Jubah atau pakaian Rasulullah serta barang-barang lainnya yang pernah ia bawa selama masa hidupnya. Seandainya kita punya kesempatan untuk menciumi barang-barang yang pernah bersentuhan dengan kulitnya yang suci itu, maka itu akan menjadi kesempatan terindah seumur hidup kita.
Dalam Sahih Muslim, ada sebuah hadits yang sangat terkenal yang diceritakan oleh Ibn Abbas. Hadits itu berbunyi:
“Tiga hari sebelum Rasulullah meninggal, Umar bin Khattab dan para sahabat lainnya berdiri di samping tubuh Rasulullah yang terbaring. Rasulullah bersabda, ‘Sekaran aku akan tuliskan bagi kalian sehingga kalian tidak akan tersesat setelahku.’ Umar bin Khattab menimpali, ‘Rasulullah telah dikuasai oleh penyakitnya; kalian sudah memiliki Qur’an, Kitabullah. Itu cukup bagi kita semua.’ Pernyataan Umar mengundang kemarahan dari semua orang yang hadir. Beberapa mengatakan bahwa perintah Rasulullah itu harus segera dipatuhi supaya ia bisa menuliskan apa yang ingin ia tuliskan untuk menuntun umat semua. Sedangkan sebagian lain sepakat dengan Umar. Ketika ketegangan sudah memuncak, Rasulullah berkata dengan marah, ‘Pergilah kalian semua dariku!’
Seandainya Umar bin Khattab mau bersabar dan tidak mencegah Rasulullah menuliskan surat wasiatnya, maka umat Muhammad tidak akan mungkin berpecah belah selamanya. Mereka akan berpedoman pada selembar tulisan dari Muhammad al-Mustafa itu yang akan menjadi pemersatu umat Muslim sedunia.
Oleh karena itu, Ibn Abbas seringkali berkata setelah kejadian itu: “Malang sekali, sungguh malang sekali. Kejadian dulu itu dimana pertentangan dan keributan terjadi, telah membuat Rasulullah murka dan tidak jadi menuliskan wasiatnya dan oleh karena itu, Rasulullah tidak meninggalkan apa yang ia ingin tuliskan dalam selembar kertas.”
Riwayat dari Sa’id Ibn Jubayr dituliskan dalam Sahih Bukhari. Ia meriwayatkan sebagai berikut:
Ibnu Abbas pernah berkata, “Duhai hari Kamis, malang nian hari Kamis!,” kemudian Ibnu Abbas menangis dengan keras sehingga bebatuan kecil yang ada di sekitar dirinya basah karena tangisannya. Kemudian ia melanjutkan, “Ketika itu hari Kamis. Penyakit Rasulullah sedang menghebat, kemudian ia berkata, ‘Bawakan untukku kertas dan pena supaya aku bisa menuliskan sesuatu yang dengannya kalian tidak akan lagi tersesat sepeninggalku.’ Orang-orang mulai ribut dan bertengkar satu sama lainnya dan mereka melakukan hal itu di depan Rasulullah yang masih hidup bersama mereka. Seseorang mengatakan bahwa Rasulullah telah meracau. Rasulullah berteriak akhirnya, ‘Pergilah kalian semua dariku! Aku lebih berakal daripada kalian semua.”.
Diriwayatkan dalam kitab Raudatul-ahbab bahwa Rasulullah telah berkata kepada Fathimah, “Bawalah kedua anakmu kepadaku.” Kemudian Fathimah membawa Hasan dan Husein ke hadapan Rasulullah. Keduanya kemudian memberi salam kepada Rasulullah, kemudian duduk di tepi pembaringannya dan kemudian menangis ketika melihat kakeknya sedang menderita seperti itu. Keduanya menangis pilu sehingga orang-orang yang hadir di situ ikut menangis keras. Hasan meletakkan wajahnya di wajah Rasulullah, sedangkan adiknya, Husein, meletakkan wajahnya di dada Rasulullah. Rasulullah membuka matanya, kemudian ia menciumi kedua cucunya itu dengan penuh kasih sayang. Itu juga sekaligus untuk memberikan orang-orang pelajaran bahwa mereka harus mencintai dan menghormati kedua cucunya itu. Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa para sahabat yang kebetulan hadir di sana pada saat itu, demi melihat Hasan dan Husein menangis mereka juga ikut menangis keras. Di tengah-tengah suasan haru itu Rasulullah berseru, “Panggilah saudaraku Ali dan bawalah kepadaku.”. ‘Ali datang dan berdiri di sisi pembaringan sambil memegang kepala Rasulullah. Ali kemudian mengangkat kepala Rasulullah dan meletakkannya di pangkuannya. Rasulullah berkata:
“Ya, Ali! Aku telah meminjam sejumlah uang dari seorang Yahudi untuk keperluan tentara ekspedisi Usamah. Tolonglah bayarkan hutangku itu. Dan, Ali. Engkau akan menjadi orang pertama yang akan menemuiku di mata air al-Kautsar. Engkau juga akan mendapatkan banyak sekali masalah sepeninggalku. Engkau harus bersabar menghadapinya dan apabila engkau lihat orang-orang lebih mencintai dunia, maka engkau harus lebih memilih akhirat.”.
Yang berikut ini diambil dari Khasa’is dari Nasa’i dari Ummu Salamah:
“Demi Allah, orang yang paling dekat dengan Rasulullah ketika Rasulullah meninggal itu adalah Ali. Pada pagi hari ketika Rasulullah hendak meninggal. Rasulullah memanggil Ali yang sedang disuruh untuk melakukan sebuah tugas. Rasulullah memanggil-manggil Ali sebanyak tiga kali sebelum akhirnya Ali datang. Ali datang sebelum matahari terbit. Karena kami tahu Rasulullah ingin meluangkan waktunya sendirian bersama Ali, maka akhirnya kami membiarkan mereka berdua. Aku yang terakhir keluar; oleh karena itu aku berdiri dekat sekali ke pintu kamar—lebih dekat daripada para wanita yang lain. Aku melihat Ali mendekatkan kepalanya kepada Rasulullah dan Rasulullah tampaknya membisikkan sesuatu ke telinganya selama beberapa saat lamanya. Oleh karena itu, Ali adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah disaat-saat kematiannya.”.
Al-Hakim memberikan catatan dalam kitab Mustadrak-nya:
“Rasulullah terus menerus menaruh kepercayaan kepada Ali hingga ajal menjemputnya. Dan Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir di dekat Ali.”
Ibn al-Wardi menyatakan bahwa orang-orang yang memandikan jenazah Rasulullah ialah:
“Ali, Abbas, Fadl Qutham, Usamah, dan Shaqran. Abbas, Fadhl dan Qutham membolak-balikkan jenazah Rasulullah. Usamah dan Shaqran menyirami tubuh Rasulullah dengan air, dan Ali yang membersihkan jenazah Rasulullah.”
Dalam Tarikh al-Khamis ada tambahannya:
“Abbas, Fadhl, dan Qutham membolak-balik jenazah Nabi sementara Usamah dan Shaqran yang menyiramkan airnya. Semuanya matanya ditutup kain.”
Ibn Sa’d menceritakan kejadian ini dalam kitab Tabaqat-nya:
“Ali meriwayatkan bahwa Rasulullah melarang siapapun memandikan jenazahnya kecuali Ali sendiri dan apabila orang lain yang melakukannya maka kedua matanya akan buta.”
Sementara itu ‘Abdul Barr dalam kitabnya Al-Isti’ab, mengutip dari Abdullah bin Abbas yang berkata: “Ali memiliki empat keutamaan yang tidak mungkin dimiliki oleh orang lain. Keutamaannya itu ialah:
1. Diantara semua orang Arab dan non-Arab (‘Ajam), Ali adalah orang yang pertama kali shalat bersama Rasulullah.
2. Di dalam semua peperangan yang ia ikuti, Ali pastilah menjadi pemegang panji (bendera perang) di tangannya.
3. Ketika semua orang kabur dari peperangan meninggalkan Rasulullah sendirian, Ali bin Abi Thalib tetap berada di samping Rasulullah tak bergeming.
4. Ali adalah satu-satunya manusia yang memandikan jenazah Rasulullah dan memasukkan jenazahnya ke liang lahat.”
Baik Abul-Fida’ maupun Ibn al-Wardi menunjukkan bahwa Rasulullah itu meninggal pada hari Senin dan kemudian dikebumikan keesokan harinya yaitu pada hari Selasa. Akan tetapi di dalam hadits lain disebutkan bahwa Rasulullah itu dikebumikan pada malam hari antara malam Selasa dan Rabu. Ini mungkin kelihatannya lebih faktual mendekati sumber yang disebutkan pertama. Akan tetapi ada juga sumber lain yang mengatakan bahwa Rasulullah tidak dikebumikan hingga 3 hari setelah hari meninggalnya.
Dalam kitab Tarikh-al-Khamis, disebutkan bahwa Muhammad ibn Ishaq mengatakan sebagai berikut:
“Rasulullah itu meninggal pada hari Senin dan kemudian dikebumikan pada malam hari Rabu”
Sedangkan mengenai usianya ketika Rasulullah meninggal, Abul-Fida’ menuliskan:
“Ada perbedaan pendapat mengenai usia Rasulullah ketika ia meninggal dunia. Akan tetapi apabila kita menghitungnya dengan menggunakan hadits-hadits yang terkenal, maka kemungkinan Rasulullah itu hidup hingga usia 63 tahun”.
*****
Rasulullah meninggal pada tanggal 28 Safar tahun 11H. Dengan itu kehidupan dari Nabi terakhir itu berakhir di dunia ini.
“Hai Nabi sesungguhnya kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, dan untuk jadi penyeru kepada Agama Allah dengan izin-Nya dan untuk jadi cahaya yang menerangi.” (QS. Al-Ahzab: 45—46).
Rasulullah telah meninggalkan dunia fana ini…………akan tetapi pesan-pesan yang ia bawa untuk umat manusia tetap abadi bersama kita………………..
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al-Maa’idah: 16)
“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrahim: 1).
“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57).
“…………… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya.” (QS. Al-Hasyr: 7).
Pembangkangan Shahabat Terhadap Perintah Penyerangan ke Romawi
Walaupun Rasulullah saww sudah memerintahkan shahabat (kecuali beberapa orang seperti imam Ali as), akan tetapi mereka (muhajirin dan anshar) banyak yang keberatan pergi dan bahkan tidak taat kepada Nabi saww dengan dua alasan: Pertama, karena Nabi saww dalam keadaan sakit.
Alasan ini sebenarnya untuk golongan yang keberatan pergi. Utsamah sendiri semacam memohon kepada Nabi saww untuk tidak meninggalkan beliau saww dalam keadaan sakit. Ke dua, karena Nabi saww memilih Utsamah sebagai panglima dan pemimpin. Alasan ini dijadikan alasan oleh orang-orang yang tidak taat kepada Nabi saww, seperti Abu Bakar dan Umar.
- Untuk alasan pertama ini, maka Nabi saww tetap menekankan kepada Utsaamah untuk pergi memimpin pasaukan, beliau saww bersabda:
“Pergilah ke tempat terbunuhanyaa ayahmu dan kuasailah dengan pasukan kudamu. Aku telah mengangkatmu menjadi pemimpin pasukan ini…….dst.” (Syarhu Nahji al-Balaaghah, karya Ibnu Abi al-Hadiid, 1/53; al-Maghaazii, karya al-Waaqidii, 3/1117; al-Siiratu al-Halabiyyah, 3/207; al-Siiratu al-Nabawiyyah, karya Zaini Dahlaan, bihaamisyi al-Siirati al-Halabiyyati, 2/339; Thabaqaatu al-Kubraa, 2/190; …dll yang banyak sekali di kitab-kitab Sunni).
- Untuk alasan ke dua, yaitu tidak perginya para shahabat bersama Utsaamah, maka Rasulullah saww dengan badan yang gemetaran karena sakit, keluar rumah dan memasuki masjid lalu menaiki mimbar dan bersabda:
“Wahai hadirin, apa yang telah sampai kepadaku dari perkataan sebagian kalian tentang penunjukanku kepada Utsamah? Kalau kalian mencela penunjukanku kepada Utsaamah hari ini, sesungguhanyaa kalian sebelum itu telah mencela penunjukanku kepada ayahanyaa …..”.
Paling kerasnya penentang keputusan Nabi saww adalah Umar dan Abu Bakar. Karena mereka tidak mau pergi, dan setelah Nabi saww marah dan naik mimbar itu, baru mereka pergi, akan tetapi sesampai di daerah Jurf (di luar Madinah) mereka kembali ke Madinah dan membuat pertemuan Saqifah setelah wafatnya Nabi saww yang kemudian dengan baiatnya Umar, Abu Bakar menjadi khalifah (lihat semua kitab-kitab sejarah Sunni berkenaan dengan pembaiatan Abu Bakar ini).
Dalam beberapa riwayat juga dikatakan bahwa Nabi saww bersabda:
“Ikutlah tentara Utsamah, laknat Allah bagi yang memboikotnya.” (al-Milal wa al-Nihal, karya Syahristaani al-Syafi’ii, 1/23).
Dalam riwayat lain juga dikatakan bahwa Umar mengecam keras Utsamah ketika itu dengan berkata:
“Kalau Rasulullah mati, kamu akan menjadi pemimpinku?!” (al-siiratu al-Halabiyyah, 3/209; Kanzu al-‘Ummaal, 15/241, hadits ke: 710; al-Siiratu al-Nabawiyyah, karya Zaini Dahlaan, bihaamisy al-Siiartu al-Halabiyyah, 2/341).
Dan ketika Abu Bakar menjadi khalifah, dan ingin mengirim pasukan ke Romawi, Umar tetap ngotot meminta Abu Bakar untuk mencabut kepemimpinan Utsaamah (Taariikhu al-Thabari, 3/226; al-Kaamil, 2/335; al-Siiratu al-Halabiyyati, 3/209; al-Siiratu al-Nabawaiyyah, 2/340.).
Petaka Hari Kamis
Peristiwa ini, dikenal dalam kitab-kitab hadits dan sejarah sebagai Petaka Hari Kamis atau “Raziyyatu Yaumi al-Khamiis”. Yaitu ketika Rasulullah saww sudah sakit dan menjelang wafat beliau saww, pada hari kamis, beliau saww meminta sekitarannya menyiapkan kertas dan pena untuk menuliskan wasiat beliau saww.
Beliau saww besabda:
“Aku akan menuliskan sebuah tulisan –wasiat- buat kalian sehingga kalian tidak akan pernah sesat setelahanya.”
Akan tetapi Umar melarang memberikannya dan berkata:
“Sesungguhanyaa Rasulullah saww telah dilampaui sakitnya, sementara kita sudah punya Qur an, cukuplah Qur an bagi kita.” (Shahih Bukhari, 7/156; Shahih Muslim, 5/75; Musnad Ahad bin Hanbal, 4/356; ….dll yang banyak sekali).
Maksud Umar adalah mengigau, meracau, ngaco dan semacamnya, seperti yang diriwayatkan di hadits-hadits lainnya yang mengatakan bahwa beberapa shahabat Nabi saww mengatakan bahwa beliau saww telah “Mengigau/meracau” (Shahih Bukhari, 2/118 atau hadits ke: 3053; Shahih Muslim, hadits ke: 3090; ..dll yang banyak sekali di Sunni).
Akhirnya Rasulullah saww mengusir mereka dari hadapan beliau saww. (Shahih Bukhari, hadits ke: 114, 3053, 4432; Shahih Muslim hadits ke: 3091, 4322; dll yang banyak sekali di kitab-kitab sunni).
Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah SAWW berwasiat akan tiga hal saat menjelang wafatnya:
Pertama, keluarkan kaum musyrikin dari Jazirah Arab.
Kedua, berikan hadiah kepada delegasi seperti yang biasa kulakukan.
Kemudian si perawi berkata, “aku lupa isi wasiat yang ketiga.”[1]
Akankah akal sehat kita dapat menerima dan percaya bahwa para sahabat yang hadir dan mendengar tiga wasiat Nabi itu tiba-tiba lupa pada apa isi wasiat yang ketiga ?, apa hukumnya bagi orang pelupa dan menjadi Perawi ?
Politiklah yang memaksa mereka melupakan isi wasiat itu dan tidak menyebutnya. Hal ini merupakan rangkaian musibah lain yang kita saksikan dari para sahabat seperti itu. Tidak mungkin tidak bahwa isi wasiat yang “terlupa” itu adalah wasiat Nabi akan pelantikan Ali (AS) sebagai khalifah dan imam sepeninggal beliau SAWW. Namun si perawi enggan menyebutkannya.
Orang yang meneliti sejarah dan masalah-masalah seperti ini akan merasakan bahwa isi wasiat yang diabaikan itu sebenarnya adalah pesan Nabi akan kepemimpinan Ali bin Abi Thalib AS, walau diupayakan dengan sistematik untuk disembunyikan.
Bukhari dalam kitab Shahihnya bab al-Washaya, dan Muslim dalam bab Al-Wasiyah meriwayatkan bahwa Nabi pernah berwasiat pada Ali di tengah kehadiran Aisyah [2].
Ingatlah ketika Ummul Mukminin Aisyah, tidak senang mendengar nama Ali disebut-sebut, seperti yang laporkan oleh Ibnu Sa’ad dalam Thabaqatnya [3], dan Bukhari dalam kitab Shahihnya Bab Nabi Sakit Dan Wafat; dan kita tahu bahwa Aisyah melakukan sujud syukur saat mendengar kematian Imam Ali KW, Lalu harapan apa yang masih tersisa dari Ummul Mukminin ini untuk mau meriwayatkan hadis wasiat Nabi untuk Ali bin Abi Thalib? . Ummul Mukminin Aisyah ini sangat dikenal oleh kalangan khusus dan umum akan sikap permusuhan dan kebenciannya pada Imam Ali, putera-puteranya serta itrah Ahlu Bait Nabi SAWW.
Masih ada cara-cara kotor mereka yang kadang-kadang menakwilkan hadis-hadis shahih dan menafsirkannya dengan makna yang tidak tepat; atau mendustakan hadis-hadis yang tidak sejalan dengan mazhab mereka walau hadits itu tertulis dalam kitab-kitab shahih dan diriwayatkan dengan sanad-sanad yang bisa dipercaya. Mereka juga kadangkala menghapus setengah atau dua pertiga dari isi hadis lalu menggantinya dengan kalimat begini dan begitu; atau meragukan para perawi yang tsiqah lantaran ia meriwayatkan hadis-hadis yang tidak sejalan dengan kehendak mereka; atau mengutip suatu hadis pada edisi pertama dari buku terbitannya, kemudian menghapusnya pada cetak-ulang berikutnya tanpa memberi sedikitpun alasan betapapun para pemerhati mengetahui sebab musababnya.
Usaha mereka itu adalah dengan sengaja hendak mengaburkan kebenaran dan mencari pembenaran sebanyak-banyaknya mereka mampu melaksanakannya, tetapi akan selalu terbongkar.
Referensi:
1. Shahih Bukhori jil. 7 hal. 121; Shahih Muslim jil. 5 hal. 75.
2. Shahih Bukhori jil. 3 hal. 68; Shahih Muslim jil. 2 hal. 14.
3. Thabaqat Ibnu Saad Bag. 2 hal. 29.
(Syiah-Ali/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email