Pesan Rahbar

Home » » KONDISI ZAMAN DI MASA IMAM MAHDI

KONDISI ZAMAN DI MASA IMAM MAHDI

Written By Unknown on Friday, 8 August 2014 | 03:14:00


Rasulullah s.a.w bersabda,” Setelah wafatku, pemerintahan dipimpin oleh khalifah-khalifah, kemudian berubah setelah menjadi umara-umara, setelah itu raja-raja yang monarkin, lalu akan muncul seorang lelaki dari ahlulbaitku”. Fakta sejarah membuktikan bahawa setelah wafat Rasulullah s.a.w, umat Islam dipimpin oleh empat khalifah yang terkenal dengan al Khulafa’ ar-Rasyidin, Abu Bakar r.a, Umar r.a, Usman r.a dan Ali r.a. Setelah itu terjadi fitnah yang dahsyat yang bersumber dari keluarga Bani Umayah. Mereka memaksa untuk mendapatkan kekuasaan dari umat Islam secara kejam dan bengis, bahkan mereka menyatakan perang dengan keluarga Nabi ( Bani Hasyim). Abu Sufyan menentang bahkan mencalonkan puteranya, Yazid sebagai pemimpin, sebagaimana dia dicalonkan diri sendiri ketika tampuk pemimpin dipegang Khalifah Ali r.a. Maka kali ini ia membayar dan menjanjikan kepada isteri Hasan r.a untuk menikah dengan Yazid apabila perempuan itu mahu meracun suaminya sendiri. Setelah Imam Hasan r.a-cucu Rasulullah s.a.w wafat kerana diracun, pemerintahan direbut secara paksa oleh Yazid bin Muawiyah. Dia berlaku kejam dan pemeras hak-hak rakyat. Dan seterusnya kepimpinan dipegang turun-temurun oleh Bani Umayah selama kurang lebih lapan puluh tahun, Puncak kekejian Yazid pada saat ia menghadang Imam Husain bin Ali di Padang Karbala pada tanggal8,9,10 Muharam 61 Hijriah.

Imam Husain r.a berserta keluarga beliau yang berjumlah kurang lebih tujuh puluh orang ( lelaki dan perempuan serta anak kecil) melakukan perjalanan dari Madinah al-Munawwarah menuju Iraq untuk memenuhi undangan penduduk Kufah, Iraq. Dalam perjalanan itu Imam Husain r.a dihalang oleh pasukan Yazid yang dipimpin oleh Ibn Ziyad. Mereka berjumlah kurang lebih dua puluh ribu orang pasukan berkuda dan bersenjata lengkap. Maka terjadilah peperangan tak seimbang itu dan Imam Husain syahid pada senja hari tanggal 10 Muharram berserta dua orang anaknya, Ali al-Akbar r.a dan Ali al-Asghar r.a. Semua kaum pemuda syahid, kecuali anak lelakinya yang satu, Ali Zain al-Abidin as-Sajjad r.ayang adalah imam ululamri yang keempat. Begitulah sepak terajang Bani Umayah. Bahkan berani sekali mereka memerangi cucu-cucu Nabi s.a.w. Begitu pula perbuatan amir-amir setelah Yazid bin Muawiyah, semuanya berlaku bongkak dan kejam. Berakhir dinasti itu pada masa penguasa Marwan. Dia mempunyai algojo yang kejam di dunia, Hajjaj yang telah membunuh ribuan ulama penghafal al-Qu’ran dan perawi hadis. Puncak kekejamanMarwan adalah memenjarakan Imam Ja’far ash-Shadiq r.a dan merancuinya. Kemudian pemerintahan secara paksa direbut oleh Bani Abbasiyah. Harun ar-Rasyid adalah raja pertama yang juga memenjarakan Imam Musa al-Kazhim selama empat belas tahun dan pada akhirnya merancuinya pada tanggal 25 Rejab tahun 183 Hijriah. Anaknya Harun al-Makmun yang dinobatkan menjadi Amir setelahnya, juga berlaku kejam. Ia pun meracuinya cucu Nabi s.a.w, Imam Ali ar-Ridha r.a yang telah menjadi menantunya sendiri.

Kekejaman Bani Abbasiyah seterusnya berjalan hingga pada masa kehidupan Imam Hasan al-Askari r.a. Kehidupannya di kota Samarra harus dijalaninya secara hati-hati dan penuh kewaspadaan. Pengintaian penguasa Abbasiyah setiap saat berjalan dengan sangat mengkhuatirkan di sekeliling rumah. Penjagaan ketat oleh pasukan dan orang-orang utusan kerajaan yang terus mengintai, mengawasi untuk menyelidiki tentang berita kehamilan isteri Imam Hasan al-Askari, untuk menumbangkan kezaliman dan kecurangan dalam sebuah pemerintahan yang tidak sah menurut hokum Islam. Begitu pula penguasa Abbasiyah setelahnya iaitu Mu’tadhidh, Muktafi dan Muqtadir, mereka secara turun-temurun memahami dan mengetahui tentang berita mengkhuatirkan tersebut yang sangat mengancam kemonarkian mereka.

Kondisi yang tidak berjalan baik ini membuat Imam Hasan al-Askari r.a menyembunyikan proses kelahiran anaknya, al- Mahdi. Maha suci Allah, tak seorang pun mengetahui kehamilan Sayidah Narjis kecuali suaminya, Imam Hasan al-Askari dan makcik beliau, Sayidah Hakimah binti Imam Muhammad al-Jawad r.a. Namun, raja-raja Bani Abbasiyah tetap berusaha memastikan hal itu dengan pengintaian setiap saat. Setelah kelahiran tersebut, Imam Hasan al-Askari hanya memberitahukan murid-muridnya yang khusus dan terpercaya. Penguasa Abbasiyah mengirim seorang pengintai ke rumah al-Askari yang bernama Sima’ untuk membunuh al-Mahdi apabila melihatnya di rumah itu. Sima’ mengakui dengan perkataannya secara jujur; “ Aku memasuki rumah al-Askari setelah wafatnya. Aku tolak pintu rumah dan aku mencuri tobrazin ( sejenis senjata semacam kapak). Tiba-tiba al-Mahdi berseru kepadaku,” Apa yang kau perbuat di rumahku?” Aku menjawap,” Sungguh Ja’far al-kadzab ( putera Imam Ali al-Hadi r.a, bapa saudara al-Mahdi) mengira bahawa ayahmu telah wafat dan tidak mempunyai anak. Kalau ternyata kau katakana ini rumahmu, aku akan segera menghindar dan pergi darimu.” Ia pun pergi dari rumah itu dengan rasa takut.

Imam al- Zain al-Abidin al-Sajjad r.a mengatakan perihal Ja’far ;” Seakan aku ( melihat) Ja’far al-Kadzab ( si pendusta).Dia telah ( bersekongkol) mengajak kelompok penjahat di zamannya, untuk menyelidiki urusan Waliyullah al-Mahdi, yang dighaibkan dalam penjagaan Allah, yang diberi hak perwakilan atas harta benda ayahny, Imam Hasan al-Askari. Ja’far al-Kadzab bertindak bodoh dan tidak memahami kelahiran al-Mahdi. Dia serakah dan berambisi untuk membunuh al-Mahdi agar mendapatkan keuntungan. Dia juga rakus dan tak akan menyerah untuk merebut warisan ayah al-Mahdi, padahal itu bukan sesuatu yang merupakan haknya.”

Ja’far al-kadzab adalah saudara Imam Hasan al-Askari, namun ayahnya Ali al-Hadi r.atidak suka dengan kelahirannya, bahkan beliau berkata; “Banyak orang tersesat kerana perbuatan Ja’far.” Sekitar dua ratus tahun sebelum kelahiran Ja’far al-Kadzab, Imam Ali Zain al Abidin as-Sajjad sudah menjelaskannya bahkan memberikan gelaran kepadanya al-Kadzab yang bererti sangat suka berdusta. Kejahatan Ja’far sebagai bapa saudara al-Mahdi sangatlah melampau batas, bahkan mencengangkan kita. Bagaimana ia sanggup melakukan persekongkolan dengan raja-raja Abbasiyah hanya demi wang dan kedudukan untuk membunuh anak saudaranya sendiri? Bahkan ia mendesak dan mempengaruhi penguasa kejam agar mengepung rumah saudaranya sendiri untuk membunuh al-Mahdi dan ia pun memperolehi keuntungan. Lalu ia merayu penguasa Abbasiyah untuk memenjarakan para wanita di rumah itu dalam tahanan gelap kerajaan. Walaupun ia tidak mendapatjan al-Mahdi,namun harta saudaranya ia sita semua, perempuan-perempuan itu diselidiki satu persatu barangkali ada yang hamil padahal al-Mahdi sudah lama lahir.

Kejadiannya sebagai berikut; Ketika pasukan penguasa Abbasiyah mengepung rumah Imam Hasan al-Askari lalu mereka masuk ke dalam dan mendengar suara bacaan al-Qu’ran darisirdab ( kamar bawah tanah) pasukan penguasa menunggu di pintu rahsia itu dan menjaganya dengan ketat. Selang beberapa saat al-Mahdi keluar dari pintu sirdab itu dengan melewati mereka satu persatu. Bahkan ia melewati komandan mereka. Ketika al-Mahdi sudah jauh meninggalkan mereka, komandan itu berseru,” Kalian semua turun ke bawah.” Namun salah seorang pegawai menjawap,”Bukankah dia sudah melewatimu?” komandan membantah,” Aku tidak melihatnya. Kalau memang kalian lihat kenapa kalian membiarkannya?” Mereka serempak menjawap,”kami kira engkau melihatnya.”Pada akhirnya mereka gagal menangkap al-Mahdi,namun mereka menahan semua perempuan yang ada di rumah itu. Ja’far al-kadzab merampas dan menyita harta yang ada di rumah tersebut.

Kondisi yang tidak menguntungkan ini terjadi berkali-kali. Kekuasaan kerajaan, pengintaian, pengkhianatan Ja’far al-kadzab dan sebagainya mengakibatkan tertutupnya khabar kelahiran al-Mahdi,bahkan Allah S.W.T mengghaibkannya untuk sementara agar menjadikan persoalan ini maslahat bagi orang-orang yang bertaqwa, sekaligus menjaga nilai-nilai keadilan yang sejati. Kerana al-Mahdi terpilih untuk dan melindungi umat Muhammad seluruhnya. Bukan hanya umat di zaman itu, tapi untuk zaman-zaman selanjutnya, terutama zaman kezaliman dan kecurangan sekarang ini, zaman kemunculan Dajjal dan konco-konconya yang berwujud Dajjalisme yang mengawal dunia antarabangsa dengan kedok agama berpola sekular, agama dijadikan alat untuk menimbun keadilan manusia, dengan membuat ilusi keadilan dengan janji manis berbentuk hak asasi manusia. Terlebih lagi pertubuhan dunia, mereka berkumpul membuat lembaga bantuan antarabangsa untuk memberi hutang tanpa bunga, asal boleh ikut berpura-pura bijaksana dalam kegawatan politik dengan berharap terkabulnya do’a-do’a syaitan mereka. Seluruh dunia berkibat ke Negara super power dalam rangka mengajak bangsa-bangsa menuju kekafiran kepada Allah S.W.T. Orang-orang munafik pun bangga boleh mencontohi mereka dan malu mencontohi Muhammad s.a.w, lantaran beliau hidup di sahara tandus Mekah. Negara-negara kaya yang memberi hutang mencari kawan untuk didudukkan sebagai monarki, memeras darah rakyat jelata, merampas kekayaan alam, memperkudakan para ilmuan dalam mengembangkan serta memahami keadilan Islam, menerkah benih-benih perpecahan di kalangan intelektual Muslim,dan akhirnya rakyat yang menjadi sasaran dalam perebutan kekuasaan elite politik.

Imam al-Mahdi r.a sangat kita nantikan pada kondisi zaman semacam ini,bahkan tidak ada lagi tokoh terpercaya selain beliau. Namun harapan seorang mukmin yang mukmin yang mukhlis haruslah diwujudkan dengan “ do’a perbuatan” ,bukan sekadar membaca wirid sakti ataupun bintang ramalan walaupun terkadang benar dan mustajab. Lebih parah lagi konsep mereka reka pemikiran yang belum jelas sumbernya. Teori politik produk Barat yang menjalar dimana-mana sangatlah menarik bagi orang yang berkeinginan untuk cerdik dan terpelajar. Padahal hanya ikut-ikutan, serta demi kepentigan peribadi. Nafsunya inginkan penampilan berbeza dari penampilan suci Nabinya, ingin lebih canggih dari kecanggihan mukjizat Rasul.

Maha Suci Allah dan tiada daya upaya kecuali hanya Allah yang Maha Tinggi dan Maha Mulia. Apabila seseorang Muslim merasa perlu dan perlu kepada figure idola di zaman ini, sebaiknya mempelajari, mendalami,serta menghayati biogafi yang benar tentang peribadi agung Imam Mahdi r.a, dengan melepas baju-baju pemikiran Barat dan Timur. Membuang semua bentuk fanatisme golongan, ras, kesukuan dan sejenisnya, lalu mengendalikan nafsu-nafsu keakuan ananisme melangkah menuju cinta kepada kekasih-kekasih Allah. Al-Mahdi adalah raja dan wali-wali qutub. Cubalah anda berusaha mengapai cahaya keadilannya dan memetik manfaat hikmah keghaibannya.

Kemunculan al-Mahdi r.a berkait rapat hubungannya dengan keperluan umat Islam kepada keadilan dan parahnya kezaliman serta kecurangan yang meluas di bumi ini, sehingga tidak ada ruang untuk berbuat adil kecuali ditekan dan dihentam oleh penjahat zionisme, orientalisme dan agen-agen professional mereka.

Semoga Allah S.W.T membimbing kita dalam mencari figur waliyullah penegak keadilan dari pengikut setia Imam Mahdi r.a. Cukuplah salah satu saja dari mereka sebagai pembimbing kita untuk menuju as-Sirat al-Mustaqim iaitu jalan Rasulullah dan ahlulbaitnya yang senantiasa dicurahkan kasih saying dari Allah kepada mereaka semua. Selawat.

(ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: