Pesan Rahbar

Home » » Siapa Yang Ingin Masuk Surga Hendakknya Mengikuti Ali dan Para Imam Suci Dari Ahlulbait as (2)

Siapa Yang Ingin Masuk Surga Hendakknya Mengikuti Ali dan Para Imam Suci Dari Ahlulbait as (2)

Written By Unknown on Wednesday 9 July 2014 | 18:54:00

Syeikh Nâshiruddin al Albâni Kepanjangan Lidah Beracum Mu’awiyah!
Di antara perwujudan “Perang Melawan Allah dan rasul-Nya” yang dikobarkan Mu’awiyah dan penguasa tiran dari keluarga terkutuk bani Umayyah dan bani Marwan adalah pemberangusan semua kemuliaan dan keutamaan yang terkait dengan Nabi dan keluarga sucinya. Termasuk memberangus hadis-hadis suci yang disabdakan Nabi suci Muhammad saw. tentang Ali dan keluarganya…
Mu’awiyah Mengobarkan Perang Melawan Hadis-hadis Keutamaan Imam Ali as.
Segera setelah berkuasa, Mu’awiyah mengumumkan beberapa maklumat dalam rangka memberantas penyebaran Sunnah Nabi saw. tentang keutamaan Imam Ali as.
Mu’awiyah  menulis surat keputusan yang dikirimkan kepada para gubenur dan kepala daerah segera setelah ia berkuasa:
أن برِئَت الذمة مِمن روى شيئا فِي فَضْلِ أبِي تُراب و أهْلِ بَيْتِهِ .
“Lepas kekebalan bagi yang meriwayatkan sesuatu apapun tentang keutamaan Abu Thurab (Imam Ali as. maksudnya-pen) dan Ahlulbaitnya.”[1]
 Setelah itu, Mu’awiyah menyusulnya dengan kebijakan-kebijakan yang dapat merealisasikan tujuannya tersebut di atas.
Meskipun masa kejayaan jahiliyah bani Umayyah telah terkubur, namun pengaruh buruknya telah marasuki jiwa sebagian orang, sehingga mereka siap menjadi sukarelawan yang memberangus setiap kemunculan hadis keutamaan Imam Ali dan Ahlulbait as. dan rela menjadi ‘anjing pelacak’ yang akan melacak setiap sabda Nabi saw. tentang Imam Ali dan Ahlulbait as. dan kemudian memangsanya atau paling tidak menggonggong di wajah si penyampai Sunnah Nabi saw.!

Para muahhdis Nawâshib yang gentayangan di setiap fase sejarah akan selalu membidikan anak panah beracun mereka ke jantung setiap hadis keutamaan Ali dan Ahlulbait as. yang mereka anggap akan meninggikan sebutan Imam Ali dan Ahlulbait as. dan yang tentunya tidak sejalan dengan doktrin kemunafikan kaum Nawâshib itu!

Hadis yang kita telah buktikan keshahihannya dalam artikel sebelumnya adalah salah satu dari contoh hadis yang diupayakan oleh kaum Nawâshib untuk mereka gururkan keshahihannya… para pelanjut bertaqlid kepada para pendahulu dalam semangat jahiliyah tersebut… seakan hati dan jiwa mereka satu!
Syeikh Nâshiruddin al Albâni Kepanjangan Lidah Beracum Mu’awiyah!

Tidak ingin ketinggalan dari para pendahulunya, Nâshiruddin al Albâni (muhaddis kebanggaan kaum Nawâshib Medern) juga bermaksud menanam jasa agar kelak dikenang oleh Mu’awiyah dan kemudian akan diberinya Syafa’at… ia juga angkat bicara dalam menvonis maudhû’ hadis tersebut.
Untuk menyingkat pembahasan kami sebutkan keterangannya dan kemudian tanggapan kami atasnya.

« 894 ـ من سره أن يحيا حياتي…
موضوع ، أخرجه أبو نعيم 1 | 86 من طريق… وقال : وهو غريب.
قلت : وهذا إسناد مظلم ، كل من دون ابن أبي رواد مجهولون ، لم أجد من ذكرهم غير أنه يترجح عندي أن أحمد بن محمد بن يزيد بن سليم إنما هو : ابن مسلم الأنصاري الأطرابلسي المعروف بابن ابن الحناجر ، قال ابن أبي حاتم 1 | 1 | 73 : كتبنا عنه وهو صدوق ، وله ترجمة في تاريخ ابن عساكر 2 | ق113 ـ 114 | 1.
وأما سائرهم فلم أعرفهم ، فأحدهم هو الذي اختلق هذا الحديث الظاهر البطلان والتركيب. وفضل علي ـ رضي الله عنه ـ أشهر من أن يستدل عليه بمثل هذه الموضوعات الي يتشبث لاشيعة بها ، ويسودون كتبهم بالعشرات من أمثالها ، مجالدين بها في إثبات حقيقة لم يبق اليوم أحد يجحدها ، وهي فضيلة عليّ رضي الله عنه.
ثم الحديث عزاء في الجامع الكبير 2 | 53 2 | 1 للرافعي أيضا عن ابن عباس. ثم رأيت ابن عساكر أخرجه في تاريخ دمشق 12 | 130 | 2 من طريق أبي نعيم ثم قال عقبه : هذا حديث منكر ، وفيه غير واحد من المجهولين.
قلت : وكيف لا يكون منكرا ، وفيه مثل ذاك الدعاء : لا أنالهم الله شفاعتي ، الذي لا يعهد مثله عن النبي صلى الله عليه [ وآله ] وسلم ، ولا يتناسب مع خلقه صلى الله عليه [ وآله ] وسلم رأفته ورحمته بأمته.
وهذا الحديث من الأحاديث التي أوردها صاحب المراجعات ، عبد الحسين الموسوي ، نقلا عن كنز العمال 6 | 155 و217 ـ 218 ، موهما أنه في مسند الإمام أحمد ، معرضا عن تضعيف صاحب الكنز إياه تبعا للسيوطي.

“Hadis: 894. “Siapa yang gembira hidup seperti hidupku…. “
Palsu. Abu Nua’im,1/86 dari jalur… dan ia berkata, ‘Ia hadis gharîb.’
Aku berkata: Ini adalah sanad yang gelam gulita, semua parawi sebelum Ibnu Abi Rawwâd adalah majhûl, aku tidak menemukan seorang yang menyebut data mereka. Hanya saja kuat kemungkinan menurut saya bahwa Ibnu Muslim al Anshâri itu adalah al Athrâbalsi yang dikenaal dengan nama Ibnu Abi al Hanâjir. Ibnu Abi Hatim (1/1/73) berkata, ‘kami menulis hadis darinya, ia shadûq. Ia disebutkan data hidupnya dalam kitab tarikhnya Ibnu ‘Asâkir: (2/q 113-114/1).

Adapun selainnya saya tidak mengenalnya. Satu dari mereka yang pasti yang memalsu hadis itu yang jelas kepalsuannya dan kerendahan susunannya.

Dan keutamaan Ali ra. lebih tersohor dari didukung dengan hadis palsu seperti itu yang dijadikan pagangan utama kaum Syi’ah dan mereka memenuhi puluhan kitab darinya, mereka berdalil dengannya untuk menetapkan sebuah hakikat yang tiada seorang pun sekarang ini yang menentangnya yaitu keutamaan Ali ra.
Kemudian hadis ini dalam al Jami’ al Kabîr,2/53 2/1 tulisan ar Râfi’i dinisbatkan kepada Ibnu Abbas. Kemudian saya menyaksikan Ibnu ‘Asâkir meriwayatkannya dalam tarikh Damasqus,12/130/2 dari jalur Abu Nu’aim, lalu ia berkata, “Ini adalah hadis munkar, di dalamnya terdapat banyak perawi majhûl.”
Aku berkata, “Bagaimana hadis itu tidak munkar, sementara di dalamnya terdapat seperti doa itu, ‘Semoga Allah tidak memberikan syafa’atku kepada mereka (musuh-musuh Ahlulbait_pen)’ yang mana tidak pernah ditemukan dari Nabi saw. doa seperti itu, dan tidak pula sesuai dengan akhlak, kelemah lembutan dan rahmatnya terhadap umatnya.”

Hadis ini termasuk hadis yang dikemukakan penulis kitab al Murâjaât (Dialoq Sunnah-Syi’ah); Abdul Husain al Musawi menukil dari Kanz al ‘Ummâl,6/155, 217-218 dengan mengesankan bahwa hadis itu terdapat dalam Musnad Ahmad, seraya ia berpaling dari nenyebut pentadh’ifan penulis Kanz al ‘Ummâl mengikuti as Suyuthi.”.

Ibnu Jakfari berkata:
Inilah uraian al Albâni sengaja saya kutipkan dengan lengkap. Bagian ini adalah cuplikan dari uraian paanjangnya yang membantah hadis-hadis yang dibawakan Sayyid Syarafuddîn Abdul Husain al Musawi. Dan seperti biasanya, para penulis  Wahhabi berlomba-lomba menelan mentah-mentah krtitikan Imam Agung mereka dalam memberaangus hadis-hadis keutamaan Ahlulbait as., seperti yang dilakukan DR. Salûs dalam kitab kecilnya Hadits ats Tsaqalain Wa Fiqhuhu: 28 mengukitp dari Silsilah al Ahâdîts adh Dha’îfah wa al Maudhû’ah: juz 2.

Dan dalam menaggapi vonis gegabah al Albâni terhadap hadis shahih di atas perhartikan ulasan kami di bawah ini:
Pertama: Dalam vonisnya atas hadis tersebut di atas dengan hanya bersandar kepada: ”Adapun selainnya saya tidak mengenalnya. Satu dari mereka yang pasti yang memalsu hadis itu yang jelas kepalsuannya dan kerendahan susunannya” adalah tidak benar dan tertolak, karena alasan-alasan berikut ini:
1) Muhaddis yang meriwayatkan hadis itu dengan perantaraan masyâikh (guru-guru)nya yaitu Abu Nu’aim tentunya lebih mengenal mereka! Mereka lebih dekat masanya kepada para masyâikh itu. Sementara itu Abu Nu’aim tidak mendha’ifkannya apalagi menvonisnya maudhû’!! ia hanya mengatakajn hadis itu berstatus gharîb. Dan telah kami terangkan dalam arrtikel sebelumnya apa yang dimaksud dengannya dan sesungguhnyan ia sama sekali tidak menunjukkan kelemahan apalagi kepalsuan! Fahami hal ini!
2) Jauh sebelum al Albâni, Al Hafidz Ibnu ‘Asâkir juga telah mengatakan: “Ini adalah hadis munkar, di dalamnya terdapat banyak perawi majhûl, namun demikian ia tidak menjatuhkan vonis serampangan atasnya sebagai hadis maudhû’!
3) Kami berhak bertanya kepada Syeikh al Albâni atas dasar apa ia menisbatkan pemalsuan hadis itu kepada seorang yang majhûl yang ia sendiri tidak mengenalnya?! Apakah ia telah mencapai derajat yang membolehkannya menuduh orang yang ia sendiri tidak menegnalnya?!

Kedua: Kata-katanya bahwa hadis itu: yang jelas kepalsuannya dan kerendahan susunannya. Dan keutamaan Ali ra. lebih tersohor dari didukung dengan hadis palsu seperti itu yang dijadikan pagangan utama kaum Syi’ah dan mereka memenuhi puluhan kitab darinya” adalah kepalusn belaka, sebab hadis di atas adalah satu dari puluhan bahkan mungkin ratusan hadis shahih yang disepakati periwayatannya oleh Ahlusunnah dan Syi’ah, dan termasuk hadis-hadis yang tegas-tegas menunjukkan hak kepemimpinan mutlak Imam Ali dan Ahlulbait as. sepeninggal Nabi saw…. hadis tersebut tidak hanya menunjukkan kepada keutamaan seperti ia katakan! Karenanya dalam pandangan “Syeikh Terhormat” kita dan yang semisalnya dari pengekor Ibnu al Jauzi, Ibnu Hazm, Ibnu Taimyah, adz Dzahabi dkk. hadis itu harus “dihukum mati”sebagai maudhû’/palsu!
Keliga: Kata-katanya: Bagaimana hadis itu tidak munkar, sementara di dalamnya terdapat seperti doa itu … … dan tidak pula sesuai dengan akhlak …” di sini sepertinya ia berpura-pura bodoh akan makna istilah munkar di kalangan para ulama Ahli Hadis. Sebelumnya telah kami jelaskan apa yang dimaksud dengannya.
Adapun doa seperti itu tidak sesuai dengan akhlak mulia Nabi Muhammad saw. adalah  omongan yang tidak berdasar, sebab orang yang mendustakan keutamaan Itrah/kelurga khusus kenabian as. dan enggan berteladan dengan petunjuk mereka pastilah ia sesat, lalu:

فَما ذا بَعْدَ الْحَقِّ إِلاَّ الضَّلالُ

“.. maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan” (QS. Yunus [10];32)
Dan siapa yang memutus hubungan kerabat mereka dengan Sang Nabi Mulia Muhammad saw., maka ia tergolong orang yang:

وَ الَّذينَ يَنْقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِنْ بَعْدِ ميثاقِهِ وَ يَقْطَعُونَ ما أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَنْ يُوصَلَ وَ يُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولئِكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَ لَهُمْ سُوءُ الدَّارِ

“Orang-orang yang merusak janji Allah setelah diikrarkan dengan teguh dan memutuskan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan dan mengadakan kerusakan di bumi, orang-orang itulah yang memperoleh kutukan dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).”(QS. Ar Ra’d[13];25)
jadi dengan demikian:

فَما تَنْفَعُهُمْ شَفاعَةُ الشَّافِعينَ

„Maka tidak berguna lagi bagi mereka syafaat dari orang-orang yang memberikan syafaat.“(QS. Al Mudatstsir [74];48).

Bagaimana ia layak mendapat syafa’at Rasulullah saw., sementara itu ia berpaling dari Ahlulbait Nabi as.?! Bukankah beliau bersabda: “Selama kalian berpegang teguh dengan keduanya (Al Qur’an dan Ahlulbaitku) tidak akan tersesat selama-lamanya.”?!  
                  
Adapun doa-doa cekala dan keburukan serta laknatan Nabi saw. dapat Anda temukan ddalam banyak data sejarah sebeliau saw., akan tetapi permasalahannya ialah bahwa doa-doa keburukan dan laknatan Nabi saw. selalu ditujukan kepada ‘Tuan-tuan”nya  kaum Nawâshib sehingga mereka sangat keberatan.

Keempat: Kata-katanya di akhir uraiannya: Hadis ini termasuk hadis yang dikemukakan penulis kitab al Murâjaât (Dialoq Sunnah-Syi’ah); Abdul Husain al Musawi menukil dari Kanz al ‘Ummâl,6/155, 217-218 dengan mengesankan bahwa hadis itu terdapat dalam Musnad Ahmad adalah sebuah dusta, sebab tidak ditemukan dalam redaksi Sayyid Abdul Husain al Musawi kata-kata yang hendak mengesankan kesan tersebut. Selain itu, Anda dapat merujuk langsung ke dalam kitab Kanz al ‘Ummâl, ternyata di sana tidak ada pendha’ifan seperti yang ia tuduhnkan iitu. Dan salah satu bukti kecurangan Para Pendekar Sunnah Wahhabi”!

Walhamdulillah.

[1] Dan Ada dapat saksikan bahwa banyak sikap muhaddis Ahlusunnah terilhami oleh kebijakan Mu’awiyah di atas.

Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: