Pesan Rahbar

Home » » Hasyim Asyari Menolak Syiah ? Ya, beliau berijtihad menurut masanya. Sekarang eranya sudah lain. Fatwa itu bisa berubah karena perubahan kondisi

Hasyim Asyari Menolak Syiah ? Ya, beliau berijtihad menurut masanya. Sekarang eranya sudah lain. Fatwa itu bisa berubah karena perubahan kondisi

Written By Unknown on Wednesday 3 September 2014 | 20:41:00


Fatwa Hasyim Asyari , itu pada zaman Belanda. Sekarang eranya sudah lain. Fatwa itu bisa berubah karena perubahan kondisi. Di Sunni sendiri juga ditetapkan seperti itu, bahwa fatwa bisa berubah karena perbedaan kondisi. Karena perbedaan tempat, Imam Syafii sendiri pernah mengubah fatwanya ketika beliau pindah ke Mesir dari Irak.

Begitu juga dengan beberapa fatwa lain di MUI. Saya bisa kasih contoh fatwa tentang aborsi. Semua aborsi itu dilarang. Islam tidak pernah membenarkan aborsi. Tapi, kemudian terjadi perubahan kondisi dimana terjadi kehamilan akibat perkosaan, sehingga aborsi pada kondisi tersebut dikecualikan.

SYIAH dan NU memiliki titik temu di bidang fikih dan tasawuf seperti tahlilan, qunut, maulidan, ziarah kubur, hormati ahlulbait  dll jadi bisa bersatu..
Titik Temu Islam Ahlus Sunnah (NU) dan Islam Syi’ah ada dibidang fikih dan tasawuf serta sama sama anti Wahabi Nejed,”


Tuduhan bahwa Syiah membenci para sahabat adalah salah kaprah. Para pengikut Syiah tidak pernah dirugikan para sahabat kenapa mesti benci ? Yang benar adalah bahwa ketika harus menentukan atau menilai siapa diantara sahabat yang paling utama dan yang setia kepada Nabi saw ? Nah di sini mau tidak mau harus meneliti “track record” para sahabat itu sendiri. Dari riwayat yg sampai kepada kita ternyata tidak semua para sahabat itu saleh. Contohnya tidak mungkin kita samakan Muawiyah dengan Imam Ali. Pasti sangat sangat jauh berbeda.

Syiah sering kali dituduh sebagai pihak yang mencaci sahabat Nabi bahkan dituduh sampai mengkafirkan sahabat Nabi. Sudah berpuluh-puluh website yang membahas persoalan ini. Sudah berderet situs yang melemparkan tuduhan tersebut kepada Syiah. Tuduhan yang sering kali dilemparkan oleh orang-orang yang mengaku dirinya Ahlulsunnah. Tetapi apakah itu benar?

Ahmad Sarwat mengatakan bahwa syiah yang masih menghormati pada shahabat khulafaurrasyidin itu jelas masih muslim. Kita tidak mungkin mengatakan mereka kafir begitu saja. Tetapi syiah yang mengkafirkan para khulafaurrasyidin itu, atau bahkan mencaci maki mereka sambil menambahi kata-kata laknatullahi ‘alaihim setiap menyebut nama Abu Bakar, Umar, Utsman dan Aisyah, jelas-jelas syiah yang 100% kafir, bukan Islam dan musuh umat Islam sedunia.

Dari sana disimpulkan bahwa siapa saja yang mencaci maki Abu Bakar, Umar, Utsman, Aisyah adalah orang yang 100% kafir. Muncullah pertanyaan dalam benak saya, apa yang menjadi dasar pernyataan beliau itu?

Ternyata pada jawabannya tersebut beliau menyampaikan argumen yang melandasi jawaban tersebut. Bahwa hal ini sejak awal masa Islam telah disepakati oleh para ulama, meski mereka tidak secara ekplisit menyebut syiah sebagai pelakunya. Misalnya, Imam Malik berkata: “Orang yang mencela shahabat-shahabat Nabi, maka ia tidak termasuk dalam golongan Islam.”

Penulis tafsir Al-Jami’ li Ahkamil Quran, Al-Imam Al-Qurthubi berkata: “Sungguh ucapan Imam Malik itu benar dan penafsirannya pun benar. Siapa pun yang menghina seseorang Shahabat atau mencela periwayatannya, maka ia telah menentang Allah, Tuhan seru sekalian alam dan membatalkan syariat kaum Muslimin.”

Jadi, orang yang mencaci sahabat Nabi itu adalah orang kafir memiliki dasar argumen dari pernyataan beberapa ulama. Muncul pertanyaan lagi. Lalu apa yang menjadi dasar bagi para ulama itu untuk mengeluarkan pernyataan bahwa orang yang mencaci sahabat Nabi itu kafir? Tetapi nampaknya Ahmad Sarwat tidak mencantumkan dalam jawabannya tersebut. Mungkin bisa ada yang membantu Ahmad Sarwat untuk melengkapi jawabannya?

Ambillah kita menyepakati pendapat para ulama itu bahwa orang yang mencaci sahabat Nabi adalah orang yang kafir, telah keluar dari agama Islam.

Lalu bagaimana dengan beberapa riwayat yang sampai ke tangan kita bahwa diantara sahabat Nabi sendiri terjadi, bukan hanya caci maki, tetapi sampai pada pertikaian dan peperangan yang tentunya menelan korban jiwa?

Sebut saja pertikaian yang terjadi di Saqifah saat perebutan kekuasaan kekhalifahan, padahal saat itu jenazah Nabi belum sempat dikuburkan; perang jamal antara Imam Ali dengan pasukan Aisyah, padahal Nabi sudah melarang istri-istrinya untuk keluar rumah; perang siffin antara Imam Ali dengan Muawiyah.

Jika kita konsisten dengan pendapat ulama itu, bahwa “orang yang mencaci dan mengkafirkan sahabat Nabi adalah orang kafir”, maka mau tidak mau kita harus mengatakan sahabat yang saling lempar caci maki dan menumpahkan darah diantara mereka itu sebagai orang kafir. Dan kita yang menyatakan mereka sebagai orang kafir, padahal mereka itu sahabat Nabi, maka kita sendiri juga kafir. Jadi ndak ada yang bener donk? bingung khan?

Kembali ke pertanyaan awal, apakah benar syi’ah telah mencaci dan mengkafirkan sahabat Nabi?
Dalam menjawab pertanyaan yang sering kali dilontarkan oleh orang-orang yang mengaku diri mereka ahlulsunnah itu, saya ingin mengajak Anda semua untuk sedikit melihat kepada kitab-kitab Ahlulsunnah.

Imam Al-Bukhari di dalam Shahihnya, Kitab al-Riqaq, bab al-Haudh halaman 379-386 menyatakan bahwa mayoritas para sahabat Rasulullah saw telah murtad sepeninggal wafatnya Rasulullah. Hanya segelintir dari mereka yang selamat.

Rasulullah bersabda, “Aku mendahului kalian di Haudh dan sebagian dari kalian akan dibawah kehadapanku, kemudian mereka dipisahkan jauh dariku. Aku (akan) bersabda: Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah sahabatku (ashabi). lalu dijawab: sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka setelah engkau meninggalkan mereka (inna-ka la tadri ma ahdathuu ba’da-ka).

Pada riwayat yang lain Rasulullah juga bersabda: “Wahai Tuhanku! Mereka itu adalah para sahabatku, lalu dia berfirman: Sesungguhnya Engkau tidak mengetahuai apa yang telah mereka lakukan sepeninggalmu. Sesungguhnya mereka telah menjadi murtad ke belakang (inna-hum irtadduu ‘ala a’qabi-him al-Qahqariy)”.

Riwayat-riwayat diatas, dikutip dari The Translation of the Meanings of sahih Al-Bukhari Arabic-English Vol. VIII oleh Dr. Muhammad Muhsin Khan, Islami University, Medina Al-Munawwara.

Jadi sebenarnya di dalam kitab Ahlulsunnah sendiri ada riwayat yang menunjukkan kepada kita semua bahwa ada sahabat Nabi yang murtad sepeninggal Nabi. Di antara mereka murtad karena merubah sunnah Nabi, mengacak-acak ketentuan-ketentuan yang telah diturunkan oleh Allah melalui Rasul-Nya. Celakanya, riwayat itu ada dalam kitab hadits yang dianggap oleh Ahlulsunnah sebagai kitab hadits yang paling shahih.

Apakah lantas kita berani mengatakan bahwa Bukhari yang telah meriwayatkan riwayat tersebut sebagai orang kafir? Apakah kita mau mengatakan bahwa Ahlulsunnah itu kafir karena meyakini hadits itu sebagai hadits shahih?

Lalu jika sudah seperti ini, manakah yang benar?
Menurut saya, sebelum kita menentukan mana yang benar, apakah sunni atau syi’ah, maka kita harus mau menelaah kembali pernyataan para ulama yang dijadikan rujukan oleh Ahmad Sarwat bahwa “orang yang mencaci atau mengkafirkan sahabat Nabi adalah orang kafir”. Pernyataan itu yang kemudian harus kita kritisi. Karena jika tidak, sama saja kita menganggap semua sahabat Nabi yang saling berperang adalah orang kafir karena mencaci maki saja bisa jadi kafir apalagi jika sampai saling memerangi Dan kita juga kafir, karena mengatakan mereka kafir padahal mereka adalah sahabat Nabi.. Jadi semuanya kafir.

Alih-alih mau mengkritisi, argumen yang menjadi dasar pernyataan ulama tersebut pun belum kita ketahui. Atau ada diantara Anda yang mengetahuinya? silakan…


Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai aliran Islam Syiah secara umum bukan merupakan aliran sesat. “Tidak sesat, hanya berbeda dengan kita,” kata Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, di kantor kepresidenan, Jakarta, Selasa 28 Agustus 2012.

Menurut dia, Syiah merupakan salah satu sekte Islam yang sudah ada sejak 14 abad lalu. Sekte ini pun ada di berbagai belahan bumi, termasuk Indonesia. “Pusatnya memang di Iran,” ujar Said.

***
K.H. Hasyim Asy’ari Tentang Syiah.

(Fatwa dan Himbauan)

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ

K.H. Hasyim Asy’ari.

KH Hasyim Asy’ari (pendiri N.U.) ketika membuat Qanun Asasi Li Jam’iyah Nahdlatul Ulama, beliau sudah mewanti-wanti agar kaum …Nahdliyyin berpegang teguh dengan aqidah Ahlussunnah Wal Jamaah (Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali) serta waspada dan tidak mengikuti Madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah. Hal mana karena keduanya adalah Ahli Bid’ah.

Dalam halaman 7 (tujuh) Qanun Asasi tersebut beliau menyampaikan Hadits Rosulillah SAW, yang berbunyi:

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (إِذَا ظَهَرَتِ الْفِتَنُ أو الْبِدَعُ , وَسُبَّ أَصْحَابِي , فَعَلَى الْعَالِمِ أَنْ يُظْهِرَ عِلْمَهُ , فَإِنْ لَمْ يَفْعَلْ فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللَّهِ , وَالْمَلاَئِكَةِ , وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ مِنْهُ صَرْفًا ، وَلاَ عَدْلاً.)  (أخرجه الخطيب فى الجامع بين أداب الراوى والسّامع )

“Apabila timbul fitnah atau Bid’ah, dimana Sahabat Sahabatku dicaci maki, maka setiap orang yang berilmu diperintahkan untuk menyampaikan ilmunya (menyampaikan apa yang ia ketahui mengenai kesesatan Syi’ah). Dan barang siapa tidak melaksanakan perintah tersebut, maka dia akan mendapat laknat dari Alloh dan dari Malaikat serta dari seluruh manusia. Semua amal kebajikannya, baik yang berupa amalan wajib maupun amalan sunnah tidak akan diterima oleh Alloh”.

Kemudian di halaman 9 (sembilan) Qanun Asasai tersebut beliau juga berfatwa, bahwa Madzhab yang paling benar dan cocok untuk di ikuti di akhir zaman ini adalah empat Madzhab, yakni Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali (keempatnya Ahlussunnah Wal Jamaah).

Selanjutnya beliau berkata; “Selain empat Madzhab tersebut juga ada lagi Madzhab Syi’ah Imamiyyah dan Syi’ah Zaidiyyah, tapi keduanya adalah Ahli Bid’ah, tidak boleh mengikuti atau berpegangan dengan kata kata mereka”.

Adapun mengenai Assawadul A’dhom (golongan terbanyak) sebagai tanda golongan yang selamat dan akan masuk Surga, maka di halaman 9 (sembilan) Qanun Asasitersebut, KH Hasyim Asy’ari telah mengutib sabda Rosululloh SAW. sbb:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اتَّبِعُوا السَّوَادَ الْأَعْظَم.

“Ikutlah kalian kepada Assawadul A’dhom (Golongan terbanyak)”.

Menanggapi Hadits Assawadul A’dhom tersebut, KH Hasyim Asy’ari berfatwa; “ Karena fakta membuktikan bahwa empat Madzhab, yakni Syafe’i, Maliki, Hanafi dan Hambali (kesemuanya Ahlussunnah Wal Jamaah) tersebut merupakan Madzhab yang paling banyak pengikutnya, maka barang siapa mengikuti Madzhab empat tersebut berarti mengikuti Assawadul A’dhom dan siapa saja keluar dari empat Madzhab tersebut, berarti telah keluar dari Assawadul A’dhom ”.



_________________________
Jadilah yang sedikit..!

Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)*. [Q6.116]

*Seperti menghalalkan apa-apa yang telah diharamkan Allah dan mengharamkan apa-apa yang telah dihalalkan Allah; menyatakan bahwa Allah mempunyai anak…

It's Clear...
Sudah menjadi sunnatullah, umat Islam terpecah menjadi 73 golongan, sebagaimana sebelumnya umat Yahudi dan Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh golongan lebih.

"... Dan demi Dzat Yang jiwaku ada ditangan-Nya, sungguh umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan akan masuk surga dan 72 lainnya (mampir dulu) ke neraka.” Rasulullah ditanya: “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Al Jama’ah." (HR Ibnu Majah)

"... dan umatku akan terpecah-belah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk (dulu) ke neraka, kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya: “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Siapapun yang berada di atas apa yang aku dan para sahabatku ada padanya." (HR Abu Dawud & At-Tirmidzi)

Ibnu Mas'ud meriwayatkan: "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, 'Ini jalan Allah yang lurus'. Lalu beliau membuat garis-garis di kanan-kirinya, kemudian bersabda, 'Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya'. Selanjutnya beliau membaca (Al-An'am 153), 'Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa.'" (HR Ahmad dan Nasa'i)
  • "... Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku (Iblis) sesatkan keturunannya (Adam as), kecuali sebahagian kecil." [Q17.62]
  • Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. [Q43.36]
  • “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja). Tetapi Allah akan menguji kalian terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlombalah berbuat kebajikan.” [Q5.48]
Wallahu'alamu
http://think-essential.blogspot.com/2007/10/jadilah-yg-sedikit.html

__oOo__


FILTERISASI...
(hanya sebuah ilustrasi)


Keterangan:
A. "Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)". (Q6.116)

B. Di akhir zaman, setelah datangnya kebenaran dari Allah ta'ala kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam sebagai penutup para Nabi dan Rasul... "Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam..." (Q3.19); "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi". (Q3.85); "...maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". (Q2.132).
“Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya! Tidaklah mendengar tentangku (diutusnya aku) seorangpun dari umat ini, baik ia seorang Yahudi maupun Nashrani, kemudian ia mati dan belum beriman dengan apa yang aku bawa (Syari’at Islam) melainkan ia termasuk penghuni neraka.” (HR Muslim)
C. Sudah menjadi sunnatullah, umat Islam terpecah menjadi 73 golongan, sebagaimana sebelumnya umat Yahudi dan Nasrani terpecah menjadi tujuh puluh golongan lebih... "...Dan demi Dzat Yang jiwaku ada ditangan-Nya, sungguh umatku akan terpecah menjadi 73 golongan, satu golongan akan masuk surga dan 72 lainnya (mampir dulu) ke neraka.” Rasulullah ditanya: “Siapa golongan yang selamat itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Al Jama’ah." (HR Ibnu Majah); "... dan umatku akan terpecah-belah menjadi 73 golongan. Semuanya masuk (dulu) ke neraka, kecuali satu golongan.” Para sahabat bertanya: “Siapa mereka, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Siapapun yang berada di atas apa yang aku dan para sahabatku ada padanya." (HR Abu Dawud & At-Tirmidzi).
Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yang enggan". Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah yang enggan (untuk masuk surga)?”. Beliau menjawab, “Barang siapa yang taat padaku maka ia akan masuk surga, dan barang siapa yang tidak mentaatiku berarti ia telah enggan (untuk masuk surga)”. (HR Bukhari)
D. Ibnu Mas'ud meriwayatkan: "Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, 'Ini jalan Allah yang lurus'. Lalu beliau membuat garis-garis di kanan-kirinya, kemudian bersabda, 'Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya'. Selanjutnya beliau membaca (Al-An'am 153), 'Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa.'" (HR Ahmad dan Nasa'i)

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka." (Q15.39-40) dan lihat juga QS Shaad 82-83!

... Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku (Iblis) sesatkan keturunannya (Adam as), kecuali sebahagian kecil." (Q17.62).
Kesimpulan?
Golongan yang SEDIKIT di akhir zaman ini adalah...
  • Mereka yang ber-ittiba' kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dan para sahabatnya.
  • Para mukhlishin yaitu mereka yang selalu meng-ikhlash-kan (memurnikan) segala bentuk peribadatan kepada Allah ta'ala dari segala bentuk atau unsur kebid'ahan dan kesyirikan.
  • Mereka yang berjama'ah (hanya dalam kemurnian; tidak terikat oleh daerah/kelompok/golongan/organisasi/aliran dst dan berdakwah hanya mengajak kepada Allah & Rasul-Nya -bukan kepada suatu individu/kelompok/golongan/aliran tertentu). [“Dari Abu Darda’ radhiallaahu anhu, ia berkata,‘Aku mendengar Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam bersabda, ‘Tidaklah berkumpul tiga orang, baik di suatu desa maupun di dusun, kemudian di sana tidak dilaksanakan shalat berjama’ah, terkecuali syetan telah menguasai mereka. Maka hendaklah kamu senantiasa bersama jama’ah, karena sesungguhnya serigala hanya akan memangsa domba yang jauh terpisah (dari rombongannya)’.” (HR Ahmad, Abu Daud, An-Nasai dan lainnya, hadits hasan)]
Golongan yang MURNI dan MENYATU, atau dengan kata lain Golongan yang Bersatu (Berintegrasi) dalam Kemurnian Al Islam.

2 Pertanyaan?
  1. Apakah golongan yang sedikit ini adalah 1 golongan dari 73 golongan yang akan selamat (al firqah an-najiyah) yang akan langsung masuk ke dalam syurga Allah ta'ala tanpa "mampir dulu" ke neraka-Nya?
  2. Dan siapakah golongan yang kebanyakan?
 
Wallahu 'alam
Ya Muqallibal qulub tsabbit qalbi ‘ala diinik, Ya Musharrifal qulub sharrif qalbi ila thaa’atik.
Laa haula wa laa quwwata illa billah...


_____________________________________ 

KH Hasyim Asy’ari pendiri NU salah menafsirkan agama. Kalaupun KH Hasyim Asy’ari salah tafsir maka bukan bermakna KH.Said Aqil Siraj berlawanan atau menentang pendiri N.U… Beda penafsiran itu biasa

Golongan yg selamat jumlahnya sangat sedikit di tengah banyaknya umat manusia. Tentang keadaan mereka Rasulullah bersabda “Keuntungan besar bagi orang-orang yg asing. Yaitu orang-orang shalih di lingkungan orang banyak yg berperangai buruk orang yg mendurhakainya lbh banyak daripada orang yg menta’atinya.” Dalam Al-Qur’anul Karim Allah memuji mereka dgn firman-Nya“Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yg bersyukur.”
Ibnu Mas’ud meriwayatkan: “Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam membuat garis dengan tangannya lalu bersabda, ‘Ini jalan Allah yang lurus’. Lalu beliau membuat garis-garis di kanan-kirinya, kemudian bersabda, ‘Ini adalah jalan-jalan yang sesat tak satu pun dari jalan-jalan ini kecuali di dalamnya terdapat setan yang menyeru kepadanya’. Selanjutnya beliau membaca (Al-An’am 153), ‘Dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus maka ikutilah dia janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain) karena jalan-jalan itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan oleh Allah kepadamu agar kamu bertakwa.’” (HR Ahmad dan Nasa’i)
  • “… Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku (Iblis) sesatkan keturunannya (Adam as), kecuali sebahagian kecil.” [Q17.62]
  • Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Tuhan Yang Maha Pemurah (Al Quran), kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan) maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. [Q43.36]
  • “Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja). Tetapi Allah akan menguji kalian terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlombalah berbuat kebajikan.” [Q5.48]

Perhatikan: Yasir Habib bukanlah Syiah .

====================================.
Video ini di perankan oleh Yasir Al Habib, dia bukan ulama syi’ah yang mu’tabar !

Syiah Melaknat Para Sahabat dalam Sholat mereka ?? Satu, dua, tiga orang Syiah yang melakukan caci maki terhadap sahabat tidak bisa kita generalisasi bahwa mencaci maki sahabat adalah ajaran apalagi akidah Syiah.
=====================================

Berfikirlah kritis, jangan taklid buta pada KH. Hasyim Asy’ari

Taklid dan itibba’. Taklid menurut pengertian adalah mengikuti pendapat yang tidak memiliki dalil. Adapun itibba’ adalah mengikuti pendapat yang berdalil. Ketika ada informasi yang disampaikan oleh seseorang, jangan langsung menurutinya. Namun informasi yang disampaikannya apakah ada dasar dan sumbernya. Sebab setiap orang akan bertanggung jawab akan segala perbuatannya masing-masing. Kalau hanya sekedar pendapat pribadi, anggap saja level evidencenya rendah..


KH Hasyim Asy’ari Kecam Syi’ah Karena Mencaci-Maki Sahabat Nabi SAW ??
Kitab yang dinukil dan diterjemahkan dalam Irsyadussari fi jam’I Mushonnafaat Asyekh Hasyim Asy’ari karya KH. Hasyim Asy’ari, terdapat beberapa untaian perkataan tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU) ini.

Berikut perkataan KH. Hasyim Asy’ari terkait Syi’ah: “Dan diantara mereka ada kaum rofidhoh (syi’ah) yang mencaci-maki Sayyidina Abu Bakar dan Umar ra, dan mereka membenci sahaba-sahabat (nabi) ra dan secara berlebih-lebihan (ghuluw) terhadap Sayyidina Ali dan ahlul bait ra. Sayyid Muhammad berkata dalam syarah al-Qomus (tentang Syi’ah): Dan sebagian mereka (Syi’ah) telah sampai pada kekafiran dan zindiq, semoga Allah melindungi kita dan kaum muslimin darinya”.

JAWABAN KAMi :
Adapun laknat, maka tidak bisa kita katakana tidak boleh atau haram, sebab Allah SWT di dalam Al Quran menyebutkan kurang lebih 38 kali, bahwa diri-Nya melaknat orang-orang yang dzalim, orang-orang kafir, orang-orang yang tidak melakukan amar makruf dan nahi mungkar dari kaum Bani Israil melalui Nabi Isa dan Daud. Begitu juga dalam banyak hadits disebutkan, bahwa Allah melaknat orang yang menyuap dan penerima suap, yang membangun kuburan sebagai sesembahan, yang meminum minuman khamer, penjualnya, yang memproduksinya, yang membawanya dan banyak lagi yang lainnya.

Hal itu menunjukkan, bahwa melaknat itu boleh asal tepat sasaran. Yakni orang yang kita doakan agar jauh dari rahmat Allah adalah orang yang memang tidak akan menerima rahmat Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al Quran.

Laknat adalah bentuk ekspresi ketidaksetujuan atas prilaku seseorang yang bertentangan dengan agama, ia merupakan lawan dari shalawat, permohonan kerelaan dari Allah bagi orang-orang baik. Hal ini tentu adalah sebuah keniscayaan, sebab di dalam agama memang kita dituntut untuk berlepas diri dari musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya, artinya kita tidak menyetujui apa yang mereka lakukan, kalau tidak begitu maka berarti kita tidak beriman dan tidak lah mencintai Allah dan Rasul-Nya.

Karena itulah kita dapatkan laknat dalam berbagai doa ziarah yang diajarkan oleh para Imam Ahlul Bait as kepada kita. Karena kita memang dituntut untuk melepaskan diri dari para musuh Ahlul Bait sebagai bukti kecintaan kita kepada mereka.

Namun apakah ekspresi boleh dilakukan dalam semua keadaan? Tentu tidak, di saat ada orang-orang yang tidak memahami dan tidak ada kesempatan untuk menjelaskan kepada mereka, sehingga mereka memiliki kesalah pahaman atas kita, maka kita tidak boleh melakukan hal itu.

Coba renungkan ayat 104 dari surah Al Baqarah dimana Allah SWT melarang kaum mukminin untuk mengatakan ra’inaa kepada Nabi saw dan diperintahkan untuk mengatakan undzurnaa sebagai gantinya, padahal dua kata itu memiliki makna yang sama. Sebabnya adalah karena kata yang pertama memiliki makna jelek dalam bahasa Ibrani sehingga orang-orang Yahudi mengejek kaum muslimin atas hal itu.

Mungkin ini yang dimaksudkan oleh sebuah hadits dari Imam Ali bin Abi Thalib as dimana beliau kurang menyukai banyak melaknat musuh-musuhnya, seperti dalam sabdanya yang disebutkan dalam kitab Bihar Al Anwar Juz 32 Hal 399, yang artinya aku tidak menyukai kalian banyak melaknat dan mencaci-maki kemudian berlepas diri. Aku lebih suka dan lebih benar menurutku jika kalian mengatakan, bahwa mereka itu adalah begini dan begini lalu kalian berdoa: Ya Allah selamatkanlah darah mereka dan darah kami dan perbaikilah hubungan kami dengan mereka, berilah mereka petunjuk dari kesesatan mereka sehingga mereka mengetahui hal-hal yang belum mereka ketahui dan mereka luruskan hal-hal yang bengkok dan permusuhan mereka.

1. Al-Walid bin Uqbah bin Abi Mu’it yang telah dinamakan oleh Allah sebagai fasiq ketika diutuskan oleh Nabi SAW untuk memungut zakat daripada Bani Mustalaq. Dia pulang dan memberi tahu Nabi SAW  bahawa Bani Mustalaq telah keluar untuk memeranginya. Lalu Nabi SAW` bersiap sedia dengan tentera untuk memerangi mereka.

Maka Allah berfirman: Terjemahan:”Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasiq membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atau perbuatanmu itu.”[ Qs. Al-Hujurat (49):6].

Al-Walid bin Uqbah bin Abi Mu’it  merupakan famili Khalifah Uthman dari sebelah ibunya. Semasa pemerintahannya, Khalifah Uthman melantik beliau ebagai gabenor di Kufah, al-Baladhuri, al-Ansab al-Asyraf, V, hlm.22; Ibn Abd al-Barr, al-Isti’ab, III, hlm.594 menceritakan bahawa al-Walid bin Uqbah adalah seorang peminum arak. Beliau pernah sembahyang Subuh dalam keadaan mabuk. Ibn Qutaibah di dalam al-Imamah wa al-Siyasah, Cairo, 1957, I, hlm.32,menyatakan al-Walid bin Uqbah sembahyang Subuh empat rakaat kerana mabuk.
Al-Walid termasuk  kalangan sahabat, lalu di manakah keadilan seorang yang fasiq?

2. Al-Jadd bin Qais dari  Bani Salmah telah diturunkan ayat mengenai dirinya. FirmanNya: “Di antara mereka ada orang yang berkata: “Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus kedalam fitnah”. Ketahuilah bahawa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang kafir.” [Al-Taubah (9):49].

3. Tha’labah bin Hatib bin Umar bin Umayyah di antara orang yang turut berperang di dalam peperangan Badar dan Uhud. Dia tidak mahu mengeluarkan zakat hartanya. Lalu Allah berfirman: Dia tidak mahu      mengeluarkan zakat hartanya.

Lalu Allah berfirman: Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: ”Sesungguhnya jika Allah memberi sebahagian kurniaNya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang yang saleh.”[Qs. Al-Taubah (9):75-76].

4. Hujr bin Adi dan tujuh sahabat Rasulullah SAWA telah dibunuh oleh Muawiyah kerana mereka tidak melaknati Ali AS. (sumber : Ibn al-Athir, Tarikh,I,hlm.18-55;al-Muttaqi al-Hind, Kunz al-Ummal,VII,hlm.88).

‘Aisyah menentang Muawiyah kerana membunuh Hujr bin Adi dan sahabat sahabatnya. ‘Aisyah berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda: “Sekumpulan manusia akan membunuh di ‘Azra’ di mana Allah dan seluruh penghuni langit akan memarahi mereka” [ Ibn Kathir, Tarikh,VIII,hlm.55].

Sahabat Nabi Bernama Kirkirah Masuk Neraka !
Perhatikan Hadits ini :Telah menceritakan kepada kami Ali bin Abdullah yang berkata telah menceritakan kepada kami Sufyan dari Amr dari Salim bin Abil Ja’d dari Abdullah bin Amr yang berkata “Pernah ada seseorang yang biasa menjaga perbekalan Nabi SAW, orang tersebut bernama Kirkirah. Kemudian dia pun meninggal dunia, ketika itu Rasulullah SAW bersabda : “Dia berada di Neraka”. Maka para sahabat pergi melihatnya dan mereka mendapatkan sebuah mantel yang diambilnya dari harta rampasan perang sebelum dibagikan [Shahih Bukhari 4/74 no. 3074].

Imam Muslim Juga Meriwayatkan Aksi Pelaknatan Nabi saw. Atas Sahabatnya!
Peristiwa lain yang dapat disebutkan di sini ialah apa yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya, bahwa dalam sebuah perjalanan Nabi saw. bersama para sahabat beliau, dalam perjalanan itu beliau berpesan agar tidak seorangpun yang mendahului beliau menuju tempat air yang kebetulan sangat sedikit itu, beliau bersabda “ Jangan seorang mendahului saya ke tempat iar itu.” Tetapi anehnya malah ada sekelompok yang dengan sengaja mendahului beliau mengambli air dari tempat. Kata Hudzaifah ra., “Maka Nabi melaknat mereka.”[Shahih Muslim. 17,125-126.].

Sahabat Yang Malas Berperang Diancam Al Quran !
Al-Jadd bin Qais daripada Bani Salmah telah diturunkan ayat: “Di antara mereka ada orang yang berkata:”Berilah saya keizinan (tidak pergi berperang) dan janganlah kamu menjadikan saya terjerumus ke dalam fitnah.” Ketahuilah bahawa mereka telah terjerumus ke dalam fitnah. Dan sesungguhnya Jahannam itu benar-benar meliputi orang-orang kafir.”  [ Al-Taubah (9):49].

Sahabat Nabi Yang Ingkar Zakat Diabadikan Al Quran !
Tha’labah bin Hatib bin Umar bin Umayyah di antara orang yang turut berperang di dalam peperangan Badar dan Uhud. Dia tidak mahu mengeluarkan zakat hartanya. Lalu Allah berfirman: Dia tidak mahu mengeluarkan zakat hartanya. Lalu Allah berfirman:”Dan di antara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah:”Sesungguhnya jika Allah memberi sebahagian kurniaNya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang yang saleh.”[ Al-Taubah (9):75-76].


sahabat Nabi dalam Al Quran :

(1) ADA YANG MENINGGALKAN NABI KETIKA SEDANG KHOTBAH JUM’AT, HANYA UNTUK MELIHAT PERNIAGAAN DAN PERMAINAN.
bahkan sebagian mereka lebih memilih perdagangan dan permainan daripada mendengarkan Nabiullah Muhammad saww berkhutbah, “Dan apabila mereka melihat perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan perniagaan”, dan Allah Sebaik-baik Pemberi rezeki” (Qs. Al Jumuah : 11).

(2) ADA YANG MENYAKITI NABIT DENGAN MEMBUAT GOSIP MURAHAN.
Di antara mereka  ada yang menyakiti Nabi dan mengatakan: “Nabi mempercayai semua apa yang didengarnya”. Katakanlah: “Ia mempercayai semua yang baik bagi kamu, ia beriman kepada Allah, mempercayai orang-orang mukmin, dan menjadi rahmat bagi orang-orang yang beriman di antara kamu”. Dan orang-orang yang menyakiti Rasulullah itu, bagi mereka azab yang pedih. (At Taubah : 61).

(3) ADA YANG BERSUMPAH PALSU.
Mereka bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi. (At Taubah : 74).

(4) ADA YANG KIKIR DAN ENGGANG BERSEDEKAH.
Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebahagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang saleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebahagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran).(At Taubah : 75-76).

(5) ADA YANG MENINGGIKAN SUARA DIHADAPAN NABI DAN BERKATA DENGAN SUARA KASAR (KERAS).
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari. (Al Hujuraat : 2).

(6) ADA YANG MENCAMPUR ADUKKAN KEBAIKAN DAN KEBURUKAN.
“Dan ada pula yang lain, yang mengakui dosa-dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima tobat mereka. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. At-Taubah: 102).

(7) ADA YANG BERPRASANGKA SEPERTI PRASANGKA JAHILIYA KEPADA ALLAH – KETIKA RASULULLAH MENYERUKAN UNTUK BERPERANG.
Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu, sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?”. Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah”. Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini”. Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh”. Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati.(Ali Imran : 154).

(8) ADA YANG MENGANGGAP JANJI ALLAH DAN RASULULLAH SEBAGAI TIPU DAYA
“Dan (ingatlah) ketika orang- orang munafik DAN orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata:” Allah dan Rasul-Nya tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya.” (QS. Al Ahzâb ;12).

(9) ADA YANG ENGGAN UNTUK IKUT DALAM BERPERANG.
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu dan majulah (ke medan pertempuran) secara berkelompok atau majulah bersama-sama (serentak). Dan sesungguhnya di antara kamu pasti ada orang yang sangat enggan (ke medan pertempuran). Lalu jika kamu ditimpa musibah dia berkata, “Sungguh, Allah telah memberikan nikmat kepadaku, karena aku tidak ikut berperang bersama mereka.”(Qs. An-Nisa’: 71-72).

(10) JIKA MEREKA IKUT PERANG, MALAH MEMBUAT KEKACAUAN DAN MELEMAHKAN”.
Jika (mereka berangkat bersamamu), niscaya mereka tidak akan menambah (kekuatan)mu, malah hanya akan membuat kekacauan, dan mereka tentu bergegas maju kedepan di celah-celah barisanmu untuk mengadakan kekacauan (dibarisanmu); sedang diantara kamu ada orang-orang yang sangat suka mendengarkan (perkataan) mereka. Allah mengetahui orang-orang yang dzalim.”(Qs. At-Taubah: 47).

(11) LARI DARI MEDAN PERANG.
Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.(At Taubah : 25).

(12) TIDAK MEMATUHI PERINTAH NABI, HANYA DEMI BEREBUT RAMPASAN PERANG
(Ingatlah) ketika kamu lari dan tidak menoleh kepada seseorangpun, sedang Rasul yang berada di antara kawan-kawanmu yang lain memanggil kamu, karena itu Allah menimpakan atas kamu kesedihan atas kesedihan, supaya kamu jangan bersedih hati terhadap apa yang luput dari pada kamu dan terhadap apa yang menimpa kamu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Ali Imran : 153).

Konsep Laknat dalam al-Quran.

KONSEP LAKNAT DI DALAM AL-QUR’AN.

Pengenalan.

Perkataan la‘nat (laknat) dan pecahannya disebut sekurang-kurangnya 32 kali di dalam al-Qur’an dalam pelbagai perkara yang melanggari perintah Allah dan Rasul-Nya. Mengikut  Muhammad Abu Bakr ‘Abd al-Qadir al-Razi perkataan la‘nat (laknat) memberi erti “pengusiran dan berjauhan dari kebaikan” (al-Tard wa al-Ib’ad mina l-khair) (Mukhtar al-Sihhah, hlm. 108, Cairo, 1950). J. Milton Cowan menyatakan la‘nat adalah “curse”. La‘natullahi ‘Alaihi bererti “God’s curse upon him” (A Dictionary of Written Arabic, London 1971, hlm. 870). Manakala menurut Kamus Dewan pula menyatakan laknat adalah “kemurkaan Allah dan jauh dari petunjuk-Nya; setiap perbuatan jahat akan menerima kutukan (laknat) daripada Allah (Kamus Dewan, hlm. 694, Kuala Lumpur, 1971).


Mereka yang dilaknati di dalam al-Qur’an
Di sini dikemukakan sebahagian daripada mereka yang dilaknati di dalam al- Qur’an seperti berikut:

1Laknat Allah kepada mereka yang mengingkari perintah-Nya.
Firman-Nya Sesungguhnya Allah melaknat (mengutuk) orang-orang yang kafir (ingkar) dan menyediakan untuk mereka api yang menyala-nyala” (Al- Ahzab (33):64) “Sesungguhnya di atas engkau laknat sampai hari pembalasan” (Al-Hijr (15):35) “Sesungguhnya  di atasmu laknatkusampai hari pembalasan” (Sad (38):78).

Ini menunjukkan barangsiapa yang mengingkari walaupun satu hukum daripada hukum-hukum-Nya adalah termasuk orang yang ingkar terhadap hukum-Nya. Apatah lagi jika seorang itu menukarkan hukum Allah dengan hukumnya sendiri. Kerana setiap individu Muslim sama ada Nabi (Saw.) atau bukan Nabi tidak boleh menyalahi al-Qur’an. Firman-Nya “Katakanlah: Sesungguhnya aku takut jika aku mendurhakai Tuhan-ku, akan azab hari yang besar” (Al-An’am (96):15). Jika Nabi (Saw.) merasa takut kepada Allah jika dia mendurhakai-Nya, maka orang lain sama ada yang bergelar khalifah atau sahabat atau mana-mana individu sepatutnya lebih takut lagi untuk mendurhakai perintah-Nya.

2Laknat Allah kepada mereka yang menyakiti-Nya dan Rasul-Nya.
Firman-Nya; “Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, nescaya mereka dilaknati Allah di Dunia dan di Akhirat dan Dia menyediakan untuk mereka  seksa yang menghinakan (mereka) (Al-Ahzab (33):57).

Ini bererti barang siapa yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya walau dengan apa cara sekalipun dilaknati Allah, Rasul-Nya,para Malaikat-Nya dan  Mukminun. Sama ada dengan menentang hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya atau menghina Allah dan Rasul-Nya dengan membatalkan hukum-Nya dan Sunnah Nabi-Nya di atas alasanmaslahah umum atau sebagainya.

Justeru itu, orang yang menghina Nabi (Saw.) dan  mempersendakan Nabi (Saw.) dengan mengatakan bahawa Nabi (Saw.) “Sedang meracau” di hadapan Nabi (Saw.) “Kitab Allah adalah cukup dan kami tidak perlu kepada Sunnah Nabi (Saw.)” (al-Bukhari, Sahih, I, hlm. 36; Muslim, Sahih, III, hlm. 69). “Sunnah Nabi (Saw.) mendatangkan perselisihan dan pertengkaran kepada Umat [Al-Dhahabi, Tadhkirah al-Huffaz, I, hlm.3]”. “Orang yang telah mengepung dan membakar rumah anak perempuan Nabi (Saw.), Fatimah (a.s) dan berkata: “Aku akan membakar kalian sehingga kalian keluar untuk memberi bai’ah kepada Abu Bakar” [Al-Tabari, Tarikh, III, hlm. 198; Abu-l-Fida,Tarikh, I, hlm. 156],  merampas Fadak daripada Fatimah (a.s) yang telah diberikan kepadanya oleh Nabi (Saw.) semasa hidupnya (Lihat Ahmad bin Tahir al-Baghdadi, Balaghah al-Nisa’, II ,hlm.14; Umar Ridha Kahhalah,A’lam al-Nisa’, III, hlm. 208; Ibn Abi al-Hadid, Syarh Nahj al-Balaghah, IV, hlm.79, 92), menyakiti hati Fatimah, Ali, al-Hasan dan al-Husain, kerana Rasulullah (Saw.) bersabda “Siapa menyakiti Fatimah, dia menyakitiku, dan siapa menyakitiku, dia menyakiti Allah” Siapa menyakiti Ali, sesungguhnya dia menyakitiku,dan siapa yang menyakitiku, dia menyakiti Allah” “al-Hasan dan al-Husain kedua-dua mereka adalah pemuda Syurga”  (al-Qunduzi al-Hanafi, Yanabi’ al-Mawaddah, hlm.129-131 dan lain-lain).

Mereka yang membakar Sunnah Nabi (Saw.) (Ibn Sa’d, Tabaqat, V, hlm. 140), “Menghalang orang ramai dari meriwayatkan Sunnah Nabi (Saw.)” [al-Dhahabi,Tadhkirah al-Huffaz, I, hlm. 7], mengesyaki Nabi (Saw.) sama ada berada di atas kebenaran atau kebatilan [Muslim, Sahih, IV, hlm.12,14; al-Bukhari, Sahih, II, hlm. 111] , mengubah sebahagian hukum Allah dan sunnah Nabi (Saw.) (al-Suyuti, Tarikh al-Khulafa’’ hlm.136) adalah termasuk orang yang dilaknati Allah, Rasul-Nya, para Malaikat-Nya dan Mukminun. Dan jika seorang itu tidak melakukan laknat kepada mereka di atas perbuatan mereka yang dilaknati Allah dan Rasul-Nya, maka dia bukanlah Mukmin yang sebenar. Apatah lagi jika dia mempertahankan perbuatan mereka tersebut sebagai sunnah atau agama bagi bertaqarrub kepada Allah (swt).

3. Laknat Allah kepada mereka yang menyembunyikan hukum-Nya di dalam kitab-Nya
Firman-Nya “Sesungguhnya mereka yang menyembunyikan apa yang Kami turunkan dari keterangan dan petunjuk setelah Kami menerangkannya kepada orang ramai, nescaya mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati oleh orang-orang yang mengutuknya” (Al-Baqarah (2):159).

Ini bererti barang siapa yang menyembunyikan hukum Allah dan Sunnah Nabi-Nya yang sepatutnya didedahkan kepada masyarakat, tetapi dia tidak menerangkannya kepada mereka kerana kepentingan tertentu maka dia dilaknati Allah dan orang-orang yang melaknatinya. Apatah lagi jika dia seorang yang mempunyai autoritatif di dalam agama. Kerana konsep hukum Allah tidak boleh disembunyikannya, kerana ia harus dilaksanakannya. Di samping itu, dia tidak boleh cenderung kepada orang-orang yang zalim, kerana Firman-Nya “Janganlah kamu cenderung kepada orang yang melakukan kezaliman, lantas kamu akan disambar oleh api neraka. Dan tidak ada bagimu wali selain daripada Allah, kemudian kamu tiada mendapat pertolongan” (Hud(11):113).

4Laknat Allah kepada mereka yang membohongi-Nya dan Rasul-Nya.
Firman-Nya “Barang siapa yang membantah engkau tentang kebenaran itu, setelah datang kepada engkau ilmu pengetahuan, maka katakanlah: Marilah kami panggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, perempuan kami dan perempuan kamu dan diri kami dan diri kamu, kemudian kita bermubahalah (bersungguh-sungguh berdoa), lalu kita jadikan laknat Allah atas orang yang berbohong” (Ali ‘Imran (3):61).

Ini bererti mereka  yang membohongi Allah dan Rasul-Nya selepas dikemukakan hukum al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya, tetapi mereka masih membantahnya, maka mereka itu dilaknati Allah dan Rasul-Nya. Ayat ini dikenali dengan ayat al-Mubahalah. Ia berlaku di antara Nabi (Saw.) dan Ahlu l-Baitnya (a.s) di satu pihak dan Nasrani Najran di pihak yang lain.

Nabi (Saw.) telah mempertaruhkan kepada Nasrani Najran (abna’a-na) anak-anak kami (al-Hasan dan al-Husain a.s), (nisa’-ana) perempuan kami (Fatimah a.s) dan (anfusa-na) diri kami (Ali a.s). Imam Ali al-Ridha berkata: “Sesungguhnya ia dimaksudkan dengan Ali bin Abi Talib (a.s). Buktinya sebuah hadis telah menerangkan  maksud yang sama, seperti berikut: ” ... aku akan mengutuskan kepada mereka seorang lelaki seperti diriku [ka-nafsi]” Iaitu Ali bin Abi Talib. Ini adalah suatu keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain, kelebihan yang tidak boleh dikaitkan dengan orang lain dan kemuliaan yang tidak dapat didahului oleh sesiapa pun kerana diri Ali seperti dirinya sendiri” (Muhammad Babawaih al-Qummi, Amali al-Saduq Najaf, 1970, hlm.468).

Akhirnya mereka enggan bermubahalah dengan Nabi (Saw.) dan Ahlu l-Baitnya, lalu mereka membayar jizyah kepada Nabi (Saw.). Jika Nasrani Najran tidak berani menyahuti mubahalah Nabi (Saw.) dengan pertaruhan Ahlu l-Baitnya, kerana kebenarannya, apakah gerangan mereka yang mengakui al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya sebagai asas agama mereka berani menentang Ahlu l-Bait (a.s), kemudian menyembunyikan kebenaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya, khususnys mengenai mereka? Jika mereka melakukan sedemikian, nescaya mereka dilaknati oleh Allah  dan Rasul-Nya, para Malaikat-Nya dan Mukminun.

5. Laknat Allah kepada mereka yang mendurhakai-Nya dan Rasul-Nya
Firman-Nya “Telah dilaknati orang-orang yang kafir di kalangan Bani Isra’il di atas lidah Daud dan Isa anak lelaki Maryam. Demikian itu disebabkan mereka telah mendurhaka dan melampaui batas. Mereka tidak melarang sesuatu yang mungkar yang mereka perbuat. Sungguh amat jahat apa yang mereka perbuat” (Al-Ma’idah (5):78-79).

Firman-Nya “Tidak ada bagi lelaki mukmin dan perempuan mukminah (hak) memilih di dalam urusan mereka apabila Allah dan Rasul-Nya memutuskan urusan itu. Barang siapa yang  mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka ia telah sesat dengan kesesatan yang nyata” (Al-Ahzab(33):35).

Ini bererti barang siapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya; sama ada melakukan perkara-perkara yang menyalahi hukum Allah dan Sunnah Rasul-Nya serta tidak melakukan konsep “AmruMa’ruf wa Nahyu Munkar”, maka mereka dilaknati Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang dilaknati Allah dan Rasul-Nya, maka para Malaikat dan Mukminun akan melaknati mereka.

6Laknat Allah kepada mereka yang zalim.
Firman-Nya “Ahli syurga menyeru ahli neraka: Kami telah memperolehi apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kami  dengan sebenarnya. Adakah kamu memperolehi apa yang telah dijanjikan oleh Tuhan kami dengan sebenarnya? Mereka itu menjawab: Ya. Lalu menyeru orang yang menyeru (Malaikat) di kalanggan mereka: Sesungguhnyalaknat Allah ke atas orang yang zalim (iaitu) orang-orang yang menghalangi jalan Allah dan mereka mencari jalan bengkok, sedang mereka itu kafir terhadap Akhirat” (Al-A’raf (7): 44-45) dan, “Barang siapa yang tidak menghukum dengan hukum Allah, maka merekalah orang yang zalim”) Al-Ma’dah (5):45).

Ini bererti sebarang kecenderungan terhadap orang-orang yang zalim akan di sambar oleh api neraka. Apatah lagi jika seorang itu meredai atau menyokong mereka atau bekerja sama dengan mereka. Saidina Ali (a.s) berkata: “Mereka yang bersekutu di dalam kezaliman adalah tiga: Pelaku kezaliman, pembantunya dan orang yang meridhai kezaliman itu” (Tuhafu al ‘Uqul ‘an Ali r-Rasul, hlm. 23 dan lain-lain. Justeru itu mereka dilaknati Allah dan Rasul-Nya serta Mukminun.

7. Laknat Allah kepada mereka yang mengingkari perjanjian Allah, melakukan kerosakan di bumi dan memutuskan silaturahim.
Firman-Nya “Mereka yang mengingkari janji Allah sesudah eratnya dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah supaya diperhubungkan dan mereka yang membuat kerosakan di muka bumi, untuk mereka laknat dan untuk mereka tempat yang buruk” (Al-Ra’d (13):25) dan “Apakah kiranya jika kamu menjadi wali (berkuasa) kamu melakukan kerosakan di muka bumi dan memutuskan silatu r-Rahim? Mereka itulah yang dilaknati Allah, lalu Dia memekakkan mereka dan membutakan pemandangan mereka ” (Muhammad (47): 22-23).

Ini bererti mereka yang mengingkari janji Allah dengan mendurhakai-Nya, kemudian melakukan kerosakkan di muka bumi dengan mengubah hukum-Nya dan Sunnah Nabi-Nya serta memutuskan silaturahim, maka bagi mereka laknat Allah dan Rasul-Nya.

Justeru itu tidak hairanlah jika Saidina Ali (a.s) telah melaknati mereka yang telah mengubah agama Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Beliau berdoa: Wahai Tuhanku! Laknatilah mereka yang telah mengubah agama-Mu, menukar ni‘kmat-Mu (khilafah), menuduh perkara-perkara yang bukan-bukan terhadap Rasul-Mu (Saw.), menentang jalan-Mu, menyalahi agama-Mu, mengingkari nikmat-Mu, menentang kalam-Mu, mempersenda-sendakan Rasul-Mu…(al-Majlisi, Bihar al-Anwar, Beirut 1991, xxx,  hlm. 393). Sementara Imam Ja‘far al-Sadiq pula berdoa: Wahai Tuhanku! Pertingkatkanlah laknat-Mu dan azab-Mu ke atas mereka yang telah mengingkari ni‘mat-Mu, mengkhianati Rasul-Mu, menuduh Nabi-Mu perkara yang bukan-bukan dan menentangnya…(Ibid, hlm. 395).

Kesimpulan:
Berdasarkan kepada ayat-ayat tersebut, maka Laknat boleh atau harus dilakukan kepada mereka yang mempersendakan Allah dan Rasulullah (Saw.), menghina, mengingkari, membatal, mengubah, menangguh dan menggantikan sebahagian daripada hukum Allah (SWT) dan Sunnah Rasul-Nya dengan pendapat atau sunnah mereka sendiri sama ada orang itu bergelar khalifah atau sahabat atau tabi‘in dan sebagainya.
Justeru itu, ungkapan “melaknat khalifah atau sahabat tertentu atau polan dan polan” tidak menjadi perkara sensitif lagi jika kita meletakkan mereka sama ada khalifah, sahabat, individu atau kita sendiri di bawah martabat Rasulullah (Saw.), dan Rasulullah (Saw.) pula di bawah martabat Allah (SWT). Tetapi jika mereka  meletakkan seorang khalifah, sahabat  atau mana-mana individu lebih tinggi daripada martabat Allah dan Rasul-Nya dari segi pengamalan hukum dan sebagainya, maka mereka tidak akan meredai Allah dan Rasul-Nya dengan sepenuhnya di dalam perkara tersebut. Kerana  penilaian kebenaran bagi mereka bukanlah al-Qur’an dan Sunnah Nabi (Saw.) secara keseluruhannya, malah seorang khalifah atau sahabat menjadi penilaian kebenaran mereka. Lalu mereka menjadikan pendapat atau sunnah “mereka” yang menyalahi Nas sebagai agama bagi mendekatkan diri mereka kepada-Nya.
.
Doa Qunut Imam Ali Terhadap Muawiyah dan Amru bin Ash Beserta Pengikut Mereka.
Tulisan ini kami persembahkan kepada para pendengki Ahlul Bait yang senang sekali memuliakanorang-orang yang menyimpang dari Ahlul Bait. Tentu saja mereka tidak akan mau menunjukkanwajah asli kedengkian mereka terhadap Ahlul Bait. Mereka tidak mau menunjukkan terang-terangan kebencian mereka kepada Ahlul Bait oleh karena itu mereka melampiaskan kebencian itu dengan memuliakan musuh-musuh Ahlul Bait.

Mereka memuliakan orang-orang yang menyakiti Ahlul bait. Membela kesalahan mereka seraya berkata “itu cuma ijtihad” yang walaupun salah tetap mendapat pahala. Berbeda dengan mereka, Imam Ali justru mengakui kalau orang-orang yang menyimpang[pembangkang] seperti Muawiyah dan Amru bin Ash layak dihukum untuk kesalahan mereka.

حدثنا هشيم قال أخبرنا حصين قال حدثنا عبد الرحمن بن معقل قال صليت مع علي صلاة الغداة قال فقنت فقال في قنوته اللهم عليك بمعاوية وأشياعه وعمرو بن العاص وأشياعه وأبا السلمي وأشياعه وعبد الله بن قيس وأشياعه

Telah menceritakan kepada kami Husyaim yang berkata telah mengabarkan kepada kami Hushain yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Ma’qil yang berkata Aku shalat bersama Ali dalam shalat fajar dan kemudian ketika Qunut Beliau berkata “Ya Allah hukumlah Muawiyah dan pengikutnya, Amru bin Ash dan pengikutnya, Abu As Sulami dan pengikutnya, Abdullah bin Qais dan pengikutnya”.[Al Mushannaf Ibnu Abi Syaibah 2/108 no 7050].

Atsar ini diriwayatkan dengan sanad yang shahih sampai ke Ali bin Abi Thalib Alaihis Salam.
  • Husyaim adalah Husyaim bin Basyiir seorang perawi kutubus sittah. Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam At Tahdzib juz 11 no 100 dan menyebutkan kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Al Ajli, Ibnu Saad dan Abu Hatim. Ibnu Mahdi, Abu Zar’ah dan Abu Hatim memuji hafalannya. Dalam At Taqrib 2/269 Ibnu Hajar menyatakan ia tsiqat tsabit. Adz Dzahabi dalam Al Kasyf no 5979 menyebutkan kalau Husyaim seorang Hafiz Baghdad Imam yang tsiqat.
  • Hushain adalah Hushain bin Abdurrahman As Sulami Al Kufi seorang perawi kutubus sittah. Ibnu Hajar menyebutkan biografinya dalam At Tahdzib juz 2 no 659 dan menyebutkan kalau ia dinyatakan tsiqat oleh Ahmad, Al Ajli, Abu Hatim, Abu Zur’ah, Ibnu Ma’in dan Ibnu Hibban. Ibnu Hajar dalam At Taqrib 1/222 menyatakan ia tsiqat dan Adz Dzahabi dalam Al Kasyf no 1124 menyatakan ia tsiqat hujjah.
  • Abdurrahman bin Ma’qil Al Muzanni adalah perawi Abu Dawud seorang tabiin [walaupun ada yang mengatakan ia sahabat]. Ibnu Hajar menuliskan biografinya dalam At Tahdzib juz 6 no 543 dan ia dinyatakan tsiqah oleh Ibnu Hibban dan Abu Zur’ah. Dalam At Taqrib 1/591 ia dinyatakan tsiqat oleh Ibnu Hajar.
Atsar ini adalah sebaik-baik dalil yang menunjukkan bagaimana pandangan Imam Ali terhadap Muawiyah, Amru bin Ash dan para pengikutnya. Tentu saja para nashibi yang adalah Syiah-nya Muawiyah tidak akan senang melihat Atsar ini. Dan untuk mereka kita katakan “Matilah dengan kemarahanmu”.
..
Judul : 100 Golongan Yang Dilaknat ALLAH dan RASULNYA
Penulis : Salman Nashif Al-Dahduh
No ISBN : 979-552-334-1
Kategori : Referensi Ibadah
Cover : Soft Cover
Isi : 181 hal
Ukuran : 12.5×17
Berat : 500 gr
Harga : Rp 24.000,00
Diskon : 10 %
Harga Netto : Rp 21.600,00
100 Golongan Yang Dilaknat ALLAH dan RASULNYA.
Ada seratus golongan manusia yang dilaknat Allah dan Rasul-Nya, dijauhkan dari rahmat dan kekasihnya, dan dihalangi pandangan dari petunjuknya, sehingga pandangandari petunjuknya, sehingga pandangan merekamenjadi buta dan hati mereka menjadi keras.Itu baru merupakan siksaan duniawi, sedang di akherat mereka akan diperhinakanakibat perbuatan dan kemaksiatannya. Golongan Apa sajakah mereka itu yang membuat Allah dan Rasul-Nya murka sehingga dijatuhkan laknat padanya? Dosa apakah yang derajatnya begitu berat? dengan mengenali Seratus Golongan ini, maka kita dapat menghindari diri dari kemaksiatan dan dosa yang akan memutus rahmat dan kasih-Nya.

(al-fiqatun-naajiyah/syiahali/temp-zzz/vodpod/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: