“Tidaklah beriman kepada-Ku (Allah) orang yang tidur, kenyang, sedangkan tetangganya lapar, padahal ia mengetahuinya”(HR. Al Bazzar).
Ada seorang laki-laki begitu
menginginkan anak. Namun, di usia pernikahannya yang menginjak sepuluh
tahun, keinginannya itu tak jua terlaksana. Padahal, segala hal sudah ia
lakukan. Bahkan, ia sudah mengucap berbagai nadzar, dari yang ringan
hingga dirasa berat sekali pun. Namun, Allah tidak juga mengabulkan.
Hingga pada suatu hari ia mengucap,
“Andai aku dikaruniai anak, aku akan bersedekah kepada saudara setan 50
Dinar,” gerutunya putus asa.
Tak lama kemudian, istrinya hamil dan
melahirkan seorang putra yang sehat lagi menggemaskan. Selang beberapa
waktu pasca kelahiran putranya, laki-laki itu bertemu setan dalam
mimpinya.
“Jangan lupakan nadzarmu untuk bersedekah kepada saudara-saudaraku!” Ujar setan.
“Siapakah saudara-saudaramu?” tanya sang lelaki.
“Carilah pezina, pemabuk, penjudi,
pendurhaka kepada kedua orangtua dan orang kikir lagi serakah.
Mereka
itulah saudara-saudaraku,” jawab setan.
Setelah terbangun dari tidurnya, ia
segera bergegas keluar rumah. Dengan bekal uang yang pernah dijanjikan
dalam nadzarnya, ia berkeliling mencari saudara-saudara setan yang
disebutkan dalam mimpi.
Orang pertama yang ditemui adalah
pezina. Ketika disodorkan uang 50 Dinar, pezina itu heran dan bertanya,
“Mengapa kau memberiku uang?” Laki-laki itu lalu mengisahkan nadzar dan
mimpinya.
Mendengar cerita laki-laki itu, sang
pezina langsung meneteskan air mata, dan kemudian tersungkur dalam sujud
taubat. “Tidak, berikan saja ini pada yang lain. Demi Allah, saya
bertaubat. Demi Allah, saya tidak mau menjadi saudara setan,” ucapnya
seraya menolak pemberian lelaki tersebut.
Melihat usahanya sia-sia, ayah sang bayi
pun segera mencari saudara setan berikutnya. Dan, ia pun bertemu dengan
pemabuk. Hal yang sama ia lakukan pada sang pemabuk, menyodorkan uang
50 Dinar berikut cerita nadzarnya. Namun, sang pemabuk pun melakukan hal
yang sama dengan pezina. Ia tersungkur lemas, bersujud dan tak
henti-hentinya mengucap istighfar.
Begitu pula saat ia bertemu dengan
penjudi dan pendurhaka kedua orang tua. Mereka langsung menangis seraya
tak henti mengucap istighfar. Mereka pun melakukan hal yang sama,
menolak uang 50 Dinar dari laki-laki tersebut.
Dalam kondisi lelah, ia pun memutuskan
untuk beristirahat sejenak. Namun, melihat ada sebuah rumah mewah, ia
pun mengurungkan niatnya dan mengetuk pintu rumah. Ia berharap, pemilik
rumah tersebut dapat menolongnya menemukan saudara setan
sesungguhnya—yang tentu saja sedang ia cari.
Dengan napas terengah-engah, ia lalu mengetuk pintu rumah megah itu. “Assalamualaikum…!”
Tak lama sang pemilik rumah keluar. “Waalaykumsalam, ada keperluan apa?”
“Aku ingin memberimu uang 50 Dinar.”
Dengan penuh heran dan rasa ingin tahu,
sang pemilik rumah menjawab, “Benarkah? Mengapa kau memberiku uang
sebanyak itu, apa kau pernah punya utang padaku?”
Sang tamu, yang bahkan belum
dipersilakan masuk kemudian menceritakan nadzar dan ketakutannya bila
tidak segera melaksanakan nadzar itu. Ia juga menceritakan tentang
mimpinya, pertemuannya dengan pezina, pemabuk, penjudi dan orang durhaka
pada orangtuanya.
Mendengar kisah ini, sang pemilik rumah
tersenyum, lalu berkata, “Oh, kalau mereka tidak mau menerima uang itu,
berikan saja semuanya padaku!” jawabnya gembira.
Dengan mata terbelalak, ayah satu anak
itu kemudian menyerahkan uangnya dan beranjak pergi seraya berkata,
“Subhanallah, Engkau (Allah) benar-benar menunjukkan siapa saudara
kembarnya setan.”
Post a Comment
mohon gunakan email