “Al-Baqir”…
MAM MAHDI
  • A: Lama gak ketemu nih Baqir.. kangen juga, kepingin ngobrol lagi nih…
  • B: Iya, saya juga, alhamdulillah bisa bertemu…
  • A: Saya nanya lagi nih… Syiah ini pahamnya aneh, masa percaya kepada Imam Mahdi yang katanya sedang Ghaib, dan nanti akan turun…
  • B: Wah, kamu kurang teliti… Sebenarnya kepercayaan akan Imam Mahdi juga kepercayaan Ahlu Sunah juga… Banyak buku ulama Suni tentang Imam Mahdi, misalnya di buku Aqidah Islam karya Sayid Sabiq, bahkan Al-Bani juga menjelaskan di salah satu bukunya…
  • A: Ya, setahu saya Imam Mahdi juga diyakini oleh kalangan Suni, cuma tidak populer… Dan kita hanya menunggu saja…Kalau di Syiah apa populer?
  • B: Bukan hanya populer, tetapi bahkan kalangan Syiah percaya Imam bagi kaum Syiah sekarang adalah Imam Mahdi. Di Iran, misalnya, dalam konstitusinya yang dianggap Imam Negara yang sesungguhnya adalah Imam Mahdi… Sedang Imam Khamaeni hanya mewakili, menunggu Imam Mahdi muncul.
  • A: Apa Imam Mahdi yang dimaksud Syiah dan Suni itu sama?
  • B: Banyak persamaannya, misalnya Imam Mahdi bernama Muhammad, dari kalangan Ahlul bait, akan muncul di akhir zaman, ketika Al-Masih Ad-Dajjal muncul… kemudian Nabi Isa AS juga turun… Imam Mahdi dipercaya baik Suni maupun Syiah akan memimpin dunia dengan sangat adil dan sejahtera di akhir zaman…dan lain-lain. Tetapi memang ada bedanya.
  • A: Apa saja bedanya?
  • B: Ada, misalnya kalangan Suni menganggap Al-Mahdi belum lahir, sedang Syiah sudah… yaitu putra Imam ke-11  (Hasan Al-Asykari), tetapi sekarang sedang dalam ghaib kubra, berada di tempat yang hanya Allah yang tahu… Sebagaimana Nabi Isa AS, yang diangkat Allah ke tempat yang hanya Dia yang tahu…
  • A: Apalagi bedanya?
  • B: Menurut Syiah, Imam Mahdi bernama Muhamad bin Hasan, sedang kebanyakan Suni berpendapat bernama Muhammad bin Abdullah… Perbedaan lain, ya, seperti tadi bagi kaum Syiah, Imam Mahdi dinanti-nanti dan diakui sebagai the real Imam di masa kini… Sedang bagi kaum Suni, tidak begitu, bahkan ada yang tidak meyakini adanya Al-Mahdi… Namun bagi banyak ulama Suni, riwayat Al-Mahdi bahkan merupakan riwayat yang mutawatir…
  • A: Ok, lah… kalau begitu kita berpegang kepada kesamaan saja, bahwa kita sama-sama mempercaya kehadiran Al-Mahdi…
SAHABAT RASUL
  • A: Ini lho kawan, salah satu masalah yang sering mengganjal hubungan dengan temen2 Syiah… Yaitu mereka suka sekali mencela sahabat. Padahal, meski mereka bukan orang yang bebas dari kesalahan, bagi kami para sahabat adalah anutan umat… Dari merekalah kita memahami Islam. Bagaimana sih pandangan Syiah terhadap Sahabat Nabi RA?
  • B: Jujur saja, saya juga menyesalkan kenapa banyak orang syiah yang kerjaanya mencela sahabat Nabi. Tapi, memang kami menilai sahabat agak beda dengan kaum Suni…
  • A: Bedanya bagaimana?
  • B: Kaum Suni menganggap semua sahabat adalah adil, di antaranya begitu kaidah dalam ilmu hadis, sehingga semua ucapan dan tindakannya bisa menjadi rujukan… Sedang bagi kaum Syiah, terlepas bahwa mereka adalah salah satu generasi terbaik Islam, kami menganggap sahabat itu bermacam-macam. Salah satu kaidahnya adalah bagaimana kecintaan dan kesetiaan mereka terhadap Ahlul Bait Nabi, yaitu Fatimah, ALi, Hasan, Husein dan keturunannya…
  • A: Bukankah semua sahabat telah mendapat rida dari Allah SWT dan panutan umat, sebagaimana hadis, “Sahabatku seperti bintang…” dalam arti bisa menjadi petunjuk?
  • B: Sayangnya, kaum Syiah memang memaknai berbeda… Di antara sahabat ada yang sangat saleh, tetapi ada juga yang tidak saleh. Indikasinya adalah di antara mereka ada yang mengkutuk dan membenci Ahlul Bait… Nah, yang shaleh itulah yang kami jadikan Rujukan…
  • A: Yah, kalau kita agak teliti membaca sejarah pada masa sahabat, tidaklah semua berisi keindahan… Pada masa mereka pertentangan bahkan peperangan antar sesama muslim terjadi… Namun, bagi kami kaum Suni menganggap itu adalah ijtihad mereka, mereka bisa benar bisa salah. Sikap kami adalah tidak banyak membicarakan masalah ini, tetapi mengambil yang baik-baik… Mengapa Syiah tidak demikian?
  • B: Memang sulit, karena ini memang berkaitan dengan sebab asal munculnya Syiah Ali… Sulit menjelaskan sebab adanya Syiah Ali tanpa mempelajari sejarah di sekitar pertentangan antar sahabat, hingga munculnya perang jamal, perang Siffin, dan apalagi tragedi Karbala…
  • A: Ok, lah … Yang sudah terjadi biarlah berlalu, masing-masing mengambil pelajaran dari sudut pandang masing-masing… Mereka adalah salah satu generasi terbaik  umat Islam, yang di samping ada kelemahannya, tetapu lewat tangan merekalah terutama umat Islam bisa berkembang ke seluruh dunia. Bahkan pada masa Umar RA perkembangan Islam sangat pesat dalam waktu singkat… Jadi, kalau memang tidak ada hal yang urgen ngapain bicara kelemahan mereka…
  • B: Saya setuju… Mestinya pertentangan mereka bisa menjadi pelajaran bagi kita agar mengambil yang baik, sekaligus menghindari yang kurang baik… Seperti kata Imam Ja’far Sidiq dalam Lentera Ilahi, tentang Sahabat, saya lupa isinya, tetapi kurang lebih agar kita mengenang kebaikan dan keutamaan mereka….
  • A: Nah, gitu dong… baru bagus! Tapi apa orang Syiah mau begitu?
  • B: Insya Allah mau… Untuk kebaikan bersama…
  • A: Amien…
TRAGEDI KARBALA
  • A: Oh, ya sebentar lagi hari Asy-Syuro, bagi kaum Suni merupakan salah satu hari besar yang disunahkan untuk berpuasa… Bagaimana kaum Syiah malah memperingati tragedi Karbala?
  • B: Ya, ini adalah perbedaan lain antara Suni-Syiah… Kaum Suni memperingati sebagai hari baik, sedang kami memperingati tragedi Karbala dengan kesedihan. Mungkin kita mulai dengan membaca komentar Haidar Nashir, seorang tokoh Muhammadiyah di Republika
.
Kutip
Kita dapat belajar pada kegetiran sejarah di Karbala, sebuah daerah di Irak bagian Tengah yang berjarak sekitar 90 km dari Baghdad atau 40 km dari Kufah. Bagaimana Husain putra Ali bin Abi Thalib harus mengakhiri hidupnya secara tragis dan menyedihkan sebelum sampai ke Kufah yang menjadi tujuannya. Perselisihan politik yang keras dengan baju agama yang dikobarkan rezim khalifah Yazid Mu’awiyah telah menelan korban cucu terkasih Nabi itu bersama sanak keluarga dan pengikut setianya secara memilukan
.
Dalam catatan sejarah yang muktabar, Ubaidillah sang Gubernur Iraq wakil Dinasti Umayyah di negeri Seribu Satu Malam itu harus mengarak penggalan kepala Husain dan korban lainnya di kota Basrah dan Kufah untuk kemudian dibawa ke Damaskus untuk diserahkan ke Yazid sebagai bukti. Sebuah tragedi getir yang dilakukan Muslim terhadap Muslim lainnya secara tak kenal perikemanusiaan.
ini menjadi pelajaran pentingnya bersatu, menghindari perpecahan,mementingkan ukhuwah.
  • A: Terus bagaimana Tragedi Karbala bagi kaum Syiah? Mengapa mereka sampai ada yang menyiksa diri? Itukan tindakan yang sesuai dengan ajaran Islam??
  • B: Tindakan menyiksa diri seperti sebagian kalangan Syiah, sebenarnya diharamkan oleh ulama Syiah. Yang dibolehkan adalah memukul dada tapi tidak perlu keras-keras, sekedar ungkapan kesedihan… Imam Husein adalah salah satu panutan umat Islam, diperlakukan seperti itu… Maka kami memperingatinya sebagai ungkapan kecintaan kami kepada Imam Husein, dan kesetiaan kami kepada Imam Husein.
  • A: Kalau saya perhatikan dalam sejarah, konflik yang paling sering di antara kaum muslim adalah karena masalah politik. Menurutnya bagaimana?
  • B: Benar, politik memang kadang ruwet… Saudara bisa menjadi musuh karena perbedaan politik. Dalam konteks juga politik, kita bisa menganalisa konflik dan persaingan antara kaum Suni dan Syiah.
  • A: Bagus juga kalau masalah kontemporer ini kita bahas juga.
  • B: Ya, tapi mungkin lain kali, ya.. Saya lagi ingin membaca buku mengenai Tragedi Karbala.
  • A: Baiklah, saya juga akan baca namun dari kacamata Suni, seperti tulisan Abul A’la Maududi…
  • B: Ok, sampai ketemu lagi…
Pertentangan Politik dalam Islam
  • A: Saya telah membaca sebagian kisah tragedi Karbala baik dari sumber Syiah maupun Suni. Saya sungguh sedih sekali, bagaimana cucu kesayangan Rasul SAW beserta handai taulannya dibantai begitu sadis. Tidak mungkin dalam hal ini saya membela atau memaklumi Yazid, seorang penguasa yang zalim dan fasik.
  • B: Yah, itulah politik… Kalau kita pelajari sejarah, hampir semua pertengkaran penuh dengan nuansa politik, termasuk dalam sejarah Islam, seperti kasus Karbala tadi. Dan politik itu, sesuai sifatnya rumit dan penuh dengan siasat, dan tipu daya…
  • A: Penuh tipu daya bagaimana, bukankah ada politik yang baik…
  • B: Mungkin ada, tapi sayangnya kebanyakan buram. Penuh intrik dan kekerasan, di mana-mana sama… coba lihat sejarah politik bangsa Indonesia.
  • A: Lho kalau begitu apa orang Islam itu tidak usah berurusan dengan politik, karena politik itu buram? Itu kan pandangan sekuler?
  • B: Bukan begitu, tetapi kita harus hati-hati penuh cek dan ricek, serta tidak emosional, berpikiran sempit, dan mudah percaya begitu saja… Dan ini yang penting, lebih mengutamakan dialog dan kerja sama dalam berpikir dan bertindak… Sebagai contoh kasus Irak, sungguh sangat memilukan…
  • A: Bagaimana kamu memahami kasus Irak? Saya lihat kaum Suni dibantai Syiah…
  • B: Ya, dan kaum Suni juga melakukan hal sama dengan membakar Masjid-masjid, Ulama-ulama Syiah… dalam kasus terakhir, ratusan muslim Syiah tewas dalam peringatan Asy-Syura…
  • A: Menurut kamu bagaimana sih, peta politik di Irak itu?
  • B: Seperti saya katakan, rumit, buram… Ada banyak sekali kelompok, dan masing-masing bertindak berdasar interes masing-masing.
  • A: Misalnya?
  • B: Pertama, pihak paling berkepentingan adalah USA & UK dan sekutunya. Mereka telah keluar uang dan nyawa banyak orang, tentu mereka ingin menguasai Irak sedalam-dalamnya, terutama untuk menguasai minya dan gas. Makin tergantung orang Irak dengan mereka makin senang dia… Saya kira salah satunya dengan menebarkan dan mendukung kebencian antara Suni-Syiah. Mereka punya keuntungan besar dengan kondisi ini…
  • A: Keuntungan bagaimana? Bukanlah mereka banyak tentaranya yang mati?
  • B: Pertama adalah menciptakan image bahwa memang benar Islam, baik Suni dan Syiah memang sukanya bertengkar, berperang, kekerasan dan terorisme. Kedua, untuk meyakinkan dunia bahwa Irak memang sangat membutuhkan & tergantung kepada USA. ketiga, senjata mereka laku… Perlu diingat bahwa senjata adalah bisnis besar bagi USA & UK. Konon, di UK ada pabrik senjata yang sudah mem-PHK ribuan karyawannya, begitu perang Irak, mereka memanggil semua karyawannya. Keempat, menyibukkan umat Islam di dunia dengan masalah yang makin banyak melingkupi mereka, sehingga mereka lemah, putus asa. Kelima, kasus Irak adalah sinyal penting dari USA kepada negara mana saja yang menentangnya, bisa mengalami nasib seperti Irak. Muamad Khadafi, dan pemimpin Arab lainnya, paham sekali hal ini. Sehingga kita bisa lihat semua pemimpin negara Islam, tunduk patuh kepada USA… Kita bisa menambahkannya lagi…
  • A: Tapi orang Syiah sendiri juga mengambil keuntungan dari kehadiran USA, kan?
  • B: Dalam beberapa hal mungkin benar. Seperti kemungkinan untuk ikut berperan dalam politik akan makin besar, mengingat mereka mayoritas. Hal yang tidak mungkin terjadi pada masa Sadam Husein yang sangat menindas kaum Syiah. Bahkan, mungkin ada sebagian orang Syiah yang dendam dengan Sadam yang telah berpuluh tahun menindas mereka…
  • A: Sebenarnya siapa yang mendahului saling membunuh itu? Kalau kami kaum Suni hanya membela diri saja…
  • B: Sulit untuk dipastikan… Bagi kami orang Syiah, kami bahhanya membela diri. Orang Suni juga begitu, mereka hanya merasa membela diri. Tetapi, sebenarnya ada pihak lain seperti eks pengikut sadam dan kelompok-kelompok lain… Yang jelas, peristiwa di Irak ini telah membunuh sekitar 500 ribu orang. Dan menyatukan lagi kayaknya merupakan jalan panjang. Ketika darah sudah banyak bertumpah, perkara menjadi lain…
  • A: Rumit juga, yah. Jadi nampaknya, tragedi Irak tidaklah simpel, tetapi melibatkan banyak pihak yang memiliki interes masing-masing. Baik, USA dan Konconya, kaum Syiah, Kaum Suni, yang keduanya juga masing-masing berpecah-belah, para pengikut Sadam, dan mungkin kelompok-kelompok lain…
  • B: Ya, dan yang rugi adalah orang-orang tak berdosa dan Islam itu sendiri
PERSATUAN & UKHUWAH ISLAMIYAH
  • A: Memang setelah saya pelajari sejarah Islam, bahkan pada masa Sahabat, sulit untuk dipungkiri bahwa masalah politik memiliki andil besar dalam perpecahan umat Islam.
  • B: Ya, itulah sebabnya kita perlu membangun kembali semangat persatuan dan ukhuwah Islamiyah, sebagaimana diserukan oleh Rasulullah SAW dari dulu. Bahwa umat Islam bagaikan satu tubuh. Seharusnya kita menjadikan Islam sebagai ikatan paling kuat di antara kita.
  • A: Sebenarnya memang sebaiknya mesti begitu, ya, perbedaan kalau mau diungkit-ungkit tidak pernah akan selesai untuk diperdebatkan. Tetapi bukankah, mestinya umat Islam itu satu, berasal dari sumber yang satu dan tidak ada  lagi perbedaan?
  • B: Ada dua hal dari pertanyaan Akhi Ahmad. Pertama, apakah Islam tidak memungkinkan perbedaan? Kedua, apakah perbedaan yang menyebabkan perpecahan?
  • A: Kalau saya baca sejarah Islam, maupun sebab-sebab perbedaan memang sudah ada bahkan zaman Nabi SAW. Bedanya pada masa Nabi SAW ada yang yang menjadi pemutus, yaitu Rasul SAW sendiri. Sedang pada masa sesudahnya tidak ada…
  • B: Ya, kalau kita baca sebab perbedaan pendapat adalah banyak sekali, termasuk di antaranya perbedaan memahami Al-Quran dan Sunah itu sendiri dalam menjawab tantangan hidup yang terus berkembang. Perbedaan adalah keniscayaan di dalam hidup ini, kita tidak bisa menghindarinya…
  • A: Betul juga, ya, bahkan dalam kelompok yang sudah digembleng dalam satu “aqidah” yang sangat kuat, dan mencela yang berbeda pun akhirnya berbeda-beda pendapat juga, bahkan kadang-kadang perbedaan itu keras sekali…
  • B: Ya, karena persatuan itu ada di dalam HATI, di dalam SIKAP… Bukan ditentukan oleh persamaan pendapat atau bahkan persamaan lahir, misalnya pakaian, atribut…
  • A: Betul juga, persatuan akan muncul dari sikap menganggap orang lain sebagai saudara, dari sikap rendah hati, tawadlu, dan menghargai orang lain. Karena meskipun kita ada dalam satu kelompok dengan pendapat sama, bahkan pakaian, atribut sama semuanya hingga kecil-kecil, namun dalam hati masing-masing merasa paling baik, paling benar, paling shaleh, ingin menonjolkan diri sendiri, dan mau menang sendiri… Perpecahan tinggal menunggu waktu.
  • B: Tapi bukan berarti persamaan atau kesepakatan itu tidak baik, lho? Karena kira umat Islam sebenarnya memiliki persamaan dalam sangat banyak hal, seperti misalnya shalat, secara menakjubkan sebenarnya kita shalat dengan cara yang secara umum sama sehingga bisa dipimpin oleh imam dari madzhab mana pun, tanpa makmumnya kesulitan untuk mengikuti…  Di samping itu, kita punya ikatan yang sangat kuat, yaitu Tauhid, Al-Quran, kecintaan kepada Rasulillah dan Islam… Ini adalah sesungguhnya ikatan yang sangat kuat (urwatul wustqa)… Kalau orang lain, bisa bersatu dalam hal yang remeh temeh seperti kesamaan selera musik, mengapa tali yang begitu kuat di atas tidak mampu menyatukan umat Islam?
  • A: Saya juga ingat anjuran tokoh-tokoh persatuan Islam seperti Jamaluddin Al-Afghani dan Rasyid Ridha agar “KITA BANTU-MEMBANTU DALAM MASALAH YANG KITA SEPAKATI, DAN BERSIKAP TOLERAN DALAM MASALAH YANG KITA PERSELISIHKAN”
  • B: Alhamdulillah, sebenarnya tokoh-tokoh utama umat Islam dari semua kelompok sebenarnya sangat toleran. Dalam NU, KH Hasyim Muzadi, Said Agil Siraj, atau Gus Mus misalnya. Dalam  Muhamadiyah ada , Pak Amien Rais, Pak Syafi’i juga Din Syamsudin… Adalah tokoh-tokoh yang menyerukan persatuan Umat Islam, termasuk dengan kelompok minoritas Syiah seperti saya ini…
  • A: Apakah toleransi, mementingkan ukhuwah Islam bukan berarti kita tidak punya pendirian, mencla-mencle?
  • B: Oh, bukan… Kita tetap memiliki pendirian masing-masing secara kuat. Seperti saya akan tetap mencintai, mengikuti dan membela Ahlul Bait Nabi SAW bahkan dengan jiwa raga saya… Namun, di saat yang sama saya tetap bisa bergaul, berdialog, bekerja sama dengan teman2 dari kelompok lain dalam hal-hal yang sama, yang sebenarnya memang sangat banyak…
  • A: Betul juga, kalau waktu kita hanya dihabiskan untuk bertengkar masalah khilafiah tanpa henti, bagaimana umat Islam akan bisa maju jika kita tidak bisa bersatu dan melakukan hal-hal yang lebih bermanfaat?
  • B: Setuju Akhi…
SEKTARIAN, HIZBIYAH, MAZHAB & ABSOLUTISME
  • Ahmad: Melanjutkan ide tentang persatuan Islam dan Ukhuwah Islamiyah, kayaknya salah satu rintangannya adalah sikap hizbiyah atau sektarianisme. Tetapi apakah merasa bahwa pemahamannyalah yang benar itu salah?
  • Baqir: Tentu semua orang akan mengikuti pendapat yang menurutnya paling benar. & adalah kecenderungan, dan sikap semua orang. Itu sikap yang wajar dan memang harus begitu… Yang jadi masalah adalah sikap menegasikan orang lain, sikap yang menganggap bahwa pendapatnya dan kelompoknya sama dan sebangun dengan Islam itu sendiri dan yang tidak sesuai dengan pendapatnya sebagai bentuk kekafiran… Itulah sikap absolutisme…
  • A: Kalau begitu sektarianisme, bukan berarti tidak memiliki mazhab atau kelompok
  • B: Menurut saya, ya! Hizbiyah atau sektarianisme adalah sikap bagaimana memandang orang lain yang berbeda pendapat dengan kita. Kita bisa saja, dan itu wajar, mengikuti pendapat suatu ulama, kelompok atau hizb… Namun, ketika kita pada saat yang sama memandang orang lain yang berbeda itu dengan sikap toleransi, dan tetap menjadikan saudara seiman, dia tidaklah sektarian. Contohnya adalah NU dan Muhamadiyah… Orang NU tetap menganggap orang Muhamadiyah sebagai saudara seiman, walau mereka berbeda pendapat dalam banyak sekali masalah. Namun, di saat yang sama ketika kita TIDAK memilih mazhab atau hizb apa pun, namun KITA BERSIKAP: hanya kitalah yang benar, yang lain adalah kesesatan. Kita telah bersikap sektarian, hizbiah, meski kita secara fisik tidak menjadi anggota kelompok apa pun, atau tidak menisbahkan kepada mazhab apa pun…
  • A: Ya, kalau saya membaca sekilas fikh perbandingan (muqaran), saya dapati perbedaan yang sangat banyak dalam satu masalah saja. Sehingga Ahmad Deedat mengatakan bahkan dalam masalah shalat saja terdapat perbedaan dalam lebih dari 200 masalah…
  • B: Itulah kawan, agama kita sudah melalui lebih dari 1400 tahun… Melalui berbagai generasi dari berbagai bangsa, dengan latar belakang dan kecenderungan masing-masing. Masing- masing memiliki pola anutan yang berbeda, sehingga sangat wajar pendapatnya menjadi berbeda. Bagi kami Mazhab Ahlul Bait, rujukan paling utama adalah 12 Imam itu, serta para ulama yang mengikuti 12 Imam kami.
  • A: Ya, begitu juga kami kaum Ahlu Sunah… Memiliki banyak sekali ulama anutan. Misalnya dalam masalah fikh ada 4 mazhab besar, yang paling banyak diikuti. Belakangan memang ada yang tidak mengikuti mazhab tertentu, namun sebenarnya juga membentuk mazhab tersendiri juga. Bagi kaum NU misalnya, tentu rujukannya Imam Nawawi, Imam Al-Ghazali, Al-Baghawi, dll. Atau yang belakangan Sayid Alawi Al-Maliki, misalnya… Sedang bagi kelompok lain, rujukannya berbeda misalnya Ibnul Qayim atau yang belakangan Syaikh Al-Bani atau Al-Qaradawi…
  • B: Meskipun begitu tidak ada alasan bagi kita untuk berpecah belah, dan saling hujat sendiri…
  • A: Setuju Akhi Baqir… Semoga Allah mengaruniai seluruh umat Islam kasih sayang kepada saudaranya sendiri, dan menjauhkan fitnah, sikap iri, dan prasangka di hati kaum Muslimin.
  • B: Amien… Ya Rabbal ‘alamiin…



Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: