Pesan Rahbar

Home » , , » Syi’ah adalah Partai Ali (Pengikut Mazhab 12 Imam) Yang Didirikan Nabi SAW

Syi’ah adalah Partai Ali (Pengikut Mazhab 12 Imam) Yang Didirikan Nabi SAW

Written By Unknown on Monday 21 July 2014 | 22:25:00

Syi ‘ah didirikan oleh Nabi Muhammad sejak awal misinya.


Syi’ah artinya `para pengikut’ dan secara khusus dimaksudkan untuk’para pengikut Ali’. Mazhab pemikiran Syi ‘ah, sebenarnya didirikan oleh Nabi Muhammad sejak awal misinya.

Dua hadis berikut dicatat, secara beriringan, dalam Tarikh at-Thabari yang merupakan salah satu kitab sejarah penting bagi Sunni. Di samping Thabari, banyak ahli sejarah, ahli hadis dan ahli tafsir Quran dari kalangan Sunni mencatat hadis ini dalam kitab-kitab mereka. Dua hadis tersebut secara gamblang menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW, atas perintah Allah, telah mengenalkan Ali sebagai penggantinya bahkan pada khutbah pembukaan pertamanya kepada masyarakat.

Diriwayatkan Ibnu Humaid, dari Salamah, dari Muhammad Ihim Ishaq, dari Abdul Ghaffar bin Qasim dari Minhal bin Amr, dari Abdullah bin Haris bin Naufal bin Haris bin Abdul Muththalib, dari Abdullah bin Abbas dari Ali bin Abi thalib :
Ketika ayat “dan berilah peringatan kepada kerabat terdekatmu.” (QS. asy-Syu’ara : 214) turun kepada Nabi Muhammad, ia memanggilku dan berkata: “Ali, Allah memerintahku untuk memberi peringatan kuhWa kerabat terdekatku. Aku memiliki kesulitan dengan hal. ini, karma apabila aku bicarakan hal. ini kepada mereka, mereka akan memberi jawaban yang tidak akan aku sukai. Aku tetap berdiam diri hingga Jibril datang padaku dan berkata: ‘Jika engkau tidak nielaksanakan apa yang telah di perintahkan kepadamu, Allah akan mnghukummu.’ Oleh karenanya siapkanlah sejumlah gandum bagi kami, lalu tambahkan daging kaki kambing, isilah mangkuk*mangkuk besar dengan susu kemudian undanglah putra-putra Abdul Muththalib agar aku dapat berbicara kepada mereka apa yang telah diperintahkan Allah kepadaku.”

“Aku melaksanakan apa yang ia perintahkan. Saat itu jumlah mereka kurang lebih 40 orang lelaki, termasuk di antaranya Abu thalib, Hamzah, Abbas, dan Abu Lahab. Ketika mereka telah herkumpul ia memanggilku untuk membawa makanan yang telah aku siapkan. Aku membawanya, dan ketika aku meletakkan makanan tersebut, Nabi mengambil sekerat daging, merobek dcngan giginya dan meletakkannya di piring. Kemudian ia berkata: ‘Makanlah dengan nama Allah!’ Mereka makan hingga mereka tiHak dapat memakannya lagi, sedang makanan itu tetap utuh. Aku bersumpah kepada Allah, yang di tangan-Nya tergenggam jiwa Ali, seorang lelaki dapat makan dengan jumlah makanan yang aku aiapkan. Kemudian ia berkata: ‘Berilah mereka minum!’ Lalu aku pun membawakan minum bagi mereka hingga mereka kenyang, d,n aku bersumpah kepada Allah bahwa seorang lelaki dapat minum begitu banyak. Ketika Nabi akan berbicara kepada mereka, Abu lahab menyelanya dan berkata:’Tamumu ini lama berada disini, karena telah memesonakan dirimu.’ Mereka pergi tanpa Nabi ”.

“Hari berikutnya ia berkata kepadaku: Ali, lelaki ini telah menyela apa yang aku katakan sehingga orang-orang pergi sebelum aku sempat berkata – kata. Siapkanlah makanan yang sama seperti yang kau siapkan di hari kemarin, dan undanglah mereka kemari Aku melakukan apa yang ia perintahkan, membawakan makanan untuk mereka ketika ia memanggilku. la melakukan seperti hari kemarin dan mereka makan hingga mereka tak dapat makan lagi. Kemudian ia berkata: `Bawakan mangkuknya!’ dan mereka minum hingga perut mereka penuh.”.

“Lalu ia berkata kepada mereka: ‘Bani Abdul Muththalib, adakah seorang lelaki muda Arab yang telah membawa bagi kaumnya sesuatu yang lebih baik yang telah aku bawa buat kalian. Aku membawa yang paling baik dari dunia ini dan dunia akhirat, karena Allah memerintahkanku untuk mengumpulkan kalian. Siapa dari kalian yang akan membantuku dalam urusan ini, ia akan menjadi saudaraku, pendampingku (wali), penerusku (khalifah) di antara kalian.

Mereka semua diam, dan meskipun aku paling muda, aku berkata: “Aku akan menjadi pembantumu, Ya Rasulullah.” la meletakkan tangannya di pundakku dan berkata, “Inilah saudaraku, pendampingku (wasi), dan penerus (khalifah) di antara kalian, maka dengarkanlah ia dan taatilah ia.” Mereka berdiri sambil tertawa dan berkata kepada Abu Thalib, “la memerintahkanmu untuk menaati putramu dan menaatinya!”
Hadis di atas diriwayatkan juga oleh pemuka-pemuka terkenal Sunni seperti Muhammad bin Ishaq, Ibnu Abu Hatim, dan Ibnu Mardawaih. Hal. ini juga dicatat oleh banyak para orientalis, seperti T. Carlyle, E. Gibbon,J. Davenport, dan W. Irving.

Kalaupun kita mengikuti Ali, itu karena Nabi Muhammad meminta kita untuk mengikutinya. Selain itu, apa pun yang dikatakan Ali adalah ajaran asli dan ucapan Nabi Muhammad SAW dan apa pun yang dikatakan Nabi adalah ajaran asli dan firman Allah SWT. Hal. ini disebahkan karena Nabi Muhammad dan para Imam adalah orang-orang suci mereka tidak mengucapkan satu hal pun yang bertentangan dengan apa yang telah Allah perintahkan.

Hadis berikut dalam Tarikh at-Thabari menyatakan bahwa bahwa diriwayatkan dari Zakaria bin Yahya Darir, dari Affan bin Muslim, dari nlm Awanah, dari Utsman bin Mughirah, dari Abu Shadiq, dari Rabiah bin Najid:
Seorang lelaki berkata kepada Ali: “Hai penumpin orang-orang heriman, bagaimana kiranya engkau menjadi pewaris sepupumu di luar garis keturunan pamanmu?” Ali berdeham tiga kali hingga setiap orang menoleh padanya dan memasang telinga mereka. “Nabi mengundang seluruh keluarga Abdul Muththalib, termasuk juga kerabat dekatnya, untuk makan daging kambing yang usianya satu tahun dan minum susu.

la pun menghidangkan sejumlah gandum. Mereka makan hingga perut mereka kenyang, sedang makanan masih utuh seolah-olah makanan itu belum disentuh dan minum hingga mereka tidak dapat minum lagi, tetapi minuman itu seolah-olah tidak diminum belum tersentuh. Kemudian Nabi berkata: ‘Bani Abdul Muththalib, aku telah menyampaikan kepada masyarakat secara umum dan kepada kalian secara khusus. Sekarang kalian melihat apa yang telah kalian lihat, siapakah dari kalian yang akan bersumpah setia kepadaku untuk menjadi saudaraku, sahabatku dan pewarisku?’ Tak seorangpun berdiri, lalu aku berdiri di hadapannya meski aku orang termuda. la menyuruh untuk duduk. la mengulang ucapan tersebut tiga kali, sedang aku selalu berdiri ketika ia berkata dan memintaku untuk duduk. Pada kali ketiga, ia memegang tanganku. Itulah mengapa aku menjadi I,owaris sepupuku di luar garis keturunan pamanku.”

Imam Ali Menolak Mengikuti Abubakar dan Umar.
Pada masa Nabi Muhammad masih hidup, beliau adalah pimpinan umat baik dalam urusan ibadah (imam dalam salat), politik (pemimpin perang), administrasi (mengatur urusan zakat serta kerjasama dg kerajaan lain), hakim (penegak dan pemutus hukum), dst. Umar berkuasa selama 10 tahun dan meninggal dibunuh oleh seorang budak suruhan. Dalam keadaan sekarat Umar sempat menunjuk 6 orang untuk berembuk memilih sendiri diantara mereka sebagai pengganti beliau. Diantara 6 orang ini adalah Usman dan Ali.  Karena Usman bersedia meneruskan kebijakan-kebijakan Abu Bakar dan Umar (kebijakan dalam banyak urusan termasuk masalah pembagian pensiun bagi para mantan istri), maka Usman terpilih. Sementara Ali tidak bersedia berjanji demikian.

Khalifah Versi Golongan Ali (Mazhab 12 Imam).
Riwayat-riwayat yang dijelaskan dalam kitab-kitab Ahlusunnah adalah sebaik-baik jalan untuk menetapkan imâmah Imam Ali bin Abi Thalib As bagi saudara-saudara yang bermazhab Ahlusunnah.
Yang menunjuk pemimpin/Imam itu adalah Allah SWT, sesuai dgn ayat:
Dan (Ingatlah), ketika Ibrahim diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu Imam bagi seluruh manusia. Ibrahim berkata: (Dan saya mohon juga) dari keturunanku. Allah berfirman: Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim.(QS.Al Baqarah 2:124).

Sesungguhnya Pemimpin Kalian…
Sesungguhnya pemimpin kalian adalah Allah dan Rasul-Nya, serta orang-orang beriman yang mendirikan shalat dan menunaikan zakat pada saat mereka ruku. Dan barang siapa yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya serta orang – orang beriman sebagai pemimpin, sesungguhnya golongan Allah-lah yang akan menang. (QS. al-Maidah: 55-56).

Telah disepakati bahwa ayat tersebut turun berkenan dengan Ali saat ia menyedekahkan cincinnya saat ia sedang ruku. Hal ini pun secara berturut-turut shahih berdasarkan 12 imam.
Nabi saw bersabda:”Agama akan selalu tegak sampai hari kiamat di bawah kepepimpinan 12 khalifah, mereka semua dari suku quraisy.” (Shahih Muslim jilid 2, bab manusia mengikutiQurasy). Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang mati dan belum mengenal Imam zamannya, maka matinya mati jahiliyah.” (Hadis ini dapat kita jumpai dalam: Shahih Bukhari jilid 5, halaman 13, bab Fitan. Shahih Muslim, jilid 6, halaman 21, hadis ke 1849. Syarah Shahih Muslim, An-Nawawi, jilid 12,halaman 440. Musnad Ahmad, jilid 2, halaman 83; jilid 4, halaman 96. Sunan Al-Baihaqi,jilid 8, halaman 156. Mustadrak Al-Hakim, jilid 1, halaman 77).

siapakah yang dimaksud dengan 12 khalifah itu?
Syi’ah percaya bahwa penerus Rasul harus yang punya hubungan darah dekat, yakni sayidina Ali (sepupu Rasul sekaligus menantu). Inilah yang selanjutnya berkembang menjadi golongan Syiah sampai sekarang.
Saat kembali dari haji Wada’  dan di padang sahara Ghadir Khum dengan cara yang sangat sempurna Rasulullah Saw melantik imam Ali as sebagai pengganti. Syi’ah mengatakan bahwa Sayyidina Ali telah mendapat wasiat dan perintah Rasulullah agar beliau menjadi penggantinya sebagai Khalifah.

Kisah Ghadir Khum pd Haji Wada’ yg banyak di riwayatkan oleh para ahli sejarah, kedudukannya diatas mutawatir (setahu gue tidak ada, atau gue belum dengar ada yg mendhaifkan apalagi mengatakan kisah palsu mengenai Ghadir Khum).

Sunni mengatakan bahwa kejadian Ghadir Khum adalah penegasan saja bahwa Imam Ali as adalah saudara, menantu dsb (artinya orang yg dekat Nabi saw tp bukan menunjukkan pengganti beliau saat di Ghadir Khum), jd tambah aneh, ngapain (bahkan bisa dibilang sesuatu yg sia2 Nabi SAW melaukan hal tsb-SubhanaAllah yg tidak mungkin dilakukan Nabi SAW yg maksum yg perkataanya adalah wahyu) jk hanya memberitahukan mengenai hubungan kekerabatan Nabi SAW dgn Imam Ali as, semua juga tahu kok hub Nabi SAW dgn Imam Ali as, buat apa mengumpulkan seluruh umat yg ikut haji wada’, ditengah gurun, saat matahari sedang memuncak teriknya, hanya memberitahukan hal yg tidak ada guna.

Sesuai hadis Tsaqalain, Al-Quran dan Ahlu bait merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, keduanya adalah pusaka nabi saw yang diwariskan kepada para umatnya, pusaka yang sanggup menjaga umat akhir zaman dari berbagai bahaya yang datang menghadang, baik bahaya ideology, budaya, atau yang lain yang dilancarkan musuh-musuh pengikut agama yang benar.

Dari riwayat Tsaqlain dapat dipahami bahwa  keduanya Al-Quran dan Al-Itrah memberikan andil yang sama dalam memberikan petunjuk kepada manusia, keduanya lentera dan lampu yang menerangi jalan manusia guna menggapai tujuan penciptaannya, menuju dan mendekat kepada sang kekasih sejati.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: