Pesan Rahbar

Home » » Muhammad di Mata Kaum Cendikiawan

Muhammad di Mata Kaum Cendikiawan

Written By Unknown on Monday 7 July 2014 | 02:37:00


Tak diragukan lagi bahwa para cendikiawan dan intelektual yang adil tak dapat mengingkari kepribadian luhur dan pengaruh Rasulullah Saw, karena semakin mereka meneliti jejak-jejak nabi Islam  maka mereka akan menemukan ketinggian akhlak beliau, kemajuan budaya dan peradaban manusia berkat perjuangan beliau. Terkait misi Nabi Muhammad, al-Quran surat al-Ahzab ayat 45-46 menyatakan, "Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi."

Dari sebuah wilayah yang menyatukan benua Asia, Afrika dan Eropa diutuslah para nabi yang menyeru manusia kepada kebahagiaan. Lima nabi besar yang dikenal dengan sebutan Ulul Azmi di sebuah wilayah strategis dunia yang saat ini disebut Timur Tengah dengan beragam metode menyampaikan satu pesan dan memiliki satu tujuan. Mereka menyebarkan dakwah dan menyeru manusia untuk menyembah Tuhan Yang Esa dan berupaya menerapkan keadilan di dunia serta memerangi kezaliman.

Ketika bahtera Nabi Nuh as kandas di gunung Judi selepas badai topan hebat, Nuh beserta pengikutnya yang sedikit itu bertekad membangun dunia baru serta memulai sejarah manusia. Selanjutnya seruan tauhid dan penyembahan terhadap Tuhan Yang Esa Nabi Ibrahim as memenuhi wilayah Babil. Nabi Musa as dengan tongkatmukjizatnya dengan tabah menghadapi Fira'un guna menyelamatkan umatnya dari cengkeraman diktator Mesir tersebut. Fira'un sendiri menyebut dirinya Tuhan dan rakyat dianggap budak-budaknya.

Setelah Nabi Musa as, Nabi Isa diutus di tengah-tengah jeritan kaum tertindas. Beliau menyeru umatnya untuk menyembahTuhan Yang Esa dan memberi kabar gembira akan kedatangan nabi akhir zaman. Akhirnya setelah kegelapan dan kemusyrikan berkuasa di tengah masyarakat dan di tengah-tengah masyarakat jahiliyah Arab, diutuslah nabi akhir zaman, Muhammad Saw di kota Mekah. Nabi Muhammad Saw membawa pesan-pesan tertinggi terkait kemuliaan manusia, hak asasi manusia dan kebebasan sepanjang sejarah.

Nabi Muhammad Saw merupakan manifestasi kesempurnaan sepanjang sejarah para nabi dan auliya Allah. Menurut Ayatullah Khamenei, Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, "Ketika kita menyebut nama Rasulullah, maka seluruh kepribadian besar Ibrahim, Nuh, Musa, Isa, Luqman dan seluruh hamba-hamba saleh terkumpul dalam kepribadian nabi akhir zaman ini."

Di peradaban modern saat ini, bersamaan dengan meluasnya Islam, gerakan anti agama samawi yang paling sempurna ini oleh kubu ekstrim dan jumud mulai marak. Gerakan Islamphobia ini sangat terorganisir. Tahun 2006, sentimen anti Islam menemukan dimensi barunya dengan aksi pelecehan terhadap kesucian Rasulullah Saw oleh Koran Jyllands-Posten cetakan Denmark. Pada tahun 2011, Terry Jones, pendeta fanatik Amerika menyatakan berencana membakar al-Quran dan ulahnya tersebut menambah deretan gerakan Islamphobia di Barat. Selanjutnya disusul dengan pembuatan dan pemutaran film Film Innocence of Muslims yang sangat melecehkan Nabi Muhammad Saw kian membongkar gelombang Islamphobia.

Sementara itu, pribadi agung Rasulullah yang dihiasi dengan akhlak dan sifat-sifat mulianya tetap bersinar cemerlang serta tidak ada debu yang mampu menutupinya. Sejarah telah membuktikan bahwa pelecehan terhadap kesucian Nabi Muhammad hanya dilakukan oleh mereka yang  tidak berpendidikan serta didorong oleh fanatisme tinggi yang mereka miliki. Abbas Lajevardi, sutradara film dokumentar Iran beberapa waktu lalu melawat Barat untuk membuat film "Which freedom".

Abbas Lajevardi pun dilawatannya tersebut berhasil mewawancarai pendeta Terry Jones dan Kurt Westergaard, karikaturis Denmark meski penjagaan ketat terhadap keduanya diterapkan oleh pasukan keamanan. Lajervardi kepada mereka menanyakan, Apakah Anda membaca al-Quran? Keduanya menjawab, Tidak! Keduanya tidak pernah membaca al-Quran dan tanpa pengetahuan serta informasi keduanya menyerang habis-habisan kitab suci tersebut dan Nabi Muhammad Saw.

Dalam kesempatan kali ini kami akan membawakan pandangan Goethe, penyair kondang Jerman terkait, Nabi Muhammad Saw. Adakah kata-kata yang lebih mengabadi selain syair atau puisi? Banyak kata yang dimuntahkan filsuf, pemikir atau nabi, namun – setelah kitab suci- syair selalu menjadi media komunikasi antargenerasi yang paling efektif. Ini dibuktikan oleh pencipta syair, yang meskipun mereka sudah tiada namun karyanya tetap berbicara, senandungnya senantiasa mendengung, kepak sayap syairnya selalu mendarat di telinga pendengarnya.

Van Goethe, penyair Jerman terkemuka abad-18 yang karyanya mengabadi hingga kini, berhasil merekam kemunculan Muhammad yang dianggapnya sebagai ‘seorang promotor revolusi sosial yang membawa nilai keadilan dan persaudaraan'. Kata-kata Muhammad begitu bertuah siapa mendengarnya berbicara, kawan dan lawan akan tunduk membenarkan. Muhammad melebihi semua penyair dan raja yang mendahuluinya. Ketika Muhammad mengibarkan panji Quran, Goethe dengan lantang mengakui: "Kitab ini akan tetap mendapat tempat melampaui seluruh masa dan mempunyai pengaruh yang kuat."

Goethe sendiri terpengaruh. Bukan hanya pada seorang Muhammad, tapi juga pada sastra timur yang dikaguminya itu. Akhirnya pada 1771 dan 1772, ia berinteraksi langsung pada Alquran dan mulai fasih berbicara dengan Islam dan Muhammad. Sampai-sampai sebagian pemikir Jerman menganggapnya benar-benar masuk Islam, karena tulisannya yang banyak memuja nabi umat Islam itu. Tak aneh jika lantas mereka menuduh Goethe ‘punya hubungan khusus', lebih dari sekadar hubungan pribadi dengan Muhammad.

Terbukti pada tahun yang sama, Alquran berhasil diterjemahkan oleh Frederich Megerlin ke dalam bahasa Jerman dan untuk pertama kalinya terbit. Reaksinya begitu cepat, salah satu halaman edisi ‘kritikus sastra Frankfurt' memuat kritik tematis terhadap pusat penerjemahan Alquran itu. Dilihat dari gaya bahasa dan cara pengungkapannya, penulis yang protes itu ternyata Goethe.

Protes gencar tersebut membuktikan, Goethe secara eksplisit mengikrarkan diri pada kekecewaannya terhadap penerjemahan yang serampangan itu. Barangkali karena Goethe punya persepsi lain tentang Alquran, jauh lebih banyak dari gambaran yang diungkapkan penerjemah itu. Terlebih lagi Megerlin menulis tentang Alquran dan Nabi tidak dengan sebenarnya. Goethe begitu intens mempelajari bahasa dan sastra Arab, baik yang tertulis dalam antologi karya sastranya atau buku ilmiah yang ia tulis. Salah satu bukunya West-Ostlicher Divan yang berarti Sastra Timur Oleh Pengarang Barat, sebagai contoh. Selain ditulis dalam bahasa Jerman, juga ditulis teks Arabnya Al-Diwan Al-Sharq Li Al-Mu'allif Al-Gharbi.

Demikian juga dengan judul puisi yang ia tulis, hampir semuanya berbahasa Arab. Maka tak heran hampir di tiap karya Goethe akan ditemukan judul seperti: Moganni Nameh yang berarti Al-Mughanni (Sang Penyanyi), Uschk Name yang berarti kitab al-'Usyq (bab cinta), Tefkir Nameh yang asalnya kitab al-Tafkir (bab perenungan), dan ratusan judul yang berbau Arab lainnya.


Seperti perkataan kaum cendikiawan, matahari menyinari alam semesta dan akibatnya muncullah siang dan malam, maka di sektor sosial pun muncullah seorang nabi dan dengan cahayanya ia menampakkan kebenaran secara nyata. Fenomena siang dan malam sama halnya dengan pembaharuan dan dimulainya kehidupan. Dalam pandangan kaum cerdik pandai, para nabi juga memainkan peran dalam memperbaharui manusia dan berperan aktif dalam memperkokoh sebuah masyarakat. Sama seperti matahari menjadi pusat gravitasi galaksi dan sumber gerakan dalam tata surya, para nabi pun menjadi pusat gravitasi manusia dan sumber perubahan serta kesempurnaan.

Oleh karena itu, turunnya ayat dan wahyu terhadap nabi terakhir, Nabi Muhammad Saw merupakan pemicu gerakan besar di umat manusia dan sumber kejayaan manusia. Dalam bayang-bayang ajaran Rasulullah, bangsa jahiliyah dan tidak beradabmengalami perubahan 180 derajat. Nabi Muhammad berhasil mendidik sebuah bangsa yang kejam dan tidak beradab menjadi sebuah bangsa yang beradab, penuh pengorbanan, penyayang serta berhasil menaklukkan negara dan peradaban lain di dunia.

Dalam sejarah disebutkan, di sebuah pertempuran sejumlah tentara Muslim menderita luka-luka. Salah satu pejuang yang sehat membawakan air bagi mereka, setiap dari mereka yang terluka menolak meminum air dan menganjurkan yang lain terlebih dahulu meminumnya, akhirnya seluruh korban yang terluka tersebut gugur syahid setelah menderita rasa dahaga.

Berkat ajaran Rasulullah, terperciklah semangat untuk belajar menulis dan membaca di tengah masyarakat sehingga umat Islam saat itu berhasil menggapai berbagai ilmu pengetahuan dan sains. Sedikit demi sedikit didirikanlah sekolah dan pusat-pusat riset ilmiah. Iran sendiri bangkit berkat ajaran mulia dan tinggi Islam. Menyusul era penaklukan umat Muslim, berbagai ilmu pengetahuan juga mengalir ke Timur dan Selatan Eropa. Selanjutnya akibat perang Salib dan bersentuhannya Eropa dengan ideologi, manuskrip dan ilmu pengetahuan modern di peradaban Islam, akhirnya sumber-sumber ilmu pengetahuan mengalir ke Eropa. Tak diragukan lagi sumber kejayaan ilmu manusia ini adalah ajaran al-Quran dan ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw.

Ketika kita membukan lembaran sejarah, kita menemukan adanya pergerakan anti Rasulullah. Mereka yang menjahui dasar-dasar akal dan rasio serta moral, mulai melecehkan dan menghina kepribadian agung Rasul. Harapan mereka adalah mencegah pengaruh luas agama Islam yang dibawa oleh beliau. Di sisi lain, ada sekelompok manusia berakal dan cerdik. Mereka ini sangat menghormati kepribadian Nabi Muhammad Saw yang dihiasai dengan akhlak mulia.

Di antara kelompok ini terdapat penulis dan pengamat terkenal di dunia. Meski mereka non Muslim, namun mereka mencitrakan kepribadian Nabi dengan adil kepada masyarakat Barat tanpa tendensi tertentu. Cahaya Islam yang bersinar terang di dunia dan pengaruh besar al-Quran membuat setiap pemikir dan cendikiawan tunduk serta sangat menghormati kepribadian Rasulullah Saw.

R.F. Boodli, sejarawan Kristen Barat sangat terpengaruh dengan dakwaan sesamanya terhadap al-Quran dan Nabi Muhammad Saw. Di bukunya "Kehidupan Muhammad" Boodli menulis, "Temasuk keajaiban alam, kita saksikan di tengah masyarakat dunia muncul kecurigaan umum yang tanpa dasar terhadap Muhammad Saw. Padahal kehidupan nabi Islam ini sangat transparan. Saya menulis sebuah buku tentang kehidupan Muhammad dan menyerangnya kemudian saya kembali membaca ulang buku tersebut. Saya sendiri menemukan banyak tulisan yang tidak etis dan rasional. Di buku tersebut, saya juga tidak menjelaskan bagaimana sosok seperti Muhammad mampu membawa ajaran yang membawa manusia ke puncak kesempurnaan?"

Masih menurut Boodli, "…Bagaimana Muhammad mampu mendidik manusia dalam tempo yang cukup singkat dan meletakkan dasar-dasar peradaban Islam yang jaya dan dalam waktu yang singkat bangsa-bangsa besar bergabung dengan dirinya?" Ia menambahkan, "Menundukkan bangsa Arab Badui adalah pekerjaan besar Muhammad. Dapat dikatakan bahwa keberhasilan Muhammad ini tak kalah dengan mukjizat terbesarnya. Ia mampu menciptakan persatuan di antara kabilah. Manusia yang bersedia untuk berfikir dan merenungkan dengan dalam, akan terpesona dengan hikmah dan kecakapan Muhammad. Mereka ini akan senantiasa menyaksikan Muhammad selalu hidup di setiap zaman dan tidak pernah mati."

Thomas Carlyle, cendikiawan asal Inggris menilai pelecehan terhadap kesucian Nabi Muhammad Saw akibat dari kelemahan rasio. Ia mengatakan, "Ini adalah aib sangat beasr bagi manusia beradap saat ini yang bersedia mendengarkan dan menuruti klaim bahwa Muhammad seorang penipu. Sudah waktunya kita memerangi pendapat kosong dan memalukan seperti ini, karena ajaran dan agama yang dibawa Muhammad selama berabad-abad tetap bersinar terang."

Carlyle menambahkan, "Saudara-saudaraku! Apakah kalian dapat menerima seorang pembohong mampu membuat agama universal seperti ini dan menyebarkannya ke seluruh dunia? Saya berani bersumpah bahwa dakwaan seperti ini sangat mengherankan. Karena orang bodoh bahkan tidak mampu membangun sebuah rumah. Bagaimana ia mampu membawakan agama seperti Islam kepada masyarakat?"

Cendikiawan Inggris ini lebih lanjut menandaskan, "Ini adalah sebuah penderitaan besar di mana masyarakat dunia tanpa memperhatikan akal dan dalih dengan mudah menerima dakwaan seperti ini. Saya katakan bahwa mustahil pribadi agung seperti Muhammad berkata bohong. Sejarah kehidupannya menunjukkan sejak mudanya, Muhammad adalah pribadi yang pintar dan cerdas. Seluruh kehidupan Muhammad baik pekerjaan dan sifat mulianya didasarkan pada kesucian dirinya dan kebenaran. Kalian perhatikanlah setiap perkataan Muhammad! Apakah kalian menemukan setiap perkataannya mengandung wahyu dan mukjizat? Muhammad adalah pembawa pesan dari sumber yang tak pernah putus bagi kita semua. Tuhan telah menganugerahkan ilmu dan hikmah-Nya kepada pribadi agung ini."

Sumber: IRIB Indonesia
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: