Pesan Rahbar

Home » , , , » Rahbar: Contoh Kemenangan Atas Israel Terpampang Di Depan Mata

Rahbar: Contoh Kemenangan Atas Israel Terpampang Di Depan Mata

Written By Unknown on Saturday 9 August 2014 | 20:56:00

 
 
Oleh : M. Musa*

Bukan main. Meski panggung politik di Iran dalam tiga tahun terakhir ini tak pernah sepi dari polemik dan cek-cok antara kelompok kanan yang dicap konservatif dan kiri yang disebut reformis, perhatian segenap segmen masyarakat dan elemen kekuasaan di Iran ternyata masih tajam mengawasi gerak gerik musuh besar Islam, AS dan Israel.  Walaupun tak segemuruh krisis politik di Indonesia, rivalitas antar elit politik di Iran kadang sampai membuat gamang para simpatisan Iran di dalam dan di luar negeri.  Betapa tidak, apa yang terjadi di Indonesia juga pernah terjadi di Iran. Pengerahan massa relawan untuk menghadapi massa mahasiswa yang reformis dan saling tuduh berbuat makar antar elit politik juga pernah terjadi di negeri Mullah ini.  Entah bagaimana, konflik seperti itu satu demi satu reda sebelumnya menyusul konflik lainnya di kemudian hari.  Dan isu yang sekarang masih ada adalah penangkapan beberapa orang-orang yang didakwa pelaku makar atau bughat (menurut istilah yang baru dipopularkan para kiai NU) oleh kelompok kanan yang menguasai instansi-instansi hukum (yudikatif), sementara kelompok kiri yang menguasai ekskutif dan legislatif menganggapnya sebagai move politik menjelang pemilihan presiden, meski para tersangka itu bukan fungsionaris partai-partai mereka.

Uniknya, konflik internal itu ternyata tak membuat perhatian mereka buyar di depan gerak-gerik musuh Iran yang juga mereka pastikan sebagai musuh Islam.  Tak kurang, angkatan bersenjata Iran yang konon masih kekanan-kananan belum lama ini menghajar basis-basis kelompok oposisi Iran Organisasi Mujahidin Khalq (MKO) di Irak dengan puluhan rudal Scud yang pernah populer pada Perang Teluk awal tahun 90-an.  Semua fraksi politik di Iran menyetujui serangan terhadap kelompok yang disepakati sebagai organisasi teroris dan pengkhianat bangsa itu, meski serangan itu terpaksa melanggar wilayah teritorial Irak dan membuat rezim Bagdad geram. 

Kini, giliran parlemen Iran Majlis Syura Islam, yang kiri, reformis, dan kerap dianggap lunak dan kompromistis di depan musuh, itu bikin hajatan yang jauh lebih  besar, hajatan yang mematok harga mati berupa resistensi dan bahkan perang untuk Israel dan AS. Hajatan yang entah menelan biaya berapa juta dolar ini mendatangkan para delegasi dari seluruh negara-negara Islam, termasuk Indonesia dan Malaysia, untuk sebuah konferensi akbar, selain juga melibatkan para pimpinan dari seluruh fraksi pejuang Palestina. Dari Indonesia hadir para Ketua Fraksi DPR RI. Tujuan hajatan berupa International Conference on Palestinian Intifada ini tak tanggung-tanggung; memobilisasi bangsa-bangsa muslim untuk bersatu menghabisi Israel yang dibeking AS.  Caranya ialah dengan membantu secara lebih kongkret para pejuang anti Zionisme yang berada di front terdepan, khususnya rakyat Palestina,  dan mungkin juga milisi Islam Hizbullah di Libanon, setelah KTT Arab di Amman, Jordania, beberapa waktu lalu tidak membuahkan hasil yang memuaskan para pejuang Palestina.

Banyak yang mengharapkan konferensi ini bisa membuahkan hasil kongkret yang menambah ketegaran intifadah Palestina. “Kita jangan hanya bisa mengobral kata-kata.” Tandas DR. Nur Iskandar Alberson, pembicara dari Indonesia yang fasih membacakan teks makalah berbahasa Arab di podium.

Di lain pihak, Jubir Deplu AS Philipe Reeker, seperti dilaporkan United Press dari New York, saat menanggapi isi pidato peresmian Konferensi Teheran memastikan akan mencatat nama-nama organisasi dan negara yang menghadiri konferensi ini dalam daftar dan laporan tahunan AS mengenai para pendukung terorisme.  Laporan ini dijadwalkan  akan keluar pekan depan. 

Konferensi yang sudah diupayakan gagal oleh Washington dan Tel Aviv ini dimulai hari Selasa 24 April 2001 di Teheran dan dibuka dengan Pidato Rahbar alias Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah Uzma Sayid Ali Khamenei.  Berikut ini adalah hasil terjemahannya:


بسم الله الرحمن الرحيم
         
الحمد لله الذي من علينا بهداية الاسلام و شرع لنا الجهاد الذي هو باب من ابواب الجنه فتحه الله لخاصه اوليائه ، وسبحان الذي اسري بعبده ليلا من المسجد الحرام الي المسجد الاقصي الذي باركنا حوله لنريه من آياتنا انه هو السميع البصير، والصلاه والسلام علي نبيه البشير النذير محمد وآله الطاهرين الطيبين وصحبه المنتجبين، والسلام عليكم ورحمه الله وبركاته                                                                                         

Saya ucapkan selamat datang kepada hadirin sekalian; para pimpinan dan delegasi parlemen dari negara-negara Islam, para pemimpin fraksi-fraksi mujahid, para pejuang front terdepan pertahanan Islam, dan para tamu undangan sekalian.  Semoga rahmat dan hidayah Ilahi senantiasa tercurah kepada anda sekalian.

Keputusan untuk menyelenggarakan konferensi sedemikian ini adalah sesuatu yang penuh berkah dan insyaallah akan dapat membuahkan hasil-hasil yang positif dan konstruktif dalam upaya memobilisasi masyarakat Islam untuk menyokong kebangkitan rakyat muslim Palestina.  Pertemuan ini praktis membuktikan bahwa Palestina adalah masalah keislaman dan berkaitan dengan seluruh Dunia Islam.  Pendudukan terhadap palestina adalah salah satu pilar konspirasi terkutuk kaum imperialis dunia dimana  dulunya adalah Inggris dan sekarang AS-lah yang tampil untuk merongrong dan meremukkan Dunia Islam.

Musuh-musuh Islam selalu berusaha menampilkan klasifikasi kebangsaan demi mencegah persatuan umat Islam dan agar mereka bisa menguasainya.    Pada awal-awal pendudukan Palestina, para ulama mujahid termasuk Syaikh Izzuddin Qasam dan Haji Amin AlHusaini telah meminta bantuan umat Islam untuk menyelamatkan Palestina, dan sang marji' besar AlMarhum Mohammad Husain AlKashif AlGhita' juga telah mengeluarkan perintah (hukum) jihad melawan kaum Zionis.  Sayangnya, corak keislaman perjuangan ini kemudian melemah dan yang menguat malah corak kebangsaan.

Kemenangan revolusi Islam di Iran dibawah pimpinan Imam Khomaini, sosok cemerlang dari keturunan Nabi Besar Mohammad SAWW,  telah memainkan peranan fundamental dalam proses kebangkitan Islam di seantero dunia, khususnya negara-negara regional.  Kemenangan umat Islam dalam konfrontasi yang secara kasat mata tidaklah seimbang  melawan musuh di Libanon Selatan adalah satu indikator baru tentang kesolidan dan kebenaran perjuangan Islam, serta merupakan satu penegasan bahwa jika umat Islam bertumpu kepada janji Allah dan berjuang demi Allah maka kemenangan adalah merupakan satu kepastian bagi mereka.

Kemenangan resistensi Islam yang begitu memukau di Libanon Selatan, dan dari sisi lain kekandasan prakarsa-prakarsa damai secara memalukan adalah salah satu pelajaran bagi masyarakat regional sehingga warga muslim Palestina-pun kembali tergiur kepada intifadah.  Senandung perdamaian yang sekarang kembali didengungkan di dalam Palestina dan kawasan sekitarnya tidak mempengaruhi warga Palestina yang tabah dan gagah berani.  Mereka bertekad untuk melanjutkan perjuangan hingga tercapainya kemenangan, isnyaallah.  Sebab, intifadah yang pertama terhenti lantaran terbuai oleh doktrin-doktrin kaum Zionis dan para pendukungnya dengan janji-janji bahwa konsesi-konsesi seperti yang dikehendaki bangsa Palestina bisa diraih melalui perdamaian, selain juga lantaran infiltrasi para pemrakarsa perdamaian serta tekanan AS dan Barat.  Namun, 10 tahun kemudian terbukti bahwa seluruh sepak terjang para pendukung Zionisme di dunia ternyata hanya bertujuan menyelamatkan Rezim Israel dari tekanan perjuangan umat Islam, dan bahwa  apa yang dijanjikan kepada para perunding Palestina ternyata tak lebih dari genangan fatamorgana. 

Aksi pendudukan, ekspansi, dan keganasan yang diperagakan Israel sekarang ini sebenarnya sudah bisa diprediksikan sebelumnya oleh kalangan cerdik pandai dan mereka yang peka di tengah masyarakat Islam.  Sejak awal terbentuknya Israel, Rezim perampas dan pembohong ini selalu melanggar hak-hak warga muslim Palestina.  Pelanggaran ini lantas dijustifikasi dan didukung oleh sebagian negara Barat, khususnya AS, sementara lembaga-lembaga internasional pun juga ikut menjustifikasinya sambil berusaha melegitimasi status dan agresi Israel.

Bumi Palestina dan Baitul Maqdis selalu menjadi obyek keserakahan sebagian negara Barat.   Keserakahan mereka terhadap tanah suci ini terbukti dari pemaksaan Perang Salib yang berkepanjangan terhadap umat Islam.  Setelah kekalahan dinasti Ottoman sebagian komandan pasukan   Sekutu yang masuk ke Baitul Maqdis mengatakan: "Sekarang Perang Salib sudah berakhir!"

Pendudukan tanah ini dilakukan berlandaskan sebuah proyek yang multidimensional, rumit, dan bertujuan menghadang persatuan dan kekompakan umat Islam serta mencegah berdirinya kembali pemerintahan-permerintahan Islam yang tangguh.   Ada berbagai indikasi yang menunjukkan bahwa kaum Zionis justru menjalin hubungan erat dengan kaum Nazi Jerman.  Mereka sengaja menyodorkan data-data yang berlebihan mengenai pembantaian umat Yahudi dengan tujuan menyedot simpati khalayak umum dan mempersiapkan situasi untuk pendudukan Palestina dan penjustifikasian aksi-aksi jahat kaum Zionis.  Bahkan ada pula berbagai indikasi yang menunjukkan bahwa sejumlah orang keji non Yahudi dari Eropa Timur melakukan imigrasi ke Palestina atas nama umat Yahudi dengan tujuan mendirikan  sebuah pemerintahan anti Islam di jantung Dunia Islam dengan kedok mendukung mendukung para keluarga korban rasialisme, dan lalu terciptalah keretakan antara wilayah timur dan barat Dunia Islam setelah  masa berlalu hampir 14 abad. 

Awal mulanya, umat Islam lalai karena mereka tidak menyadari adanya permusuhan yang diproyeksikan oleh kaum Zionis dan pendukungnya di Barat.  Dinasti Ottoman kalah lalu dijalinlah 'Perjanjian Saiks - Piko' secara rahasia untuk membagi-bagikan negara-negara Arab  kepada para pemenang perang.  'Masyarakat internasional'  menyerahkan kekuasaan atas Palestina kepada Inggris.  Mereka juga menjanjikan bantuan kepada kaum Zionis, dan kemudian dengan serangkaian rencana yang matang mereka memboyong kaum Yahudi ke Palestina dan mengungsikan umat Islam dari rumah dan tempat tinggal mereka.  Di medan laga yang besar dimana satu pihak adalah Barat dan Zionisme dan di pihak lain adalah negara-negara Arab yang baru terbentuk, musuh-musuh Islam menggunakan berbagai jenis sarana canggih termasuk media propaganda dan forum-forum internasional. 

Mereka menyeru umat Islam supaya bersabar dan menempuh perundingan damai, tetapi di saat yang sama mereka mempersenjatai Israel.  Target-target strategis mereka dalam memperlakukan umat Islam dan Israel secara pilih kasih dan diskriminatif ini ialah menjaga supremasi militer Israel atas negara-negara Islam, mendukung Israel di forum-forum internasional, dan mengerahkan media massa di bawah pengaruhnya untuk menjustifikasi kejahatan-kejahatan Israel. Mereka menyebarkan propadanda bahwa pikiran untuk menang atas Israel hanya merupakan ilusi belaka. 

Sejak diakui oleh PBB, yakni sejak setengah abad silam hingga tahun lalu, Israel selalu di atas angin dan tak ada seorangpun yang menghadangnya.  Namun resistensi Islam Libanon yang hanya terdiri dari ribuan pemuda bersenjatakan iman telah membuyarkan mimpi Rezim Israel dan para pendukungnya.   Para pemuda mulia ini sukses mempersona non-gratakan Israel tanpa memberi konsesi apapun.  Kemenangan para pemuda ini lantas menjadi pelita yang menerangi jalan para pemuda muslim lainnya.  Kini menyaksikan intifadah Masjidil Aqsha yang serupa dengan perlawanan Islam Libanon  namun dalam dimensi yang lebih luas.

Saudara sekalian, Anda sekarang mengadakan pertemuan untuk menyokong intifadhah sebagai sebuah kewajiban Islam.  Anda memikul tugas yang amat berat.  Sebelum segala sesuatunya, Anda harus menunjukkan bahwa di bawah kebangkitan Islam, Dunia Islam telah bertekad untuk kembali kepada tradisi-tradisi sejarah kecemerlangannya, terutama tradisi persatuan yang di masa silam selalu menjadi formula kemenangan umat Islam dalam berbagai pertempuran melawan agresi kaum salibisme.   Dalam peristiwa sejarah yang besar itu, mujahidin dari segenap Dunia Islam terbiasa terjun ke medan pertempuran yang amat menentukan dan berkepanjangan antara kufur dan iman.

Sekarang ini, segenap perhatian umat Islam dunia tersorot kepada perjuangan determinan rakyat Palestina dengan harapan yang melebihi besarnya harapan mereka kepada intifadah yang pertama.  Sebab saat itu, yaitu 10 tahun silam, iklim perdamaian secara gradual terus merebak membayangi kawasan Timteng.   Sejumlah kalangan memang telah menambatkan hatinya kepada AS,  sementara kalangan lainnya karena tak berdaya menghadapi tekanan politik dan situasi internasional merasa tidak ada jalan lain kecuali menerima perdamaian, itupun dengan memenuhi syarat-syarat AS dan Israel.   Paradigma ini menguat sejak adanya perkembangan sedemikian rupa di kawasan Timteng.  Akan tetapi, tahun ini konferensi ini diselenggarakan di saat solusi untuk perdamaian Timteng sudah membentur kebuntuan yang bahkan diakui sendiri oleh pihak-pihak yang masih saja menambatkan harapannya kepada AS.

Pada tahun 1991, Arab dan umat Islam mengalami depresi akibat serangkaian kekandasan mereka secara beruntun dalam peristiwa Perang Teluk.  Persatuan internal mereka mengalami erosi serius dan mereka pun tersekat dalam beberapa golongan.  Namun, dalam situasi sekarang ini, khususnya sejak perlawanan Islam di Libanon Selatan mengalami kemenangan besar dan monumental, tunas-tunas harapan telah bersemi di dalam hati umat Islam.

Mengenai perlakuan terhadap Israel, saat itu ada dua cara yang selalu dikemukakan.  Pengalaman perlawanan militer pasukan Arab terhadap Israel dikatakan kalah sementara cara damai yang akan menyukseskan ambisi Israel secara damai dengan imbalan penarikan pasukan Israel dari sebagian wilayah pendudukan diproyeksikan untuk menghalangi menguatnya daya militer negara-negara Arab.  Contohnya ialah apa yang kita saksikan dalam Perjanjian Camp David.  Saat itu cara-cara perlawanan tidak dilontarkan dan malah disebut-sebut tidak bisa diterima khalayak umum.  Namun, sekarang ini sudah ada contoh sukses di depan kita bahwa untuk pertama kalinya wilayah pendudukan berhasil dibebaskan tanpa ada pemberian konsesi apapun kepada Israel dan berhasil menggagalkan impian Rezim Zionis untuk mengibarkan benderanya di ibu kota Libanon.

Dalam Perjanjian Camp David syarat penarikan pasukan Israel ialah Mesir tidak mengirim pasukan ke Sinai Utara. Sebaliknya, di Libanon Selatan Israel yang merisaukan kekuatan milisi perlawanan Islam justru meminta pasukan militer Libanon supaya dikirim ke wilayah perbatasan antara Palestina dan Libanon.  Artinya, perlawanan Islam inilah yang dapat mengembalikan kedaulatan Libanon sepenuhnya atas Libanon Selatan dan wilayah-wilayah pendudukan lainnya. 

Intifadah adalah kebangkitan rakyat yang sudah frustasi di depan upaya-upaya perdamaian dan yang sudah menyadari bahwa kemenangan hanya bisa dicapai dengan perlawanan.  Dalam intifadah sebelumnya, rakyat Palestin telah banyak menanggung banyak korban.  Mereka telah mempersembahkan para syuhada dan korban cacat dalam jumlah yang besar di jalan Islam dan perjuangan membebaskan wilayah Islam.  Akan tetapi, intifadah itu kemudian dihentikan oleh perundingan Oslo.  Apakah yang dihasilkan perundingan Oslo?  Sekarang, pihak Palestina yang ikut memprakarsai dan mendukung perundingan Oslo sendiri sudah sama-sama tidak mendukungnya lagi.  Karena dalam praktik mereka  mengetahui bahwa Israel hanya ingin menyelesaikan masalahnya sendiri,  yaitu supaya bisa lolos dari serangan para pejuang yang hanya bersenjatakan batu.  Kalau toh mereka memberikan sedikit sesuatu lalu menyebutnya sebagai konsesi, maka itu semata-mata hanya untuk memadamkan api intifadah dan mengurangi kerentanannya.  Dan begitu problemanya teratasi dan mereka pun beranggapan bahwa rakyat Palestina sudah tidak punya kekuatan lagi untuk memulai intifadah, perlawanan, dan konfrontasi dengan mereka, maka mereka bahkan tak segan-segan mengurungkan pemberian secuil konsesi itu sehingga watak ekspansif mereka terungkap. 

Perkembangan proses perdamaian dan agenda Oslo telah menyadarkan rakyat Palestina bahwa tidak ada jalan lain bagi mereka kecuali bangkit berjuang.  Orientasi utama intifadah ialah Masjidil AlAqsha.  Sebab, amunisi yang meledakkan amarah rakyat Palestina ialah perlakuan tidak senonoh terhadap Masjid AlAqsha.  Rakyat Palestina telah tampil ke medan laga dengan memikul risalah penting untuk menjaga salah satu tempat yang paling disucikan umat Islam.  Mereka menyulut kobaran suci perlawanan dan perjuangan terhadap penjajah Zionis dengan semangat altruisme.

Proses perdamaian, khususnya rancangan Oslo tadinya telah memecah belah bangsa Palestina.  Namun, intifadah suci itu kembali mementaskan persatuan nasional di Palestina.  Anda menyaksikan sendiri, seluruh segmen masyarakat ikut terlibat dalam perjuangan ini, dan semua fraksi Islam dan nasionalis sudah bahu membahu.  Bahkan pihak-pihak yang hatinya masih terbuai di tempat lain terpaksa mengikuti gerakan arus besar ini.  

Kebangkitan atau kesadaran Islam sejak kemenangan revolusi Islam di Iran serta mencuatnya gerakan Imam Khomaini dalam dua dekade terakhir telah tampak di pentas regional dan Dunia Islam.  Poros utama kebangkitan dan gerakan ini ialah masalah Palestina.  Intifadah AlAqsha bahkan telah menembus batas-batas geografis Palestina dan mengalami eskalasi hingga keluar dari batas kebangsaan Palestina sehingga menggiring bangsa-bangsa muslim dan Arab lainnya ke atas gelanggang.  Demonstrasi jutaan umat Islam dari kawasan barat hingga kawasan timur Dunia Islam membuktikan bahwa rakyat Palestina bisa memperhitungkan dukungan-dukungan yang akan mereka dapati, dan di saat yang sama mereka telah memainkan peranan besar bagi terciptanya persatuan umat Islam.

Hari dimana resistensi Islam yang melibatkan para pemuda gagah berani Libanon dan didukung dengan wejangan Imam Khomaini mulai terbentuk, Israel sedang menduduki ibu kota Libanon, Beirut, dan mengcengkram otoritas politik negara ini.  Hari itu, ketika resistensi Islam meneriakkan slogan   'Zahfan Zahfan Nahw Al-Quds' (Ayo Maju Menuju AlQuds), sekelompok orang yang tak tahu apa-apa menganggap slogan itu sebagai buah pikiran yang sederhana.  Mereka menikam dengan soalan mana mungkin bisa bergerak menuju AlQuds sedang orang-orang Libanon sendiri tak sanggup memasuki ibu kota negaranya sendiri.  Dari hari itu hingga kemenangan monumental milisi perlawanan Islam terhadap Israel hanya ada bentangan waktu 18 tahun.  Percayalah, 18 tahun bukanlah waktu yang panjang dalam sejarah perjuangan bangsa-bangsa.

Memang, perjuangan pasti akan disertai dengan berbagai kerugian yang menyedihkan.  Rakyat akan terbunuh,  rumah-rumah akan hancur, tekanan ekonomi akan membebani pundak rakyat, dan masih ada puluhan malapetaka lain yang tidak akan membiarkan hati kita semua lega.  Tapi kita harus melihat apakah hasil yang akan dipersembahkan oleh perjuangan penuh pengorbanan ini.  Sedemikian berharganya kemenangan sehingga mau tidak mau harus dibayar mahal. 

Israel dulu pernah membentak-bentak di kawasan ini sambil mendiktekan segala kemauannya kepada bangsa-bangsa Arab, tetapi  sekarang ia harus bertekuk lutut karena tak berdaya menghadapi besarnya perlawanan Islam.  Ini baru merupakan bagian kecil dari keberdayaan bangsa-bangsa muslim dan Arab.  Percayalah, jika semua kemampuan Dunia Islam atau bahkan sebagian diantaranya dikerahkan di jalan ini, niscaya kita akan menyaksikan kehancuran Israel.  Di Libanon Selatan saja Israel keteteran menghadapi sebuah resistensi yang hanya dilakukan beberapa ribu   orang.  Memang, Hizbullah Libanon punya akses yang kuat di tengah masyarakat sehingga bisa memobilisasi ribuan atau bahkan puluhan ribu pasukan.  Namun, dalam menghadapi rezim penjajah Zionis secara kontinyu Hizbullah hanya mengerahkan beberapa ribu dan bahkan hanya beberapa ratus pasukan. Artinya, Israel dengan segala fasilitas militer dan tehnologi persenjataannya yang serba modern karena bisa menjangkau gudang amunisi AS ternyata keteteran menghadapi beberapa ribu pemuda yang dipenuhi gelora iman dan hanya mengandalkan senjata apa adanya.  Tentu, senjata ampuh yang membuat para pemuda itu tak kenal kata kalah ialah  senjata iman.

Dengan demikian, contoh perlawanan dan perjuangan sudah ada di depan mata kita.  Yakni, kemenangan bisa dicapai dengan perlawanan dan perjuangan yang tentu saja disertai dengan beban kerugian yang harus ditanggung.  Di saat yang sama, contoh dari kekalahan juga terpampang di depan mata, dan itu ialah kebergantungan kepada cara-cara kompromistis dan mengemis-ngemis kepada perdamaian yang hasilnya pun ternyata keterhinaan, keterpedayaan, dan pada akhirnya pemaksaan kehendak Israel secara sepihak seperti yang nyata-nyata sudah kita lihat bersama. Kemenangan monumental Hizbullah kini telah menjadi tulang punggung intifadah rakyat Palestina.  Tulang punggung yang sangat kuat.

Rezim Zionis sama sekali tidak punya kemampuan yang memadai untuk terus menerus berkonfrontasi dengan bangsa Palestina dalam jangka panjang.  Mereka menipu umat Yahudi dan memboyongnya ke Palestina dengan harapan bangsa-bangsa Arab tidak memerangi  mereka, dan kalau toh mereka mengambil keputusan untuk berperang, tekanan Barat akan mematahkan resistensi mereka dalam jangka panjang.  Atas dasar ini, orang-orang yang datang ke Palestina sebenarnya tidak memiliki kesiapan untuk mengorbankan nyawa mereka demi ambis-ambisi politik para pengasas Zionisme.  Berdasarkan berbagai laporan, terorisme kaum Zionisme mengalami pukulan telak sehingga bahkan memicu terjadinya arus balik imigrasi.

Konferensi mengenai Palestina sebelumnya yang diadakan di Teheran telah menyumbangkan peranan fundamental dan positif.  Karena konferensi ini telah menyajikan pusat harapan untuk pihak yang menentang proses perdamaian sekaligus telah meniupkan spirit dan harapan kepada rakyat Palestina. 

Sikap dan pendirian Republik Islam Iran yang sangat solid di tengah negara-negara Islam juga berhasil menumbuhkan semangat kepada rakyat Palestina yang heroik tersebut.   Dan sekarang, rakyat Palestina lebih memerlukan dukungan spirit dan posisi yang tangguh.  Benar bahwa mereka sekarang memerlukan dana dan harus ada tindakan serius untuk memenuhinya, namun dalam berbagai wawancara mereka sendiri mengatakan bahwa yang lebih mereka perlukan ialah pengambilan sikap yang teguh oleh bangsa-bangsa Arab dan Islam.

Konferensi yang Anda selenggarakan ini harus bisa menciptakan kesempatan bagi terealisasinya masalah ini.  Anda harus bisa memberikan dukungan intensif dan komprehensif yang dapat menggairahkan jiwa rakyat Palestina.  Dengan melakukan sepak terjang di jalan ini, Anda para wakil dari pelbagai negara Islam  juga bisa mengerahkan segenap kemampuan bangsa-bangsa Anda sekalian untuk membebaskan Palestina.  Pembelaan terhadap bangsa Palestina yang teraniaya dan kebangkitan mereka yang penuh gagah berani adalah kewajiban Islam bagi semua.

Sekarang ini, sebuah bangsa muslim yang bermandi darah datang dari medan pertempuran untuk meminta pertolongan umat Islam.  Saya sendiri tidak bisa melupakan teriakan ‘ya lalmuslimin’  yang dipekikkan oleh seorang wanita Palestina di depan kamera wartawan.  Segenap bangsa-bangsa muslim dan Arab harus mengukuhkan keabsahan perjuangan rakyat Palestina.  Di forum-forum internasional mereka harus menegaskan bahwa rakyat tak berdaya yang hak-haknya dinistakan dan dijajah  berhak memperjuangkan hak-haknya.  Dengan demikian, berlanjutnya intifadah dan perlawanan rakyat Palestina adalah hak mereka yang sah dan dihormati pula oleh UU internasional, walaupun -ironisnya- UU ini kerap diinterpretasikan sesuai kehendak kaum imperialis dan adikuasa dunia.

Saudara sekalian, yakinlah bahwa tubuh Israel sekarang sudah keropos dan generasinya sekarang sama sekali tidak memiliki kesiapan untuk berkorban demi mempertahankannya. 

Alhamdulillah, bangsa-bangsa Arab dan muslim sekarang sudah kuat di banding masa-masa selama 50 tahun silam.  Mereka sudah kuat dalam berbagai bidang.  Umat Islam sudah tidak tahan lagi duduk tertegun menyaksikan penindasan sepanjang hari terhadap bangsa Palestina.  Israel harus tahu, berlanjutnya penumpasan bangsa Palestina akan dibalas dengan reaksi keras, serius, dan operasional dari seluruh bangsa Arab dan muslim. 

Rakyat Palestina harus diberi semangat untuk melanjutkan perlawanan.  Rakyat Palestina tahu persis bahwa yang bisa mematahkan tindakan-tindakan represif Israel di Libanon ialah perlawanan Islam dan pembalasan terhadap Israel dengan hantaman-hantaman keras, dan bukan ketergantungan kepada upaya-upaya damai dan mediasi.  Konsolidasi rakyat Palestina dan fraksi-fraksi Palestina adalah sesuatu yang amat vital.  Segala sesuatu yang dapat mengubah perjalanan ini dan tidak adanya kewaspadaan terhadap musuh jelas tidak akan membantu aspirasi rakyat Palestina. 

Alhamdulillah, bangsa Palestina sudah lulus dengan penuh sukses dalam ujian sepanjang 50 tahun ini.  Mereka berhasil menunjukkan kematangannya.  Saya melihat upaya-upaya israel gagal total untuk menyulut pertikaian antar mujahidin.  Kendati memiliki visi yang berbeda, semua fraksi dan gerakan pejuang dengan penuh kesabaran telah melancarkan suatu revolusi yang membendung terealisasinya  ambisi-ambisi musuh.  Ini semua harus dilestarikan.

Sekarang sudah jelas sepenuhnya kesalahan anggapan sementara orang bahwa masalah Palestina adalah masalah yang bersifat temporer dan hanya terbatas pada bagian kecil dari Dunia Islam.  Timbunan senjata nuklir dan pemusnah massal dalam jumlah yang besar di gudang-gudang amunisi Rezim Zionis bukan dipersiapkan untuk menghadapi rakyat Palestina yang tak berdaya, melainkan untuk menegakkan dominasi terhadap Dunia Islam, khususnya Timteng. Hizbullah berjuang untuk membebaskan tanah pendudukan lalu Israel membalasnya dengan menggempur pasukan Suriah.  Ini merupakan bukti jelas adanya niat terkutuk itu dari Israel dan negara-negara Barat pendukungnya.

Garis besar perjuangan melawan Israel haruslah begini:
A. Rezim penjajah ini dikurung dalam batas-batas teritorial wilayah pendudukan, ruang udara pernafasan ekonomi dan politiknya disempitkan, dan jalinan hubungannya dengan habitat di sekitarnya diudari.
B. Resistensi dan perjuangan bangsa Palestina di dalam negeri mereka dilanjutkan, dan bantuan segala sesuatu yang mereka perlukan terus dialirkan kepada mereka hingga tercapainya kemenangan.

Saudara dan saudari sekalian, faktor yang mendorong kaum imperalis dunia, khususnya Rezim AS, melancarkan tekanan dari segenap sisi terhadap Iran ialah dukungan kami kepada Palestina.   Mereka sendiri secara terbuka menyatakan bahwa problema utama AS dengan Iran ialah penolakan Republik Islam Iran terhadap prakarsa-prakarsa damai yang berbau pelecehan di Palestina.   Sedangkan masalah-masalah lain termasuk tuding-tudingan menggelikan mengenai pelanggaran HAM dan pembuatan senjata pemusnah massal tak lebih dari sekedar pretensi.   Jadi, mereka hanya akan menghentikan cara permusuhannya terhadap Iran jika Iran menghentikan dukungannya kepada para pejuang dan rakyat Libanon dan Palestina.

Tentu saja kami juga tahu persis bahwa problema utama mereka ialah Islam dan pemerintahan Islam, dan mereka juga tahu persis garis kebijakan politik Republik Islam Iran ini.  Kami telah berkata ‘tidak’ kepada mereka, dan kami menganggap dukungan kepada Palestina dan Libanon sebagai salah satu tugas penting dalam Islam.  Akibatnya, mereka melancarkan tekanan dari berbagai sisi. 

Kebijakan utama dan strategi mereka ialah memporak porandakan barisan umat Islam Iran yang revolusioner.  Mereka mencap kelompok tertentu dengan reformis dan kelompok lain dengan konservatif.  Mereka mendukung satu kelompok tertentu, dan  menggempur kelompok lain dengan profokasi.  Mereka membesar-besarkan sebagian problematika yang ada dengan tujuan mengesankan ketidak efektifan pemerintahan Islam agar rakyat frustasi terhadap pemerintahan religius.  Mereka menjajakan dikotomi agama dan politik.  Namun, dalamnya keimanan rakyat kami kepada agama  telah menjadi benteng raksasa yang menghadang jalan mereka.  Mereka merancang program-program propaganda dengan tujuan membuat para pemuda Iran frustasi.  Problema ekonomi yang kurang lebih sudah menjadi fenomena yang lumrah dan umum di semua pelosok dunia mereka kesankan sebagai salah satu masalah yang tidak bisa dipecahkan oleh pemerintahan Republik Islam Iran.

Dengan propagandanya, mereka ingin menyoal Imam Khomaini dan pilar-pilar revolusi Islam, karena mereka terpukul oleh Islam dan revolusi Islam.  Mereka merasa terancam bahaya oleh kebangkitan Islam di dunia dan sangat cemas menyaksikan hidupnya kembali dan meruyaknya perjuangan Islam di Libanon dan Palestina.  Karena itu mereka bermaksud mencabut akar pemikiran Islam. Mereka membidikkan peluru-peluru propaganda beracunnya  ke arah Islam dan agama.  Semakin besar eskalasi perjuangan Libanon dan Palestina, semakin besar pula kegeraman dan konspirasi Zionisme dan AS terhadap pemerintahan Republik Islam.  Tetapi mereka harus tahu, para pejabat dan pemimpin negara kami masih terkonsolidasi, dan rakyat muslim Iran tetap serempak mendukung aspirasi revolusi dan Islam.   Dan dukungan kepada Palestina, intifadah, dan perjuangan melawan Zionisme dan para pendukungnya tetap merupakan bagian dari pilar-pilar utama kebijakan strategis Republik Islam Iran.  Kami yakin, dengan berlanjutnya perjuangan umat Islam Palestina dan dukungan Dunia Islam, Palestina akan bebas, dan Baitul Maqdis serta Masjidil Aqsha akan kembali dalam dekapan Dunia Islam.  Insyaallah.

والله غالب علي امره

“Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya”

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

 

* Staf Penyiar Radio IRIB (Islamic Republic of Iran Broadcasting) Siaran Bahasa Indonesia.
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: