Pesan Rahbar

Home » » Mayoritas Umat Merupakan Jama’ah pengikut Syi’ah Mu’awiyah (sunni sekarang) yang MERAMPAS kekuasaan , menindas dan melakukan diskriminasi terhadap Syi’ah Ali. Mustahil Nabi SAW menyuruh anda mengikuti kaum mayoritas !!!

Mayoritas Umat Merupakan Jama’ah pengikut Syi’ah Mu’awiyah (sunni sekarang) yang MERAMPAS kekuasaan , menindas dan melakukan diskriminasi terhadap Syi’ah Ali. Mustahil Nabi SAW menyuruh anda mengikuti kaum mayoritas !!!

Written By Unknown on Tuesday 2 September 2014 | 01:13:00


(BACA)


PERiSTiWA Saqifah menimbulkan DAMPAK BERANTAi di kemudian hari yakni UMAT MENJADi SESAT karena mendustakan, meninggalkan dan memusuhi ajaran ahlulbait. Teraniaya nya puteri Nabi dan tertahan haknya. Thaghut Umayyah Abbasiyah menindas para imam maksum lalu MERUBAH Hadis Hadis NABi, terampasnya warisan kepemimpinan ahlulbait penerus Nabi, Berkuasanya tiran fasik yang berlaku sewenang wenang kepada Ahlulbait dan syi’ah Ali sehingga mengalami ujian dan bencana tiada tara karena kezaliman pembangkang.

SEJARAH PENYESATAN UMAT MUHAMMAD SAW OLEH MAZHAB SUNNi (AHLUSUNNAH WAL JAMA’AH).

(Baca)

 =============================
ahlus sunah wal jama'ah itu ajaran menyimpang dari syariat ahlul bait nabi saw. jadi jangan salahkan jika mereka mengikuti syiah. syiah sudah resmi mazhab islam dari tahun 2004. syiah pertama kali muncul tahun 2 H, sedangkan sunni muncul tahun 80 H. pendiri sunni adalah muawiyyah termasuk ahlus sunah waljama'ah. syiah adalah milik imam ali merupakan partai islam yg pertama kali berdiri.
==============================

Inilah awal sejarah pecahnya Islam menjadi golongan – golongan dan mereka itulah orang – orang musyrik (penjelasan Qs Ar Rum ; 31 ,32 dan Qs Al Mu’minun ; 52 – 54) .
Allah berfirman :
Dan diantara manusia ada yang mempergunakan perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Allah itu olok – olokan .Mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan “.(Qs Luqman ; 6 ).

Pertikaian politik sering dicarikan legitimasi nya oleh Mazhab Sunni dengan memalsukan sumber sumber hadis dan kitab kitab sejarah. Kaum mu’tazilah tidak begitu banyak berpegang pada sunnah atau tradisi ahlul hadis sunni, bukan karena mereka tidak percaya pada tradisi Nabi SAW, tetapi karena mereka ragu akan keoriginalan hadis hadis sunni.

Syi’ah menyortir hadis sunni, karena syi’ah hanya mau memakai sunnah yang betul betul asli (orisinal) dan bukan hadis hadis buatan yang bukan dari Nabi SAW.
Wasiat Nabi SAW bahwa 12 khalifah Quraisy haruslah berasal dari Ahlul bait dan dari Bani Hasyim membuat mayoritas suku suku pasca Nabi SAW wafat tidak mau menerima. Mereka berpikir :  “Apakah kenabian dan kekhalifahan hanya hak eksklusif Bani Hasyim ???
Penolakan terhadap wasiat Nabi SAW tentang imamah wa khilafah sangat mengerikan karena kelak di kemudian hari mengakibatkan terjadinya PENYESATAN UMAT Muhammad SAW sepanjang masa, apalagi sunni mengedarkan doktrin politik nya dengan gaya gaya absolutistik dan merasa “pasti benar”.
PERiSTiWA Saqifah menimbulkan DAMPAK BERANTAi di kemudian hari yakni UMAT MENJADi SESAT karena mendustakan, meninggalkan dan memusuhi ajaran ahlulbait. Teraniaya nya puteri Nabi dan tertahan haknya. Thaghut Umayyah Abbasiyah menindas para imam maksum lalu MERUBAH Hadis Hadis NABi, terampasnya warisan kepemimpinan ahlulbait penerus Nabi, Berkuasanya tiran fasik yang berlaku sewenang wenang kepada Ahlulbait dan syi’ah Ali sehingga mengalami ujian dan bencana tiada tara karena kezaliman pembangkang.

Allah SWT berfirman : “Wahai orang orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul Nya. Bertakwalah kepada Allah” (Qs. Al Hujurat ayat 1).

Perpecahan, berbagai perselisihan, pertikaian dan propaganda yang tidak pada tempatnya mengakibatkan seseorang bisa menjadi MUSYRiK. Permusuhan membawa kepada kelemahan umat dan hilangnya wibawa !
Janganlah wahabi mengira definisi musyrik hanya dengan menyembah berhala, akan tetapi musyrik juga mencakup MEMECAH BELAH AGAMA dengan menjejalkan secara paksa berbagai kepentingan dan pandangan raja raja zalim kedalam agama  yang akhirnya melunturkan nilai keotentikan dan kesucian agama. Akibat nya hukum Allah menjadi keruh bercampur baur dengan tangan tangan kotor penguasa tiran.
Firman Allah SWT : “… janganlah kamu termasuk orang orang yang mempersekutukan Allah , yaitu orang orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka” (QS. Ar Rum ayat 31-32 ).

Firman Allah SWT : “Apakah mereka mempunyai semabahan sembahan selain Allah yang mensyari’atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah. Sekiranya tidak ada ketetapan yang menentukan (dari Allah) tentulah mereka telah dibinasakan . Dan sesungguhnya orang orang yang zalim itu akan memperoleh azab yang amat pedih” (Qs. Asy Syuraa ayat 21).

Misalnya : apa yang terjadi di Madinah selama jenazah Nabi SAW terbaring di kamar ‘Aisyah ?? Buku buku sejarah dikaburkan dengan polemik polemik sengit kaum sunni dengan penafsiran yang diselewengkan, bahkan dengan mengkafirkan dan membid’ahkan mazhab ahlul bait. Apakah tidakan keji ini membuat umat tidak sesat dikemudian hari ???
Perebutan kekuasaan menjadikan umat Islam terpecah belah. Syi’ah memerangi sektarianisme. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya mereka yang memecah belah agama mereka kemudian menjadi bersekte sekte, engkau (Muhammad) tidak sedikitpun termasuk mereka” ( QS. Al An’am 169 )).

Tanyakan pada mereka : Apakah masuk akal pada bidang religius misalnya orang mengikuti Imam Malik lalu pada bidang politik mereka mengikuti KHALiFAH AL MANSHUR ???  Bukankah thaghut Umayyah dan thaghut Abbasiyah dikategorikan sebagai kelompok sunni ? Pada masa pemerintahan Bany Abbasiyah diadakanlah pertemuan para ulama – ulama Arab untuk pertama kalinya untuk membahas hal ini
Mazhab Ahlusunnah Wal Jama’ah (sunni) menyatakan bahwa pemimpin sah dengan salah satu diantara empat cara perebutan kekuasaan :
  1. Sistem syura yang terbatas ( seperti pemilihan Abubakar ). Padahal sistem ini tidak lebih dari persekongkolan kalangan tertentu untuk merampas hak Imam Ali AS sebagai penerus tugas suci Nabi SAW.
  2. Sistem istikhlaf ( penunjukan oleh khalifah sebelumnya seperti yang dilakukan Abubakar kepada Umar ).
  3. Sistem syura dari dewan formatur yang ditunjuk khalifah sebelumnya ( seperti pengangkatan Usman bin Affan ).
  4. Sistem al ghalabah bi as saif ( kemenangan perang /penaklukan dengan kekuatan militer seperti yang dilakukan Mu’awiyah yang menghunus pedang kepada Imam Ali AS), bahkan Sunni mengharuskan pentaatan pada penguasa yang zalim selama mereka masih shalat. Abdullah bin Umar menyatakan : “kami bersama orang yang berkuasa”.
Apakah empat hal yang saling bertentangan seperti diatas bisa disatukan ??? Apakah sunnah Nabi yang otentik mengandung ajaran tersebut ??
Otak saya tidak bisa mencerna kontradiksi ini. Apalagi perbutan kekuasaan dengan meninggalkan jenazah Nabi, mencampakkan bani Hasyim, penindasan, berlaku sewenang wenang dan penumpahan darah terhadap manusia manusia MAKSUM dan para pengikutnya.

Sampai sampai khutbah jum’at pun dijadikan medan propaganda untuk membusukkan dan mengutuk Imam Ali AS. Apakah Sahabat Nabi SAW yang membenci Imam Ali dan keturunan nya bukan pendusta agama ??? Apakah Sahabat Nabi yang membunuh sahabat Nabi yang lain dan meracuni imam Hasan adalah adil ???
Perkongsian antara para SULTAN dan ulama kerajaan seperti Abu Hurairah menghasilkan SUNNAH REKAYASA bernama hadis hadis yang melarang rakyat berontak kepada penguasa zalim, hadis keadilan semua sahabat dan tidak adanya wasiat tentang  imamah Ali.

Mencampur hadis asli dan hadis palsu adalah sarana bagi para ulama su’ untuk menjadikan umat Islam taat kepada mereka /golongannya .Hukum – hukum Allah di dalam Al Qur’an karena tidak menguntungkan sama sekali bagi mereka maka digantikan dengan hukum – hukum mereka dengan mengatas namakan / memfitnah (As sunnah) Nabi Muhamad .

Orang – orang Arab itu lebih sangat kekafiran dan kemunafikannya dan  wajar lebih tidak mengetahui hukum – hukum yang telah diturunkan Allah kepada Rasul Nya “ .Qs  At Taubah ; 97
Hai orang – orang yang beriman ,bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul Nya ,niscaya Allah memberikan rahmatnya kepadamu dua bagian…” . “ Kami katakan demikian supaya ahli kitab mengetahui bahwa mereka tidak mendapat sedikitpun akan karunia Allah…”.Qs  Al Hadid ; 28 ,29.

Inilah diantara firman Allah yang menjadikan timbulnya kesepakatan diantara mereka untuk menyesatkan umat Islam yaitu dengan membuat sebagian kitab hadist dan tafsir PALSU.
“ Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri lalu dikatakannya : “ini dari Allah” untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dari perbuatan itu…”,Qs Al Baqarah ; 79.

Peringatan Allah bagi hamba yang beriman agar tidak tersesat :
Peganglah dengan teguh apa yang telah Kami berikan kepadamu ,serta ingatlah selalu dan amalkan apa yang tersebut di dalamnya supaya kamu menjadi orang – orang yang bertaqwa  “.Qs Al A’Raf ; 171.

Fatwa yang menyenangkan hati KANJENG PENGUASA akan mendapat pujian dan bintang tanda jasa dari Thaghut Umayyah – Abbasiyah, berduyun duyunlah ulama su’ mendekati istana dengan target menjual iman kepada pihak yang berkuasa !!

Sedangkan ulama yang berani berterus terang menyatakan ajaran islam yang sejati dihabisi karena Bani ‘Alawiyyah, orang orang yang pro Ali dan keturunannya dimusuhi thaghut Umayyah – Abbasiyah. Dituduh RAFiDHi. Rafidhi dikutuk dimana mana, ulama kerajaan berlomba lomba mengutuk rafidhi dalam kitab kitab nya. Apa saja kekeruhan dalam negara maka rafidhi yang salah, kalau ada kekacauan maka rafidhi punya ulah !!!

Mau dibawa kemana firman Allah SWT : “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali kali kamu tiada mempunyai seorang penolong pun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan ” (Qs. Huud : 113).

POLiTiK KENEGARAAN MAZHAB  SUNNi  (ahlusunnah waL jama’Ah) MENYESATKAN  UMAT  DAN MUSTAHiL  TEGAK  KARENA  SUNNAH  SAHABAT  NABi SALiNG BERTENTANGAN
Lalu bagaimana dengan mazhab syi’ah imamiyah selaku satu satunya mazhab yang selamat ??? 12 imam maksum syi’ah memegang hak kepemimpinan politik sekaligus menjadi rujukan dalam masalah masalah keagamaan sebagaimana yang dicontohkan Nabi SAW ketika menjadi Pemimpin Negara Madinah yang tidak memisahkan antara dunia dan akhirat.

Bukankah Nabi SAW tidak hanya berperan sebagai seorang Nabi pembawa wahyu, pengajar ilmu (guru), penjelas mana yang baik dan mana yang buruk, tetapi juga berperan sebagai pemimpin NEGARA…
Kepemimpinan syi’ah adalah amanah ke Tuhanan (divine trust) yang merangkumi urusan duniawi-ukhrawi dengan dwi peran utama yaitu memelihara agama dan mengurus dunia.

Syi’ah tidak gentar karena kami berpedoman pada surat Ali Imran ayat 103 yang isi nya agar UMAT berpegang teguh kepada AGAMA ALLAH.
Adapun semua penindasan terhadap Fatimah, 12 imam maksum dan kaum syi’ah kami anggap sebagai cobaan dari Allah SWT. Firman Allah SWT : “Jika seandainya Allah menghendaki, maka pastilah Dia menjadikan kamu sekalian umat yang tunggal. Tetapi (Dia tidak menghendakinya) karena Dia hendak menguji kamu semua berkenaan dengan sesuatu yang diberikan Nya kepada mu” (Qs. Al Maidah ayat 51)
Firman Allah SWT : “Kalau seandainya Tuhan mu menghendaki, maka tentunya Dia jadikan manusia umat yang tunggal. Tetapi mereka itu akan tetap selalu berselisih, kecuali mereka yang mendapatkan rahmat dari Tuhanmu, dan untuk itulah Dia menciptakan mereka” (Qs. Huud 118-119).

Firman Allah : “Manusia tidak lain kecuali umat yang tunggal, kemudian mereka berselisih. Jika seandainya tidak karena adanya SABDA (kalimah) yang telah lewat dari Tuhan mu, maka tentulah diputuskan (sekarang juga) antara mereka berkenaan dengan perkara yang mereka perselisihkan itu” (Qs. Yunus 19).

Firman Allah : “Pada mulanya manusia adalah umat yang tunggal. Kemudian Allah mengutus para Nabi membawa berita gembira dan peringatan, dan Dia menurunkan bersama para Nabi itu Kitab suci dengan sebenarnya untuk memutuskan perkara antara umat manusia berkenaan dengan masalah yang mereka perselsihkan. Dan mereka yang menerima kitab suci itu tidaklah berselisih mengenai sesuatu kecuali setelah datang berbagai penjelasan, karena rasa permusuhan antara sesama mereka. Maka Allah pun dengan izin Nya memberi petunjuk tentang kebenaran yang mereka perselisihkan itu kepada mereka yang beriman. Allah memberi petunjuk kearah jalan yang lurus kepada siapa yang menghendakinya” (Qs. Al Baqarah 213).

Mazhab Sunni menghindari pembicaraan tentang tingkah laku negatif para SAHABAT sehingga mazhab syi’ah menjadi terpojok dituding sebagai pencela/pelaknat. Namun dalam hal ini syi’ah siap menyerahkan perselisihan ini di MAHKAMAH AKHiRAT kelak.

Al Quran membantah Total Teori Semua Sahabat  Adil


Salam dan Solawat. Dengan nama Allah yang Maha Pemurah dan Pengasihani.
Tidak dapat dinafikan, para sahabat Rasulullah(keredhaan Allah swt ke atas mereka yang kekal setia kepada baginda) memainkan peranan penting dalam membantu Rasulullah(sawa) menegakkan syiar Islam, dan di dalam Al Quran, di banyak tempat, Allah swt memuji mereka. Tetapi harus diingat, tidak semua para sahabat itu adil, dan ada segelintir dari mereka mendapat kecaman dari Allah swt.

Ramai dari kita keliru dan mengambil sikap sambil lewa apabila membaca ayat-ayat ini seolah-olah Allah swt menujukan ayat-ayat ini kepada sekalian manusia, tetapi pengecualian diberikan kepada para sahabat. Tetapi harus diingat, wahyu Allah swt ini dibacakan melalui mulut Rasulullah(sawa), bermakna ketika baginda membacakan wahyu ini, para sahabat turut tidak terkecuali dari ayat-ayat ini. Para sahabat juga liable dan tertuju secara langsung apabila Rasulullah(s) menyampaikan wahyu ini.

Berikut ialah apa yang dikatakan oleh Allah swt melalui Al Quran al Majid mengenai para sahabat.
  1. “Hai orang-orang beriman, barangsiapa yang murtad di antara kamu dari pada agamanya, kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum, Allah mengasihi mereka dan mereka mengasihi Allah, mereka lemah lembut terhadap orang beriman dan keras terhadap orang-orang kafir. Mereka berjuang pada jalan Allah, dan tidak takut akan cerca orang yang mencerca. Demikian itu kurnia Allah, diberikan kepada sesiapa yang dikehendakinya, Allah luas kurnianya lagi maha mengetahui.” (5:54)   Komen: Jika semua para sahabat itu adil dan taat secara total kepada Rasulullah(s) dan Tuhannya, maka tidak perlu turun ayat ancaman seperti ini, sehingga Allah swt memberi amaran akan menggantikan mereka dengan kaum lain yang lebih taat.
  2. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu khianat pada Allah dan Rasul, dan jangan pula khianat terhadap barang-barang yang diamanatkan kepadamu, sedang kamu mengetahui. Ketahuilah bahwa  harta dan anak2mu menjadi cubaan dan sesungguhnya disisi Allah pahala yang besar.”.(8:27-28) Komen: Ingatan Allah kepada para sahabat yang adil agar jangan mengkhianat.
  3. “Hai orang2 yang beriman, sahutlah seruan Allah dan Rasul, bila ia menyeru kamu, untuk menghidupkan kamu, dan ketahuilah, bahawa Allah membatas antara manusia dengan hatinya, dan sesungguhnya kamu akan dihimpunkan kepadanya. Takutlah oleh mu akan fitnah yang tiada akan menimpa orang2 yang aniaya sahaja diantara kamu, dan ketahuilah, bahawa Allah amat keras siksaannya.” (8:24-25): Fitnah akan menimpa masyarakat yang adil secara total?
  4. “Hai orang2 yang beriman, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika tentera musuh menyerang kamu, lalu kami kirim kepada mereka angin badai dan tentera yang tidak kamu lihat. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. Ketika mereka menyerang kamu dari sebelah atas kamu dan dari sebelah bawah kamu, dan ketika miring pandangan dan naik jantung ke kerongkong kamu(kerana ketakutan) dan kamu menyangka terhadap Allah dengan berbagai-bagai sangkaan. Di sana lah di cubai(keimanan) orang-orang yang beriman, dan mereka gementar dengan gementaran yang keras. Ketika berkata orang-orang munafiq dan orang2 yang di dalam hatinya ada penyakit(ragu-ragu): Tidak adalah janji Allah dan Rasulnya melainkan tipuan semat-mata.” (33:9-12)Komen: Para sahabat yang adil secara total menyangka terhadap Allah dengan berbagai sangkaan?
  5. “Hai orang2 yang beriman, mengapa kau  mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah, karena kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu perbuat.(61:24) Komen: Para sahabat yang adil secara total mengatakan sesuatu yang mereka tidak buat?
  6. “Apa belum tibakah waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingati Allah dan kebenaran yang diturunkannya. (57:16) Komen: Para sahabat yang adil secara total ada di kalangan mereka yang masih tidak tunduk hati mereka?
  7. Mereka menyebut-nyebut kurnianya kepada engkau, kerana mereka masuk Islam. Katakanlah: janganlah engkau menyebut-nyebut kurniamu kepada ku, kerana keislaman kamu itu, bahkan Allah yang memberikan kurnia kepada mu, kerana dia menunjuki kamu kearah keimanan, jika kamu orang2 yang benar.” (49:17) Komen: Para sahabat yang adil secara total bersifat begini?
  8. Orang-orang yang tiada beriman kepada Allah dan hari kemudian itu, meminta izin kepada mu serta syak wasangka di dalam hatinya, sedang mereka dalam keraguan serta bimbang.
  9. Kalaulah mereka keluar bersama kamu, tidaklah mereka menambahkan kamu melainkan kerosakan, dan tentulah mereka segera menjalankan hasutan di antara kamu, (dengan tujuan) hendak menimbulkan fitnah (kekacauan) dalam kalangan kamu; sedang di antara kamu ada orang yang suka mendengar hasutan mereka. Dan (ingatlah) Allah Maha Mengetahui akan orang-orang yang zalim.(9:47) Komen: Para sahabat yang adil secara total suka mendengar hasutan, dan suka menghasut. Sebuah masyarakat yang adil secara total wujud golongan yang munafik dalam hatinya, namun kita tidak mengenali mereka, Rasul juga ada tidak menceritakan siapa. Bagaimana mahu mengenali mereka? Sudah tentu dengan melihat tindakan mereka, sebelum dan sesudah kewafatan Rasul(s).
  10. Orang-orang  yang ditinggalkan (tidak turut berperang) itu, bersukacita disebabkan mereka tinggal di belakang Rasulullah (di Madinah); dan mereka (sememangnya) tidak suka berjihad dengan harta benda dan jiwa mereka pada jalan Allah (dengan sebab kufurnya), dan mereka pula (menghasut dengan) berkata: “Janganlah kamu keluar beramai-ramai (untuk berperang) pada musim panas ini”. Katakanlah (wahai Muhammad): “Api neraka Jahannam lebih panas membakar”, kalaulah mereka itu orang-orang yang memahami.(9:81) Komen: Para sahabat yang adil secara total tidak suka keluar berperang dengan Nabi(s), malah diancam pula oleh Rasul(s). Inikah contoh para sahabat yang adil?
  11. Dan sekiranya Kami kehendaki, tentulah Kami akan memperkenalkan mereka kepadamu (wahai Muhammad), lalu engkau tetap mengenalinya dengan tanda-tanda (yang menjadi sifat) mereka; dan demi sesungguhnya, engkau akan mengenali mereka dari gaya dan tutur katanya. Dan (ingatlah kamu masing-masing), Allah mengetahui segala yang kamu lakukan.(47:30) Komen: Para sahabat yang adil secara total juga wujud golongan munafik di dalamnya, kenalilah mereka melalui perbuatan mereka.
  12. Mereka membantahmu tentang kebenaran (berjihad) setelah nyata (kepada mereka kemenangan yang engkau janjikan), seolah-olah mereka dihalau kepada kematian, sedang mereka melihat (sebab-sebabnya).(8:6) Komen: Para sahabat yang adil secara total membantah Nabi(s) dalam berjihad walaupun telah dijanjikan kemenangan?
  13. (Ingatlah), kamu ini adalah orang-orang yang bertabiat demikian – kamu diseru supaya menderma dan membelanjakan sedikit dari harta benda kamu pada jalan Allah, maka ada di antara kamu yang berlaku bakhil, padahal sesiapa yang berlaku bakhil maka sesungguhnya ia hanyalah berlaku bakhil kepada dirinya sendiri. Dan (ingatlah) Allah Maha kaya (tidak berhajat kepada sesuatupun), sedang kamu semua orang-orang miskin (yang sentiasa berhajat kepadaNya dalam segala hal). Dan jika kamu berpaling (daripada beriman, bertaqwa dan berderma) Ia akan menggantikan kamu dengan kaum yang lain; setelah itu mereka tidak akan berkeadaan seperti kamu.(47:38) Komen Ibnu Azmi: Para sahabat yang adil secara total mempunyai sifat bakhil?
  14. Dan di antara mereka ada yang mencelamu (wahai Muhammad) mengenai (pembahagian) sedekah-sedekah (zakat); oleh itu jika mereka diberikan sebahagian daripadanya (menurut kehendak mereka), mereka suka (dan memandangnya adil); dan jika mereka tidak diberikan dari zakat itu (menurut kehendaknya), (maka) dengan serta merta mereka marah.(9:58) Komen : Para sahabat yang adil secara total mencela Nabi(s) kerana tidak puas hati pembahagian zakat?
  15. Dan di antara mereka yang mendengar ajaranmu (dengan sambil lewa), sehingga apabila mereka keluar dari sisimu berkatalah mereka (secara mengejek-ejek) kepada orang-orang yang diberi ilmu : “Apa yang dikatakan oleh Muhammad tadi?” Mereka itu ialah orang-orang yang telah dimeteraikan Allah atas hati mereka, dan ialah orang-orang yang menurut hawa nafsunya.(47:16) Komen: Para sahabat yang adil secara total mengambil sambil lewa ajaran Nabi dan mengejek-ejek orang yang diberi ilmu.
  16. Dan di antara mereka ada orang-orang yang menyakiti Nabi sambil mereka berkata: “Bahawa dia (Nabi Muhammad) orang yang suka mendengar (dan percaya pada apa yang didengarnya)”. Katakanlah: “Dia mendengar (dan percaya) apa yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah dan percaya kepada orang mukmin, dan ia pula menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab seksa yang tidak terperi sakitnya.(9:61)
Ayat-ayat di atas sepatutnya sudah memuaskan hati para pencari kebenaran yang berfikiran terbuka dan rasional,serta para pemikir yang sentiasa berusaha keluar dari kepompong propaganda yang telah diserap masuk sejak dari mula.

Dari ayat Quran di atas, dapat kita ceraikan para sahabat kepada 2 iaitu:
  1. Minoriti- Mempercayai Allah dan Rasulnya, menyerahkan urusan mereka dan kepimpinan kepada Allah dan Rasulnya, berdedikasi dengan sepenuh hati dalam perjuangan di jalan Allah, dan bersedia mengorbankan segalanya. Al Quran memanggil mereka dengan gelaran “orang-orang yang bersyukur”.
  2. Majoriti- Pada luarnya mempercayai Allah dan Rasulnya, tetapi ada penyakit di dalam hatinya. Tidak berserah diri dalam  hal urusannya melainkan untuk kepentingan sendiri dan duniawi. Mereka menentang perintah Allah dan Rasulnya, serta mementingkan kemahuan diri sendiri lebih dari perintah nabi. Kumpulan ini adalah golongan yang rugi dan mewakili majorit dri para sahabat. Allah swt berkata kepada mereka: “Sesungguhnya Kami telah mendatangkan kebenaran kepada kamu, tetapi kebanyakan kamu benci kebenaran itu.” (43:78).
Para pengkaji akan mendapati kumpulan majoriti ini tinggal bersama Nabi, bersolat bersama baginda dan menemani baginda dalam bermusafir.  Mereka berusaha mendekati baginda, agar perwatakan di sebalik tabir mereka tidak diketahui oleh para Muslimin yang ikhlas(ra). Mereka berusaha keras untuk melakonkan sifat-sifat mulia, membuatkan kaum muslimin lain kagum dengan kekhusyukan mereka dalam beribadah.
Jika kita mengkaji ayat-ayat Quran di atas, dan bandingkan dengan ayat-ayat Quran yang memuji para sahabat, maka kita dapat simpulkan beberapa perkara berikut:
  1. Para sahabat tidak keseluruhannya adil.
  2. Mereka berkemampuan untuk berdosa.
  3. Para munafik juga dikenali sebagai sebahagian dari para sahabat, tetapi tidak dikenali umum
  4. Keadilan sahabat harus dikenal melalui perwatakan, percakapan dan tindak tanduknya samada melanggar larangan Allah swt atau tidak.
  5. Ayat-ayat Quran yang menunjukkan redha Allah kepada para sahabat hanya berlangsung selama mana mereka dalam kebenaran dan tidak mencanggahi kebenaran. Jika mereka mencanggahi kebenaran, masakan mereka diredhai Allah.
Mohon mereka yang masih berpegang teguh kepada keadilan para sahabat keseluruhan mereka, secara total, tolong menjawab soalan ini:
  • Adakah para sahabat yang membantah perintah Rasul(s) di redhai Allah?
  • Adakah para sahabat  yang mencaci antara satu sama lain diredhai Allah?
  • Adakah para sahabat yang menfitnah antara satu sama lain diredhai Allah?
  • Adakah para sahabat yang membunuh sesama mereka diredhai Allah?
  • Adakah para sahabat yang mengkhianati bai’ah diredhai Allah?
Jelas, dapat disimpulkan, walaupun untuk seorang Sunni, kalian harus memilih dengan betul, para sahabat mana yang layak untuk anda ikut, kerana bukan semua mereka adil. Adapun jika kalian telah memilih, ambillah yang jernih dan buang yang keruh kerana bukan semua tindakan mereka selari dengan Al Quran.
Semoga Allah memberi kita hidayah. Salam dan Solawat.


Sahabat dari Pandangan Syiah.

Berat Sungguh Beban Mu Amirul Mukminin.
Salah satu yang menjadi topik perdebatan dan juga benih permusuhan antara saudara Sunni dan Syiah adalah masalah berkaitan para sahabat. Perkara ini diburukkan lagi apabila berlakunya salah faham dan fitnah yang disebarkan oleh pihak-pihak tertentu membantu memburukkan lagi keadaan.

Mereka menuduh Syiah membenci para sahabat, mencaci maki mereka serta mengatakan bahawa Syiah menjatuhkan hukum kafir kepada para sahabat. Tidak hairanlah perselisihan dan pergaduhan sangat mudah terjadi kerana di sebelah pihak, Sunni menganggap semua para sahabat adalah adil dan saksama serta soleh, tanpa sebarang pertimbangan atas kelakuan mereka. Gelaran sahabat diberikan tanpa kompromi kepada sesiapa sahaja dari mereka yang mendampingi Rasulullah sehingga lah kepada mereka yang pernah sekalipun melihat baginda. Manakala Syiah memilih sikap berhati-hati dalam mendefinasikan perkataan “sahabat” serta kepada siapa gelaran ini diberikan. Kami menilai sikap dan perbuatan para sahabat dengan Al-Quran dan Sunnah, untuk mengetahui kedudukan dan integriti sahabat di sisi Islam.

Jadi atas dasar kesatuan Ummah, maka perlu rasanya saya membuat beberapa siri artikel mengenai para sahabat, objektifnya untuk memberi penjelasan tentang pandangan Syiah tentang para sahabat secara umumnya, dan secara terperinci mengenai beberapa sahabat yang sangat-sangat menjadi kontroversi antara kedua puak.

Secara ringkasnya Syiah mengkategorikan para sahabat kepada 3 kumpulan dan kategori mengikut kelakuan dan sikap mereka yang dinilai berdasarkan undang-undang Islam dari Al Quran dan Al Hadis. Syiah juga menilai para sahabat berdasarkan fakta sejarah berkaitan kelakuan sahabat  sebelum Islam, semasa Rasulullah masih hidup dan selepas baginda wafat.

Kategori pertama;
Kategori pertama para sahabat ialah para sahabat yang mempercayai Allah, Rasulnya dan telah memberi apa yang termampu untuk Islam. Kumpulam ini mempunyai kedudukan paling tinggi dalam Islam. Mereka sentiasa menyokong Nabi, bersamanya susah dan senang, mempercayai baginda, tidak pernah meragui baginda, sentiasa melaksanakan arahan nabi, tidak pernah mengengkari arahan nabi dan mengeluarkan kata-kata yang menyakiti baginda contohnya mengatakan Nabi bercakap karut, berhalusinasi dan sebagainya.

Kumpulan ini lah yang disebutkan di dalam Quran (48:29);
“Muhammad itu adalah Rasulullah. Orang-orang yang bersama dengannya(mukminin) sangat keras terhadap orang kafir, berkasih sayang sesama mereka, engkau lihat mereka itu rukuk, sujud serta mengharapkan kurnia daripada Allah dan keredhaannya. Tanda mereka itu adalah di muka mereka, kerana bekas sujud. Itulah contoh mereka di dalam taurat. Dan contoh mereka dalam injil, ialah seperti tanaman yang mengeluarkan anaknya, lalu bertambah kuat dan bertambah besar, lalu tegak lurus dengan batangnya, sehingga ia menakjubkan orang yang menanamnya.  Begitu juga orang islam , pada mulanya sedikit serta lemah, kemudian bertambah banyak dan kuat, supaya Allah memarahkan orang-orang kafir sebab mereka. Allah telah menjanjikan ampunan dan pahala besar untuk orang-orang yang beriman dan beramal soleh diantara mereka itu.”.
Sahabat kategori ini ialah para sahabat yang tiada percanggahan antara kedua-dua pihak. Tidak kira Sunni dan Syiah,bersetuju dengan kemuliaan para sahabat kategori ini, oleh itu, sahabat kategori ini tidak akan dibincangkan di dalam siri artikel ini.

Perhatikan frasa yang telah di bold di atas, “di antara mereka itu”. Jelas sekali penggunaan frasa ini menunjukkan bahawa bukan semua para sahabat nabi tergolong dalam kategori ini seperti yang di war-warkan oleh saudara Ahlul Sunnah. Inilah yang kami cuba untuk nyatakan selama ini, bahawa di antara semua para sahbt nabi, hanya sebahagian sahaja yang mencapai standard yang telah di tetapkan di dalam ayat ini. Antaranya besikap keras terhadap orang kafir dan berkasih sayang antara mereka. Jadi para sahabat yng tidak bersikap keras terhadap orang kafir dan berlemah lembut sesama kaum muslimin tidak jatuh dalam kategori ini. Sekaligus membatalkan kenyataan sesetengah saudara Ahlul Sunnah bahawa ayat ini diturunkan untuk semua sahabat tanpa kecuali.

Contoh para sahabat yang jatuh dalam kategori ini ialah- Ammar Ibn Yassir, Miqdad, Malik Al Asytar, Abu Dzar Al Ghiffari dan Salman Al Farisi.

Kategori kedua;
Kategori kedua ialah para sahabat yang memeluk Islam dan mengikuti Rasulullah samada kerana pilihan sendiri atau kerana ketakutan, dan mereka sentiasa menghargai dan berterima kasih kepada Rasulullah atas keislaman mereka. Bagaimanapun, mereka menyakiti Rasulullah di beberapa peristiwa, dan tidak selalunya mengikuti perintah baginda, malah kerap mencabar perintah baginda, sehingga Allah swt, melalui Quran, harus masuk campur dengan memberi amaran dan mengancam mereka. Allah membuka pekung mereka dalam banyak ayat-ayat Quran, Rasulullah juga banyak menegur mereka dalam banyak hadis. Syiah hanya menyebut kumpulan sahabat ini dengan menyebut perbuatan mereka tanpa sebarang kekaguman.

Para sahabat kategori kedua di terangkan oleh Al Quran dalam banyak ayat, walau bagaimanapun saya akan menulis artikel yang berasingan bagi tajuk ini agar tidak terlampau memanjangkan artikel. Berikut ialah beberapa potong ayat dari kitab suci Al Quran yang menyebut tentang mereka.
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu bila dikatkan padamu: Berperanglah kamu di jaln Allah, lalu kamu berlambat-lambat duduk di tanah? Adakah kamu lebih suka kepada kehidupan dunia lebih dari akhirat? Maka tidak adalah kesukaan hidup di dunia, di perbandingkan dengan akhirat melainkan sikit sekali. Jika kamu tiada mahu berperang, niscaya Allah akan menyiksamu dengan azab yang pedih dan dia akan menukarkan kamu dengan orang lain” (9:38-39).
Ayat di atas menceritakan mengenai ada sesetengah sahabat yang berasa malas untuk berjihad sehingga Allah swt mengancam mereka dengan azab seksa di akhirat. Ini bukanlah satu-satunya peristiwa mereka di tegur.
“Jika kamu berpaling, maka Allah akan menukar kamu dengan kaum yang lain dri mu.” (47:38).
Bolehkah anda terangkan siapakah yang dimaksudkan dengan kamu di dalam ayat di atas? Allah juga berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suara mu lebih dari suara nabi..kerana takut akan menghapuskan amalan sedang kamu tiada sedar”(49:2).
Walaupun perintah Allah seperti diatas, kita dapati masih terdapat kes-kes dimana para sahabat menentang perintah nabi yang dapat kita lihat dalam sejarah seperti:
  1. Kes tawanan perang badar, apabila Rasulullah mengarahkan pembebasan mereka dengan dibayar fidyah.
  2. Perang Tabuk dimana ketika Rasulullah mengarahkan unta di sembelih untuk menyelamatkan nyawa mereka.
  3. Ketika Perjanjian Hudaibiyah, para sahabat ragu kepada kenabian
  4. Perang Hunain, di mana para sahabat menuduh Nabi tidak adil dalam pengagihan rampasan perang.
  5. Ketidakpuasan hati dalam isu perlantikan Usamah Ibnu Zaid sebagai komander tentera sejurus sebelum kewafatan baginda.
  6. Peristiwa Hari Khamis di mana para sahabat menghalang Rasulullah menulis wasiat terakhir baginda dan menuduh baginda meracau.(Na uzubillah)
Dan banyak lagi laporan-laporan dari buku-buku hadis tentang kelakuan para sahabat, yang akan saya pautkan di dalam artikel-artikel saya yang seterusnya. Contoh-contoh para sahabat yang jatuh dalam kategori ini tidak dapat  saya sertakan kerana ia bergantung kepada penilaian individu berdasarkan kelakuan setiap sahabat itu. InsyaAllah, saya juga akan menulis lebih banyak artikel dalam menganalisis keperibadian sahabat Rasulullah secara spesifik, semoga para pembaca boleh membuat pemerhatian sendiri.

Kategori ketiga;
Kategori ketiga ialah para munafik yang tidak pernah mempercayai Allah dan Rasulnya, juga golongan yang menjadi murtad selepas nabi. Walaupun begitu kumpulan ini berjaya memasuki dan berada bersama kelompok kaum muslimin, dan melakukan kerosakan dari dalam. Antaranya ialah Abu Sufyan, Muawiyah dan Yazid.
Yazid berkata: “Bani Hashim bermain dengan kerajaan, tetapi tiada wahyu yang di turunkan, malah tiada langsung risalah yang benar.”- Tarikh Al Tabari dan Tadhkirat al Khawas
Abu Sufyan pernah berkata apabila Usman mengambil alih jabatan khalifah:
“Wahai anak-anak Umaiyah! Oleh kerana kerajaan ini telah jatuh ke tangan kita, maka bermainlah dengannya seperti kanak-kanak bermain bola, dan berilah ia di antara satu sama lain di dalam puak kita. Kita tidak dapat memastikan wujudnya syurga atau neraka, tetapi kerajaan ini ialah realiti.- Al Isti’ab, Ibn Abd Al Barr dan Sharh Ibn Abil Hadid.
Muawiyah berkata:
“Aku tidak memerangi kamu agar kamu bersolat, berpuasa atau membayar zakat, tetapi untuk menjadi raja kamu dan menguasai kamu.”- Tadhkirat al Khawas
Ini adalah sebahagian dari contoh yang saya berikan tentang bagaimana ketiga-tiga orang ini meragui beberapa doktrin paling penting dalam Islam. Seperti yang saya sebutkan sebelum ini, saya akan membincangkan dengan lebih detail berkenaan individu-individu ini dalam artikel saya yang lain.
Di dalam Quran, Allah swt banyak memberi amaran dan menceritakan tentang golongan ketiga ini malah memperuntukkan satu surah khas untuk mereka, iaitu surah Al Munafiqun. Berikut adalah contoh ayat mengenai kumpulan ini.
“Muhammad itu tidak lebih dari seorang Rasul, seperti Rasul-rasul sebelumnya. Jika Rasul itu mati atau terbunuh, adakah kamu akan kembali menjadi kafir? …..Tetapi Allah akan memberi ganjaran kepada mereka yang berterima kasih.(3:144)
Ayat ini diturunkan ketika perang Uhud, apabila para sahabat melarikan diri apabila mendengar berita kematian Rasulullah saaw. Hanya beberapa orang sahaja yang masih setia bersama nabi ketika itu kebanyakannya golongan Ansar di antaranya Imam Ali, Abu Bakr, Abd Rahman Ibn Auf, Abu Dujana, Saad ibn Abi Waqas, Assim Ibn Thabit, Saad Ibn Muadh. Bagaimanapun dari sumber-sumber hadis lain antaranya Al-Mustadrak karangan Imam Al Hakim, kita dapat mengetahui bahawa hanya Imam Ali sahaja yang bersama Rasul selama pertempuran berlaku,manakala para sahabat lain yang sama baginda adalah antara yang pertama sampai semula kepada baginda selepas mereka berundur.
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, nanti Allah akan mendatangkan satu kaum, Allah mengasihi mereka, dan mereka mengasihi Allah, mereka berlemah lembut kepada orang-orang beriman dank eras terhadap orang kafir, mereka berjuang di jalan Allah, tidak taku orang yang mencerca. Demikian itu kurnia Allah, diberikannya kepada siapa yang dikehendaki. Allah luas kurnianya lagi maha mengetahui. (5:54).
Ayat ini menunjukkan adanya kemungkinan para sahabat akan murtad dari agama Islam. Panggilan “Hai orang-orang beriman!”,jelas sekali merujuk kepada kaum muslimin, yaitu para sahabat di zaman Nabi. Jelas sekali gelaran sahabat, sama sekali tidak menjamin seseorang itu dari:
  • Imuniti dari dosa.
  • Tahap keimanan yang sama sehingga mati.
  • Akan sentiasa berada dalam Islam sehingga mati.
  • Imuniti dari kemahuan kepada duniawi dan tuntutan hawa nafsu.
Kami Syiah, apa yang kami mahu ungkapkan kepada saudara Sunni hanyalah bahawa, para sahabat juga manusia biasa, terdedah kepada:
  • Dosa.
  • Kesilapan.
  • Godaan syaitan.
  • Godaan nafsu.
Yang menjadikan seorang sahabat itu sahabat ialah apabila dia setia kepada perintah Rasul selama baginda masih hidup dan setelah baginda wafat,  selama nyawa ditanggung badan. Itulah erti sahabat kepada Syiah.
Begitu juga halnya dalam kehidupan harian kita, kita hanya boleh menganggap seseorang itu sebagai sahabat apabila dia bersama kita dalam susah dan senang, setia, sentiasa menjaga hubungannya dengan kita, rahsia kita. Tetapi adakah definasi itu masih boleh dipakai jika tiba-tiba pada suatu hari, sahabat kita berubah, mengaibkan kita, tikam belakang, mengkhianati kita, membocorkan rahsia kita dan meninggalkan kita keseorangan bila kita memerlukan mereka?

Mari kita perhatikan apa kata Rasulullah saaw dalam hal ini secara ringkas melalui hadis-hadis dalam Sahih Al Bukhari.
Rasulullah bersabda:  “Pada hari kebangkitan kamu akan di sambar dari sebelah kiri, dan aku akan berkata: “Kemana mereka di bawa pergi?” Kemudian akan dijawab: “Ke neraka, demi tuhan”. Aku berkata: “Tuhanku! Mereka adalah sahabatku.” Allah menjawab: Kamu tidak tahu apa yang mereka lakukan selepas kamu. Dari waktu kamu pergi meninggalkan mereka, mereka tidak berhenti-henti berubah. Aku menjawab: “Pergilah dengan dia, pergilah dengan dia, celakalah barangsiapa yang mengubah perkara-perkara selepas ku. Dan aku tidak melihat satu pun dari mereka terselamat melainkan dia menjadi seolah-olah kambing yang ditinggalkan.(minoriti)
Diriwayatkan dari Abdullah: “Aku adalah pendahulu mu di telaga kausar, dan sesetengah dari kamu akan dibawa kehadapanku hingga aku dapat melihat mereka, dan mereka akan di bawa pergi dari ku dan aku akan berkata: “Ya Tuhan mereka adalah sahabatku!” Kemudian akan di balas: “Kamu tidak mengetahui apa yang mereka telah lakukan selepas pemergianmu.”
Lihat bagaimana dalam hadis ini Nabi saaw menceritakan apa yang bakal terjadi kepada para sahabatnya,  yang mana berubah dan mengubah selepas wafatnya Rahmatal Lil Alamin. Malangnya mereka tidak akan mendapat keselamatan di Akhirat.
Nabi berkata kepada puak Ansar: “Kamu akan mendapati selepasku sifat kepentingan diri yang tinggi. Oleh itu bersabarlah sehingga kamu bertemu Allah dan Rasulnya di Kautsar.” Anas menambah, “Tetapi kami tidak bersabar.”.
Lihat sahaja apa yang dihadapi kaum Ansar selepas wafat nabi dan kaum muhajirun menyingkirkan mereka.
Diriwayatkan dari Al Musayyab: Aku bertemu al Bara Ibnu ‘Azib dan berkata padanya: “Semoga kamu hidup dalam kemakmuran. Kamu menikmati persabatan dengan nabi, dan memberi Nabi perjanjian taat setia di bawah pokok.” Selepas itu Al Bara berkata: “Wahai anak saudaraku, kamu tidak mengetahui apa yang telah kami lakukan selepas baginda.” Fikirkan!!!
Begitulah secara ringkasnya, pandangan Syiah tentang para sahabat. Kami mempunyai definasi yang berbeza mengenai perkataan ‘sahabat’.  Kami tidak mengkaji kelakuan dan sejarah para sahabat untuk memalukan mereka atau mengaibkan mereka. Kami mengkaji adalah demi untuk mencari kebenaran, memastikan pihak yang benar dan pihak yang salah.

Kami mengkaji adalah kerana telah menjadi suruhan Allah swt agar kita mengkaji sejarah, supaya kita dapat mengmbil kebaikan darinya, serta mengelakkan keburukan sebagaimana Allah menyarankan kita mengambil iktibar dari peristiwa sejarah Firaun, Namrud, dan kaum-kaum lain yang diceritakan di dalam Quran, kerana sejarah mereka akan berulang kepada kaum Muslimin, dan telah terjadi di zaman para sahabat, sebagaimana sabda Rasulullah saaw: Kamu akan mengikuti jalan umat terdahulu sebelum kamu, sedikit demi sedikit, walaupun jika mereka memasuki lubang biawak sekalipun, pasti kamu akan mengikuti mereka.” Kami bertanya: “Ya Rasulullah, adakah kamu maksudkan Yahudi dan Nasrani?” Rasulullah saaw menjawab, “Siapa lagi?”

Kami juga mengkaji para sahabat  atas dasar kecintaan kami kepada Ahlul Bait Rasulullah saaw, agar kami tidak mencintai mereka dan dalam masa yang sama redha kepada musuh-musuh mereka. “Tidak wujud di dalam hati kaum Muslimin rasa sayang serta cinta kepada sahabat dan musuh Allah swt.” Imam Ali bersabda: “Seseorang yang menyamakan kami dengan musuh kami bukanlah dari kalangan kami”.

Kebanyakan para sahabat yang kalian letakkan di kedudukan tertinggi, semua mereka menyakiti, memerangi, mencaci maki serta membunuh Imam Ali serta Ahlul Bait Nabi yang lainnya. Sedangkan Rasulullah dengan terang bersabda:
“Barangsiapa yang mahu hidup dan matinya seperti ku, dan memasuki syurga yang telah dijanjikan padaku, hendaklah dia mengiktiraf Ali sebagai walinya selepas ku, dan selepas Ali, hendaklah mengiktiraf anak-anak Ali, kerana mereka tidak akan membiarkan kamu di luar pintu petunjuk dan tidak pula membiarkan kamu memasuki pintu kesesatan.” Kanz Al Ummal
“Barangsiapa yang aku ini adalah mawla, maka Ali juga ialah mawla mereka. Ya tuhan, cintailah orang yang mencintai beliau dan musuhilah orang yang memusuhi beliau.”.
  • Sahih Tarmizi.
  • Sunan Ibnu Majah.
  • Khsa’is, an Nisai.
  • Al Mustadrak.
  • Musnad Inbu Hanbal.
“Aku menasihatkan kamu untuk berbuat baik kepada Ahlul Baitku, kerana sesungguhnya aku akan membuat tuntutan dari kamu mengenai mereka di hari perhitungan, dan barangsiapa yang aku berbalah dengannya akan merasa Api. Barangsiapa yang mengenangku dengan mengenang Ahlul Bait ku telah mengambil janji Allah(untuk memasuki syurga).
  • Al Tabaqat.
  • Al Sawaiq al Muhriqah.
“Barangsiapa yang menghina Ali menghina ku, barangsiapa menghinaku, menghinaku dia menghina Allah, dan barangsiapa menghina Allah, akan dihumban ke dalam neraka.”
  • Mustadrak.
  • Khasais.
  • Musnad Ibnu Hanbal.
  • Tarikh at Tabari.
Didalam Majma’ al Zawa’id, dan Tafsir Suyuti, telah diriwayatkan dari Abu Sa’id al Khudri, berbunyi:
Selama 40 hari Rasulullah pergi ke rumah Fatimah pada waktu pagi lalu berkata “Assalamu’alaika ya Ahlul Bayt, sudah tiba masa solat. Dan selepas itu beliau akan membaca ayat “Allah hanya mengkehendaki…(33:33)” Aku akan berada dalam keadaan berperang dengan sesiapa yang memerangi kamu. Dan aku akan berada dalam keadaan berdamai dengan sesiapa yang mengikuti kamu.”.

Hadis-hadis seperti ini terlampau banyak dan diriwayatkan secara mutawattur dari sumber-sumber Ahlul Sunnah juga Syiah. Akhir kata sebagai renungan mari kita amati hadis di bawah:
Fatimah berkata kepada Abu Bakr dan Umar: “Aku bertanya pada kamu dengan nama Allah, bukankah kamu mendengar Rasulullah bersabda, “Kepuasan Fatimah ialah kepuasanku, kemarahan Fatimah ialah kemarahanku, barangsiapa menyayangi Fatimah menyayangi ku, yang memuaskan hati Fatimah memuaskan hati ku, dan barangsiapa yang membuatkan Fatimah marah, membuatku marah.” Mereka menjawab “ya”. Fatimah meneruskan: “Jadi aku memberi kesaksian di hadapan Allah dan para Malaikat yang kamu telah membuat ku marah, dan apabila aku berjumpa Nabi, pasti aku akan mengadukan tentang kamu berdua pada Nabi.”
  • Al Imamah wal Siyasah, Ibnu Qutaybah.
Allahumma Solli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

Ashra Mubashra- Kebenarannya.
Mungkin banyak dari saudara-saudara Ahlusunnah yang sering mendengar akan adanya hadis yang menyatakan jaminan Rasulullah terhadap 10 sahabat beliau untuk masuk syurga. Anehnya, hadis yang terkenal itu selain tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, juga tidak pernah dijadikan hujah khalifah pertama dan kedua dalam pemilihan mereka sebagai khalifah. Padahal jika hadis Rasul itu memang benar adanya maka itu juga dapat dijadikan penguat akan sahnya kekhalifahan mereka. Sebelum kita mengkaji dengan lebih dalam tentang hadis ini, adalah lebih elok jika kita mengkaji hujah saudara Sunni kita tentang jaminan syurga oleh Allah kepada para sahabat.

Saudara Sunni membaca ayat Quran berikut bagi menyokong hujah mereka atas adanya khabar gembira dari Allah ke atas para sahabat.
“Tiadalah sama di antara kamu orang yang menafkahkan(hartanya) dan berperang sebelum penaklukan kota(Makkah dengan orang yang lainnya. Mereka itu lebih besar darjatnya dari orang yang menafkahkan hartanya dan berperang setelah penaklukan. Tetapi masing-masingnya itu Allah telah menjanjikan pahala yang baik baginya. Allah mengetahui apa-apa yang kamu kerjakan.” Al Quran(57:10).
Mereka mengatakan melalui ayat ini, Allah telah, secara umumnya, menjanjikan syurga kepada para sahabat. Walaubagaimanapun, terdapat satu lagi kumpulan para sahabat yang lebih istimewa, kerana diberikan berita gembira ini dari mulut Rasulullah saaw sendiri. Mereka inilah yang digelar Ashara Mubashara bil Jannah. 10 yang dijamin syurga.

(http://www.lastprophet.info/en/the-ashara-mubashara-the-ten-companions-promised-/companions-given-the-good-tidings-of-paradise-ashara-mubashara.html).

Walaubagaimanapun, membuat kesimpulan dengan hanya mendasarkan kepada ayat yang umum, jelas hanya boleh dilakukan oleh orang yang tidak pernah membaca atau merenungi ayat-ayat quran yang ditujukan oleh Allah kepada para sahabat dalam artikel saya sebelum ini. Contohnya : “Muhammad itu tidak lebih dari seorang Rasul, seperti Rasul-rasul sebelumnya. Jika Rasul itu mati atau terbunuh, adakah kamu akan kembali menjadi kafir? …..Tetapi Allah akan memberi ganjaran kepada mereka yang berterima kasih.(3:144).

Ayat ini menyebut, Allah akan memberi ganjaran kepada orang-orang yang bersyukur, yang juga membawa maksud orang-orang yang mematuhi segala suruhan Rasulullah saaw, taat dan dedikasi pada ajaran dan suruhan baginda. Mereka yang menafkahkan harta serta berperang di jalan Allah sudah semestinya adalah dari kumpulan orang-orang yang berterima kasih ini. Oleh itu, selama mana seseorang sahabat itu hidup dalam keadaan ini dan mati dalam keadaan yang serupa, maka sudah pasti, berita gembira Allah untuknya. Walaubagaimanapun, jika dia kemudiannya memusnahkan segala kebaikan yang pernah di buatnya, maka, perkara yang serupa tidak boleh dikatakan padanya.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suara mu lebih dari suara nabi..kerana takut akan menghapuskan amalan sedang kamu tiada sedar”Al Quran(49:2).
Barangsiapa yang kebaikannya masih berada di dalam diri mereka, maka dia akan selamat. Allah swt akan menghakimi dan mengadili semua mengikut amal yang baik atau buruk yang telah dilakukan semasa di dunia, oleh itu dengan mengatakan semua para sahabat dijanjikan syurga telah melakukan satu ketidakadilan pada Al Quran sendiri.

Saudara dari Ahlul Sunnah mengatakan bahawa Allah telah menjanjikan syurga kepada sahabat-sahabat ini, dan mengkritik sahabat ini adalah satu dosa. Manakala Syiah pula mengatakan semua orang, termasuk para sahabat akan dihakimi dan diadili oleh Allah swt di hari pembalasan dan mendapat balasan yang setimpal dengan amal perbuatan mereka di dunia, serta Rasulullah tidak menjanjikan syurga kepada mana-mana sahabat. Mana-mana mereka yang mengingkari suruhan Allah, Rasul dan Ahlul Bait baginda, haruslah kita mengasingkan diri dari mereka.

Mari kita kembali semula kepada kes kita iaitu Ashra Mubashra, bukan sahaja hadis yang sangat-sangat mencurigakan ini tidak langsung diriwayatkan dari 2 buku utama Sunni iaitu Bukhari dan Muslim, malah ia diriwayatkan di dalam Tarmizi, Abu Dawud dan Ibnu Majah dengan beberapa percanggahan.
  1. Said bin Zaid berkata: Aku bersaksi, aku mendengar Rasulullah bersabda: 10 orang berada di dalam syurga: Nabi di dalam syurga, Abu Bakr di dalam syurga, Thalhah di dalam syurga, Umar berada di dalam syurga, Uthman berada di dalam syurga, Saad bin Malik berada di dalam syurga, dan Abdul Rahman berada di dalam syurga. Kalau kamu mahu aku akan khabarkan yang ke sepuluh? Mereka menjawab: “Siapakah dia?”. Baginda menjawab: “Said bin Zaid.”
Sunan Abu Dawud.
1. Abdul Rahman Bin Auf berkata: Nabi bersabda: Abu Bakr di dalam syurga, Umar di dalam syurga, Uthman di dalam syurga, Ali di dalam syurga, Thalhah di dalam syurga, Zubair di dalam syurga, Abdul Rahman di dalam syurga, Saad bin Abi Waqas di dalam syurga, Said bin Zaid di dalam syurga dan Abu Ubaidah di dalam syurga. Al Tarmizi, Hadis 3747.

2. Said Bin Zaid berkata, 10 orang berada di dalam syurga, Abu Bakr, Umar, Uthman, Ali, Al Zubair, Thalhah, Abu Ubaidah, AbdulRahman dan Saad Abi Waqas. Mereka bertanya, siapa yang ke sepuluh? Dia menjawab: Kamu bersumpah atas nama Allah, Abu Al Anwar berada di dalam syurga.” Tarmizi memberi komentar bahawa Abu Al Anwar ialah Said bin Zaid.

Dari pada hadis-hadis di atas dapatlah disimpulkan bahawa para sahabat yang dijanjikan syurga oleh Rasulullah(sawa) itu ialah:
  1. Nabi Muhammad (SAW).
  2. Abu Bakr.
  3. Umar.
  4. Uthman.
  5. Ali ibn Abu Talib(as).
  6. Talha.
  7. Zubair bin al-Awwam.
  8. Saad bin Abi Waqas.
  9. Saeed bin Zaid.
  10. Abdul Rahman ibn Awf.
  11. Saad bin Malik.
  12. Abu `Ubaida bin al-Jarrah.
Selain dari apa yang saya kata bahawa hadis ini tidak di jumpai di dalam buku hadis utama Sunni, iaitu Bukhari dan Muslim, hadis-hadis ini juga mencabar para pemilik akal yang berfikir:
  • Mereka bersusah payah untuk menghadkan bilangan hanya kepada sepuluh orang, kadang kala mereka meletakkan Saad ibn Abi Waqas, dan kadangkala mereka meletakkan Saad ibn Malik.
  • Versi hadis yang pertama tidak meletakkan Ali dan juga Abu Ubaidah, tidak lupa juga pada Rasulullah yang tidak tersenarai di dalamnya.
  • Hadis yang pertama dan ketiga jelas ialah hadis yang serupa, dari orang yang sama, tetapi seorang disingkirkan dan seorang lagi di tambah dan hanya 7 orang sahaja yang diriwayatkan di dalam Abu Daud.
  • Menyenaraikan Nabi di dalam kumpulan ini membuktikan pemalsuan hadis ini, adakah logik apabila sahabat-sahabat baginda masuk syurga tetapi dirinya ditinggalkan? Baginda tidak perlu menjelaskan hal ini kerana ia sudah termaktub.
  • Kedua-dua perawi ini menceritakan hadis tentang diri mereka sendiri. Keduanya menyenaraikan diri mereka sebagai antara yang di janjikan syurga. Mengikut Islam, apabila seseorang itu memuji orang lain dengan memuji diri sendiri, maka ia tidak akan di endahkan. Juga apabila seseorang itu memberi kesaksian untuk orang lain walhal dalam masa yang sama, mendapat faedah darinya, kesaksiannya akan ditolak.
  • Sejarah menunjukkan kebanyakan dari 10 orang yang dijamin syurga ini, tidak layak mendapat ganjaran sebesar ini, sementara dalam masa yang sama, menyingkirkan ramai lagi para sahabat yang alim, dan tetap pada pendirian mereka sehingga mereka meninggal dunia. Bukhari sendiri langsung tidak meletakkan ruangan khas untuk kemuliaan Abdul Rahman Ibn Awf dan Saad ibn Zaid, sedangkan dia meletakkan kemuliaan untuk Muawiyah, dan 1 hadis untuk Khalid ibn Al Walid.
  • Secara faktanya, Saad bin Malik langsung tidak di kategorikan sebagai 10 sahabat yang paling di hormati Sunni.
InsyaAllah, dalam post saya yang seterusnya, akan saya isukan tajuk tentang hadis, agar kita dapat menilai hadis mana yang patut kita terima dan hadis mana yang kita patut tolak. Bagaimanapun secara ringkasnya, hadis yang bercanggah dengan Quran, sejarah dan logik, adalah hadis yang selayakknya di di tolak mentah-mentah.

Sebelum saya meneruskan, saya ingin bertanya kepada saudara-saudara Sunni saya tentang apa yang mereka dapat fahami dari hadis ini.
  • Orang-orang ini akan masuk syurga setelah dihisab amal mereka, atau secara ringkas, segala amal mereka sehingga mereka mati mendapat keredhaan Illahi.
  • Orang-orang ini akan masuk syurga tanpa dihisab segala amal mereka, atau secara ringkasnya, tidak kira apa amalan dan pengkhiatan yang telah mereka lakukan, Allah swt akan membenarkan mereka ke dalam syurga.
  • Orang-orang ini akan masuk ke syurga setelah menjalani hukuman atas dosa mereka di dunia(jika ada).
Masuk syurga tanpa hisab.
Jikalau kamu mempercayai bahawa mereka akan masuk ke syurga tanpa hisab, ini bermakna kamu mengecualikan mereka dari keadilan Allah, dan memberikan sifat maksum kepada mereka.
“Kami letakkan neraca yang adil pada hari kiamat, maka tiadalah teraniaya seseorang sedikit pun. Jika usahanya seberat biji sawi, niscaya kami hadirkan juga. Cukuplah Kami memperhitungkannya.” Al Quran(21:47).
“Allah menciptkan langit dan bumi dengan kebenaran dan supaya dibalas tiap-tiap orang menurut usahanya masing-masing, sedang mereka itu tidak teraniaya.” Al Quran(45:22).
Masuk syurga selepas hisab.
Jikalau kamu mempercayai mereka semua akan masuk ke dalam syurga selepas hisab, maka kamu harus mengandaikan bahawa di dalam amalan mereka, tiada langsung amalan buruk, kerana Rasulullah telah menjanjikan syurga kepada mereka. Sekali lagi kamu memberi sifat maksum kepada mereka. Beban kini beralih kepada kamu untuk membuktikan kepada kami bahawa orang-orang ini memang maksum dan tidak melakukan sebarang dosa kepada Allah, Rasulullah(sawa) dan Ahlul Baitnya(as).

Masuk syurga setelah balasan.
Jika kamu mempercayai bahawa mereka akan masuk syurga setelah di hukum berdasarkan amalan mereka, maka hadis ini menjadi sia-sia, kerana semua orang lain juga akan di adili dengan cara serupa.
Terdapat beberapa perkara yang menyebabkan hadis-hadis ini diragui. Kami mempercayai bahawa hadis ini direka dan dipalsukan bagi mengangkat kedudukan para musuh Imam Ali as, dan juga keluarga Rasulullah saaw.

Seseorang yang berfikiran waras dan rasional akan mendapati,- tanpa syarat-, adalah sangat tidak logik untuk seseorang yang tidak maksum, dan terdedah kepada kebarangkalian untuk membuat dosa dijanjikan syurga, dan mendapat immuniti dari api neraka. Seseorang yang terdedah kepada dosa adalah sangat tidak boleh di jangka. Jika seseorang yang tidak maksum dijanjikan syurga, maka dia akan mempunyai satu sifat kemahuan untuk melakukan dosa kerana dia menganggap semua dosa beliau tidak akan dihisab di hadapan Allah swt. Jadi adalah tidak logik bagi Rasulullah untuk menjanjikan perkara sedemikian kepada para sahabatnya.

Jika hadis ini benar, mengapa Uthman tidak menggunakan hujah ini keatas orang-orang yang menganggap halal untuk membunuh beliau? Tidak juga mana-mana para sahabat memprotes tindakan membunuh seseorang yang telah dijanjikan syurga walau sebanyak mana kejahatan dan ketidakadilan yang telah beliau lakukan. Malah, adalah haram bagi mereka untuk mendiamkan diri mereka dalam hal ini. Jelaslah bahawa hadis ini telah dipalsukan pada kemudian hari.

Selain itu, apakah yang membuatkan kamu, wahai saudaraku dari Ahlul Sunnah, yakin bahawa 10 orang ini dijanjikan syurga? Thalhah dan Zubair menentang Imam Ali dalam perang Jamal yang mengakibatkan kematian ribuan Muslim, dan ketiga mereka akan berada di dalam syurga? Sejarah telah menunjukkan bahawa sesiapa sahaja yang menentang Imam Ali semuanya berada di jalan yang salah, tidak kira sama kaum musyrikin Mekah, Yahudi Khaibar, isteri Rasulullah atau Muawiyah. Malah Rasulullah sendiri telah bersabda secara berulang-ulang, bahawa sesiapa yang menentang Imam Ali adalah munafik, atau sesiapa yang menentang Ali bererti menentang Rasulullah, yang juga bererti menentang Allah swt!!

Adakah kamu mempercayai bahawa pembunuh dan yang dibunuh keduanya akan berada di dalam syurga, walaupun mereka semasa hidupnya, melancarkan perang antara satu sama lain, yang turut mengorbankan diri mereka bersama ribuan lagi Muslim lain?

Jika hadis ini benar, maka ia adalah wahyu untuk Rasulullah, kerana setiap perkataan yang keluar dari mulut Rasulullah adalah wahyu(53:3-4), dan sekaligus bermakna bahawa Allah swt telah mengetahui apa yang bakal dilakukan oleh mereka, dan redha dengan tindakan mereka. Tetapi akal kami yang sentiasa mendasarkan kepada pemikiran logika, gagal untuk memahami bagaimana Allah swt redha dengan tindakan mereka yang memanggil Rasulullah nyanyuk, yang menafikan hak anak baginda, membuat bid’ah di dalam agama dll.

Namun, ternyata hadis itu memiliki ‘tanda tanya besar’ yang mengakibatkan kita meragukan kebenarannya. Hadis itu memiliki dua sandaran (sanad) yang kedua-duanya tidak dapat dipercaya.
Sanad pertama hadis itu kembali kepada peribadi yang bernama Humaid bin Abdurrahman bin Auf, di mana kononnya Umaid menukilkan hadis tersebut dari ayahnya sendiri, Abdurrahman. Padahal sewaktu ayahnya meninggal, Humaid masih berusia kanak-kanak, 10 tahun. (Tahdzib at-Tahdzib 3/40)
Sanad kedua kembali kepada peribadi Abdullah bin Dzalim dimana keperibadiannya sangat ditentang oleh para ulama ilmu hadis Ahlusunnah sendiri, seperti: Bukhari, Ibnu ‘Adi, Aqili dan selainnya. (Tahdzib at-Tahdzib 5/236, adz-Dzu’afaa’ al-Kabir 2/267, al-Kamil fi adz-Dzu’afaa’ 4/223)
Jika hadis itu tidak dapat di sahihkan maka masihkah kita akan menggembar-gemburkan keutamaan 10 sahabat itu sebagai “yang mendapat jaminan masuk syurrga” (‘asyrah mubassyariin bil jannah) oleh Allah melalui lisan suci Rasulullah? Pada zaman siapakah dan atas perintah siapakah hadis itu dibuat? Silahkan teliti kembali untuk membuka hakikat pemalsuan hadis atas nama Rasulullah itu…!

Sunni mengatakan di antara ciri-ciri ashra mubashra ialah:
  1. Menjadi antara muslim yang terawal
  2. Berjasa besar kepada Rasulullah dan perjuangan Islam
  3. Berhijrah
  4. Menyertai Perang Badar
  5. Baiyah pada Nabi di Hudaibiyah
Jika apa yang dikatakan adalah benar, maka bolehkah terangkan apakah sumbangan yang telah mereka lakukan? Jika mereka adalah orang-orang yang berhijrah, senarai nama mereka juga dapat dilihat di dalam senarai nama yang meninggalkan Rasulullah di medan perang.

Jika mereka menyertai perang Badar, mereka juga menyertai perang sesama diri mereka.
Jika mereka member perjanjian taat setia kepada Nabi, mereka juga meragui kenabian baginda, semasa mereka mengatakan beginda nyanyuk.

Jika terdapat banyak hadis tentang kemuliaan mereka, maka juga Allah swt mengutamakan mengenai kemuliaan Ahlul Bait, jadi bagaimana boleh kita mengatakan bahawa orang-orang yang menentang Ahlul Bait ini diberikan taraf yang serupa oleh Allah?
Allah swt tidak menjanjikan 10 orang ini syurga, Dia menjanjikan kepada semuanya seperti di dalam ayat ini:
“Sesiapa yang mengerjakan sesuatu perbuatan jahat maka ia tidak dibalas melainkan dengan kejahatan yang sebanding dengannya; dan sesiapa yang mengerjakan amal soleh – dari lelaki atau perempuan – sedang ia beriman, maka mereka itu akan masuk Syurga; mereka beroleh rezeki di dalam Syurga itu dengan tidak dihitung.(40:40)
Jikalau kita mengikuti syarat seperti di dalam ayat ini, Allah swt pasti mengabulkan janjinya. Wallahu’alam
Allahumma Solli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad.

Mitos Tentang Para Sahabat

Manusia sememangnya telah diketahui suka membuat keputusan, atau menghakimi sesuatu walaupun di dalam keadaan diri mereka belum mengetahui sepenuhnya sesuatu isu itu kerana mereka selalu tersilap. Sebelum kamu menghakimi artikel ini, dan mengumumkan bahawa artikel ini ialah kempen anti sahabat, suka saya mengingatkan sekali lagi, seperti artikel-artikel saya sebelumnya, nama  saya ialah Ammar, di namakan dari seorang sahabat terkemuka Nabi, Ammar ibn Yassir. Rasa benci terhadap sahabat bukanlah sebahagian dari Pegangan Syiah(Islam). Kami menyayangi para sahabat Rasulullah saaw, yang berbuat kebaikan kepada diri mereka dan kepada orang lain.
“Muhammad itu adalah Rasulullah. Orang-orang yang bersama dengannya(mukminin) sangat keras terhadap orang kafir, berkasih sayang sesama mereka, engkau lihat mereka itu rukuk, sujud serta mengharapkan kurnia daripada Allah dan keredhaannya. Tanda mereka itu adalah di muka mereka, kerana bekas sujud. Itulah contoh mereka di dalam taurat. Dan contoh mereka dalam injil, ialah seperti tanaman yang mengeluarkan anaknya, lalu bertambah kuat dan bertambah besar, lalu tegak lurus dengan batangnya, sehingga ia menakjubkan orang yang menanamnya.  Begitu juga orang Islam , pada mulanya sedikit serta lemah, kemudian bertambah banyak dan kuat, supaya Allah memarahkan orang-orang kafir sebab mereka. Allah telah menjanjikan ampunan dan pahala besar untuk orang-orang yang beriman dan beramal soleh diantara mereka itu. Quran [48:29]
Para sahabat ialah manusia normal yang tidak maksum. Mereka itu tidaklah suci dan bukan pula dihantar oleh Allah swt.  Para sahabat Nabi yang setia bersama Nabi Saaw dan misi baginda, yang kuat berjihad(sughra dan kubra) di jalan Islam, yang melakukan kebaikan kepada diri mereka dan orang lain, sebelum dan selepas kewafatan Rasulullah, akan layak memasuki syurga melalui proses hisab. Dan kepada sahabat-sahabat ini kami memberi penghargaan dan penghormatan kepada mereka.
 
Walaubagaimanapun, menghormati semua sahabat dan menyayangi mereka semua, serta mendakwa kesemua mereka -tanpa kompromi- benar dan soleh, adalah salah dari segi prinsip asas Quran dan sejarah.Sedangkan Allah sendiri tidak menjanjikan keampunan kepada semua para sahabat, kecuali mereka yang beriman dan melakukan kebaikan, jadi siapalah kita untuk memberikan sifat zuhud kepada semua para sahabat?

Jika semua para sahabat nabi maksum dan tidak dapat melakukan kesilapan, jadi untuk siapakah ayat Quran yang mengutuk kekikiran mereka untuk berjihad ditujukan?
Kamu Hai orang-orang yang diseru, supaya kamu menafkahkan(hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang bakhil. Barangsiapa yang bakhil, maka bahaya kebakhilan itu hanya atas dirinya.
Quran [47:38]
Begitu juga jika semua sahabat suci, maka bolehkah kamu buktikan dari sejarah bahawa tiada hukuman syariah pernah dikenakan semasa zaman nabi dan 4 khalifah awal, iaitu sebuah era di mana semua yang wujud ialah para sahabat?

Nabi saaw ialah seorang yang hebat. Baginda ialah Nabi Allah yang maksum. Baginda ialah asas Islam. Untuk menjadi seorang Muslim, kita perlu memberi kesaksian tentang kenabian baginda.  Manakala orang-orang lain di sekeliling beliau(kecuali orang-orang yang disebut khas oleh Allah) ialah orang-orang biasa. Selagi mana mereka berpegang kepada prinsip Islam dan mematuhi perintah Muhammad saaw,  akan dibalasi mereka dengan kebaikan oleh Allah swt. Tetapi jika mereka mengingkari baginda dan Islam, maka mereka akan dipertanggungjawabkan atas tindakan mereka. Kamu boleh memuji Musharaf atas kebaikan yang dilakukan oleh beliau, dan mengkritik Musharaf kerana perkara buruk yang beliau lakukan, kerana beliau bukanlah seorang personaliti di pilih Allah, beliau ialah seorang bukan maksum yang dipilih oleh rakyatnya atau pemimpin yang diangkat oleh dirinya sendiri.
Islam bukan tentang orang yang kamu pilih. Mereka tidak menjadi sebahagian dari kepercayaan/agama kamu. Islam ialah mengenai manusia yang dipilih Allah, dan orang-orang yang manusia pilihan Allah swt tetapkan.
Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, Keluarga Ibrahim dan keluarga Imran keatas orang-orang seluruh alam. Quran [3:33]
Muhammad wa aali Muhammad ialah keturunan Ibrahim as. Allah swt memilih mereka. Mereka inilah orang-orang ditujukan solawat oleh kita. Ahlul Bait Nabi ialah orang-orang yang diarahkan kepada kita untuk disayangi dan dicintai, mereka disucikan dari segala jenis kekotoran dan di bawa di dalam insiden mubahila.
Tidakkah engkau perhatikan (dan merasa pelik wahai Muhammad) kepada orang-orang yang menyucikan (memuji) diri sendiri? (Padahal perkara itu bukan hak manusia) bahkan Allah jualah yang berhak menyucikan (memuji) sesiapa yang dikehendakiNya (menurut aturan SyariatNya); dan mereka pula tidak akan dianiaya (atau dikurangkan balasan mereka) sedikit pun. Quran [4:49].
Sesetengah orang menyucikan(kata diri sendiri suci)  diri mereka sendiri atau orang lain. Mereka ialah orang-orang yang tidak perlu kita pentingkan. Bagaimanapun, terdapat satu golongan yang Allah sendiri memilih mereka, ini ialah orang-orang yang perlu kita pentingkan.
Sesungguhnya Allah hanyalah kerana hendak menghapuskan perkara-perkara yang mencemarkan diri kamu – wahai “AhlulBait” dan hendak membersihkan kamu sebersih-bersihnya (dari segala perkara yang keji). Quran [33:33]
Manakala orang-orang lain, mereka layak mendapat cinta dan penghormatan kami selagi mereka melakukan kebaikan dan mematuhi arahan Nabi saaw.

Secara peribadi, saya tidak mempunyai masalah dan tidak akan menimbulkan apa-apa isu dalam menyayangi dan menghormati semua para sahabat, jika semua mereka sendiri tiada masalah dalam menyayangi dan menghormati sesama diri mereka sendiri. Bagaimana kami boleh mempercayai semua para sahabat itu adil, soleh dan hidup seperti saudara, sebelum dan selepas kewafatan Nabi, sedangkan sejarah membuktikan perkara yang bertentangan dengan menceritakan begitu banyak perbalahan antara para sahabat Nabi juga isteri-isteri Nabi serta antara para sahabat dan Ahlul Bait Nabi saaw.

Akan saya utarakan isu-isu yang terdapat di dalam sejarah yang diketahui Sunni, tetapi dipandang sebelah mata untuk bertahun lamanya.

INSIDEN IFK.
Mari kita mulakan dengan insiden IFK, di mana Aisya telah di tuduh melakukan penzinaan. Perlu rasanya bagi saya untuk menyatakan, Syiah tidak menyukai Aisya kerana kebencian beliau kepada Mawla Ali. Tiada Syiah yang mendakwa Aisyah melakukan penzinaan, kerana penghakiman dari Quran mengalahkan segala dakwaan. InsyaAllah akan saya tulis artikel mengenai Aisyah dan peranan beliau dalam Islam, jika ada peluang nanti.
Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita yang amat dusta itu ialah segolongan dari kalangan kamu; janganlah kamu menyangka (berita yang dusta) itu buruk bagi kamu, bahkan ia baik bagi kamu. Tiap-tiap seorang di antara mereka akan beroleh hukuman sepadan dengan kesalahan yang dilakukannya itu, dan orang yang mengambil bahagian besar dalam menyiarkannya di antara mereka, akan beroleh seksa yang besar (di dunia dan di akhirat). Sepatutnya semasa kamu mendengar tuduhan itu, orang-orang yang beriman – lelaki dan perempuan, menaruh baik sangka kepada diri (orang-orang) mereka sendiri. dan berkata: “Ini ialah tuduhan dusta yang nyata”. Sepatutnya mereka (yang menuduh) membawa empat orang saksi membuktikan tuduhan itu. Oleh kerana mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka mereka itu pada sisi hukum Allah, adalah orang-orang yang dusta. Dan kalaulah tidak kerana adanya limpah kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamu di dunia dan di akhirat, tentulah kamu dikenakan azab seksa yang besar disebabkan kamu turut campur dalam berita palsu itu; -Iaitu semasa kamu bertanya atau menceritakan berita dusta itu dengan lidah kamu, dan memperkatakan dengan mulut kamu akan sesuatu yang kamu tidak mempunyai pengetahuan yang sah mengenainya; dan kamu pula menyangkanya perkara kecil, pada hal ia pada sisi hukum Allah adalah perkara yang besar dosanya. Dan sepatutnya semasa kamu mendengarnya, kamu segera berkata: “Tidaklah layak bagi kami memperkatakan hal ini! Maha Suci Engkau! Ini adalah satu dusta besar yang mengejutkan”. Allah memberi pengajaran kepada kamu, supaya kamu tidak mengulangi perbuatan yang sedemikian ini selama-lamanya, jika betul kamu orang-orang yang beriman.
Quran [24:11-17]
(Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita yang amat dusta itu ialah segolongan dari kalangan kamu) bererti mereka mempunyai 2 kumpulan.  Yang paling menyerlah di dalam kumpulan ini ialah Abdullah bin Ubayy bin Salul, ketua kaum munafik, yang mencipta fitnah ini dan menyebarkannya ke orang lain, hinggakan sesetengah kaum Muslimin mulai mempercayai berita itu, sementara yang lain berprasangka bahawa berita itu mungkin benar dan mula bercerita mengenainya. Perkara ini berterusan selama hampir sebulan sehingga ayat Quran mengenainya diturunkan.
Tafseer Ibn Kathir, Tafseer  Surah 24, ayat 11
Fitnah terhadap Aisyah mungkin dimulakan oleh kaum Munafik, tetapi pertuduhan ini turut di sokong oleh sekumpulan sahabat Rasul saaw, yang dikutuk kuat oleh Allah swt dan diberi amaran untuk menjaga sikap mereka di masa hadapan. Ini membuktikan para sahabat adalah manusia yang boleh melakukan kesilapan, yang mampu melakukan dosa, dan akan menerima hukuman yang berat jika mereka mengulangi kesilapan mereka.

Pergaduhan dan perselisihan kecil serta kebencian antara para sahabat nabi, telah pun muncul sebelum kewafatan baginda.

Di dalam buku-buku sahih Sunni, telah menyebutkan tentang perselisihan antara Abu Bakr dan Umar, yang hampir membawa kepada kemusnahan ke atas diri mereka sendiri dan merosakkan amal mereka, tetapi mereka di maafkan atas perbuatan mereka.
(Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu tinggikan suara kamu dari suara nabi!) Ayat ini mengdanungi satu lagi sikap yang bagus. Allah swt mengajar orang-orang beriman agar tidak meninggikan suara mereka lebih dari suara Nabi saaw. Telah dinyatakan bahawa ayat ini diturunkan tentang Abu Bakr dan Umar. Al-Bukhari melaporkan bahawa Ibn Abi Mulaykah meriwayatkan, “2 orang yang benar, Abu Bakr dan Umar, hampir memperoleh kebinasaan kerana meninggikan suara mereka lebih dari suara Nabi, sebelum baginda menerima wakil delegasi Bani Tamim. Salah seorang dari mereka( Abu Bakr dan Umar) mencadangkan Al-Aqra bin Habis, seorang ahli Bani Mujashi, manakala seorang lagi mencadangkan orang lain. Nafi’(salah seorang perawi) berkata: “Aku lupa namanya.”  Abu Bakr berkata kepada Umar, “Kamu hanya mahu menyanggah pendapat ku.” Sementara Umar berkata, “Aku tidak berniat untuk menyanggah kamu”. Suara mereka menjadi kuat, dan oleh kerana itu, Allah swt menurunkan ayat di atas.`Abdullah bin Az-Zubayr said” Abdullah bin Az Zubair berkata, “Selepas kejadian itu, suara Umar menjadi begitu rendah sehingga Rasulullah terpaksa meminta Umar mengulangi apa yang beliau katakan untuk memahaminya.
Tafseer Ibn Kathir, Tafseer of Surah 49, Ayat 2
Sahih Sunni juga meriwayatkan bahawa seorang sahabat Rasulullah, Urwa, mencaci maki seorang lagi sahabat Nabi, Hassan Bin Thabit
Diriwayatkan dari Al-Bara: Nabi bersabda kepada Hassan, “Cacilah mereka(dengan sajak mu), dan Jibril bersama kamu(menyokong kamu).” (Melalui sebuah lagi kumpulan perawi) Al-Bara bin Azib berkata, “Di hari Quraiza, Rasulullah bersabda kepada Hassan bin Thabit, “Cacilah mereka(dengan sajakmju), dan Jibril bersama dengan mu. ”
Sahih Bukhari, Jilid 5, Kitab 59, Nombor 449
Diriwayatkan dari Urwa: Aku mula mencaci Hassan di hadapan Aishah, di mana beliau(aishah) berkata: “Janganlah kamu mencaci Hassan, kerana beliau pernah mempertahankan Rasulullah(dengan sajaknya)”
Sahih Bukhari, Jilid 4, Kitab 56, Nombor 731
Sebelum kewafatan Nabi saaw, baginda mengarahkan ekspidisi ketenteraan ke Syria di hantar di bawh pimpinan Usama bin Zayd. Tetapi para sahabat Nabi saaw, bukan sahaja menentang perintah Rasul pada permulaannya, malah mereka mengkritik kepimpinan Usama, sama seperti mereka mengkritik kepimpinan ayah beliau, Zayd.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar: Rasulullah menghantar tentera dengan Usama bin Zayd sebagai panglimanya. Orang ramai mengkriktik kepimpinan beliau. Rasulullah bangun dan bersabda: “Jika kalian mengkritik kepimpinan beliau, maka kalian mengkritik kepimpinan bapanya. Demi Allah, Zayd memang layak mendapat kepimpinan tersebut, dan beliau pernah menjadi antara orang yang paling aku sayangi, dan sekarang Usama ialah antara yang paling aku sayangi selepas bapanya.”
Sahih Bukhari, Jilid 5, Kitab 59, Hadith 745
Tidak dilupakan, harus juga kita menyebut pergaduhan dan perselisihan antara para sahabat di kamar kematian baginda, juga dikenali sebagai Insiden pen dan kertas atau Tragedi Hari Khamis.
Ibnu Abbas melaporkan:….Rasulullah saaw bersabda: Mari, aku tuliskan kepada kalian sesuatu, yang mana kalian tidak akan tersesat di kemudian hari. Kemudian Umar berkata: Sesungguhnya Nabi Allah sedang berada dalam kesakitan yang teramat sangat. Quran bersama dengan kamu. Kitab Allah cukup untuk kita. Mereka yang berada di dalam rumah berbeza pendapat.Sebahagian dari  mereka berkata: Bawakan baginda(bahan menulis) agar baginda dapat menuliskan wasiat yang tidak akan menyelamatkan kita dari kesesatan selepas baginda manakala sebahagian lagi berkata apa yang Umar katakan. Apabila mereka mula bergaduh di dalam keberadaan Rasulullah saaw, baginda berkata: Bangunlah dan pergi. Ubaidillah berkata: Ibn Abbas selalu berkata: Ini adalah kerugian yang besar, memang adalah kerugian yang besar, oleh kerana hingar bingar pergaduhan mereka, Rasulullah tidak dapat menuliskan dokumen untuk mereka.”
Sahih Muslim, Kitab 13, Hadith 4016
Sebelum kita beralih kepada isu yang lebih besar, yang boleh menganggu pemikiran serta iman kita, molek juga kiranya kita lihat bahawa sesetengah isteri-isteri Rasulullah cemburu antara satu sama lain, mensabotaj dan bergaduh antara satu sama lain.
…Ibn Awn berkata: Adalah dipercayai beliau selalu pergi kepada Ummul Mukminin Aishah. Dia berkata: Ummul Mukminin berkata: “ Rasulullah saaw datang kepada ku ketika Zainab binti Jahsh sedang bersama kami. Baginda mula melakukan sesuatu dengan tangan baginda. Aku memberi isyarat kepada baginda sehingga baginda memahami tentang beliau(Zainab). Jadi baginda berhenti. Zainab datang dan mula memaki Aishah. Aishah cuba menghalang tetapi Zainab tidak mahu berhenti. Jadi Nabi berkata kepada Aishah: Makilah dia, jadi Aishah mencaci Zainab dan memenangi….
Sunan Abu Dawud, Kitab 41, Nombor 4880
Bukan itu sahaja, mereka kerap merancang sesuatu terhadap Nabi saaw sendiri.
Diriwayatkan dari ‘Ubaid bin Umar: Aku mendengar Aishah berkata, “Nabi selalu tinggal untuk jangka masa yang lama bersama Zainab binti Jahsh dan minum madu di rumahnya. Jadi Hafsah dan aku membuat keputusan jika Nabi datang salah seorang dari kami, kami akan berkata kepada baginda, “Aku tercium bau Maghafir(gula-gula berbau busuk) pada mu. Adakah kamu makan Maghafir?” Jadi Rasulullah melawat salah seorang dari mereka dan mereka berkata yang serupa kepada baginda Nabi saaw. Nabi saaw bersabda: “Tidak mengapa, aku telah mengambil sedikit madu dari rumah Zainab Binti Jash, tetapi aku tidak akan meminumnya lagi.” Kemudian diturunkan ayat :
(1)“Wahai Nabi! Mengapa engkau haramkan (dengan bersumpah menyekat dirimu daripada menikmati) apa yang dihalalkan oleh Allah bagimu, (kerana) engkau hendak mencari keredaan isteri-isterimu? (Dalam pada itu, Allah ampunkan kesilapanmu itu) dan Allah sememangnya Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani.

Sesungguhnya Allah telah menetapkan bagi kamu (wahai Nabi dan umatmu, untuk) melepaskan diri dari sumpah kamu; dan Allah ialah Pelindung yang mentadbirkan keadaan kamu, dan Ia Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana.

Dan (ingatlah), ketika Nabi memberitahu suatu perkara secara rahsia kepada salah seorang dari isteri-isterinya. Kemudian apabila isterinya itu menceritakan rahsia yang tersebut (kepada seorang madunya), dan Allah menyatakan pembukaan rahsia itu kepada Nabi, (maka Nabi pun menegur isterinya itu) lalu menerangkan kepadanya sebahagian (dari rahsia yang telah dibukanya) dan tidak menerangkan yang sebahagian lagi (supaya isterinya itu tidak banyak malunya). Setelah Nabi menyatakan hal itu kepada isterinya, isterinya bertanya: “Siapakah yang memberi tahu hal ini kepada tuan? ” Nabi menjawab: “Aku diberitahu oleh Allah Yang Maha Mengetahui, lagi Amat Mendalam PengetahuanNya (tentang segala perkara yang nyata dan yang tersembunyi) “.

Jika kamu berdua bertaubat kepada Allah (wahai isteri-isteri Nabi, maka itulah yang sewajibnya), kerana sesungguhnya hati kamu berdua telah cenderung (kepada perkara yang menyusahkan Nabi); dan jika kamu berdua saling membantu untuk (melakukan sesuatu yang) menyusahkannya, (maka yang demikian itu tidak akan berjaya) kerana sesungguhnya Allah adalah Pembelanya; dan selain dari itu Jibril serta orang-orang yang soleh dari kalangan orang-orang yang beriman dan malaikat-malaikat – juga menjadi penolongnya.”(4) Menegur Aishah dan Hafsah.
Sahih Bukhari Jilid 7, Kitab 63, Nombor 192.
Sahih Bukhari Jilid 7, Kitab 63, Nombor 193.
Sahih Muslim Kitab 009, Nombor 3496.

Akan saya postkan artikel tentang peranan Aishah di dalam sejarah di masa hadapan, InsyaAllah.
Sekarang, untuk perselisihan antara sahabat “yang mendebarkan”.

Khalid bin Al Walid, pedang Allah, selepas memimpin Quraysh dalam penentangan mereka terhadap Nabi di Uhud, menerima Islam selepas Hudaibiyah.
Selepas Khalid memimpin ekspidisi keatas Bani Jadhimah, beliau memujuk mereka untuk meletak senjata dengan mengakui mereka semua telah memeluk Islam, kemudian beliau membunuh sebahagian mereka. Apabila Muhammad mendengar perkara ini, baginda mengumumkan kepada Tuhan bahawa baginda tidak bersalah diatas apa yang Khalid telah lakukan, dan menghantar Ali untuk membayar ganti rugi kepada yang terselamat.
al-Tabari, Victory of Islam, translated by Michael Fishbein, Albany 1997, pp. 188 ff.
Sebelum kita meneruskan dengan tindakan Khalid ini, serta perselisihan beliau dengan Umar al Khattab, sewajarnya juga kita menyebut tentang Saqifa.

Kewafatan Nabi menimbulkan isu tentang khilafah, atau pengganti politik. Ansar mahukan khalifah dari mereka manakala Muhajir menentang dengan mengatakan Nabi adalah dari mereka, dan khalifah perlu dari Quraish. Ansar mencadangkan 2 khalifah iaitu dari Ansar dan Muhajirun, tetapi ditolak oleh Muhajir.

Selepas Abu Bakr menyudahi ucapan beliau, al Hubab ibn Al Mundhir bangun, menghadap kaum Ansar dan berkata: “Wahai kaum Ansar, janganlah kamu memberikan pemerintahan kepada orang lain. Penduduk semua berada di bawah jagaan kamu. Kamu adalah orang-orang yang bermaruah, berharta. Jikalau kaum Muhajirun mempunyai kelebihan di dalam hal tertentu, maka kamu juga mempunyai kelebihan dalam hal tertentu. Kamu memberi mereka perlindungan di dalam rumah kita. Kamu ialah tangan Islam yang berperang. Dengan bantuan kamu Islam berjaya berdiri. Di bandar kamu ibadah kepada Allah dilakukan dengan bebasnya. Selamatkan diri kamu dari perpecahan dan peganglah hak kamu. Jikalau Muhajirun tidak mahu mengalah, maka beritahu mereka, akan ada satu ketua dari mereka dan satu dari kita.

Sejurus selepas Al Hubab duduk, Umar bangun dan berkata: “Tidak boleh wujud 2 pemerintah dalam satu masa yang sama. Demi Allah, bangsa Arab tidak akan bersetuju untuk kalian menjadi ketua negara, kerana Nabi bukan dari kalian. Kaum Arab mahukan pemimpin dari rumah yang sama dengan Nabi. Kepada sesiapa yang mempunyai hujjah yang jelas, boleh lah bentangkan. Sesiapa yang bercanggah dalam isu khalifah dengan kami, sedang menuju kearah yang salah, ialah seorang pendosa dan sedang menuju kehancuran.”

Selepas Umar, Al Hubab bangun sekali lagi dan berkata kepada kaum Ansar, “ Tetapkan pendirian kalian dan jangan endahkan pandangan orang ini atau penyokongnya. Mereka mahu memijak-mijak hak kamu, dan jika mereka tidak bersetuju, maka, halaulah mereka dari bandar kamu, dan ambil alih khilafah. Siapa lagi yang lebih layak dari kalian.

Selepas al Hubab selesai, Umar memarahinya. Terdapat  beberapa penggunaan perkataan yang kotor, dan situasi semakin buruk. Melihat perkara ini, Abu Ubaidah bersuara dengan niat menenangkan keadaan dan memenangi hati kaum Ansar. Beliau berkata: Wahai kaum Ansar, kamu adalah kaum yang menyokong kami dan membantu kami dari segala segi. Janganlah menukar jalan kamu dan sikap kamu.”

Malangnya, kaum Ansar tidak mahu menukar pendirian mereka.Mereka bersedia untuk memberi perjanjian taat setia kepada Sa’ad, sehinggalah seorang dari Bani Sa’ad, Bashir ibn `Amr al-Khazraji berdiri dan berkata: “Tidak dapat diragukan lagi, kita berjihad dan memberi bantuan kepada agama, bagaimanapun, tujuan kita adalah keredhaan Allah dan mentaati  Rasulullah. Tidaklah sepadan dengan kita untuk mengungkit kelebihan dan meriuhkan keadaan untuk khilafah. Muhammad (sawa) berasal dari Quraish dan mereka mempunyai hak yang lebih keatasnya dan lebih sesuai.” Sebaik sahaja beliau habis mengucapkan kata-kata beliau, perbezaan pendapat terjadi di kalangan Ansar, dan ini ialah matlamat beliau, kerana beliau tidak mahu melihat seseorang dari puaknya berada di kedudukan yang sangat tinggi. Kaum Muhajirun mengambil sepenuhnya kesempatan ke atas perkara ini, dan Umar serta Abu Ubaidah membuat keputusan untuk membai’ah Abu Bakr. Mereka mempunyai peluang untuk berbuat demikian apabila Bashir meletakkan tangannya ke atas Abu Bakr dan seterusnya Umar dan Abu Ubaidah. The Kemudian orang dari suku Bashir datang dan memberi baiah, dan memijak Sa’d ibn Ubadah di bawah kaki mereka.
al-Tabari, Ta’rikh, VI, 263.

Nahjul Balaghah, Footnotes of Khutbah 67, Berita di Saqifah.

Perselisihan di Saqifah diantara Muhajirun dan Ansar, telah diselesaikan di Saqifah, dengan kecederaan serius kepada Saad Ibnu Ubadah, seorang sahabat.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas: ……dan salah seorang dari Ansar berkata, ‘Aku ialah satu tonggak dimana unta yang menghidapi penyakit kulit menggaru gatalnya( Aku seorang bansawan), dan aku ialah pohon palma berkualiti tinggi! Wahai kaum Quraish, adakan satu pemimpin dari kamu dan satu dari kami.” Kemudian terdapat kekecohan yang besar diantara mereka, jadi aku(Umar) risau akan terjadinya perselisihan pendapat yang besar, jadi aku berkata, “Wahai Abu Bakr, keluarkan tangan kamu.” Beliau mengeluarkan tangannya, dan aku memberi baiah padanya, dan kemudiannya para muhajirin memberi baiah dan kemudiannya Ansar.‘ Dan akhirnya kami mendapat kemenangan ke atas Saad Ibn Ubadah. Salah seorang dari Ansar berkata: “Kamu telah membunuh Saad Ibn Ubadah.” Aku(Umar) menjawab, “Allah telah membunuh Saad.” (Sahih Muslim, Jilid 8, Kitab 82, Nombor 817).
Perlantikan Abu Bakr masih mendapat tentangan dari ahli keluarga dan para sahabat besar Nabi, yang dikenali sebagai Syiah Ali, seperti Ammar, Salman, Miqdad, Abu Dzarr, Thalhah dan Zubair.
Dari Ibn Abbass: ….. Dan tiada ragu selepas kewafatan Nabi, kami diberitahu yang Ansar tidak bersetuju dengan kami dan berkumpul di Bani Sa’da. Ali dan Zubair sert sesiapa lagi yang bersama mereka menentang kami, sementara Muhajirun bersama Abu Bakr. (Sahih Bukhari, Jilid 8, Kitab 82, Hadith 817)
Dengan berkurangnya pengaruh politik Imam Ali, isu Fadak antara Fatimah dan Abu Bakr muncul. Fatimah mendakwa Fadak ialah hak beliau, serta mendapat sokongan Imam Ali, tetapi ditolak oleh Abu Bakr. Oleh itu Fatimah memboikot kepimpinan Abu Bakr.
Dari ‘Aisha:  Selepas kewafatan Rasulullah, Fatimah binti Rasulillah meminta Abu Bakr untuk memberi semula hak beliau dari peninggalan Rasulullah selepas Fai, yang mana Allah berikan pada baginda. Abu Bakr berkata pada Fatimah, “Rasulullah bersabda: Harta kami tidak akan diwarisi, segala yang ditinggalkan oleh Nabi ialah sedekah.” Fatimah, anak kepada Rasulullah berasa marah dan berhenti dari bercakap dengan Abu Bakr sehingga beliau wafat. Fatimah hidup selama 6 bulan selepas peninggalan baginda (saaw) (Sahih Bukhari, Jilid 4, Kitab 53, Hadith 325).
Imam Ali menyangka Khilafah ialah hak beliau. Hujah yang digunakan oleh Umar di Saqifa lebih sesuai di gunakan untuk Ali( kerana beliau ialah saudara terdekat Rasulullah) lebih dari kedua sheikh( Abu Bakr dan Umar). Ini juga ialah sebab kenapa Imam Ali, singa Allah di Badr, Uhud, Khaibar dan Khandaq, tidak menyertai mana-mana pertempuran(yang di dakwa sebagai jihad) di bawah khalifah Abu Bakr dan Umar serta Usman.
Berjagalah! Demi Allah anak Abu Quhafah (Abu Bakr) memakai pakaian khalifah dan beliau semestinya mengetahui kedudukan ku kepada khilafah ibarat paksi kepada pengisar. Air banjir melalui ku, dan burung-burung tidak boleh terbang kepada ku. Aku meletakkan hijab kepada khilafah dan menjauhkan diriku darinya. Kemudiannya aku mula berfikir samada aku sepatutnya menyerang atau bertahan dengan tenang dalam kegelapan bencana yang membutakan……..Aku mendapati bertahan adalah lebih bijak. Jadi aku mangamalkan sikap bersabar, walupun sakit dimataku dan kelemasan di kerongkong ku. Aku melihat hak warisan ku dirompak, sehinggalah yang pertama pergi dan memberikan Khilafah kepada Ibnu Al Khattab sendiri.
Nahjul Balaghah, Khutbah 3, Khutbah ash-Shiqshiqiyyah
Adalah di laporkan dari Zuhri, riwayat ini diriwayatkan oleh Malik Ibn Aus yang berkata: Abu Bakr berkata:”Rasulullah(saw) bersabda: “Kami tidak mempunyai pewaris, dan apa yang kami tinggalkan ialah sadaqah.” Jadi kamu berdua( Ali dan Abbas) mendakwa dia ialah penipu, pendosa, pengkhianat dan tidak jujur. Dan Allah maha mengetahui bahawa dia seorang yang benar, mulia, terpimpin dan pengikut kebenaran. Setelah Abu Bakr meninggal, aku(umar) telah menjadi pengganti Rasulullah saw dan Abu Bakr, kamu(Ali) mendakwa aku ialah seorang penipu, pendosa, pengkhianat dan tidak jujur. Dan Allah lebih mengetahui yang aku ialah orang yang benar, mulia dan pengikut kebenaran.”
Sahih Muslim , Kitab 19, Nombor 4349
Walaupun Imam Ali memilih untuk senyap dan tidak aktif dalam politik demi survival Islam, beliau selalu memberi nasihat kepada Umar bila-bila sahaja Umar memintanya. Ini bukan bermakna Mawla Ali menerima Khilafah Umar,menyayangi atau menerimanya, nasihat politik Imam Ali ialah untuk kebaikan Islam.

Sebagai contoh, Raja Mesir bukanlah seorang Muslim, bagaimanapun, baginda selalu meminta nasihat dari Nabi Yusuf, dan Nabi Yusuf bersetuju menolong baginda, demi rakyatnya. Saya tidak memaksudkan bahawa Umar bukan Muslim. Allah ialah hakim yang menghakimi dengan seadil-adilnya. Apa yng saya maksudkan ialah nasiha Imam Ali kepada Umar adalah demi kebaikan Empayar Muslim, dan bukanlah kerana Umar ialah orang yang jujur.
…. raja berkata: “Bawalah Yusuf kepadaku, aku hendak menjadikan dia orang yang khas untuk aku bermesyuarat dengannya. Setelah (Yusuf dibawa mengadap, dan raja) berkata-kata dengannya (serta mengetahui kebijaksanaannya) berkatalah raja kepadanya: “Sesungguhnya engkau pada hari ini (wahai Yusuf), seorang yang berpangkat tinggi, lagi dipercayai di kalangan kami “.
Quran [12:54]
Raja, para menteri, putera, pegawai dan orang-orang berpangkat pada ketika itu  telah mengetahui dan mengakui nilai Yusuf, dan merasai kehebatan moral baginda selama beberapa tahun yang lepas. Yusuf telah membuktikan tiada setandingnya dalam kejujuran, kemuliaan, kesabaran, displin, kemurahan, kebijaksanaan dan pemahaman. Mereka mengetahui dan mempercayai bahaw hanya Yusuf sahaja yang mengetahui bagaimana untuk menjaga dan menguruskan sumber tanah. Oleh kerana itu, sebaik sahaja Yusuf menunjukkan keinginannya, mereka dengan sepenuh hati member kepercayaan pada Nabi Yusuf
Tafheem ul Quran, dari Abul Ala Maududi, Tafseer of Surah 12, ayat 55
Kejujuran, kemuliaan, kesabaran, disiplin, kemurahan, kebijaksanaan dan pemahaman yang dimiliki oleh Imam Ali, melebihi yang lainnya. Kesanggupan beliau membantu pentadbiran Umar dan beberapa isu politik yang lain adalah kerana kualiti yang dipunyai oleh Imam Ali.

Sekali lagi kita kembali semula tentang keperibadian Khalid Ibn Al Walid. Malik Ibnu Nuwairah telah dilantik sebagai pengutip zakat oleh Rasulullah saw. Sunni dan Syiah berbeza pendapat samada Malik menjadi murtad selepas kewafatan baginda atau tidak. Semasa pemerintahan Abu Bakr, Khalid ibn Walid telah dihantar untuk berurusan dengan Malik. Mari kita perhatikan dari pendapat Sunni:
Setelah ditahan, Malik bertanya kepada Khalid tentang kesalahan yang dilakukan oleh beliau(malik). Khalid membalas dengan berkata: ‘Tuan kamu berkata itu dan ini.’ Khalid mengetahui ini adalah satu percubaan Malik untuk melepaskan diri. Setelah mempunyai bukti yang kukuh yang Malik mengagihkan duit zakat setelah mendengar kewafatan Muhammad, dan pakatan beliau dengan Sajjah, Khalid mendakwa Malik telah kufur dan mengarahkan pembunuhan beliau.
al-Balazuri, kitab no 1, m/s 107
Malik mempunyai seorang isteri, Layla bint al Minhal. Beliau ialah sahabat wanita Rasulullah saw, dan dikatakan seorang wanita tercantik di seluruh Tanah Arab. Syiah mendakwa Khalid merogol Layla pada malam Khalid membunuh Malik. Sunni pula mendakwa, Layla dikahwini Khalid pada malam yang sama Malik dibunuh.
Pada malam yang sama, Khalid menikahi Layla, bekas isteri Malik, yang dikatakan sebagai perempuan Arab tercantik
Tabari: Vol. 2, M/s 5
Katakan saya menerima pandangan Sunni, iaitu Malik menikahi Layla pada malam yang sama Malik dibunuh, dan ia bukan satu kes rogol, maka saya mempunyai 2 isu. Saya bukanlah Ulama, tetapi di dalam Quran ada menyebutkan:
Dan orang-orang yang meninggal dunia di antara kamu, sedang mereka meninggalkan isteri-isteri hendaklah isteri-isteri itu menahan diri mereka (beridah) selama empat bulan sepuluh hari. Kemudian apabila telah habis masa idahnya itu maka tidak ada salahnya bagi kamu mengenai apa yang dilakukan mereka pada dirinya menurut cara yang baik (yang diluluskan oleh Syarak). Dan (ingatlah), Allah sentiasa mengetahui dengan mendalam akan apa jua yang kamu lakukan.
Quran [2:234]
1. Seorang isteri yang melihat suami nya terbunuh, atau mendengar suaminya meninggal dunia, tidak akan berkahwin semula pada hari yang sama dengan sukarela, kerana perkahwinan adalah berdasarkan cinta dan kasih sayang. Saya ingin menyatakan di sini, tiada isteri yang akan mengahwini lelaki lain dalam masa yang terdekat setelah kematian suaminya.
2. Iddah seorang balu ialah selama 4 bulan 10 hari, atau lebih kurang 130 hari. Berdasarkan prinsip Islam, dia tidak boleh berkahwin semula, walaupun jika beliau mahukannya.

Oleh itu, berdasarkan point pertama, sudah semestinya keinginan Khalid sendiri untuk mengahwini Layla, dan bukannya kemahuan Layla, yang juga seorang balu yang sedang berkabung. Berdasarkan point kedua, perkahwinan itu tidak sah, dan ia merupakan penzinaan(jika Layla mahukannya) atau kes rogol(jika dipaksakan keatas Layla). Saya mempunyai sebab untuk mempercayai ia adalah rogol dari mempercayai mitos perkahwinan.

Para sahabat Nabi yang lain juga melihat perkara yang serupa, termasuk Umar Al Khattab yang memprotes tindakan itu. Perkahwinan antara Layla dan Khalid akhirnya menjadi satu isu kontroversi kerana terdapat kumpulan yang menyangka Khalid membunuh Malik untuk mendapatkan Layla, termasuk dalam kumpulan ini ialah saudara Khalid, Umar. Khalid kemudiannya di panggil oleh Khalifah Abu Bakr untuk menerangkan keadaan, Selepas memikirkan perkara ini, Khalifah membuat keputusan bahawa Khalid tidak bersalah. Khalifah bagaimanapun mencaci Khalid atas tindakan beliau menikahi Layla serta membuka peluang kepada orang lain mengkritik beliau, dan kerana terdapat kemungkinan kesilapan, kerana bagi sesetengah orang menganggap Malik ialah Muslim. Abu Bakr mengarahkan agar membayar ganti rugi kepada pewaris Malik.
Di Madinah, Umar berasa sangat memalukan sehingga beliau menuntut agar Abu Bakr memecat Khalid. Umar berkata Khalid patut didakwa atas 2 kesalahan iaitu membunuh dan berzina. Bagaimanapun, Abu Bakr mempertahankan Khalid dengan mengatakan beliau telah melakukan “perhitungan yang salah”
A Restatement of the History of Islam dan Muslims, Ali Razwy, Chapter 55
Ini mungkin salah satu sebab Umar memecat Khalid dari pimpinan tertinggi tentera apabila beliau diangkat menjadi khalifah oleh Abu Bakr, dan menggantikan Abu Ubaidah di tempatnya. Kemudiannya Umar memecat sepenuhnya Khalid dari pasukan tentera. Syiah dan Sunni  berbeza pendapat tentang mengapa beliau dipecat, bagaimanapun ia tidak akan dibincangkan disini.
Selepas kematian Umar, Usman telah mengambil tampuk pemerintahan. Masalah ekonomi dan pengagihan kekayaan yang tidak seimbang telah menyebabkan kekecohan di kalangan kaum Muslim, dan mereka menyuarakan rasa tidak puas hati mereka kepada Khalifah Usman. Para sahabat seperti Ammar, Abu Dzarr dan Abdullah Ibn Masud telah dipukul, diseksa serta dibuang negeri oleh pentadbiran Usman.
Wahai Abu Dzarr! Kamu menunjukkan kemarahan kamu atas nama Allah, kerana kamu mempunyai harapan keatasNya. Masyarakat takut kepada mu dalam hal kesenangan duniawi mereka manakala kamu risaukan mereka kerana iman kamu. Maka tinggalkanlah apa yang mereka takutkan dari kamu dan lepaskanlah kerisauan kamu keatas mereka. Betapa mereka memerlukan perkara yang kamu minta mereka jauhkan dan betapa tulinya kamu keatas perkara yang mereka nafikan kepada kamui. Tidak lama lagi kamu akan mengetahui siapa yang mendapat keuntungan di akhirat dan siapa yang akan dicemburui di sana. Walaupun langit dan bumi ini tertutup untuk individu tertentu dan beliau takut kepada Allah, maka Allah akan membuka langit dan bumi untuk beliau. Hanya kebenaran dapat menarik kamu sementara kabatilan menjauhi kamu. JIka kamu menerima tarikan duniawi mereka, pasti mereka menyayangi kamu, dan pasti mereka akan melindungi kamu jika kamu berkongsi dengan mereka
Nahjul Balaga, Khutbah130, Diberi semasa Abu Dharr di buang negeri ke ar-Rabadhah
Oleh kerana Abu Dzar dibuang negeri dan kehormatannya di jatuhkan, oleh kerana Abdullah ibn Mas’ud dipukul tanpa belas, oleh kerana patahnya rusuk Ammar ibn Yassir, dan oleh kerana rancangan untuk membunuh Muhammad Ibn Abu Bakr, Bani Ghiffar, Bani Hudhayl, Bani Makhzum dan Bani Taym semuanya menyimpan dendam dan kemarahan(terhadap pentadbiran Usman)Muslim dari bandar-bdanar lain juga penuh dengan aduan terhadap pegawai-pegawai Usman yang terlampau mabuk dengan kekayaan dan kemewahan, yang melakukan sesuka hati mereka dan memusnahkan sesiapa yang mereka mahu.
Al-Baladhuri, Ansab, V, 98, 101
Amr Ibn Al ‘as, Thalhah, Zubair dan Aisyah telah memainkan peranan yang besar dalam mengapikan masyarakat terhadap Usman, yang kemudiannya terbunuh. Siapakah pembunuh beliau? Mereka ialah kaum Muslimin sendiri, yang secara teknikalnya ialah para sahabat sendiri.

Di manakah Muawiyah, Thalhah, Zubair dan Aisyah, apabila rumah Usman di kepung selama berhari-hari atau berminggu? Mengapa mereka tidak datang membantu Usman ketika itu? Orang-orang yang mempertahankan mereka mendakwa perang Jamal dan Siffin tercetus akibat mereka ingin membalas dendam terhadap pembunuh Usman. Jika mereka ialah sekutu kepada Usman seperti yang di dakwa oleh Sunni, jadi mengapa mereka yang mempunyai kekayaan dan kuasa suku atau puak mereka, tidak datang untuk membantu Usman yang dikepung selama berminggu-minggu? Jawablah soalan ini dan kamu mungkin akan mendapat pemahaman yang lebih mendalam tentang pembunuh Usman.
Apabila masyarakat melihat apa yang di lakukan oleh Usman, para sahabat Nabi di Madinah menulis surat kepada para sahabat yang berada di kawasan lain: “Kamu telah berjuang di jalan Allah swt, demi agama Muhammad. Semasa ketiadaan kalian, agama Muhammad telah dirosakkan dan ditinggalkan. Jadi kembalilah untuk membangunkan agama Muhammad.” Kemudian, mereka datang dari segala penjuru sehingga mereka membunuh khalifah Usman.
Sejarah al-Tabari, English version, v15, p184
Masyarakat melantik Imam Ali sebagai khalifah. Imam Ali mengambil jawatan itu dengan berat hati dan menghadapi pemberontakan dari Thalhah, Zubair dan Aisyah di Jamal. Saya akan membincangkan tentang perang Jamal di dalam artikel yang lain. Bagaimanapun, secara hakikatnya dapat kita ketahui bahawa perang Jamal ialah perang yang di sertai oleh para sahabat di kedua-dua belah pihak lawan.

Mawla Ali memberi komen tentang  Thalhah dan Zubair;
Demi Allah, mereka tidak menjumpai sesuatu yang tidak mereka setujui pada ku, tidak juga mereka berlaku adil di antara mereka dan aku. Sudah pasti, sekarang mereka menuntut hak yang mereka sendiri tinggalkan dan menuntut darah yang mereka sendiri tumpahkan(dalam kes Usman). Jika aku menyertai mereka di dalamnya, maka mereka juga mempunyai bahagian di dalam perkara itu, tetapi jika mereka melakukan tindakan itu, maka tuntutan itu sepatutnya ke atas mereka. Langkah pertama dalam keadilan mereka ialah mereka mengeluarkan keputusan kehakiman ke atas diri mereka sendiri. Aku mempunyai kecerdikan ku. Aku tidak pernah mencampurkan keadaan atau keadaan itu nampak tercampur padaku. Sesungguhnya, ini ialah kumpulan pemberontak yang terdiri dari orang terdekat(az Zubair), bisa kala jengking( Aisyah) dan keraguan yang mencipta hijab( terhadap kebenaran). Tetapi hal ini sangat jelas, dan kebatilan telah digoncang dari asasnya. Lidahnya telah berhenti dari mengucapkan suatu kebatilan. Demi Allah, aku akan menyediakan untuk mereka tangki air, yang hanya aku seorang sahaja boleh mengambilnya. Mereka tidak akan boleh meminum darinya atau dari tempat lain.
(Nahjul Balagah, Khutbah 137,Tentang Thalhah dan Zubair).

Saya  tidak akan berhujah mengenai sebab-sebab tercetusnya perang Jamal, tetapi hakikatnya tetap sama, Thalhah, Zubair dan Aisyah memberontak terhadap Mawla Ali.

Imam Ali memberi komen tentang Muawiyah.
Demi Allah, Muawiyah tidak lebih bijak dari ku, tetapi beliau menipu dan melakukan perbuatan yang jahat. Jika tidak kerana aku membenci kejahatan(dalam menggunakan taktik kotor), maka akulah orang yang paling bijak antara mereka. Bagaimanapun, setiap penipuan ialah dosa dan setiap dosa ialah penderhakaan kepada Allah. Setiap orang yang menipu akan ada panji yang menyebabkan dia akan dikenali di Hari Pembalasan. Demi Allah aku tidak akan dapat melupakan strategi atau tidak pula aku boleh dikalahkan oleh kesusahan.
Nahjul Balagah, Khutbah 200, Pengkhianatan Muawiyah dan nasib pengkhianat di Akhirat kelak.
Dan tentang Amr Ibn Al ‘As, seorang sahabat Nabi, juga merupakan seorang panglima Muawiyah yang cerdik tipu daya nya.
Aku berasa terkejut dengan anak an Naghibah yang mengatakan tentangku kepada penduduk asy Syams, sebagai seorang pelawak yang suka bermain-main dan menyeronokkan. Dia telah silap bercakap sesuatu yang berdosa. Beringatlah, ucapan yang paling buruk ialah yang tidak benar. Dia bercakap dan menipu. Dia memberi janji dan memungkirinya. Dia merayu dan meminta, tetapi bila seseorang merayu padanya, beliau melayannya dengan teruk. Dia mengkhianati perjanjian dan tidak mengendahkan hubungan persaudaraan. Di dalam pertempuran, beliau memberi arahan dan menasihati, tetapi hanya sehingga tidak melibatkan pedang. Apabila sampai masa itu, teknik terhebat beliau ialah lari membelakangkan lawan beliau. Demi Allah, mengingati mati telah menjauhkan aku dari keseronokan dan bermain-main, sementara kelupaan terhadapa dunia akhirat telah menghalang beliau dari bercakap benar. Beliau tidak memberi baiah kepada Muawiyah tanpa sebab: melainkan sebelumnya telah menetapkan harga yang harus dibayar, dan member penghargaan padanya kerana meninggalkan agama.
Nahjul Balagah, Khutbah 84, tentang Amr ibn al-aas
Oleh itu Imam Ali menganggap Muawiyah dan Amr sebagai manusia yang jahat. Mengambil kira peristiwa Perang Siffin, di mana Imam Ali menghadapi sahabat seperti Muawiyah dan Amr, Rasulullah (saw) memberi ramalan bahawa Ammar(ra) akan di syahidkan oleh pemberontak.
…Semasa pembinaan masjid Nabi, kami membawa bata masjid itu satu demi stu, sementara Ammar membawa 2 dalam masa yang sama. Nabi terserempak dengan Ammar dan membuang debu dari kepala beliau dan berkata: “Semoga Allah merahmati Ammar. Beliau akan dibunuh oleh kumpulan pemberontak yang agresif. Ammar akan menjemput mereka untuk taat kepada Allah manakala mereka menjemput Ammar ke neraka.”…
Sahih Bukhari, Jilid 4, Kitab 52, Hadith 67
Ammar disyahidkan pada hari ketiga Perang Siffin oleh pasukan Syria, iaitu pasuka Muawiyah. Ramalan Rasulullah (saw) menjelaskan dengan sendirinya.
Muawiyah bukan sahaja membenci Imam Ali, tetapi memulakan aktiviti mencaci maki beliau dari mimbar setiap kali khutbah, seperti yang diramalkan oleh Imam Ali.
Selepas pemergianku, akan diletakkan kepada mu seorang lelaki dengan mulut yang luas dan perut yang besar. Beliau akan menelan apa sahaja yang beliau dapat dan mengidam perkara yang  tidak beliau dapat. Kamu patut membunuh beliau tetapi aku tahu, kamu tidak akan membunuhnya. Beliau akan memerintahkan kamu untuk mencaci diriku dan menafikan diriku. Berkenaan mencaciku, kamu ccilah aku kerana ia membawa kepada penyucian untuk diriku dan keselamatan untuk diri mu. Berkenaan menafikan ku, janganlah kamu menafikan aku kerana aku dilahirkan pada agama lumrah(Islam) dan merupakan yang terawal dalam menerimanya, dan juga berhijrah.
Nahjul Balagah, Khutbah 57, Amir al-mu’minin berkata kepada para sahabatnya tentang Muawiyah.
Hadis ini diriwayatkan oleh Shu’ba dengan rangkaian perawi yang sama. Amir ibn Saad ibn Abi Waqas melaporkan dari bapanya: “Muawiyah ibn Abu Sufyan melantik Saad sebagai gabenor dan berkata: Apa yang menghalang kamu dari mencaci Abu Turab(Imam Ali), di mana beliau menjawab: “Ia kerana 3 perkara yang aku ingati Rasulullah(sawa) sebutkan mengenai beliau, yang membuatkan aku tidak akan mencaci beliau dan jika satu dari sift itu aku miliki, maka ia adalah lebih berharga bagi ku dari unta merah.
Aku mendengar Rasulullah (sawa)  berkata kepada Ali semasa baginda meninggalkan beliau untuk perang Tabuk. Ali berkata kepada baginda: “Ya Rasulullah, kamu meninggalkan aku bersama wanita dan kanak-kanak.” Rasulullah(sawa) bersabda: “Tidakkah kamu berpuas hati dengan kedudukan mu pada ku ialah seperti kedudukan Harun kepada Musa dengan pengecualian tiada lagi Nabi selepas ku.” Dan aku juga mendengar baginda bersabda di Hari Khaibar: Aku akan memberi panji ini kepada seorang yang menyintai Allah dan RasulNya serta Allah dan RasulNya turut menyayangi beliau. Dia(perawi) berkata: Kami menunggu dengan penuh debaran, sehingga Rasulullah bersabda: “Panggilkan Ali.” Beliau di panggil, sedangkan ketika itu beliau mengidap sakit mata. Baginda menyapukan air liur baginda pada mata beliau, dan member panji itu pada beliau, dan Allah memberi beliau kejayaan. Yang ketiga ialah ketika ayat ini diturunkan “Marilah kita menyeru anak-anak kami serta anak-anak kamu”(Ayat Mubahalah [3:61]), baginda memanggil Ali, Fatimah, Hassan dan Hussain dan berkata : Ya Allah, mereka ialah keluarga ku.”
Sahih Muslim, Kitab 31, Hadith 5915
Mari kita andaikan kamu tidak mencaci Imam Ali, dan saya tidak pernah menyuruh kamu mencaci Imam Ali(nauzubillah), jadi adakah sebarang sebab untuk saya bertanya kepada kamu sebab kamu tidak mencaci Imam Ali? Tidak! Sebab mengapa Muawiyah bertanya kepada Saad ialah kerana Muawiyah memperkenalkan amalan itu sendiri.
Seerat ul Nabi, Jilid 1, m/s 66 to 67 menyatakan; Shibli Numani mengatakan perkara yang serupa iaitu para Khalifah Bani Umayyah mencaci keturunan Fatimah di seluruh Empayar Islam, di setiap masjid, selama 90 tahun dan mencaci Al dari setiap mimbar semasa solat Jumaat.
… Shah Shaheed bertanya kepada Subhan Khan, “Adakah Tabarra kepada Muawiyah di lakukan oleh Imam Ali?” Beliau memberi jawapan negatif. Shah bertanya lagi: “Adakah Tabarra kepada Imam Ali di lakukan oleh Muawiyah?” beliau menjawab: “Tanpa ragu ia berlaku.” Mendengar perkara ini Mawlana Shah Shaheed memuji Allah dan berkata Ahlul Sunnah mengikuti amalan Ali manakala Rafidi mengikut amalan Muawiyah.
…. Mawlana Shah Moinuddin Ahmad Nadvi menyatakan dalam Tareekh e Islam, Jilid 1, M/s 13 dan 14. Semasa pemerintahan Muawiyah, beliau telah memulakan amalan mencaci maki Imam Ali dari mimbar, serta semua tindakan beliau dan masyarakat mencapat tujuan ini. Mughaira ibn Shuibah ialah seorang penuh dengan kualiti mulia, tetapi kerana beliau mengikuti Muawiyah, beliau juga tidak dapat melindungi diri dari Bid’ah ini.
Click below for scanned m/s:
Khilafat O Malukiyat aur Ulema e AhleSunnat, Abu Khalid Muhammad Aslam, m/s 120-122
Selepas kewafatan Maula Ali, permusuhan antara maula Hassan dan Muawiyah berterusan. Imam Hassan mehu perjanjian damai ditandatangani dari melancarkan satu lagi peperangan dengan Muawiyah, yang telah menyebabkan tertumpahnya banyak darah kaum Muslimin dan para sahabat Nabi (sawa).

Perjanjian damai itu tidak bermakna Imam Hassan menjadi sahabat kepada Muawiyah atau mencintai Muawiyah, kerana perjanjian itu ditandatngani oleh 2 paksi berperang. Nabi Muhammad (sawa) menandatangani Perjanjian Hudaibiyah dengan pihak yang sama memerangi baginda selama bertahun-tahun.

Kalau tidak ada angin masakan dahan bergoyang. Sumber Sunni yang kuat mencadangkan yang Muawiyah turut bertanggungjawab dalam pembunuhan Aisyah.

Kita bercakap mengenai isteri yang paling disayangi Rasulullah (sawa) yang telah diceritakan sebagai contoh segala wanita di dalam Quran, dan kerana inilah darah beliau menjadi sangat bernilai pada umur 64.
Muawiyah menjemput Aisyah untuk makan malam. Beliau mengarahkan satu lubang dikorek, dan dipenuhkan ia dengan lembing dan pedang mencacak keatas. Mengikut sejarah Allama Ibn Khldun, Muawiyah menyorokkan lubang ini dengan papan yang lembik dan karpet. Beliau meletakkan kerusi kayu di atasnya sebagai tanda menghormati Aisyah. Sebaik sahaja aisyah duduk di atas kerusi itu, beliau jatuh ke dalam lubang itu dan cedera parah. Untuk menyembunyikan jenayahnya, Muawiyah mengarahkan lubang itu di tutup dan Aisyah turut di tanam di dalamnya. Oleh itu Muawiyah bertanggungjawab atas kematian baginda. Aisyah berumur 64 ketika itu, dan tindakan ini membuktikan kebencian beliau terhadap Nabi Muhammad (sawa)
Klik Di Bawah:
Musharaf al Mehboobeen, By Sheikh ul Tareeqat Hazrat Khwaja Mehboob Qasim Chishti Muhsarafee Qadiri, M/s 616

Ini ialah salah satu dari dakwaan yang di ambil dari sumber Sunni yang sahih. Kamu boleh memberi hujah balas berkenaan perkara ini, tetapi sebelum itu, saya sangat-sangat teringin untuk membaca berkenaan dengan majlis pengebumian Aisyah mengikut rujukan kamu.
Selepas syahidnya Imam Hassan, giliran Imam Hussain pula untuk syahid di bumi Karbala oleh Yazid Ibn Muawiyah.

Saya tidak boleh mempercayai semua sahabat secara TOTAL Rasulullah (sawa) membuat kebaikan samada kepada diri mereka atau antara satu sama lain. Sebagai kesimpulan, biar saya tunjukkan senarai keraguan saya;
  • Para sahabat Rasulullah (sawa) menyebarkan berita yang salah tentang Aisyah berzina.
  • Pergaduhan kecil antara Umar dan Abu Bakr yang meninggikan suara lebih dari Rasulullah (sawa) dan hampir menghapuskan segala amalan mereka.
  • Urwah(seorang sahabat) mencaci Hassan(seorang lagi sahabat)
  • Para sahabat enggan mengakui kepimpinan Usamah yang dilantik sendiri oleh Rasulullah. Ada juga sesetengah sahabat mengkritik kepimpinan beliau.
  • Tragedi Hari Khamis; Pertengkaran antara dua kumpulan sahabat di hadapan Rasulullah yang sedang tenat, di satu pihak mahu mengikut permintaan Rasulullah untuk menulis wasiat manakala di satu pihak lagi mengikuti pendapat mereka sendiri dengan menolak permintaan Rasulullah.
  • Pertengkaran dan pergaduhan  antara isteri-isteri nabi akibat dari cemburu sesama mereka. Ada juga di antara mereka yang merancang keatas Rasulullah (sawa) sendiri.
  • Kekejaman Khalid Ibn Walid kepada Bani Jadhima, sehingga Rasulullah sendiri berlepas tangan darinya.
  • Pertengkaran panas antara Muhajirun dan Ansar di Saqifah yang berakhir dengan Saad Ibn Ubaidah di pijak-pijak
  • Imam Ali dan penyokong beliau tidak bersetuju dalam konteks hak khilafah Abu Bakr.
  • Boikot dari Fatimah kepada Abu Bakr dalam konteks rampasan Fadak
  • Pendapat Imam Ali tentang Abu Bakr dan Umar yang dianggap oleh Imam Ali sebagi penipu dan tidak jujur dalam isu Fadak dan isu khilafah
  • Khalid Ibn Walid(sahabat) membunuh Malik Ibn Nuwara(juga seorang sahabat) dan merogol isteri beliau, Layla(juga seorang sahabat)
  • Kemarahan Umar dan protes beliau terhadap Khalid di zaman Abu Bakr.
  • Pemecatan Khalid dari semua jawatan angkatan tentera,
  • Abu Dzar dibuang negeri oleh Usman dan pentadbirannya.
  • Ammar Yasir dan Abdullah Ibn Masud di pukul atas arahan Usman
  • Menyalakan api pemberontakan rakyat terhadap Usman oleh Thalhah, Zubair dan Aisyah.
  • Pendapat Imam Ali terhadap Thalhah, Zubair dan Aisyah serta perang Jamal
  • Pendapat Imam Ali terhadap Muawiyah dan Amr ibn Al As serta perang Siffin
  • Muawiyah memulakan amalan mencaci Imam Ali
  • Ramalan Rasulullah (sawa) terhadap pembunuhan Ammar ibn Yassir oleh puak pemberontak(Muawiyah)
  • Perjanjian damai Imam Hassan dan Muawiyah
  • Pertuduhan Muawiyah membunuh Aisyah
Jika kamu ingin saya mempercayai bahawa semua sahabat dan isteri Nabi tidak mempunyai masalah dan kebencian antara satu sama lain, dan mereka hidup aman dan damai seperti saudara, jadi saya perlu menghiraukan sebahagian besar dari sejarah dan logik untuk hidup dalam dunia mitos dan mimpi. Bagaimanapun jika kamu bertanya mengenai fakta, maka fakta itu amat menggentarkan bagi orang yang mempercayai Imam Ali menyayangi Muawiyah, atau Aisyah menghormati Usman. Khalid ibn al Walid dan Amr ibn Al As secara faktanya, tidak dapat dinafikan ialah panglima perng yang bagus, tetapi itu tidak menjadikan mereka Muslim yang baik. Jika kamu mencintai dan menghormati semua orang, maka ia seperti menghormati Musa dan Firaun dalam masa yang sama. Ini kerana 2 puak yang melancarkan perang antra satu sama lain , secara logiknya tidak menyayangi satu sama lain, tetapi berniat untuk membunuh pihak lawannya.

Keadaan di mana Rasulullah (saw) meninggalkan dunia ini sangat sensitif sehingga tidak sampai 50 tahun peninggalan baginda, cucu baginda di bunuh oleh seorang Muslim, khalifah dan anak kepada sahabat.

Jika kamu mendakwa kamu menyayangi semua pihak, maka kamu secara logiknya tidak mampu membuat keputusan dan keliru secara moral.

Satu-satunya pilihan untuk kamu, ialah memilih. Pilihlah antara orang yang dipilih masyarakat atau yang di pilih Allah swt. Ini kerana jika kamu memilih seseorang yang menyakiti Allah, rasul dan Ahlul Bait baginda, maka kamu akan bertanggungjawab dengn pilihan kamu.
Jika kamu bertanya kepada saya, maka saya memilih Ahlul Bait yang di rahmati dari para sahabat Rasulullah(sawa). Kamu mungkin akan bertanya mengapa, saya akan membiarkan Imam Ali menjawab soalan ini.

Imam Ali(as) dalam suratnya menukilkan:
Sekumpulan Muhajirin berjaya mendapatkan syahid. Mereka terbunuh dalam perjuangan Islam dan Allah. Semuanya dirahmati Allah dengan kedudukan dan pangkat(di akhirat).Mereka yang terdiri daripada keluarga ku dan suku ku, Bani Hashim, di berikan status yang tinggi oleh Allah swt. Hamzah menerima gelaran Sayyidus Syuhada. Rasulullah (sawa) sendiri memanggil nama ini selepas kesyahidan beliau dan ketika pengebumian beliau. Rasulullah mengucapkan takbir 70 kali sebagai pengiktirafan kepada beliau, sesuatu yang tidak dilakukan kepada Muslim lain. Terdapat Muhajirin yang kehilangan tangannya di medan perang, tetapi apabila salah seorang dari kami kehilangan (Ja’far, saudara Nabi)  kedua tangannya dan syahid di medan perang, Allah memberikan beliau sayap, dan Rasulullah memberitahu kami beliau diberikan gelaran At Tayyar.
Jika tidak kerana Allah swt tidak menyukai perbuatan meninggi dan memuji diri sendiri, aku akan memberikan beberapa peristiwa yang menceritakan prestij ku dan statusku di hadapan Allah swt, peristiwa di mana ia boleh diterima dan diberi kesaksian oleh Muslim yang beriman kerana ia tidak boleh diragui lagi. Janganlah kamu menjadi seperti seorang yang syaitan telah sesatkan. Terimalah kebenaran apabila ia berada di hadapan mu.
Dengar wahai Muawiyah! Kami Ahlul Bait ialah satu contoh yang unik dari semua ciptaan Allah swt. Untuk status itu, kami tidak mempunyai tanggungjawab terhadap mana-mana orang atau suku kecuali Allah swt. Manusia telah dan akan mencapai kesempurnaan melalui kami. Ketinggian darjat kami tidak menghalang kami dari berurusan dengan kamu atau suku kamu, kami telah mengahwini sesama kamu dan membina hubungan kekeluargaan dengan suku kamu, walaupun kamu tidak termasuk di dalam kumpulan kami.
Bagaimana kamu boleh menjadi setaraf dengan kami sedangkan Rasulullah sebahagian dari kami dan Abu Jahal, musuh terburuk Islam adalah sebahagian dari kamu. Asadullah(Imam Ali) adalah dari kami dan Asadul Ahlaaf(Singa pihak lawan) adalah dari kamu. Dua orang pemuda ketua pemuda syurga adalah dari kami dan anak-anak neraka adalah dari kamu. Wanita terbaik di dunia(Fatimah) adalah dari kami, sedangkan wanita terburuk yang sentiasa mahu menyakiti Nabi ialah ibu saudara mu.
Terlalu banyak perkara yang membezakan kita. Kami ialah pengikut setia arahan Allah swt, manakala kamu dan suku kamu sentiasa menentang Islam dan menerimanya hanya untuk menyelamatkan diri kamu dari penghinaan. Keikhlasan kami dalam Islam dan bakti kami keatasnya adalah fakta sejarah manakala sejarah tidak dapat menidakkan kebencian kamu terhadap Islam dan Rasulullah (sawa).
Nama baik kami, yang mana kamu cuba merampasnya dari kami, dan kehormatan yang ingin kamu rendahkannya ialah sesuatu yang dijaga sendiri oleh Al Quran. Diceritakan di dalam Quran: “ Dan orang-orang yang mempunyai pertalian kerabat, setengahnya lebih berhak dari setengahnya yang lain – menurut (hukum) Kitab Allah [ Qur'an, 33:6 ] dan di tempat lain dalam kitab yang sama, Allah memberitahu manusia: “Sesungguhnya orang-orang yang hampir sekali kepada Nabi Ibrahim (dan berhak mewarisi ugamanya) ialah orang-orang yang mengikutinya dan juga Nabi (Muhammad) ini serta orang-orang yang beriman (umatnya – umat Islam). Dan (ingatlah), Allah ialah Pelindung dan Penolong sekalian orang-orang yang beriman.” [ Qur'an, 3:68 ]. Oleh itu kami mempunyai 2 kelebihan, hubungan yang rapat dengan Rasulullah (sawa) dan kesetiaan dalam menerima ajaran baginda.
Tahukah kamu di hari Saqifah, Muhajirin memberitahu kepada Ansar, yang mereka mempunyai kelebihan lebih dari Ansar kerana mereka mempunyai pertalian dengan Rasulullah(sawa), dan oleh kerana itu, mereka lebih layak ke atas khilafah, dan oleh kerana hujah ini juga mereka berjaya memenangi perebutan kuasa pada hari itu. Jika kejayaan boleh dicapai dengan bantuan hujah ini dan jika hujah ini mempunyai walau sedikit sahaja kebenaran di dalamnya, maka KAMI dan BUKAN KAMU lebih layak ke atas khilafah. Jika tidak, maka kaum Ansar juga masih mempunyai hak ke atas khilafah.
Nahjul Balaga, Surat 28, Surat balasan Imam Ali terhadap surat Muawiyah
Sunni mendakwa mengikuti dan menyayangi para sahabat akan membawa kamu ke jalan yang benar. Mereka mengungkapkan hadis yang dhaif ini:
Rasulullah (sawa) bersabda : Para sahabat ku ialah seperti bintang, sesiapa sahaja yang kamu ikuti, akan terpimpin(ke jalan yang benar)
Al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa, p. 160.
Jadi siapakah yang harus saya pilih, kerana jika saya memilih Ali, kamu memanggil saya kafir, kerana jika saya memilih Ali, maka saya perlu memisahkan diri dari musuh-musuh beliau, orang-orang yang beliau perangi serta orang-orang yang beliau kenali sebagai penipu. . Ini di panggil Tabarra, yang mana akan saya bincangkan dalam artikel lain selepas ini.
Zirr melaporkan: ‘Ali berkata: Demi Dia yang membelah benih dan mencipta Sesuatu yang hidup, Rasulullah (sawa) memberi ku janji yang hanya seorang Muslim akan menyayangi aku dan hanya seorang munafiq yang akan membenci ku.’
Sahih Muslim Kitab 001, Nombor 0141
Cinta kami ialah untuk Ali ibn Abi Thalib dan cinta kami juga untuk Ahlul Bait Nabi(as). Penghormatan kami ialah untuk para sahabat dan isteri baginda yang kekal setia kepada Islam, Nabi dan Ahlul Bait baginda sebelum dan selepas kewafatan baginda. Saya bertanya kepada kamu semua, siapa yang kamu pilih, semua para sahabat atau para sahabat yang bertaqwa kepada Allah dan melakukan kebaikan
Iaitu orang-orang yang menjunjung perintah Allah dan RasulNya (supaya keluar menentang musuh yang menceroboh), sesudah mereka mendapat luka (tercedera di medan perang Uhud).Untuk orang-orang yang telah berbuat baik di antara mereka dan yang bertaqwa, ada balasan yang amat besar.
Quran [3:172]
Ingatlah, ganjaran Allah bukan untuk semua orang.
Rahmat Allah ke atas Nabi Muhammad (sawa) dan Ahlul Bait baginda yang di rahmati. Redha Allah ke atas mereka yang menyokong perjuangn Islam serta membantu Rasulullah dan Ahlul Bait Baginda dengan ikhlas seumur hidup mereka. Dan laknat Allah telah mencukupi bagi mereka yang bertindak bertentangan dengan Islam, arahan Nabi serta menyakiti Ahlul Bait baginda, kerana Allah swt tidak akan bersama penipu.

Bidasan Berkenaan Makna Mawla.


Salam dan Solawat.
Sejak Aidil Ghadir, macam-macam reaksi diterima oleh pihak penentang Syiah. Macam-macam jawapan balas mereka berikan tentang peristiwa ini. Berkenaan dengan jawapan balas mereka ini, sebenarnya hujah lama, dan telah saya lalui dalam tempoh kajian saya terhadap Syiah dahulu. Oleh itu, saya tahu dan sudah menjangka mereka akan melatah. Ini adalah beberapa point utama hujah balas geng-geng pembenci Syiah terhadap Ghadir Khum.
  1. Percubaan menakwilkan maksud perkataan Mawla dalam peristiwa al Ghadir
  2. Menetapkan hujah bahawa Imam Ali tidak menuntut jabatan Khalifah sejurus selepas kewafatan Nabi(sawa)
  3. Dan beberapa lagi hujah lemah, antaranya berkenaan Imam Ali memohon kesaksian Al Ghadir di zaman pemerintahan beliau, bagi mengenal pasti siapa yang benar-benar menyokong beliau, dan siapa pula yang tergolong dalam golongan penentang. (Yang bestnya, antara yang tidak memberikan kesaksian ialah para sahabat besar juga, aduss)
Seperti yang saya pernah sebutkan sebelum ini, sumber perpecahan utama Sunni dan Syi’i, berpusat dan bermula dari satu perkara sahaja yang paling utama, iaitu Imamah. Sudah tentu jika Sunni mengakui hal-hal berkaitan wilayah Ahlulbait(as) dan perlantikan Imam Ali(as), maka sudah tentu tidak akan wujud lagi Sunni sampai ke hari ini. Oleh kerana setelah hampir lebih kurang 1200 tahun, masih lagi wujud Sunni dan Syiah, maka ini menunjukkan di pihak Sunni ada penakwilan mereka, dan di pihak Syiah juga ada penakwilan mereka tersendiri. Sunni dengan sumber mereka, manakala Syiah dengan sumber mereka dan sumber Sunni pun boleh pakai jugak.

Yang sepatutnya dijadikan garis sempadan ialah menghormati pendapat masing-masing, bukan berusaha mencari hujah balas untuk mengkafirkan pihak lawan. Perdebatan berkenaan hal ini dah 1000 tahun lebih pun, maka tidak perlu la nak jadikan ia isu lagi. Kalian mengatakan peristiwa Ghadir Khum bukan perlantikan Ali, tetapi hanya menunjukkan kemuliaan dan kelebihan beliau(biar betul?), fine! Ada tak kami kafirkan kalian? Ada tak kami membenci kalian? Ada tak kami memburuk-burukkan kalian, jawapannya semua tidak!

Itu pendapat kalian, so kami hormati, manakala kami Syiah pula, berpendapat berdasarkan Nas dari Quran, hadis dan dalil aqli, bahawa peristiwa ini, hanyalah salah satu dari berlambak peristiwa yang menunjukkan pengangkatan Imam Ali sebagai khalifah. Ia sentiasa berkait dengan hadis 12 Imam, Ahlulbait dan Imam Ali. Dengan kami mempercayai perkara ini, bahagian mana dari kepercayaan ini yang membuatkan kami keluar dari Islam? Kenapa perlu kafir dan membenci kami hanya kerana kami mempercayai sesuatu berdasarkan sumber yang dipercayai semua? Bukankah Rasulullah(sawa) dalam kitab hadis kalian pernah sebut:
“Perbezaan pendapat dalam umat ku ialah satu rahmat.”?
Semua ini kerana Syiahfobia yang dihadapi kalian. Penyakit ini menyebabkan kalian cenderung untuk menafikan apa sahaja yang keluar dari mulut Syiah, walaupun ia adalah sesuatu yang kukuh dan logik. Kasihan sekali.

Anyway, kita akan mulakan dengan point nombor 1 bagi artikel ini, iaitu berkenaan maksud mawla, kerana ia adalah point paling utama mereka. Sekali lagi telah saya nukilkan bahawa kenyataan bahawa Rasulullah(sawa) telah menegaskan Imam Ali(as) sebagai mawla bukan di satu tempat sahaja, malah di banyak peristiwa dan waktu, ini dapat dilihat jika kalian membaca kesemua siri Imamah.
Mengikut pendapat saudara kita dari Ahlulsunnah atau lawan kita dari para wahabi, perkataan maula atau wali bererti pencinta, penolong dan kawan, bukan bermaksud pemimpin. Ini kerana Nabi(sawa) mengetahui bahawa Ali mempunyai banyak musuh, maka dengan itu baginda menerangkan kepada ratusan ribu para sahabat bahawa sesiapa yang menganggap baginda sebagai orang yang dicintai, maka Ali juga merupakan orang yang patut dicintai.

Ironiknya pendapat mereka ini membatalkan hujah mereka tentang sifat berkasih sayang antara para sahabat, yang mengatakan para sahabat sentiasa menyayangi antara satu sama lain(hoho!). Ada banyak jalan bagi saya untuk menjawab hujah bidasan mereka. Pendapat mereka bathil antaranya atas sebab-sebab berikut:
1. Telah jelas bahawa peristiwa Ghadir Khum ialah susulan dari turunnya ayat Al Balagh yang memerintahkan Rasulullah menyampaikan perlantikan ini. Ini menunjukkan, tanpa risalah ini, Islam akan menjadi tidak lengkap. Maka cubalah kalian fikirkan, kalaulah peristiwa ini terjadi hanya semata-mata untuk menyatakan bahawa Imam Ali adalah sahabat baginda dan orang yang harus dicintai, apakah perlu sehingga tahap ayat Quran diturunkan? Lagipun, bukankah Imam Ali sebagai sahabat Nabi ialah satu pengetahuan umum dan telah diketahui ramai?
Mereka mengatakan bahawa Rasulullah berbuat begitu setelah terjadi perselisihan faham antara Imam Ali dan seorang sahabat berkenaan hal-hal rampasan perang(again?), maka Rasulullah terpaksa mengisytiharkan di hadapan ratusan ribu para sahabat tentang kedudukan Ali. Setahu saya, kedudukan Imam Ali telah banyak diterangkan dari permulaan dakwah hingga ke akhirnya di banyak tempat, maka saya tidak nampak sebab Rasulullah(sawa) perlu untuk menerangkan sekali lagi perkara ini hanya semata-mata terdapat perselisihan faham. Tidakkah jika benar, tindakan Rasulullah ini nampak redundant(sia-sia)?(Nauzubillah)
Firman Allah swt dalam ayat al Balagh:
“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika kamu tidak kerjakan(apa yang diperintahkan itu bererti) kamu tidak menyampaikan dengan sempurna risalahNya. Dan Allah akan sentiasa memelihara kamu dari ganguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk bagi orang-orang yang kafir(menentang). Al Quran(5:67)
Maka secara logiknya, apakah perkara yang terlalu serius, sehingga jika Rasul(sawa) tidak menyampaikan “persahabatan baginda dengan Ali” maka ia bererti Rasul tidak menyampaikan langsung risalah Allah?
Bagi menguatkan lagi dalil Imamah Imam Ali, setelah Rasulullah(sawa) selesai menyampaikan amanah perlantikan itu, ayat Ikmal pula diturunkan bagi menyatakan kesempurnaan agama setelah perlantikan Imam Ali. Apakah yang menyebabkan agama menjadi sempurna, hanya dengan pengisytiharan Imam Ali sebagai sahabat baginda di hadapan ratusan ribu para sahabat? Fikirkanlah.

2. Point seterusnya ialah konteks kata-kata Rasulullah sendiri yang menunjukkan kata mawla itu sebagai pemimpin. Seperti yang dapat kita lihat dalam riwayat Ghadir Khum, Rasul memulakan ucapannya dengan bertanya kepada orang ramai:
“Bukankah aku ini lebih utama dari diri-diri orang mukmin sendiri?”
Ungkapan ini dikuatkan lagi dengan firman Allah swt:
“Nabi itu lebih utama dari diri-diri orang mukmin itu sendiri.” Al Quran (33:6)
Lantas ratusan ribu para sahabat mengakuinya. Seterusnya Nabi bersabda:
“Maka ini juga(Ali) adalah yang paling utama bagi sesiapa yang aku ini lebih utama darinya.”
Menerusi konteks ucapan ini, jelas bahawa apa yang dimaksudkan oleh baginda Rasul adalah “berkuasa” atau “ketua ke atas orang lain” apabila beliau menggunakan perkataan mawla.
Seterusnya kita kaji pula rangkap ini yang berbunyi:
“Sesungguhnya Allah ialah mawla ku dan aku adalah wali bagi setiap mukmin.”
Setelah ini, barulah Rasulullah(sawa) mengucapkan:
“Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai wali, maka ini(Ali) sebagai walinya.”
Jika kita menggunapakai hujah Sunni bahawa perkataan wali itu bermaksud kawan, pencinta dan pembantu, maka apakah logiknya Rasulullah cuba mengatakan “Allah itu hanyalah kawan dan pembantu Nabi, manakala Nabi pula hanyalah kawan dan pembantu kaum Muslimin. Dengan ini Ali hanyalah kawan dan pembantu yang perlu dicintai.” Logikkah pengertian begini? Sungguh tidak sama sekali.
Mustahil bagi seorang Rasul hanya mahu menyampaikan ucapan yang tidak bermakna begini di hadapan ratusan ribu para sahabat sebagai penyempurna risalah. Oleh itu maksud yang paling tepat ialah Allah swt ialah pemimpin bagi Nabi dalam berdakwah. Setelah itu, Nabi pula merupakan pemimpin bagi umat Islam, manakala Ali akan menggantikan posisi itu selepas pemergian baginda.

Ini dikuatkan lagi dengan Ayat al Wilayah yang telah saya bincangkan dalam Imamah Bahagian 5, yang berbunyi:
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ ٱللَّهُ وَرَسُولُهُ ۥ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱلَّذِينَ يُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَيُؤۡتُونَ ٱلزَّكَوٰةَ وَهُمۡ رَٲكِعُونَ
Sesungguhnya wali(pemimpin-pemimpin) kamu ialah Allah, Rasulnya dan orang-orang yang beriman iaitu yang mendirikan solat dan menunaikan zakat ketika mereka sedang ruku’.Dan barangsiapa yang menjadikan Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman sebagai pemimpinnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itu yang menang.”Al Quran(5:55-56).
3. Berdasarkan bandingan seluruh teks Ghadir Khum, menyatakan bahawa suasana persekitaran pada hari itu sangat panas. Setelah turun ayat al Balagh, Rasulullah(sawa) telah memerintahkan agar kumpulan yang telah pergi agar pulang semula, manakala bagi kumpulan yang belum sampai agar ditunggu mereka kerana ada wahyu yang wajib untuk di sampaikan. Oleh itu, terkumpullah 120,000 orang para sahabat di al Ghadir. Maka dengan keadaan ini, adakah logik bahawa semua ini hanya semata-mata untuk menyatakan bahawa Ali ialah sahabat baginda? Satu perkara yang telah menjadi pengetahuan umum?  Sudah pasti tidak ada seorang pun yang tidak tahu hubungan rapat antara Rasulullah(sawa) dan Imam Ali(as).

4. Sibt Ibnu Jauzi, iaitu salah seorang ulama Sunni yang bermazhab Hanafi yang masyhur melalui kitabnya Tazkiratul al Khawas, di dalam bab 2 halaman 20 telah memberikan 10 maksud perkataan wali atau mawla. Setelah itu beliau menyimpulkan bahawa tidak ada satupun perkataan yang sesuai dengan maksud yang dikatakan oleh Nabi(sawa) di Ghadir Khum, melainkan maksud ke 10. Beliau berkata: “Hadis tersebut khusus bermaksud ketaatan.” Oleh itu, makna ke 10 adalah yang paling tepat, ianya bererti “ketua di atas yang lain”. Oleh itu, hadis tersebut bermaksud, “sesiapa yang menjadikan aku sebagai ketuanya, maka Ali juga ketuanya.”.

Beliau meneruskan lagi: Kata-kata Nabi bahawa Imam Ali mempunyai kuasa atau merupakan ketua di atas diri semua yang beriman dengan jelas membuktikan kepimpinan(Imamah) atau wazir adalah untuk Ali dan kepatuhan kepada beliau adalah wajib.

Seterusnya Allamah Abu Salim Kamaluddin menerusi kitabnya Mathalibus Suul, fasal ke 5 dari bab pertama, memberi komentar setelah mengeluarkan hadis Ghadir Khum seperti berikut:
Sesungguhnya perkataan mawla mempunyai banyak maksud. Sebagai contoh: ketua,penolong,pengganti dan pemimpin. Sementara di dalam hadis ini menunjukkan bahawa apa sahaja yang ada pada diri Rasul, ada pada Imam Ali.
Sebagaimana Nabi adalah ketua bagi umat Islam dalam semua perkara, samada penolong, ketua ata pemimpin, maka semuanya ada pada Ali. Inilah kedudukan paling tinggi yang diperuntukkan kepada Ali. Kerana itulah 18 Zulhijjah merupakan perayaan dan hari bersuka ria bagi pencinta dan penyokong Ahlulbait(as).”
5. Berdasarkan asas ilmu Usul, satu perkataan yang mempunya banyak maksud sebenarnya akan kembali kepada satu kata asas(hakiki). Menerusi kata asas inilah maksud yang lain diambil sebagai kata pinjam(majazi). Pengertian asas bagi maksud mawla ialah ketua. Sebagai contoh:
  • Wali nikah bererti seorang yang bertindak sebagai pesuruhjawa(berkuasa wakil) atau yang diamanahkan.
  • Wali wanita adalah suaminya.
  • Wali kanak-kanak adalah bapanya
  • Wali ahd bermaksud seseorang yang memiliki kuasa penuh memerintah selepas kemangkatan raja atau ketiadaannya.
Banyak penggunaan bagi kalimat wali atau mawla yang membawa makna sedemikian rupa di dalam bahasa Arab dan penulisan teks-teks ucapan.

6. Kita telahpun mengetahui bahawa makna bagi perkataan wali itu banyak, tetapi anehnya, mengapa Sunni hanya menumpukan maknanya hanya disekitar sahabat, kawan atau penolong sahaja? Kalaupun betul, apakah hujah bandingan yang boleh mereka gunakan bagi membuktikan dakwaan mereka itu? Menentukan maksud itu tanpa bandingan khusus jelas akan menjadikan hujah itu lemah dan tertolak.

Seperti yang dapat kita lihat, hujah yang digunakan oleh Syiah pula jelas bukan hujah kosong tanpa sokongan sebarang bandingan. Bandingan yang dijadikan hujah, kami ambil daripada ayat-ayat al Quran, hadis-hadis Sahih dan pendapat para ulama sendiri. Kesemuanya bersepakat membuktikan maksud yang sama. Bahkan hujah yang paling kukuh ialah keterangan Imam Shaukani yang membawa riwayat dari Ibnu Mardawaih dari Ibnu Mas’ud yang berkata: “Pada masa hidup Nabi, kami membaca ayat al Balagh begini:
“Wahai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu oleh Tuhanmu, iaitu Ali sebagai ketua bagi orang beriman, jika tidak kamu tidak dianggap menyempurnakan risalahNya.”
Inilah pengakuan seorang sahabat agung yang jelas membuktikan ayat al Balagh merupakan penyampaian mesej Ali adalah ketua umat sesudah kewafatan baginda(sawa).

Kesimpulannya, perkataan mawla disini jelas menunjukkan kekuasaan ke atas orang lain, atau bermaksud sebagai pemimpin, seperti yang dapat dibuktikan oleh hujah-hujah di atas. Tidak mengapa jikalau kalian tidak dapat menerimanya, tetapi tidak perlu sampai menjatuhkan hukum takfir semata-mata jika kami mempercayai sesuatu yang kuat sokongannya.

Cukup setakat ini dahulu, insyaAllah saya akan menyambung membincangkan isu ini di lain waktu.

Wilayah Imam Ali(as) Dalam Quran


Salam alaikum
Bismillah wa Sollallahu al Muhammad wa aali Muhammad wa ajjil farajahum.
Dalam bahagian pertama, saya telah menerangkan secara umum konsep Imamah dalam Islam. Dalam bahagian kedua pula, saya membahaskan tentang Ahlulbait sebagai khalifah umat Islam. Dalam bahagian keempat, telah diterangkan pula siapa Khalifah Rasyidin dan 12 Imam. Setelah mengikuti turutan ini, maka kini menjadi lebih mudah kepada saya untuk membahaskan tentang ke khalifahan Imam Ali(as), berdasarkan bukti-bukti dari Al Quran dan Hadis.

Bertepatan pula dengan bulan ini, yang merupakan bulan yang terdapat di dalamnya eidul Ghadir, maka eloklah juga saya menerangkan tentang ke khalifahan Imam Ali. Rasulullah(sawa) bersabda:
Aku adalah penghulu bagi para Nabi dan Ali ibn Abi Talib adalah penghulu bagi penggantiku, dan selepas daripada aku, penggantiku adalah 12, yang pertama merupakan Ali ibn Abi Talib dan yang terakhir merupakan Al Mahdi.
Kita mengetahui bahawa Rasulullah(sawa) telah pun menyebutkan Ali sebagai khalifah beliau yang pertama, dan sebagai pemegang jawatan yang sangat penting ini, mestilah turun hint atau wahyu dari Allah swt, berkenaan dengannya. Oleh itu, saya akan membahaskan perkara ini dengan membawa dalil dan Nas dari Al Quran serta kata-kata Rasulullah(sawa) berkenaan perkara ini, semoga boleh membuka pandangan kita, InsyaAllah.

Bukti Imamah Imam Ali dari Al Quran.
Ayat al Inzar
Allah swt berfirman:
“Dan berilah peringatan(wahai Muhammad) kepada keluarmu yang terdekat.”(Al Syura:124)
Setelah turunnya ayat Inzar ini, baginda menjemput lebih kurang 40 orang keluarganya untuk berkumpul di rumah Abu Thalib. Di antara yang hadir ialah bapa saudaranya, iaitu Hamzah, Abbas dan Abu Lahab. Setelah selesai menjamu mereka dengan jamuan yang besar, baginda terus bersabda:
“Wahai Bani Abdul Muthalib. Sesungguhnya aku-demi Allah- tidak mengetahui wujudnya pemuda Arab yang membawa kepada kaumnya, sesuatu yang lebih baik dari apa yang aku bawakan kepada kalian. Aku membawakan suatu kebaikan di dunia dan akhirat. Dan Allah memerintahkan kepada ku untuk menyeru kalian kepadanya. Dengan ini siapakah di antara kalian yang mahu membantuku dalam perkara(penyebaran Islam) ini agar ia menjadi saudaraku, wasiat penggantiku dan khalifahku di antara kalian?”
Mendengar ucapan beliau, orang ramai terus mendiamkan diri lalu Ali bangun dan berkata:
“Aku wahai Nabi Allah yang akan menjadi pembantu mu”. Perkara ini berulang sebanyak 3 kali dan akhirnya Nabi memegang lutut Ali sambil bersabda:
“Sesungguhnya inilah saudaraku, wasiku dan khalifah di antara kamu. Dari itu dengar dan taatlah kepadanya.”
Setelah itu orang ramai bangun beredar sambil ketaw dan berkata kepada Abu Thalib: “Muhammad memerintahkan kamu mentaati anak kamu.”
Ini adalah perlantikan pertama oleh Rasulullah(sawa) di hadapan ahli keluarga rapat baginda. Antara yang meriwayatkan riwayat ini ialah:
  • Tafsir Thabari.
  • Ad Dhurr al Mansur.
  • Tafsir Ibnu Katsir.
  • Tafsir al Khazin.
  • Tafsir Munir.
  • Syahidul Tanzil.
  • Tarikh Thabari.
  • Musnad Ahmad.
  • Kifayatuth Thalib.
  • Tazkiratul Khawas.
  • Yanabi al Mawaddah.
  • Kanz al Ummal.
Suka untuk saya menyertakan disini nota kaki berkenaan ayat ini dari buku tulisan Khair Izzah, yang menyatakan bahawa terdapat sedikit penyelewengan oleh sesetengah ulama dalam meriwayatkan riwayat ini. Perhatikan kata-kata beliau, seteleh beliau membuat kajian tentang riwayat ini.:
“Jika anda membuat perbandingan yang teliti tentang riwayat ini, maka anda akan mendapati bahawa Thabari telah membuang teks akhir riwayat ini dalam kitab tafsirnya: Jilid 11 hal 122 ketika mentafsirkan ayat tersebut, meskipun beliau sendiri meriwawatkan teks yang lengkap di dalam tarikhnya Jilid 2 hal 319-321. Cetakan Darul Turasi Arabi. Teks yang dibuang ialah sabda baginda..”Siapakah di antara kamu yang mahu membantuku dalam perkara ini(menyebarkan Islam) agar ia menjadi saudaraku, begitu dan begini….”
“Teks ini sengaja dibuang kerana mungkin konteksnya yang tidak seiringan dengan fahaman peribadinya tentang isu pengganti. Inilah sebabnya mereka banyak menolak teks-teks yang sahih kerana dikhuatiri golongan Syiah akan menggunakannya sebagai hujah. Dari itu mereka menyembunyikan kebenaran dalam keadaan mereka mengetahuinya. Bahkan adat penyelewengan ini terus diikuti oleh Ibnu Katsir menerusi kitab Tarikhnya, Al Bidayah wal Nihayah: Jilid 3 hal 50-53, cetakan darul kutub ilmiyah, begitu juga di dalam tafsirnya: Jilid 3/350-353. Sila rujuk kembali sebagai kepastian anda. Apakah yang mereka cuba sembunyikan? Kepastian atau kebatilan?”(Meniti Titian Kebenaran, ms 123)
Malangnya, bagaimana mereka dapat menandingi kehendak Allah? Kebenaran pasti tidak akan dapat ditutupi, dan syukur, hujah kami sentiasa boleh dicari dari buku-buku AhlusSunnah.

Ayat al Wilayah.
Mari kita membuka minda kita untuk ayat wilayah Imam Ali(as) yang seterusnya, yang sangat terkenal, dengan nama ayat Al Wilayah.
Sesungguhnya pemimpin-pemimpin kamu ialah Allah, Rasulnya dan orang-orang yang beriman iaitu yang mendirikan solat dan menunaikan zakat ketika mereka sedang ruku’.Dan barangsiapa yang menjadikan Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman sebagai pemimpinnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itu yang menang.”Al Quran(5:55-56).
Allah swt dalam firmannya telah menyebutkan bahawa pemimpin-pemimpin kita ialah Allah swt, Rasulnya(sawa) dan orang-orang  beriman yang memberikan zakat ketika sedang rukuk. Maka siapakan orang beriman yang membayar zakat ketika rukuk ini? Kita mendapati ada beberapa riwayat yang menjelaskan peristiwa ini.
Ibnu Katsir mengeluarkan riwayat dari Ibnu Mardawaih dari Ibnu Abbas berkata: Rasulullah(sawa) menuju ke masjid dan ketika itu orang ramai sedang solat(solat sunat). Ada yang sedang rukuk, sujud, berdiri dan duduk. Tiba-tiba masuk seorang miskin meminta-minta, maka baginda bertanya kepadanya: “Ada sesiapa memberi kamu apa-apa?” Dia menjawab: “Ada.” Baginda bertanya lagi:” Siapa gerangannya?” Beliau menjawab: “Lelaki yang sedang berdiri itu.” Baginda bertanya kembali: “Dalam keadaan bagaimana beliau memberi kepada mu?” Lantas beliau menjawab: “Dalam keadaan rukuk.” Baginda menjawab: “Itu adalah Ali Ibn Abi Thalib.”
Ibnu Abbas berkata: “Maka bertakbirlah Rasulullah(sawa) lantas membaca “Dan barangsiapa yang menjadikan Allah dan RasulNya dan orang-orang yang beriman sebagai pemimpinnya, maka sesungguhnya pengikut agama Allah itu yang menang.”
Ibnu Katsir mengatakan bahawa sanad ini tiada sebarang celaan.
Selain Ibnu Katsir, Abu Ishaq At Thalabi menerusi tafsirnya al Kabir dan al Huskani al Hanafi dalam Syawahidul Tanzil. Keduanya telah menyebut dari sanad yang sama iaitu Abu Dzar al Ghifari berkata:
Aku telah mendengar Rasulullah(sawa) bersabda dengan kedua telinga ku ini. Jika tidak benar, maka biarlah keduanya menjadi tuli. Dan aku juga melihatnya dengan kedua mataku. Jika tidak benar maka biarlah keduanya menjadi buta. Sesungguhnya Rasulullah(sawa) bersabda: “Ali ialah pemimpin orang-orang yang baik dan pembunuh orang-orang yang kafir. Sesiapa yang membantunya pasti akan dibantu, dan sesiapa yang mensia-siakannya pasti akan terabai.”
Sesungguhnya pada suatu hari aku pergi bersolat bersama baginda(sawa). Tiba-tiba datang seorang pengemis meminta-minta di dalam masjid dan tiada seorang pun yang memberikannya sesuatu. Sementara Ali sedang rukuk ketika itu menghulurkan tangannya yang  tersarung cincin di jari manisnya kepada si pengemis itu lalu ia datang dan mengambil cincin tersebut dari jari beliau. Setelah itu baginda Rasul(sawa) yang bermaksud:
Ya Allah, sesungguhnya saudaraku Musa bermohon kepada Mu: “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusan ku dan lepaskanlah kekeluan lidahku agar mereka faham perkataan ku. Jadikanlah untuk ku seorang pembantu dari keluargaku iaitu Harun saudaraku. Dengannya teguhkanlah kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Mu dan banyak berzikir kepada Mu. Sesungguhnya Engkau maha Melihat keadaan kami.” Lalu engkau wahyukan kepadanya, ” Sesungguhnya telah diperkenankan permintaan mu itu wahai Musa.”(Dirakam di dalam Quran surah Thaha:29)
Setelah itu baginda bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku ini hambaMu dan Nabi Mu. Lapangkanlah dadaku, dan permudahkanlah urusan ku, dan jadikanlah untuk ku pembantu dari keluarga ku iaitu Ali saudaraku. Teguhkanlah aku dengannya.”
Abu Dzar berkata: “Demi Allah, belumpun sempat baginda menghabiskan doanya, tiba-tiba Jibril turun membawa ayat…(Wilayah).
At Thabrani meriwayatkan dari Ammar Bin Yassir(ra) berkata: Seorang peminta sedekah berdiri di sisi Imam Ali yang ketika itu sedang rukuk. Maka beliau menanggalkan cincin dari jarinya dan diberikan kepada pengemis itu. Setelah Rasulullah(sawa) tiba, aku mengkhabarkan hal tersebut kepada baginda, lalu turunlah ayat…(wilayah). Setelah Rasulullah(sawa) habis membacanya, baginda bersabda:
Barangsiapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali juga ialah pemimpinnya. Ya Allah, kasihilah sesiapa yang mengasihinya, dan musuhilah siapa yang memusuhinya.”
Rujukan: Majma’ uz Zawaid
Ulama Sunni yang menyatakan bahawa ayat ini turun akibat Imam Ali(as) berzakat ketika rukuk:
  1. Tafsir al Kasysyaf.
  2. Tafsir Ibnu Katsir.
  3. Tafsir Ath Thabari.
  4. Tafsir al Qurthubi.
  5. Ad Dhurr al Mantsur.
  6. Tafsir Fakhrul Razi.
  7. Tafsir an Nasafi.
  8. Tafsir Ibnu Jauzi.
Begitulah ayat wilayah, asbanul nuzul dan hadis yang berkaitan dengan penurunan ayat ini. Jelas dari ayat ini, Allah swt menyebutkan, wali bagi kaum Muslimin ialah Allah, Rasulnya(sawa) dan orang yang berzakat ketika sedang rukuk, yakni Imam Ali ibn Abi Thalib(as).

Ayat al Balagh.
Mari kita perhatikan ayat seterusnya. Firman Allah swt:
“Wahai Rasul, sampaikanlah apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. Dan jika kamu tidak kerjakan(apa yang diperintahkan itu bererti) kamu tidak menyampaikan dengan sempurna risalahNya. Dan Allah akan sentiasa memelihara kamu dari ganguan manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk bagi orang-orang yang kafir(menentang). Al Quran(5:67).
Para ulama tafsir telah bersepakat mengatakan bahawa ayat di atas diturunkan ketika peristiwa Ghadir Khum, yang mana salah satu dari peristiwa penting perlantikan Imam Ali sebagai khalifah. Peristiwa ini akan saya akan nukilkan nanti. Antara para ulama yang berpendapat sedemikian ialah:
  1. Ad Dhurr al Mantsur, Suyuthi.
  2. Fathul Qadir, Syawkani.
  3. Tafsir Mafatihul Ghaib, Fakhrur Razi.
  4. Asbabun Nuzul, Al Wahidi.
  5. Yanabi al Mawaddah, Qanduzi al Hanafi.
  6. Al Milal wan Nihal, Syahrastani.
  7. Faraidus Simthain, Hamwini.
  8. Tarikh Dimasyq, Ibnu Asakir.
  9. Syawahidut Tanzil, Huskani.
Disebabkan perbahasan berkenaan Ghadir Khum perlukan artikel yang khas, maka cukuplah sekadar saya menerangkan bahawa ayat ini turun di Ghadir Khum, yamg memerintahkan Nabi(sawa) menyampaikan tentang perlantikan Ali(as) sebagai khalifah umat Islam, setelah pemergian baginda. Betapa pentingnya perlantikan ini, sehingga Allah swt menyebut, jika Nabi(sawa) tidak menyampaikannya, seolah-olah, tidak akan lengkap risalah yang dibawa oleh Nabi(sawa).

Dari Ayat di atas juga memberi sedikit gambaran bahawa Nabi(sawa) risau akan penentangan umatnya terhadap calon pilihan Allah swt ini, lalu Allah swt menenangkan baginda dengan memberi jaminan keselamatan dari gangguan manusia. Sekali lagi menunjukkan, adanya para “sahabat” yang selalu menentang perintah Nabi dan menyakiti baginda.

Ayat al Ikmal.
Ayat ini juga turun berkaitan dengan peristiwa Ghadir Khum, yang diturunkan Allah swt sejurus selepas Nabi(sawa) berjaya menyampaikan perlantikan Imam Ali sebagai khalifah. Allah swt berfirman:
“Pada hari ini, Aku telah sempurnakan untuk kamu agama mu, dan telah aku sempurnakan untuk kamu nikmat Ku, dan telah Aku redha Islam itu menjadi agama bagi kamu.”.
Nas yang menyatakan ayat ini diturunkan selepas perlantikan Imam Ali sangatlah kuat. Di antaranya ialah yang diriwayatkan oleh Ibnu Mardawaih dan Ibnu Asakir bersumber dari Abu Said Al Khudri yang berkata: Ayat…(al Ikmal) diturunkan kepada Rasulullah(sawa) pada suatu hari di Ghadir Khum setelah baginda bersabda:
“Sesiapa yang menjadikan aku ini pemimpinnya maka Ali(as) adalah pemimpinnya.”
Di riwayatkan juga oleh Al Khatib al Baghdadi dari Abu Hurairah berkata: Bukankah aku ini pemimpin orang-orang mukmin? Orang ramai menjawab : “Benar wahai Rasulullah”. Lantas baginda meneruskan: “Sesiapa yang menjadikan aku ini pemimpinnya maka Ali(as) adalah pemimpinnya.” Lalu berkatalah Umar: “Tahniah wahai anak Abu Thalib. Kamu menjadi pemimpinku dan pemimpin seluruh Muslim.” Setelah itu, turunlah ayat al Ikmal.
Untuk petikan di atas sila rujuk:
  1. Tarikh Dimashyq.
  2. Manaqib Ali.
  3. Tarikh Bagdadi.
  4. Syawahidul Tanzil.
  5. Faraidus Simthain.
Para ulama tafsir dan hadis yang meriwayatkan bahawa Ayatul Ikmal ini diturunkan selepas turunnya Ayatul Balagh dan perlantikan Imam Ali adalah seperti berikut:
  1. Ad Dhurr al Mansur, Tafsir Ibnu Katsir, Ruhul Ma’ani:tafsiran ayat berkenaan.
  2. Al Itqan: Suyuthi:1/31.
  3. Tarikh Dimasyq: Ibnu Asakir asy Syafie.
  4. Manaqib Ali: Ibnu al Maghazil.
  5. Tarikh Baghdad: Khatib al Baghdadi.
  6. al Manaqib: Khawarizmi al Hanafi.
  7. Tazkiratul Khawas: Sibt Ibnu Jauzi.
  8. Al Bidayah wal Nihayah: Ibnu Katsir.
  9. Yanabi al Mawaddah; Qaduzi al Hanafi.
Bagi setiap dalil dan Nas yang saya kemukakan, masih wujud juga bidasan dan bantahan yang dikemukakan oleh pihak nasibi, walau bagaimana rapuh sekalipun hujah mereka, tetap mereka akan cuba membangkangnya dengan segala kudrat yang ada. Seolah-olahnya, apa sahaja yang keluar dari mulut seorang Syiah, walau benar dan logik sekalipun, adalah wajib bagi mereka untuk menentangnya dan ini menyebabkan mereka tergolong dalam kelompok orang-orang yang jahil. Semoga Allah swt mengampun mereka.

Jika bukan kerana saya mahukan artikel ini pendek, saya akan letakkan bersama hujah balas mereka berkaitan hal ini, dan jawapan bagi hujah balas mereka itu. Oleh itu InsyaAllah, saya akan postkan jika ada geng-geng nasibi yang mengemukakan hujah balas itu pada saya.

Wilayah Imam Ali(as) dari Hadis


man kunto mola fahaza ali moula
Salam alaikum. Allahumma Solli ‘ala Muhammad wa aali Muhammad.
InsyaAllah, dalam bahagian ini, akan saya bahaskan tentang dalil-dalil wilayah Imam Ali(as) bersumberkan hadis dari pihak Ahlul Sunnah wal jamaah.(tetapi dingkarnya) (Baca) (Baca)
=============================
ahlus sunah wal jama'ah itu ajaran menyimpang dari syariat ahlul bait nabi saw. jadi jangan salahkan jika mereka mengikuti syiah. syiah sudah resmi mazhab islam dari tahun 2004. syiah pertama kali muncul tahun 2 H, sedangkan sunni muncul tahun 80 H. pendiri sunni adalah muawiyyah termasuk ahlus sunah waljama'ah. syiah adalah milik imam ali merupakan partai islam yg pertama kali berdiri.
=============================
mana ada kata-kata nabi saw mengatakan bahwa:
1. ahlus sunah wal jama'ah sebagai islam. sedangkan diarab adanya ahlus sunah, bukankah lain. coba bandingkan ahlus sunah dan ahlussunah wal jama'ah.
2. al-qur'an mengatakan: sesungguhnya agama yg diridhai allah ialah islam {al-maidah: 18} dan al-maidah: 3.
3. ahlus sunah wal jama'ah sebagai panutan masuk surga.
4. ahlus sunnah wal jama'ah nama yg disebut rasulullah.
kesimpulan:
???
==============================

Hadis Ghadir Khum
1. An Nasai meriwayatkan dari Abu Thufail dari Zaid bin Arqam berkata: Ketika Nabi pulang dari Haji wada’ dan singgah di Ghadir Khum, baginda menyuruh para sahabatnya bernaung di bawah pohon-pohon. Setelah itu baginda berkhutbah:
“Sudah hampir masanya aku dipanggil Allah dan aku mesti pulang menghadapnya. Sesungguhnya aku tinggalkan buat kamu 2 perkara yang amat berharga(Tsaqalain) yang satu lebih berat dari yang lainnya, iaitu Kitab Allah dan keluarga ku iaitu Ahlulbaitku. Oleh itu perhatikanlah bagaimana sikap kamu terhadap keduanya, kerana sesungguhnya keduanya tidak akan terpisah sehingga menemui ku di Al Haudh.”
Kemudian baginda bersabda lagi:
“Sesungguhnya Allah ialah maulaku, dan aku ialah maula setiap mukmin.”
Lalu baginda mengangkat tangan Ali lalu bersabda:
Siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka inilah Ali sebagai pemimpinnya. Ya Allah, pimpinlah orang yang menjadikannya sebagai pemimpin, dan musuhilah orang yang memusuhinya.”
Abu Thufail bertanya kepada Zaid: Apakah kamu benar mendengarnya dari Rasulullah(sawa)? Zaid menjawab: Sesungguhnya tidak ada seorang pun di bawah pohon-pohon itu yang tidak melihat dengan kedua matanya dan mendengar dengan kedua telinga mereka.
Sumber: Khasaish Imam Ali, An Nasai, bil 79.

2. Ibnu Majah meriwayatkan dari Al Bara’ bin Azib berkata: Kami pergi Haji bersama Rasulullah(sawa) dan kami singgah di persimpangan jalan. Setelah baginda bersolat bersama, lantas baginda mengangkat tangan Ali dan bersabda:
Bukankah aku ini lebih utama dari diri orang-orang mukmin itu sendiri? Mereka menjawab: Benar Ya Rasulullah(sawa)! Rasulullah bersabda: Maka ini Ali adalah pemimpin bagi mereka yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya. Ya Allah pimpinlah orang yang menjadikannya sebagai pemimpin dan musuhilah orang-orang yang memusuhinya.”
Sumber: Sunan Ibnu Majah, Hadis 116.

3. Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Zaid bin Arqam berkata: Kami singgah di suatu lembah yang bernama Khum. Baginda memerintahkan supaya mendirikan solat dan kami melaksanakannya di bawah sinaran terik matahari. Setelah itu baginda berkhutbah sementara Samurah memayungi baginda dengan sehelai baju yang digantung di atas dahan dari sinaran matahari. Lalu baginda bersabda:
“Bukankah kalian tahu/bersaksi bahawa aku ini lebih utama dari setiap diri orang mukmin itu sendiri? Mereka menjawab: Benar! Baginda bersabda lagi: Dari itu siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali ialah pemimpinnya. Ya Allah, pimpinlah orang yang menjadikannya sebagai pemimpin dan musuhilah orang yang memusuhinya.”
Sumber: Musnad Ahmad 4/327 dan Majma uz Zawaid 9/107.

4. Ahmad bin Hanbal meriwayatkan lagi dari al Bara’ bin Azib, menerusi 2 rantaian sanad berkata; Kami bersama Rasulullah lalu singgah di Ghadir Khum. Kemudian seorang sahabat membersihkan kawasan agar Nabi boleh menunaikan solat Zohor di bawah antara 2 pokok. Setelah itu baginda mengangkat tangan Ali dan bersabda:
“Bukankah kamu mengetahui bahawa aku ini lebih utama dari setiap diri mukmin itu sendiri? Mereka menjawab: Benar! Baginda bertanya lagi: Soalan yang sama, lalu di jawab juga sama. Lalu baginda mengambil tangan Ali  dan bersabda: Dari itu siapa yang menjadikan aku sebagai pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya. Ya Allah pimpinlah orang yang menjadikannya sebagai pemimpin, dan musuhilah orang yang memusuhinya.”
Setelah itu Umar datang menemui Ali dan berkata: “Tahniah wahai putera Abu Thalib. Anda telah menjadi pemimpin setiap mukmin dan mukminah.”
Sumber: Musnad Ahmad 4/281, Kanzul Ummal, 15/117 dan Fadhail al Khamsah 1/350.

5. Ath Thabrani meriwayatkan dengan sanad yang sahih dari Zaid bin Arqam dan Huzaifah bin Usaid al Ghifarri berkata: Rasulullah telah berkhutbah di Ghadir Khum di bawah pohon-pohon dengan sabdanya:
“Wahai sekalian manusia! Aku hampir di panggil Allah dan aku akan menyahutnya. Sesungguhnya aku dan kalian akan ditanya, maka apakah yang akan kalian jawab?
Mereka berkata: Kami bersaksi bahawa kamu telah berjuang dan kamu telah memberi nasihat, semoga Allah membalas mu dengan kebaikan.
Rasul meneruskan sabdanya: “Tidak kalian bersaksi bahawa tiada Tuhan selain Allah dan bahawa Muhammad ini ialah hamba dan Rasulnya, bahawa syurga itu benar, neraka itu benar, kematian itu benar, hari kebangkitan sesudah mati itu benar, kiamat itu pasti terjadi tanpa ragu-ragu, dan bahawa Allah akan membangkitkan orang-orang di dalam kubur?
Semua menjawab: Benar! Kami bersaksi dengan semua itu. Lalu baginda berdoa: Ya Allah, saksikanlah.
Kemudian baginda menyambung lagi:
“Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah adalah pemimpin ku, dan aku ialah pemimpin kaum mukmin dan lebih utama dari diri mereka sendiri. Barangsiapa yang menjadikan aku pemimpinnya maka ini Ali juga ialah pemimpinnya. Ya Allah, pimpinlah orang yang menjadikannya sebagai pemimpin dan musuhilah orang yang memusuhinya.”
Seterusnya baginda bersabda lagi:
“Wahai manusia, sesungguhnya aku akan mendahului kalian dan kalian akan dibawakan kepada ku di al Haudh, al Haudh luasnya terbentang dari Basrah ke Sanaa, padanya bilangan bintang-bintang indah dan perak. Sesungguhnya aku akan bertanya kepada kalian tentang 2 perkara berharga(Tsaqalain) ketika kalian dibawakan kepada ku di al Haudh, bagaimana kalian melayani keduanya sepeninggalanku.
Perkara yang paling berharga ialah Kitab Allah yang hujungnya ada di tangan Allah, dan hujungnya lagi ada di tangan-tangan kalian. Maka berpeganglah kepadanya maka kalian tidak akan sesat dan menyeleweng. Dan keluargaku iaitu ahlulbaitku. Sesungguhnya Allah telah memberitahu kepada ku bahawa keduanya tidak akan terpisah hingga keduanya kembali kepadaku di al Haudh.
Sumber: Al Sawaiqul Muhriqah: Hal 25
Ada beberapa lagi hadis yang berkaitan, tetapi saya tidak bercadang untuk memuatkan semuanya dalam artikel ini. Walaubagaimanapun, hadis al Ghadir yang telah saya tunjukkan disini telah mencapai status Sahih lagi mutawattir yang tidak dapat di sangkal lagi kedudukannya. Malah semuanya yang saya tunjukkan di sini adalah bersumber dari kitab-kitab Sunni, yang mana untuk kesahihannya, kalian boleh semak sendiri dengan merujuk kepada kitab-kitab yang berkaitan. Jadi bagaimana pula ada sesetengah orang jahil yang boleh membuat tuduhan bahawa peristiwa Ghadir Khum ini ialah satu rekaan orang-orang Syiah? Maha Suci Allah yang akan sentiasa membuatkan kebenaran itu Nampak walaupun orang-orang zalim sentiasa cuba menutupinya.

Sungguh menyedihkan apabila ramai umat Islam(Sunni) sendiri tidak mengetahui akan peristiwa ini, kerana usaha terus menerus orang-orang zalim ini untuk tidak membincangkan peristiwa ini. Sudah tentu ini kerana mereka tahu bahawa hujah mereka adalah sangat lemah jika ingin dibandingkan dengan hujah kami Syiah kepada Ahlulbait(as).

Antara usaha sia-sia mereka untuk mendhaifkan hadis ini sebagai hadis perlantikan Imam Ali(as) ialah dengan percubaan mereka untuk menakwilkan perkataan “maula” atau perkataan “wali”. Sudah tentu saya akan membahaskannya di artikel lain, kerana saya hanya ingin memuatkan segala dalil berkaitan Imamh Imam Ali di sini. Itu sahaja pun dah cukup panjang.

Hadis Manzilah.
Hadis ini adalah salah satu lagu hadis yang menunjukkan dalil Imamah Ali(as). Manzilah bermaksud kedudukan di dalam bahasa melayu. Sabda Rasulullah(sawa):
“Kedudukan Ali di sisiku umpama kedudukan Harun di sisi Musa(as) melainkan tiada lagi Nabi sesudahku.”
Hadis Sahih ini diriwayatkan oleh ramai para ulama silam Sunni, antaranya:
  1. Sahih Bukhari.
  2. Sahih Muslim.
  3. Sahih Tarmizi.
  4. Sunan Ibnu Majah.
  5. Khasais Ali: Nasai.
  6. Sunan Ibnu Hibban.
  7. Mustadrak al Hakim.
  8. Musnad Abu Ya’la.
  9. Tarikh al Khulafa’.
  10. Hilayatul Awliya’.
  11. Sunan al Bazzar.
  12. Musnad Humaidi.
  13. Tarikh Thabari.
  14. Mu’jam as Saghir.
  15. Tazkiratul Huffaz.
  16. Musnad Ahmad.
  17. Kanz al Ummal.
Dengan kata lain, Nabi Muhammad(sawa) mengatakan bahawa, kedudukan Imam Ali di sisi baginda, ialah sebagai mana kedudukan Nabi Harun di sisi Nabi Musa. Maka segala yang dimiliki Harun juga dimiliki oleh Imam Ali(as). Seperti yang diceritakan kepada kita dari Al Quran tentang kisah Nabi Musa dan Nabi Harun, adalah diketahui bahawa Nabi Harun memiliki kuasa dan dilantik sebagai wazir dan pembantu Nabi Musa, begitulah juga halnya dengan Imam Ali(as), kecuali kenabian.

Dalam artikel lepas, ketika membincangkan ayat al Wilayah, saya ada bawakan hadis berikut:
Abu Ishaq At Thalabi menerusi tafsirnya al Kabir dan al Huskani al Hanafi dalam Syawahidul Tanzil. Keduanya telah menyebut dari sanad yang sama iaitu Abu Dzar al Ghifari berkata:
Aku telah mendengar Rasulullah(sawa) bersabda dengan kedua telinga ku ini. Jika tidak benar, maka biarlah keduanya menjadi tuli. Dan aku juga melihatnya dengan kedua mataku. Jika tidak benar maka biarlah keduanya menjadi buta. Sesungguhnya Rasulullah(sawa) bersabda: “Ali ialah pemimpin orang-orang yang baik dan pembunuh orang-orang yang kafir. Sesiapa yang membantunya pasti akan dibantu, dan sesiapa yang mensia-siakannya pasti akan terabai.”.
Sesungguhnya pada suatu hari aku pergi bersolat bersama baginda(sawa). Tiba-tiba datang seorang pengemis meminta-minta di dalam masjid dan tiada seorang pun yang memberikannya sesuatu. Sementara Ali sedang rukuk ketika itu menghulurkan tangannya yang  tersarung cincin di jari manisnya kepada si pengemis itu lalu ia datang dan mengambil cincin tersebut dari jari beliau. Setelah itu baginda Rasul(sawa) yang bermaksud:
Ya Allah, sesungguhnya saudaraku Musa bermohon kepada Mu: “Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusan ku dan lepaskanlah kekeluan lidahku agar mereka faham perkataan ku. Jadikanlah untuk ku seorang pembantu dari keluargaku iaitu Harun saudaraku. Dengannya teguhkanlah kekuatanku, dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku, supaya kami banyak bertasbih kepada Mu dan banyak berzikir kepada Mu. Sesungguhnya Engkau maha Melihat keadaan kami.” Lalu engkau wahyukan kepadanya, ” Sesungguhnya telah diperkenankan permintaan mu itu wahai Musa.”(Dirakam di dalam Quran surah Thaha:29)
Setelah itu baginda bersabda, “Ya Allah, sesungguhnya aku ini hambaMu dan Nabi Mu. Lapangkanlah dadaku, dan permudahkanlah urusan ku, dan jadikanlah untuk ku pembantu dari keluarga ku iaitu Ali saudaraku. Teguhkanlah aku dengannya.”
Abu Dzar berkata: “Demi Allah, belumpun sempat baginda menghabiskan doanya, tiba-tiba Jibril turun membawa ayat…(Wilayah).
Di ceritakan di dalam Quran, Nabi Musa memohon kepada Allah akan dikurniakan pembantu dalam segala urusan beliau, dan memohon agar Harun ialah orangnya. Sebagaimana Nabi Musa, Rasulullah juga memohon agar dikurniakan perkara yang sama, dengan Imam Ali(as) menjadi pembantu baginda, sama seperti kes Nabi Musa(as). Dan permohonan mereka dikabulkan. Firman Allah:
“Sesungguhnya telah kami berikan kitab taurat kepada Musa dan kami adakan Harun sebagai wazirnya.” Al Quran (25:35).
Sebagaimana Nabi Harun menjadi pengganti Nabi Musa sepeninggalan beliau ke Bukit Thursina, maka seperti itu jugalah kedudukan Ali sebagai pengganti baginda dalam segala hal kepimpinan umat kecuali kenabian. Semasa ketiadaannya, Nabi Musa tidak meninggalkan umatnya terkapai-kapai tanpa petunjuk dan pemimpin, maka kita dapat melihat perkara yang serupa iaitu Rasulullah juga melantik Imam Ali sebagai khalifah agar umatnya tidak tersesat arah.
“Dan berkata Musa kepada saudaranya Harun: engkau menggantikan tempatku menjaga kaumku…” Al Quran(7:142)
Kalau kita perhatikan ayat di atas, perkataan “ukhlufi”(menggantikan) digunakan, dan perkataan ini mempunyai kata dasar yang sama dengan “khalifah”(pengganti). Menarik. Jika kita mahu melihat gambaran sebenar, gantikan sahaja ayat-ayat Al Quran yang mengandungi nama Musa dan Harun kepada Muhammad dan Ali. Dengan itu kita mengetahui bahawa dengan jelas, Imam Ali ialah khalifah sepeninggalan baginda.

Perlu juga diungkapkan di sini, bahawa hadis al Manzilah diucapkan secara berulang oleh Rasulullah(sawa) lebih dari satu kali. Ini kerana terdapat beberapa golongan Nasibi yang mengeluarkan hujah bahawa hadis ini hanya terpakai dalam konteks keberangkatan baginda(sawa) ke Perang Tabuk, maka ia bersifat sementara. InsyaAllah saya akan kemukakan nanti.

Hadis Kelayakan Menyampaikan Mesej Islam.
Rasulullah telah bersabda:
“Ali adalah sebahagian dari diriku, dan aku ialah sebahagian dari dirinya. Tidak sepatutnya menyampaikan dari ku (mesej dakwah) melainkan aku atau Ali.”
Sila rujuk:
  • Sahih Tarmizi
  • Khasais Ali:Nasai
  • Sunan Ibnu Majah
  • Tuhfatul Asyraf
  • Sawaiqul Muhriqah
  • Sunan Ad Darimi
Menerusi hadis ini jelas membuktikan bahawa tiada yang selayaknya menyampaikan mesej dakwah Islam melainkan dari Rasulullah(sawa) sendiri atau Imam Ali(as). Ini juga menunjukkan kedudukan Imam Ali sebagai penerus mesej dakwah setelah ketiadaan baginda. Hadis ini juga sealiran dengan Ayat al Mubahalah, yang menunjukkan bahawa Rasulullah dan Imam Ali dianggap satu.

Hadis-hadis lain:
1. Rasulullah(sawa) bersabda: “Sesungguhnya Ali ialah sebahagian dari ku, dan aku sebahagian darinya. Dan dia ialah pemimpin bagi setiap mukmin sepeninggalan ku.”
  • Khasais Ali: Nasai.
  • Sahih Tarmizi.
  • Sunan Ibnu Hibban.
  • Mustadrak Al Hakim.
  • Musnad Imam Ahmad.
  • Kanz Al Ummal.
  • Yanabi al Mawaddah.
2. Muttaqi al Hindi mengeluarkan riwayat dari dari Ibnu Abi Syaibah dan Ibnu Jarir serta mensahihkannya dari Ibnu Abbas dari Rasulullah(sawa) bersabda kepada Imam Ali(as): “Kamu adalah pemimpin seluruh mukmin sepeninggalanku.”
  • Kanz al Ummal.
  • Musnad Imam Ahmad.
  • Tarikh Dimasyq.
3. Diriwayatkan dari Buraidah dari Rasulullah sawa bersabda: “Jangan sesekali kamu berkomplot menentang Ali kerana sesungguhnya dia adalah sebahagian dari diriku dan aku sebahagian dari dirinya. Dia adalah pemimpin kamu setelah pemergianku.” Baginda mengulangnya sebanyak 3 kali.
  • Majma uz Zawaid.
  • Tarikh Dimasyq.
  • Syarh Nahjul Balaghah.
4. Dikeluarkan oleh Abu Nuaim al Hafiz di dalam Hilayatul Auliya’ dari Anas bin Malik. Rasulullah(sawa) bersabda: “Wahai Anas, orang pertama yang akan melalui pintu ini(pintu rumah Rasulullah) adalah penghulu orang-orang bertaqwa, ketua Muslimin dan pemimpin agama dan penutup para wasi dan ketua orang-orang yang akan dihiasi di syurga kelak.”.
Anas berkata: “Tiba-tiba Ali datang, lantas baginda bangun dengan gembira menuju kepada beliau lalu memeluknya dan bersabda:
“Kamu akan melaksanakan tanggungjawab menyambung risalahku, dan mendengarkan kepada mereka suaraku, juga menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan selepasku.”
  • Hilayatul Awliya.
  • al Manaqib.
  • Tarikh Dimasyq.
Alhamdulillah, akhirnya, selesai juga saya menulis sedikit sebanyak dalil perlantikan Amirul Mukminin Ali Ibn Abi Thalib sebagai khalifah sepeninggalan Nabi(sawa). Bagi para pemikir sekalian, tentu kini anda sepatutnya boleh mencantumkan sedikit sebanyak ”puzzle”, dari cebisan-cebisan kecil kini menjadi gambar yang sempurna.

Seperti biasa, setiap hujah yang saya kemukakan di sini pasti ada bangkangan dari pihak penentang. InsyaAllah saya akan bahaskan satu per satu tentang isu-isu berkaitan, di waktu lain. Biarlah saya tutup siri Imamah ini dengan beberapa kesimpulan dari bahagian pertama sehinggalah bahagian keenam ini.
  1. Imam ialah satu kedudukan lantikan Allah swt sebagai pemimpin untuk sesuatu umat.
  2. Seorang Nabi dan Rasul juga boleh diangkat menjadi seorang Imam, tetapi seorang Imam tidak semestinya dari kalangan Nabi dan Rasul.
  3. Imam memikul segala tugas yang dipikul Rasulullah(sawa) kecuali kenabian, kerana kenabian itu berakhir dengan Nabi Muhammad(sawa)
  4. Tugas Imam meliputi segala hal antaranya ialah politik,sosial,ekonomi,keilmuan, dan agama, sudah tentunya.
  5. Imam selepas Nabi adalah dari Ahlulbait(as).
  6. Imam selepas Nabi berjumlah 12 orang, bermula dari Imam Ali hingga ke Imam Mahdi.
  7. Pernyataan Ali(as) sebagai khalifah telah dinyatakan berkali-kali oleh Rasul dari awal perjuangan dakwah baginda hinggalah ke akhir hayat baginda, jadi ia bukankah satu “berita panas.”
Semoga Allah swt memberi rahmat kepada kita semua untuk bernaung di bawah wilayah Ahlulbait(as), yang menjamin keselamat bagi pengikutnya.

Di sini dilampirkan ayat-ayat al-Quran untuk renungan bersama.
  • Al-Taubah (9): 101:  Terjemahan: “Di antara orang-orang Arab Badwi yang di sekelilingmu itu ada orang-orang munafiq, dan (juga) ada di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan dalam kemunafiqannya. Kamu (Muhammad) tidak mengetahui mereka (tetapi) Kamilah yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar.”.
  • Al-Taubah (9):61: Di kalangan sahabat ada yang menyakiti hati Rasulullah SAW. FirmanNya:61. Di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya.” Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu.” Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih.
  • Al-Mujadalah(58):16: Kepada Allah kita melepaskan diri kita daripada mereka dan daripada orang yang di dalam firmanNya: Terjemahan:”Mereka menjadikan sumpah-sumpah mereka sebagai perisai, lalu mereka halangi (manusia) dari jalan Allah kerana itu mereka mendapat azab yang menghinakan.”
  • An-Nisa’(4):142-3: Dan orang yang menipu sebagaimana firmanNya; Terjemahan:”Sesungguhnya orang-orang “munafiq” itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk bersolat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan solat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. Mereka di dalam keadaaan ragu-ragu antara yang demikian (iman atau kafir); tidak masuk keadaan golongan ini (orang-orang kafir). Barang siapa yang disesatkan Allah maka kamu sekali-kali tidak akan mendapat jalan (untuk memberi petunjuk) baginya.”
  • Muhammad (47):16: Al-Qur’an menerangkan dengan jelas tentang wujudnya golongan yang mendengar dakwah Rasulullah SAW tetapi Allah mengunci hati mereka kerana mereka menurut hawa nafsu mereka. Dia berfirman: Terjemahan:”Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu mereka berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan:Apakah yang dikatakan tadi? Mereka itulah orangorang yang dikunci hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka.”
  • Muhammad (47):23-4: Sebagaimana juga Allah melaknati golongan yang terdapat di hati mereka “penyakit”, dan mereka merosak di bumi dan memutuskan silatur-rahim. FirmanNya: Terjemahan:”Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan dituliskanNya telinga mereka dan dibutakanNya penglihatan mereka. Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?
Sunni berpendapat bahawa di dalam Islam ada unsur demokrasi dalam berpolitik, berdasarkan peristiwa perlantikan Abu Bakar yang mendapat sokongan padu para sahabat, atau sekurang-kurangnya itulah yang disuapkan kepada kita dari kecil hingga dewasa. Hujah ini jugs mereeka gunakan bagi mengenepikan hujah Syiah bahawa Rssululla sawa melantik pengganti, artikel ini adalah demi membuktikan bahawa perlantikan Abu Bakar tidak ada ijmak dan penuh dengan kontroversi.

Segalanya berlaku sejurus selepas kewafatan baginda Rasul(sawa). Bahkan ketika itu jasad suci Rasulullah masih belum dimandikan lagi. Ketika ini kaum Ansar telah pun berkumpul di Saqifah Bani Saadah untuk mengangkat Saad bin Ubadah sebagai khalifah. Mendengar berita itu, golongan muhajirin bergegas ke sana dengan meninggalkan Ali bin Abi Thalib dan Ahlulbait berserta sedikit para sahabat setia berseorangan memandikan jasad Rasulullah(sawa).

Setelah golongan Muhajirin tiba, maka berlakulah perdebatan sengit antara kedua golongan. Qais bin Saad selaku juru cakap bagi pihak ayah beliau menegaskan bahawa bapanya lebih layak dengan jawatan khalifah. Malangnya beliau tidak berjaya mendapatkan pungutan suara, lalu Saad mengambil keputusan untuk tidak membaiat sesiapa pun sehingga beliau meninggal dunia. Sementara Umar yang menyokong kuat perlantikan Abu Bakar pula berasa marah dan berkata kepadanya:
Bunuhlah Saad, semoga Allah swt membunuh Saad.”
Umar juga berkata kepada pengikutnya agar tidak membiarkan Saad selagi beliau belum memberi baiat kepada Abu Bakar. Sebaliknya, Basyir bin Saad pula berpendapat agar Saad dibiarkan sahaja kerana bimbang tuntut bela oleh kaumnya.

Rujukan:
Al Imamah was Siyasah: Ibnu Qutaibah, hal 20 dan Tarikh al Yaakubi, juz 2 hal. 84
Rujuk keengganan Saad untuk memberi baiat kepada Abu Bakar menerusi: al Kamil fit Tarikh:Ibnu Atsir, 2/194, Tarikh Thabari:3/222.

Setelah itu al Hubbab bin Munzir bin al Jamuh pula berlawan cakap dan berhujah dengan Umar hingga beliau mengatakan kepada kaumnya dari golongan Ansar agar jangan sesekali menyerahkan jabatan Khalifah kepada golongan Muhajirin, kerana golongan Ansar lebih layak untuknya. Sekiranya mereka berkeras, halau mereka dari Madinah meskipun perlu berperang.(al Imamah was Siyasah, hal 18, al Kamil fit Tarikh 2/192-193).

Begitu juga dengan Abu Ubaidah yang tetap berkeras mahukan jabatan khalifah dipegang oleh golongan Ansar. Tetapi hujahnya dijawab oleh Abdul Rahman Bin Auf, Basyir bin Saad dan Abu Nu’man bin Basyir yang lebih bersetuju Abu Bakar lebih layak sebagai khalifah.(Tarikh Yaaakubi:2/83 dan al Kamil fit Tarikh 2/193).

Sementara sebahagian dari golongan Ansar bersama Zubair bin Al Awwam dan Al Abbas yang bersungguh-sungguh menjelaskan bahawa Ali bin Abi Thalib lebih layak sebagai khalifah. Sebaliknya, setelah perlantikan Abu Bakar, mereka semua pulang tanpa memberi baiat kepadanya, sehingga menyebabkan Umar menjadi marah, alalu membawa beberapa orang seperti Usaid bin Khudair dan Slimah bin Aslam untuk menyerang mereka. Melihatkan keadaan itu, Zubair lantas menghunuskan pedangnya, tetapi dengan segera beliau diserbu, pedangnnya dirampas dan beliau dihantukkan ke dinding atas arahan Umar al Khattab. (Al Imamah wa Siyasah hal. 21).

Setelah Abu bakar ditabalkan sebagai khalifah, sebahagian dari golongan Muhajirin dan Ansar berkumpul di rumah Imam Ali(as). Mereka tidak mahu memberi baiat kepada Abu Bakar hinggalah beberapa orang penyokong kuat Abu Bakar, yang antaranya Umar Al Khattab datang menyerang rumah Imam Ali(as) dan memaksa mereka berbaiat. Bahkan Umar mengancam untuk membakar rumah itu berserta dengan isinya hidup-hidup jika mereka berkeras tidak mahu membaiat.
Peristiwa cubaan membakar rumah Imam Ali(as) telah dicatat oleh Ibnu Katstir dan At Thabari dalam kitab-kitab tarikh mereka. Umar telah berkata: ” Aku akan membakar kamu mua sehingga kamu keluar untuk memberi baiah kepada Abu Bakar.”(sila rujuk ancaman ini menerusi: Al Imamah wa Siyasah, hal 24; Tarikh Ibnu Katsir,7/203); Tarikh Thabari, 3/198; Tarikh Abu Fida 4/259; Syarah Nahjul Balaghah).

Kenyataan sejarah telah membuktikan bahawa bukan Ali dan Ahlulbait sahaja yang enggan berbaiat kepada Abu Bakar, malah sebilangan besar para sahabat dari Muhajirin dan Ansar turut menentang beliau. Di antaranya:
  • Qais bin Saad.
  • Abbas bin Abdul Muthalib.
  • Al Fadhl bin Abbas.
  • Zubair bin Awwam.
  • Khalid bin Said.
  • Miqdad bin Amr.
  • Salman al Farisi.
  • Abu Dzar Al Ghiffari.
  • Ammar bin Yassir.
  • Al Bara’ bin azib.
  • Ubay bin Kaab.
  • Saad bin Abi Waqqas.
  • Thalhah bin Ubaidillah.
  • Khuzaimhn bin Tsabit.
  • Saad bin Ubadah.
  • Farwah bin Amru al Ansari.
Rujukan:
  • Tarikh Yaakubi.
  • Al Kamil fit Tarikh.
  • Al Imamah wa Siyasah.
  • Iqdul Farid.
  • Tarikh Thabari.
  • Sirah Halabiyah.
Berdasarkan peristiwa peerbalahan di balai raya Bani Saidah, maka kita dapt menyimpulkan beberapa perkara, seperti berikut:
  • Ali dan para sahabat besar enggan berbaiat.
  • Umar dan kuncu-kuncunya mengugut untuk membakar jika enggan berbaiat.
  • Golongan Ansar mengugut untuk menghalau golongan Muhajirin, walaupun terpaksa berperang jika Muhajirin berkeeras mahukan jawatan khalifah.
  • Umar mengancam membunuh Saad.
  • Zubair bin Awwam diserang atas arahan Umar hingga memaksanya menghunuskan pedang.
Inilah secara ringkas perbalahan dan peretelingkahan yang berlaku sewaktu perlantikan Abu Bakar, dalam tempoh yang begitu singkat selepas kewafatan Nabi(sawa). Golongan Muhajirin dan Ansar masing-masing membela diri dengan sekerasnya demi jawatan yang bukan menjadi hak mereka untuk menuntutnya.
Ekoran peristiwa huru hara tersebut telah menghantui salah sesorang isteri Rasul Akram hingga memaksa beliau meminta Umar untuk melantik penggantinya di ambang maut dengan katanya: “Tentukanlah penggantimu sebagai pemimpin umat Muhammad, dan janganlah kamu meninggalkan mereka begitu sahaja sesudah pemergianmu. Sesungguhnya aku takut fitnah akan menimpa ke atas mereka.” (al Imamah wa Siyasah).

Diikuti pula Ibnu Umar yang beria-ia meminta ayahnya Umar agar berwasiat bagi menentukan pengganti sesudahnya dengan berkata: “Aku telah mendengar dari orang ramai yang berkata anda tidak akan melantik pengganti mu. Seandainya anda mempunyai pengembala kambing, kemudian ia datang kepada mu, dan anda meninggalkan unta dan kambing tersebut teerbiar, bukankah ia telah mensia-siakannya? Ketahuilah soal memimpin manusia itu lebih berat.”.
Rujukan:
  • Sahih Muslim.
  • Sunan Abu Daud.
  • Sahih Tarmizi.
  • Tuhftul Asyraf.
Hairan juga para sahabat sendiri risau akan berlaku fitnah jika tidak dilantik pemimpin, tetapi Sunni mempercayai bahawa Rasulullah sendiri berbuat demikian. Jikalau diikut dari kata-kata Ibnu Umar, maka adakah Rasulullah adalah pengembala yang mensia-siakan gembalaannya?

Inilah juga yang diingatkan oleh Rasulullah dengan sabdanya:
“Sesungguhnya kamu semua akan tamak tentang jawatan pemerintahan. Dan oleh kerana itu kamu akan menyesal pada hari kiamat. Stu nikmat bagi yang menyusukan dan kesengsaraan bagi yang disusukan.”.
Rujukan:
  • Sahih Bukhari, bil 7147.
  • At Targhib wa Tarhib.
Dengan semua penjelasan di atas, jelaslah di sini bahawa perlantikan Abu Bakar bukanlah satu ijmak di kalangan kaum Muslimin. Apatah lagi apabila kita mendapati, orang yang menentang beliau ialah para sahabat besar lagi masyhur. Jika ijmak sudah tiada, apa mungkin baiat itu boleh berlaku?

Pada hari al-Ghadir lebih 100 ribu orang berada di samping Rasulullah dan kelangsungan peristiwa al-Ghadir telah mereka saksikan. Apa yang menyebabkan dikalangan mereka tiada yang mempertahankan Imam Ali?Jawapan: Adapun tiada yang mempertahankan Imam Ali di kalangan orang ramai amnya ada banyak perbahasan. Namun tidak benar mengatakan tiada langsung sesiapa yang mempertahankan beliau.
Umar Ibnu al-Khattab berkata sebaik sahaja wafatnya Nabi (s), golongan Ansar berselisihan dengan kami dan berhimpun di Saqifah Bani Sa’adah. Maka Ali dan Zubair serta sesiapa yang bersama mereka menentang kami. Sahih Bukhari: 26/7.
Ibnu Abil Hadid al-Muktazili dalam kitab Syarah Nahjul Balaghah mencatatkan bahawa kebayakan Muhajirin dan Majoriti Ansar tidak mengesyaki sesungguhnya Ali yang empunya Amir setelah Rasulullah.
Syarah Nahjul Balaghah, Ibnu Abil Hadid: 6/21;

Abbas bapa saudara Nabi mengatakan perilaku orang Islam ini adalah jelek; yang menyebabkan mereka berpisah dengan Ali dan mengikuti jejak Abu bakar.Adapun dalam riwayat dalam catatan Ibnu Abil Hadid:
“Umar bertanya pada Zubair: Pedang ini untuk apa? Jawabnya: Ku siap sediakan ia untuk pembai’atan Ali”
Syarah Nahjul Balaghah Ibnu Abil Hadid, 6/48, Saqifah Wa Fadak, Juhari 73Juga Riwayat yang tersedia:
Sebahagian kaum Muhajirin dan Ansar berselisihan dan mereka yang bersama Ali ialah Abbas bin Abdul Mutalib, Abu Fadl bin Abbas, Zubair bin Awwam, Khalid bin Sa’id, Miqdad, Salman, Abu Zar, Ammar, Bara’ bin ‘Arib, Ubai Ka’ab, ‘Aduh bin Abi Lahab, Talhah bin Ubaidullah, Khuzaimah bin Thabit, Taruh bin Muhammad, Khalid bin Sa’id bin ‘As dan kumpulan Bani Hasyim.
Dalam sebahagian riwayat pula telah disebut hampir 30 ribu orang mengikuti Ali (as). Ibnu Abil Hadid bertanya kepada gurunya: Kenapa Ali bersama kekuatan 30 ribu orang tidak berjaya? Jawapan yang didengarinya: Apakah kekuatan 30 ribu orang terdaya untuk bangun berjuang menghadapi kekuatan 70 ribu atau 100 ribu yang dihimpun mereka?.Dari arah lain, pada zaman itu raja Rom menyerang, sehingga Islam dari akar umbi ingin mereka cabutkan dan umat Islam ingin mereka hapuskan habis-habisan. Dari satu arah lagi orang Yahudi sudah bersiap sedia menyerang Islam, golongan Munafik juga sibuk merencana konspirasi. Dalam suasana begini Amirul Mukminin Ali bin Abi Talib berkata: Jikalau aku bangun demi kebangkitan dan hak-hak, peperangan dari dalam meletus dan musuh memanfaatkan peluang ini dan Islam yang sebenar akan jatuh dalam mara bahaya. Nahjul Balaghah, surat 62; As-Syafi 3/243.

Oleh itu tidaklah benar Ali bin Abi Talib tidak mengambil perhatian subjek ini.
Masalah lain yang berkaitan dengan ini juga perlu diambil kira, iaitu ketika sebelum perancangan beberapa orang membina satu suasana, sehingga pemerintahan daripada Ali dirampas dan diberi pada Abu Bakar. Mukadimah-mukadimah ini juga telah disiap sediakan sejak di zaman nabi (s).
Ibnu Abil Hadid al-Muktazili dalam syarah peristiwa Saqifah telah mencatatkan: Beberapa orang daripada kabilah Aslam mendiami khemah di sekitar Madinah. Beberapa berita telah sampai; mereka telah mengikat janji dengan khalifah ke-dua bahawa selepas kewafatan Nabi (s), mereka akan masuk ke kota Madinah dan mengambil Bai’at orang ramai secara paksa. Umar bin al-Khattab sendiri berkata bahawa setelah kewafatan Nabi, beliau pernah melihat khabilah Aslam di kota Madinah, saya dijamin oleh bantuan mereka (Tarikh Tabari, 2/459). Had bilangan individu-individu kabilah ini sangatlah ramai hingga tiada tempat lagi di lorong-lorong Madinah untuk mereka lalu lalang.
Tarikh Tabari, 2/458Bara bin ‘Azib menukilkan beberapa individu daripada kabilah ini memakai persalinan tentera dan memaksa orang ramai membai’at Abu Bakar samada orang ramai mahu atau tidak mahu. Dengan arahan Umar jikalau barangsiapa yang membantah akan dipukul dan dicerca.
Syarah Nahjul Balaghah; Ibnu Abil Hadid; 1/219.

(Syiahali/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: