Pesan Rahbar

Home » » Mengapa Ali bin Abi Thalib memberi nama anak-anaknya dengan nama para khalifah? Jawab: Kita mengetahui bahwa nama ketiga khalifah, yakni Abu Bakar, Umar dan Utsman, bukanlah nama spesial yang hanya khusus dimiliki mereka saja.

Mengapa Ali bin Abi Thalib memberi nama anak-anaknya dengan nama para khalifah? Jawab: Kita mengetahui bahwa nama ketiga khalifah, yakni Abu Bakar, Umar dan Utsman, bukanlah nama spesial yang hanya khusus dimiliki mereka saja.

Written By Unknown on Tuesday 9 September 2014 | 17:41:00


Mari kita lihat website wahabi sebagai berikut:
http://www.arrahmah.com/rubrik/sikap-ahlul-bait-terhadap-para-sahabat-nabi.html
__________________________________________

Sikap Ahlul bait terhadap para sahabat Nabi

Abu Jibril bapak wahabi

Penghinaan manusia Syiah terhadap para sahabat danisteri-isteri Rasulullah shallalhu alaihi wa sallam hingga pada taraf mengkafirkan dan mencap murtad serta mengatakan mereka adalah musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya dan kekal di dalam neraka, adalah sangat bertentangan dengan pandangan dan keyakinan Ahlul Bait Rasul. Ini menunjukkan manusia Syiah ini pendusta dan penipu.

Ahlul Bait Rasul sangat menghormati, memuliakan dan memuji ketiga sahabat utama sekaligus Khalifah sebelum Khalifah Ali bin Abi Thalib. Berikut ini pernyataan mereka dikutip dari buku Fakta Syiah bukan Islam karya Ustadz Abu Muhammad Jibriel Abdurrahman, penerbit Arrahmah Publishing, 2015.
1. Ali bin Abi Thalib sangat mencintai sahabat Rasulullah shallalhu alaihi wa sallam, khususnya ketiga sahabat yang menjadi khalifah sebelumnya. Ali Rhadhiyallahu anhu membaiat khalifah sebelumnya itu dengan sukarela, bahkan menjadi penasehat bagi khalifah Abu Bakar dan Umar Rhadiyallahu anhuma. Saat di atas mimbar di Kufah, Ali memuji Abu Bakar dan Umar. Beliau mengatakan sebaik-baik umat ini setelah Nabinya adalah Abu Bakar, kemudian Umar. (Al-Lailaka’l 7/1366-1397).
2. Sebagai bukti kecintaan Ali Rhadhiyallahu anhu kepada Khalifah sebelumnya ialah beliau memberi nama anak-anaknya dengan Abu Bakar, Umar dan Utsman. Bahkan fakta ini tercantum dalam salah satu kitab rujukan Syiah yaitu Taarikh al Ya’qubi, jilid 2 halaman 213. Sejarahwan Sunni, Al Hafiz Ibnu Katsir Rahimahullah juga menyebutkan hal itu di dalam kitabnya Al Bidayah wan Nihayah jilid 7, hal. 355.
3. Ahlul Bait Rasul yang lain yakni cucu Rasulullah Hasan bin Ali bin Abi Thalib juga memberi nama seorang puteranya dengan nama Abu Bakar dan seorang lagi dengan nama Umar. Ini termaktub dlam Taarikh al Ya’qubi, jilid 2 halaman 228. Ibnu Hazm Rahimahullah juga menyebutkan keterangan yang sama dalam Jamharah Anshab Al- Arab.
4. Ali bin Abi Thalib Rhadhiyallahu anhu juga menikahkan salah seorang puterinya yaitu Ummu Kultsum dengan Umar bin Khattab.
5. Ali bin Abi Thalib juga mengungkapkan keutamaan Abu Bakar dan Umar. Dari Abdullah bin Salamah dia berkata: “Aku telah mendengar Ali berkata, “Sebaik-baik manusia setelah Rasulullah adalah Abu Bakar dan sebaik-baik manusia setelah Abu Bakar adalah kemudian Umar.” (HR. Ibnu Majah no. 103, disahihkan oleh Al-Banni).
6. Imam Bukhari juga meriwayatkan dari Muhammad bin al Hanafiyah Rhadiyallahu ‘anhu (putera Ali bukan dari Fatimah), dia berkata: “Aku bertanya kepada ayahku (yakni Ali R.A), ‘Siapakah manusia terbaik setelah Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam?’ Dia menjawab, ‘Abu Bakar’. Aku bertanya lagi, ‘Setelah itu siapa?’ Dia menjawab ‘Setelah itu Umar.’ Aku khawatir jika dia berkata setelah itu Utsman, maka aku katakan, ‘Setelah itu engkau.’ Dia menjawab, ‘Aku hanyalah seorang laki-laki dari kalangan kaum muslimin.'” (HR. Bukhari no.3671).
7. Terakhir, saat kelompok pemberontak mengepung rumah Khalifah Utsman bin Affan Radhiyallahu ‘anhu, Ali menyuruh kedua puteranya Hasan dan Husein untuk mengawal rumah Khalifah. Ini tidak lain karena kesetiaan Ali, Ahlul Bait Rasul, kepada Khalifah Utsman.

(azmuttaqin/arrahmah.com)
_____________________________________

Jawaban Kami:

Tanya: Mengapa Ali bin Abi Thalib memberi nama anak-anaknya dengan nama para khalifah?

Jawab: Kita mengetahui bahwa nama ketiga khalifah, yakni Abu Bakar, Umar dan Utsman, bukanlah nama spesial yang hanya khusus dimiliki mereka saja. Sesungguhnya nama-nama tersebut memang sudah ada dan sering digunakan di tengah-tengah masyarakat Arab baik setelah Islam maupun sebelumnya. Jadi pemberian nama tersebut didak memiliki arti apa-apa yang berkenaan dengan para khalifah. Anda dapat merujuk ke kitab-kitab Rijal seperti Al-Istii’aab tulisan Ibnu Abdul Barr dan Usd Al-Ghabah tulisan Ibnu Atsir untuk mencari tahu siapa saja sahabat nabi yang juga memiliki nama Abu Bakar, Umar dan Utsman.

Di sini kami ingin membawakan bukti kecil dari Usd Al-Ghabah, bahwa ada beberapa sahabat yang namanya juga Umar. Seperti: Umar Al-Aslami, Umar Al-Jam’i, Umar bin Al-Hakam, Umar bin Salim Al-Khaza’i, Umar bin Saraqah, Umar bin Sa’ad Al-Anmari, Umar bin Sa’ad As Salami, Umar bin Sufyan, Umar bin Abi Salamah, Umar bin Amir As Salami, Umar bin Abaidillah, Umar bin ‘Akramah, Umar bin ‘Amr bin Lahiq, Umar bin Malik bin Aqabah, Umar bin Malik Al-Anshari, Umar bin Mu’awiyah Al-Ghadhiri, Umar bin Yazid, Umar bin Al-Yamani.

Semua itu adalah nama-nama yang pernah disebutkan oleh Ibnu Atsir dalam kitabnya. Padahal itu baru sahabat saja, masih banyak lagi yang termasuk Tabi’in yang memiliki nama Umar juga. Oleh karena itu nama-nama tersebut adalah nama biasa di kalangan Arab dan sering dipakai oleh siapa saja; bukan nama spesial yang hanya dimiliki ketiga khalifah.

Dengan demikian, hanya karena nama yang sama kita tidak bisa mengingkari kezaliman-kezaliman yang pernah dilakukan terhadap Ahlul Bait sepanjang sejarah.

Perlu ditambahkan lagi, bahwa para Imam di saat-saat terdesak yang sekiranya kondisi itu menyulitkan pengikut-pengikutnya, mereka berhak melakukan tindakan-tindakan seperti memberi nama anak-anak mereka dengan nama para khalifah, menjalin ikatan dengan khalifah dengan cara menikahkan anak-anak mereka, atau dengan cara lainnya. Tentu tujuannya adalah untuk mencari aman dari tekanan pemerintah zalim saat itu. Lalu dengan demikian para khalifah tidak bisa sewena-wena lagi terhadap mereka, dan tak bisa menyalahgunakan kedudukannya untuk melakukan kezaliman kepada umat Syiah.

Selanjutnya disini:
http://ahlulbaitnabisaw.blogspot.com/search/label/Keluarga%20Rasulullah%20Saw 

___________________________________________

Sebab penamaan sebagian putra Ali as dengan nama-nama musuhnya, Kalau memang Imam Ali As bermusuhan dengan para khalifah, lantas mengapa Imam Ali memilih nama para khalifah untuk putra-putrinya?

Dengan merujuk kepada lilteratur-literatur sejarah, kita akan mengetahui bahwa Abu Bakar bin Ali adalah Putra Laila yang merupakan putri dari Mas’ud Tsaqafi, ‘Umar bin Ali adalah putra Ummu Habib dan Utsman bin Ali Adalah putra Ummu Banin dan mereka semua adalah putra-putra Imam Ali As.

Dalam menjelaskan tentang nama putra-putranya dengan nama-nama ketiga khalifah itu dapat dijelaskan sebagai berikut:

Kebudayaan dan kerangka berfikir yang berkembang di tengah masyarakat pada masa itu sedemikian sehingga penamaan nama ini kurang mendapat perhatian juga tidak pula mendapat penekanan. Pada dasarnya dengan mengingat nama-nama ini tidak berasosiasi mengingat khalifah. Melainkan perjalanan sejarah yang membuat ketiga nama ini menonjol. Namun pada masa itu nama-nama tersebut sangat popular di tengah masyarakat sehingga pemberian nama oleh Imam Ali As atau pun orang lain terhadap nama anak-anak mereka dengan Abu bakar, misalnya, tidak akan mengingatkan seseorang kepada nama khalifah pertama. Terlebih, di antara nama-nama para sahabat Nabi Saw ada juga yang bernama Usman bin Madz’un dan lainnya.

Sesuai dengan catatan sejarah, ketiga nama tersebut telah menyebar dan banyak digunakan pada zaman itu dan setelahnya, bahkan hingga pada masa imamah para Imam Maksum lainnya. Nama-nama ini menurut pandangan syiah tidaklah jelek dan tercela. Dalam kitab Mu’jam al-Tsiqât menyebutkan lebih dari 60 halaman riwayat dengan nama ‘Umar dan Utsman bin Sa’id yang merupakan salah seorang pengganti Imam Zaman Ajf pada masa ghaibah sughra.

Dengan merujuk kepada bukti-bukti sejarah, kita akan mengetahui bahwa setelah syahadah Sayidah Zahra As, Imam Ali menikah dengan beberapa wanita dan mempunyai anak dari pernikahan itu. Ketiga nama anaknya itu sama dengan nama-nama ketiga khalifah. Nama-nama mereka adalah Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib yang merupakan anak dari Laila putri Mas’ud Tsaqafi[1], Utsman yang merupakan anak dari Ummu Banin. Kedua putra Imam Ali ini syahid di medan Karbala dalam rangka membela saudaranya, Imam Husain As[2]. Dan putra ketiga Imam Ali As adalah ‘Umar.[3]

Dalam mengkaji sebab-sebab kesamaan nama putra-putra (Baginda Ali ini) dengan nama seseorang hal itu dapat ditinjau dari beberapa sisi:

1. Pada dasarnya, pemberian nama dan kerabatan dengan nama seseorang hal itu bukan menjadi dalil atas kecintaan, persamaan dalam keyakinan, fikih, ataupun politik sebagaimana tiadanya pemberian nama juga bukan dalil atas adanya pertikaian dan perseteruan. Meski pada sebagian urusan kecintaan dan kebencian dalam memberikan nama (atau tidak memberikan nama) tetap memiliki pengaruh.

Di samping itu, kebudayaan dan kerangka berfikir yang berkembang di tengah masyarakat pada masa itu sedemikian sehingga penamaan nama ini kurang mendapat perhatian juga tidak pula mendapat penekanan. Pada dasarnya dengan mengingat nama-nama ini tidak berasosiasi mengingat khalifah melainkan perjalanan sejarahlah yang membuat ketiga nama ini menonjol. Pada masa itu nama-nama tersebut sangat popular di tengah masyarakat sehingga pemberian nama oleh Imam Ali As atau pun orang lain terhadap nama anak-anak mereka dengan Abu bakar, misalnya, tidak akan mengingatkan seseorang kepada nama Khalifah Pertama.

Harus diperhatikan bahwa nama-nama ketiga khalifah tersebut, tidak terkhusus bagi ketiga orang tersebut, melainkan nama-nama sedemikian telah ada semenjak masa pra kedatangan Islam dan pasca kedatangan Islam yang telah mentradisi dan menyebar di kalangan bangsa Arab. Pemberian nama ini sedikit pun, bukan dalil atas kecintaan terhadap pemilik nama-nama tersebut. Misalnya di Iran, terdapat seorang syah (raja) bernama Muhammad Reza (Ridha) yang merupakan orang yang berwatak dan perperangai bejat. Namun demikian, nama Muhammad Reza (Ridha) tidak menjadi penghalang untuk menjadi nama yang paling digemari dan paling disukai oleh masyarakat Iran. Di antara sahabat-sahabat pilihan Nabi Saw, ada juga nama-nama pribadi unggul yang memakai nama demikian, seperti Utsman bin Ma’dzun, dan lain sebagainya. Alasan pemberian nama-nama tersebut bukan lantaran kecintaan kepada orang-orang besar tersebut.

Dalam hal ini, Anda dapat merujuk kitab-kitab Rijal seperti Isti’âb yang ditulis oleh Ibnu Abdul Bar atau pun juga Usd al-Ghabah karya Ibnu Atsir. Dalam kitab-kitab Rijal ini Anda akan jumpai nama-nama sahabat nabi yang bernama Abu Bakar, ‘Umar dan Utsman.

Dalam kesempatan ini, kami hanya akan mencukupkan dengan satu kitab Usd al-Ghabah fi Ma’rifat al-Sahabah dan menyebutkan nama orang-orang yang bernama ‘Umar:
1. ‘Umar al-Islami
2. ‘Umar al-Jam’i
3. ‘Umar bin al-Hakam
4. ‘Umar bin Salim al-Khaza’i
5. ‘Umar bin Suraqah
6. ‘Umar bin Sa’ad al-Anmari
7. ‘Umar bin Sa’ad al-Salami
8. ‘Umar bin Sofyan
9. ‘Umar bin Abi Salmah
10. ‘Umar bin Amir al-Silmi
11. ‘Umar bin ‘Ubaidillah
12. ‘Umar bin ‘Ikramah
13. ‘Umar bin Amru al-Laitsi
14. ‘Umar bin ‘Amir
15. ‘Umar bin ‘Auf
16. ‘Umar bin ‘Azimah
17. ‘Umar bin Lahiq
18. ‘Umar bin Malik bin ‘Uqbah
19. ‘Umar bin Malik al-Anshari
20. ‘Umar bin Mu’awiyah al-Ghadhiri
21. ‘Umar bin Yazid
22. ‘Umar bin al-Yamani

Nama-nama di atas hanya yang disebutkan oleh Ibnu Atsir dalam kitabnya. Kita saksikan bahwa nama-nama tersebut telah berkembang dalam sejarah Islam dan bahkan pada zaman sebelumnya untuk waktu yang lama. Nama-nama tersebut telah pula dipakai oleh kalangan khusus maupun orang awam.

Nama-nama tabi’in yang bernama ‘Umar sangat banyak. Misalnya pada kitab Mu’jam al-Tsiqât lebih dari 60 halaman riwayat yang dinukil oleh perawi yang bernama ‘Umar.

Nama-nama tersebut juga berkembang dan banyak dipakai pada masa para Imam Maksum As. Misalnya Abu Bakar Sa’ad Asy’ari atau Abu Bakar Khadzrami yang merupakan perawi hadis-hadis dari Imam Shadiq As. Demikian juga Utsman bin Sa’id yang merupakan salah satu dari empat deputi (nuwab al-arba’ah) khusus Imam Zaman Ajf pada masa ghaibah sughra. Semua ini menunjukkan bahwa pada dasarnya penggunaan nama-nama seperti Abu Bakar, ‘Umar dan Utsman, tidak akan membawa ingatan dan pikiran kita kepada seseorang tertentu. Dalam sejarah, nama-nama seperti Ali, Abu Bakar (‘Umar atau Utsman) tidak terbatas pada orang-orang ini saja. Demikian juga nama-nama seperti ‘Umar dan Utsman yang pada kemudian hari Imam Ali As memberi nama anaknya dengan nama yang sama. Nama-nama tersebut telah digunakan secara berulang sepanjang sejarah oleh banyak kalangan dengan berbagai macam kepribadian yang berbeda-beda.

(Benar bahwa apabila pemberian nama dilakukan sesuai dengan instruksi dari Allah Swt maka tentu saja akan memiliki nilai kekudusan tersendiri, seperti nama-nama putra Ali As dan Fathimah As yaitu Hasan As dan Husain As.)[4]

Oleh karena itu, Anda akan benarkan bahwa nama-nama tersebut dan juga nama-nama lain para khalifah merupakan nama-nama popular yang telah biasa dipakai oleh masyarakat Arab Jahiliyah dan Islami dan dengan mendengar nama tersebut, pikiran seseorang sama sekali tidak akan terasosiasi dengan nama para khalifah.

Karena itu, hanya dengan satu penamaan, seluruh apa yang berlalu dalam dalam sejarah tidak dapat diingkari.[5]

2. Berdasarkan kemaslahatan dan pertimbangan penuh hikmah, Imam Ali As tidak mengungkapkan pelbagai kesuiltan dan musibah-musibah yang terpendam dalam hatinya. Demi menjaga persatuan Islam, beliau bersikap toleran dan bekerjasama dengan para khalifah, dengan tetap mengindahkan taktik dan strategi sosial demi terjaganya ajaran Islam yang baru saja berkembang. Di samping itu, dalam banyak hal, Imam Ali As tidak segan-segan membantu pemerintahan para khalifah, sedemikian sehingga ‘Umar berulang-kali berkata: “Laula ‘Ali lahalaka ‘Umar” (Seandainya tidak ada Ali, maka binasalah ‘Umar).”[6]

Sebagian orang memberikan kemungkinan bahwa pemberian nama-nama putra Imam Ali As dengan nama-nama para khalifah adalah contoh nyata bahwa Imam Ali As bertoleransi dengan para khalifah. Lantaran langkah seperti ini akan mengurangi pertentangan dan meminimalisir persoalan-persoalan yang ada di tengah masyarakat dan tidak bermakna sokongan atas tindakan mereka dan persahabat dengan orang-orang yang bersangkutan.

Bagaimana pun, “Apabila suasana mencekam dan menakutkan serta tekanan dan penindasan terhadap para pengikut Syiah, maka kita akan menyaksikan para Imam Maksum As akan mengambil beberapa tindakan (baca: taqiyyah) demi keselamatan yang dibolehkan syariat. Misalnya dengan memberi nama anak-anak mereka seperti nama-nama para khalifah, menjalin hubungan kekerabatan melalui pernikahan dengan para sahabat besar sehingga dapat mengurangi tekanan yang dilontarkan kepada mereka. Hal ini dilakukan mengingat pemerintahan zalim Bani Umayah dan Bani Abas dengan alasan bahwa mereka (para Imam Maksum) menentang ketiga khilafah, kedua pemerintahan ini menyalahgunakan keluguan masyarakat untuk menekan mereka (para Imam) dan Syiah mereka, membunuh dan menjarah harta orang-orang Syiah.”[7]

Perlu diingat bahwa dalam kitab-kitab sejarah (yang menjadi obyek telaah) tidak dijumpai isyarat yang menyatakan bahwa Imam Ali As sendiri yang memilihkan nama-nama tersebut. Karena itu, ada kemungkinan bahwa yang memberi nama-nama tersebut adalah istri-istri Imam Ali As atau kerabat-kerabat beliau. Dan tentu saja Imam Ali, demi menghormati mereka, tidak melarang tindakan tersebut.


Referensi:
[1]. Mu’jam al-Tsiqât, jil. 21, Hal. 66, sesuai dengan pendapat Ibnu Asyub
[2]. Al-Irsyâd, hal. 484
[3]. Mu’jam al-Tsiqât, jil. 13, hal. 45
[4]. Muntaha al-Âmal, jil. 1, hal. 220
[5]. Pâsukh Jawâne Syiah, Muhammad Thabari, hal. 55-56.
[6]. Nahj al-Balâghah, Subhi Saleh, Khutbah 3.

فَرَأَيْتُ أَنَّ الصَّبْرَ عَلَى هَاتَا أَحْجَى فَصَبَرْتُ وَ فِي الْعَيْنِ قَذًى وَ فِي الْحَلْقِ شَجًا أَرَى تُرَاثِي نَهْبا

[7]. Pâsukh Jawâne Syiah, Muhammad Thabari, hal. 56-57

___________________________________

Keturunan

Ali memiliki delapan istri setelah meninggalnya Fatimah az-Zahra[2] dan memiliki keseluruhan 36 orang anak. Dua anak laki-lakinya yang terkenal, lahir dari anak Nabi Muhammad, Fatimah, adalah Hasan dan Husain.
Keturunan Ali melalui Fatimah dikenal dengan Syarif atau Sayyid, yang merupakan gelar kehormatan dalam Bahasa Arab, Syarif berarti bangsawan dan Sayyed berarti tuan. Sebagai keturunan langsung dari Muhammad, mereka dihormati oleh Sunni dan Syi'ah.

Menurut riwayat, Ali bin Abi Thalib memiliki 36 orang anak yang terdiri dari 18 anak laki-laki dan 18 anak perempuan. Sampai saat ini keturunan itu masih tersebar, dan dikenal dengan Alawiyin atau Alawiyah. Sampai saat ini keturunan Ali bin Abi Thalib kerap digelari Sayyid.

Anak laki-laki Anak perempuan
Hasan al-Mujtaba Zainab al-Kubra
Husain asy-Syahid Zainab al-Sughra
Muhammad bin al-Hanafiah Ummu Kaltsum
Abbas al-Akbar (dijuluki Abu Fadl) Ramlah al-Kubra
Abdullah al-Akbar Ramlah al-Sughra
Ja'far al-Akbar Nafisah
Utsman al-Akbar Ruqaiyah al-Sughra
Muhammad al-Ashghar Ruqaiyah al-Kubra
Abdullah al-Ashghar Maimunah
Abdullah (yang dijuluki Abu Ali) Zainab al-Sughra
‘Aun Ummu Hani
Yahya Fathimah al-Sughra
Muhammad al-Ausath Umamah
Utsman al-Ashghar Khadijah al-Sughra
Abbas al-Ashghar Ummu al-Hasan
Ja'far al-Ashghar Ummu Salamah
Umar al-Ashghar Hamamah
Umar al-Akbar Ummu Kiram


______________________________________

BENARKAH IMAM ALI BIN ABI THALIB as MENAMAKAN PUTRANYA ABU BAKAR, UMAR DAN USTMAN?

Putra Praipurna Menuliskan :
”Dalam tragedi mengenaskan ini (di karbala), di antara Ahlul Bait yang gugur bersama Al Husain adalah putera Ali bin Abi Thalib lainnya; Abu Bakar bin Ali, Umar bin Ali, dan Utsman bin Ali. Demikian pula putera Al Hasan, Abu Bakar bin Al Hasan. Namun anehnya, ketika Anda mendengar kaset-kaset, ataupun membaca buku-buku Syiah yang menceritakan kisah pembunuhan Al Husain , nama keempat Ahlul Bait tersebut tidak pernah diungkit. Tentu saja, agar orang tidak berkata bahwa Ali memberi nama anak-anak beliau dengan nama-nama sahabat Rasulullah ; Abu Bakar, Umar, dan ‘Utsman. Tiga nama yang paling dibenci orang-orang Syiah”

Second prince Menanggapi :
Tulisan ini tidak memiliki tujuan khusus kecuali hanya untuk memberikan deskripsi yang jelas dan analisis terhadap masalah yang sering diributkan oleh para Salafiyun. Salafiyun mengangkat masalah ini untuk menyerang mahzab Syiah, dimana jika Imam Ali menamakan putranya dengan Abu Bakar, Umar dan Utsman maka itu berarti Imam Ali mengagumi dan berhubungan baik dengan Abu Bakar, Umar dan Utsman. Saya tidak membela siapa-siapa disini, tugas saya hanya memaparkan data yang jelas dan mengoreksi kekeliruan asumsi-asumsi yang ada. Mengenai pandangan saya sendiri terhadap ketiga khalifah maka bagi saya “tidak ada masalah”.

Benarkah Imam Ali menamakan putranya dengan Abu Bakar, Umar dan Utsman?. Tentu untuk menjawab masalah ini tidak ada yang bisa dilakukan kecuali dengan studi literatur. Untuk memudahkan pembahasan maka akan dibahas satu persatu.


Putra Imam Ali Yang Bernama Abu Bakar

Syaikh Sulaiman bin Shalih Al Khuraasy salah seorang Ulama Salafy yang mengecam Syiah dalam kitabnya As’ilat Qadat Syabab Asy Syiah Ila Al Haq hal 7 mengatakan dengan pasti bahwa Imam Ali menamakan anak-anaknya dengan nama Abu Bakar, Umar dan Utsman yaitu nama ketiga khalifah. Ia berkata

علي رضي الله عنه كما في المصادر الشيعية يسمِّي أحد أبنائه من زوجته ليلى بنت مسعود الحنظلية باسم أبي بكر، وعلي رضي الله عنه أول من سمَّى ابنه بأبي بكر في بني هاشم

Ali radiallahuanhu yang menjadi rujukan Syiah menamakan salah satu dari anak-anaknya dari istrinya Laila binti Mas’ud dengan nama Abu Bakar, dan Ali radiallahuanhu adalah yang pertama dari Bani Hasyim yang menamakan anaknya dengan nama Abu Bakar.

Jika melihat catatan kaki dalam kitab tersebut maka dapat dilihat bahwa Syaikh Sulaiman mengutip dari Kitab Al Irsyad Syaikh Mufid, Kitab Maqatil Ath Thalibiyyin Abu Faraj Al Asbahani dan Tarikh Al Yaqubi. Saya merujuk pada kitab-kitab yang disebutkan oleh Syaikh dan ternyata terdapat penyimpangan yang dilakukan oleh Syaikh Sulaiman.

Dalam kitab Al Irsyad Syaikh Mufid hal 354 memang disebutkan nama anak-anak Imam Ali dan pada bagian anak Laila binti Mas’ud disebutkan

ومحمّدُ الأصغر المكًنّى أبا بكرٍ وعًبَيْدُاللهِ الشّهيدانِ معَ أخيهما الحسينِ عليهِ السّلامُ بالطّفِّ ، أُمُّهما ليلى بنتُ مسعود الدّارميّةُ

Muhammad Al Asghar dengan kunniyah Abu Bakar dan Ubaidillah yang syahid bersama saudaranya Al Husain Alaihissalam, Ibu mereka adalah Laila binti Mas’ud Ad Darimiyah.

Jadi Abu Bakar itu bukanlah nama sebenarnya tetapi hanyalah nama panggilan atau kunniyah sedangkan nama Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib sebenarnya adalah Muhammad Al Asghar. Hal ini berarti Imam Ali tidaklah menamakan putranya dengan nama Abu Bakar melainkan Muhammad.

Dalam Kitab Maqatil Ath Thalibiyyin Abu Faraj Al Asbahani hal 56, beliau mengatakan pada bagian “Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib”

لم يعرف اسمه ، وامه ليلى بنت مسعود بن خالد بن مالك بن ربعي بن سلم بن جندل بن نهشل بن دارم بن مالك بن حنظلة بن زيد مناة بن تميم

Tidak diketahui namanya, dan ibunya adalah Laila binti Mas’ud bin Khalid bin Malik bin Rabi’ bin Aslam bin Jandal bin Nahsyal bin Darim bin Malik bin Hanzhalah bin Zaid Manat bin Tamim.

Abu Faraj Al Asbahani mengaku tidak mengetahui nama asli Abu Bakar bin Ali, dalam hal ini ia menganggap bahwa Abu Bakar adalah nama panggilan atau kunniyah. Memang dalam kitab Tarikh Al Yaqubi 1/193 tidak disebutkan siapa namanya hanya menyebutkan Abu Bakar, hanya saja jika memang Syaikh Sulaiman bin Shalih merujuk pada kitab-kitab yang ia sebutkan maka sangat jelas bahwa nama Abu Bakar itu adalah kunniyah bukannya nama asli. Oleh karena itu menyatakan bahwa Imam Ali menamakan anaknya dengan nama Abu Bakar adalah keliru. Di sisi ulama syiah sendiri, Abu Bakar bin Ali dikenal dengan nama Muhammad Al Asghar dan ada pula yang menyatakan namanya Abdullah.

Syaikh Muhammad Mahdi Syamsuddin dalam Kitabnya Ansharu Husain hal 135 memasukkan nama Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib sebagai salah satu dari mereka yang syahid di Karbala, beliau berkata:

قال الاصفهاني : لم يعرف إسمه ( في الخوارزمي : إسمه عبد الله ) . أمه : ليلى بنت مسعود بن خالد بن مالك

Al Asfahani berkata “tidak diketahui namanya” (Al Khawarizmi berkata : namanya Abdullah). Ibunya adalah Laila binti Mas’ud bin Khalid bin Malik.


Sayyid Jawad Syubbar dalam kitabnya Adab Al Thaff 1/57 berkata:

ابو بكر بن علي بن أبي طالب واسمه محمد الأصغر أو عبد الله وأمه ليلى بنت مسعود بن خالد

Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib, namanya Muhammad Al Asghar atau Abdullah dan Ibunya adalah Laila binti Mas’ud bin Khalid.

Jadi disisi Ulama syiah maka Abu Bakar bin Ali bin Abi Thalib adalah nama panggilan yang masyhur sedangkan nama aslinya ada yang mengatakan Muhammad Al Asghar dan ada yang menyatakan Abdullah. Oleh karena itu bagi Ulama Syiah “Imam Ali tidak menamakan anaknya dengan nama Abu Bakar”.

Kalau melihat dari literatur Sunni maka saya pribadi belum menemukan adanya keterangan siapakah nama sebenarnya Abu Bakar, Ibnu Sa’ad dalam At Thabaqat Kubra 3/19 hanya menyebutkan bahwa Abu Bakar adalah putra dari Ali bin Abi Thalib dari istrinya Laila binti Mas’ud, tetapi keterangan Abul Faraj Al Asbahani dalam Maqatil Ath Thalibiyyin di atas sudah cukup untuk menyatakan bahwa Abu Bakar itu adalah nama panggilan atau kunniyah. Abu Faraj Al Asbahani memang dikatakan oleh Adz Dzahabi sebagai Syiah tetapi menurut beliau Abu Faraj seorang yang jujur.

Adz Dzahabi berkata tentang Abul Faraj Al Asbahani dalam kitabnya Mizan Al Itidal 3/123 no 5825:

والظاهر أنه صدوق

Yang jelas, dia seorang yang jujur.

Dalam Siyar A’lam An Nubala 16/201, Adz Dzahabi berkata kalau Abul Faraj Al Asbahani adalah seorang pakar sejarah, lautan ilmu, tahu tentang nasab, hari-hari bangsa arab dan menguasai syair. Adz Dzahabi juga menegaskan bahwa salah satu tulisannya adalah Maqatil Ath Thalibiyyin, kemudian pada akhirnya Adz Dzahabi berkata “la ba’sa bihi” atau tidak ada masalah dengan dirinya.

Dalam Lisan Al Mizan jilid 4 no 584, Ibnu Hajar juga mengatakan hal yang sama dengan Adz Dzahabi bahwa Abul Faraj seorang yang jujur. Ibnu Hajar juga berkata

وقد روى الدارقطني في غرائب مالك عدة أحاديث عن أبي الفرج الأصبهاني ولم يتعرض

Ad Daruquthni meriwayatkan sejumlah hadis dari Abul Faraj Al Asbahani dalam Ghara’ib Malik tanpa membantah atau menolak riwayatnya.

Semua keterangan di atas menyimpulkan baik di sisi Sunni maupun Syiah nama Abu Bakar putra Imam Ali adalah nama panggilan yang masyhur untuknya, sehingga dapat disimpulkan bahwa Imam Ali tidak menamakan putranya dengan nama Abu Bakar. Selain itu Abu Bakar adalah panggilan yang masyhur dan tidak hanya dimiliki oleh Abu Bakar khalifah pertama yang nama aslinya sendiri adalah Abdullah bin Utsman.

Dalam Kitab Al Ishabah Ibnu Hajar 4/26 no 4570 disebutkan salah seorang sahabat Nabi yang bernama Abdullah bin Abu Bakar bin Rabi’ah, di kitab Al Ishabah 4/90 no 4685 disebutkan bahwa Abdullah bin Zubair salah seorang sahabat Nabi juga memiliki kunniyah Abu Bakar dan dalam Al Ishabah 7/44 no 9625 terdapat salah seorang sahabat yang dipanggil dengan Abu Bakar Al Laitsiy yang nama aslinya adalah Syadad bin Al Aswad. Keterangan ini menunjukkan bahwa kunniyah Abu Bakar tidak mutlak milik khalifah pertama dan bisa disematkan pada siapa saja.


Putra Imam Ali Yang Bernama Umar

Syaikh Sulaiman bin Shalih juga menyebutkan dalam As’ilat Qadat Syabab Asy Syiah Ila Al Haq hal 5:

رقية بنت علي بن أبي طالب، عمر بن علي بن أبي طالب ـ الذي توفي في الخامسة والثلاثين من عمره
وأمهما هي: أم حبيب بنت ربيعة

Ruqayyah binti Ali bin Abi Thalib, Umar bin Ali bin Abi Thalib yang wafat pada usia 35 tahun. Ibu mereka adalah Ummu Hubaib binti Rabi’ah.

Dalam hal ini memang benar nama putra Imam Ali tersebut adalah Umar, tetapi tidak benar jika dikatakan Imam Ali menamakan putranya Umar karena yang menamakan Umar adalah Khalifah Umar bin Khattab.

Adz Dzahabi menyebutkan dalam As Siyar A’lam An Nubala 4/134 biografi Umar bin Ali bin Abi Thalib:

ومولده في أيام عمر فعمر سماه باسمه ونحله غلاما اسمه مورق

Beliau lahir pada masa khalifah Umar dan Umar menamakan dengan namanya, kemudian memberikan kepadanya budak yang bernama Mawraq.

Al Baladzuri dalam Ansab Al Asyraf hal 192 juga mengatakan hal yang sama:

وكان عمر بن الخطاب سمى عمر بن علي باسمه ووهب له غلاما سمي مورقا

Umar bin Khattab menamakan Umar bin Ali dengan namanya dan memberikan kepadanya budak yang bernama Mawraq.

Jadi pernyataan Syaikh Sulaiman Al Khuraasy bahwa Imam Ali menamakan anaknya dengan nama Umar adalah keliru, yang benar Umarlah yang menamakan anak Imam Ali dengan nama Umar.
Sebagian pengikut salafy yang mengetahui fakta ini tetap saja berdalih dan terus mengecam syiah, mereka mengatakan kalau memang Imam Ali membenci dan melaknat Umar maka tidak mungkin beliau mau anaknya dinamakan oleh Khalifah Umar dengan namanya. Cara berpikir seperti ini keliru. Keputusan Imam Ali yang membiarkan anaknya dengan nama Umar bukan berarti beliau mengagumi Umar bin Khattab dan bukan berarti pula saya mengatakan Imam Ali membenci dan melaknat Umar. Dalam hal ini nama Umar adalah nama yang umum sehingga tidak ada masalah bagi Imam Ali untuk menerimanya. Bahkan nama Umar adalah nama salah satu dari anak tiri Nabi yaitu Umar bin Abi Salamah yang dalam sejarah hidupnya pernah diangkat sebagai gubernur Bahrain oleh Imam Ali dan beliau sahabat yang tetap setia kepada Imam Ali dalam Perang Jamal. Oleh karena itu nama Umar bagi Imam Ali bukanlah nama yang jelek sehingga beliau harus menolaknya.


Dalam Al Ishabah Ibnu Hajar 4/588-597 didapatkan banyak sahabat yang bernama Umar diantaranya

* Umar bin Hakim Al Bahz (Al Ishabah no 5739)
* Umar bin Khattab (Al Ishabah no 5740)
* Umar bin Sa’ad Al Anmari (Al Ishabah no 5741)
* Umar bin Sa’id bin Malik (Al Ishabah no 5742)
* Umar bin Sufyan bin Abad (Al Ishabah no 5743)
* Umar bin Abi Salamah (Al Ishabah no 5744)
* Umar bin Ikrimah bin Abi Jahal (Al Ishabah no 5745)
* Umar bin Amr Al Laitsi (Al Ishabah no 5746)
* Umar bin Umair Al Anshari (Al Ishabah no 5747)
* Umar bin Auf An Nakha’i (Al Ishabah no 5748)
* Umar bin La Haq (Al Ishabah no 5749)
* Umar bin Malik (Al Ishabah no 5750)
* Umar bin Malik bin Utbah (Al Ishabah no 5751)
* Umar bin Muawiyah (Al Ishabah no 5753)
* Umar bin Wahab Ats Tsaqafi (Al Ishabah no 5754)
* Umar bin Yazid (Al Ishabah no 5755)

Jadi nama Umar adalah nama yang umum di kalangan sahabat dan tidak selalu mesti merujuk pada Khalifah Umar. Intinya Imam Ali tidak menganggap nama Umar sebagai nama yang jelek sehingga beliau harus menolaknya. Khalifah Umar boleh saja menganggap nama Umar bin Ali itu berasal dari namanya tetapi tidak bisa dikatakan kalau bagi Imam Ali nama Umar mesti merujuk pada Umar bin Khattab karena bisa saja dikatakan bahwa nama Umar itu adalah nama yang umum sehingga Imam Ali tidak keberatan untuk menerimanya atau nama Umar itu bagi Imam Ali mengingatkannya pada Umar bin Abi Salamah anak tiri Nabi dan salah seorang sahabat yang setia kepada Imam Ali.


Putra Imam Ali yang bernama Utsman

Syaikh Sulaiman bin Shalih Al Khurasy mengatakan dalam As’ilat Qadat Syabab Asy Syiah Ila Al Haq hal 4:

عباس بن علي بن أبي طالب، عبدالله بن علي بن أبي طالب، جعفر بن علي ابن أبي طالب، عثمان بن علي بن أبي طالب أمهم هي: أم البنين بنت حزام بن دارم

Abbas bin Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Ali bin Abi Thalib, Ja’far bin Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Ali bin Abi Thalib. Ibu mereka adalah Ummul Banin binti Hizam bin Darim.

Saya katakan memang benar Imam Ali memiliki satu putra yang bernama Utsman bin Ali bin Abi Thalib. Tetapi lagi-lagi keliru kalau dikatakan nama Utsman mesti merujuk pada Khalifah Utsman. Nama Utsman adalah nama yang umum pada masa Jahiliyah dan masa Nabi. Ayah Abu bakar khalifah pertama bernama Utsman bin Amir. Dalam kitab Thabaqat Ibnu Sa’ad 3/169 disebutkan bahwa nama sebenarnya Ayah Abu Bakar yang bergelar Abu Quhafah adalah Utsman bin Amir bin Amru bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah. Bukankah ini berarti nama Utsman sudah ada pada masa jahiliyah.

Pada masa sahabat cukup banyak sahabat yang bernama Utsman. Saya menemukan lebih dari 20 orang sahabat yang bernama Utsman seperti yang tertera dalam Al Ishabah 4/447 no 5436 sampai 4/463 no 5461 diantaranya (hanya disebutkan sebagian)

* Utsman bin Hakim (no 5437)
* Utsman bin Hamid bin Zuhayr (no 5438)
* Utsman bin Hunaif Al Anshari, Imam Tirmidzi mengatakan kalau beliau ikut perang Badar (no 5439)
* Utsman bin Said Al Anshari (no 5442)
* Utsman bin Amir, Abu Quhafah (no 5446)
* Utsman bin Utsman Ats Tsaqafi (no 5451)
* Utsman bin Affan (no 5452)
* Utsman bin Mazh’un (no 5457)

Jadi nama Utsman itu adalah nama yang umum dan tidak bisa langsung dikatakan begitu saja merujuk pada Utsman bin Affan. Lagipula Abul Faraj Al Asbahani menyebutkan bahwa nama Utsman putra Ali dinamakan oleh Imam Ali dengan merujuk pada Utsman bin Mazh’un. Hal ini disebutkan dalam Maqatil Ath Thalibiyyin hal 55 ketika menerangkan tentang “Utsman bin Ali bin Abi Thalib”.

روى عن علي أنه قال . إنما سميته باسم أخي عثمان ابن مظعون

Diriwayatkan dari Ali yang berkata “Sesungguhnya aku menamakannya dengan nama saudaraku Utsman bin Mazh’un”.

Utsman bin Mazh’un adalah salah seorang sahabat Nabi yang cukup dikenal keutamaannya. Beliau wafat di masa Nabi SAW setelah perang Badar. Terkenal ucapan Nabi SAW atas beliau ketika salah satu putri Nabi SAW meninggal, beliau SAW berkata

الحقي بسلفنا الصالح الخير عثمان بن مظعون

Susullah pendahulu kita yang shalih lagi baik Utsman bin Mazh’un

Hadis ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad Ahmad no 2127 dan dishahihkan Syaikh Ahmad Syakir dalam Syarh Musnad Ahmad. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa Imam Ali memang menamakan putranya dengan nama Utsman yang merujuk pada Utsman bin Mazh’un.


Kesimpulan

Ada tiga kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan ini
1. Imam Ali tidak menamakan putranya dengan nama Abu Bakar karena Abu Bakar adalah nama panggilan
2. Imam Ali tidak menamakan putranya dengan nama Umar tetapi Khalifah Umar yang memberi nama Umar dan Imam Ali menerima nama tersebut karena nama Umar mengingatkan Beliau akan nama Umar bin Abi Salamah seorang sahabat yang setia kepada Imam Ali.
3. Imam Ali menamakan putranya dengan nama Utsman yang diambil dari nama Utsman bin Mazh’un


Ibnu jakfari menanggapi :

Imam Ali as. Tidak Menamakan Putranya Dengan Nama Umar!

Tidak jarang sebagian juru kampaye sekte Wahhabi melontarkan pernyataan bahwa Imam Ali as. telah memberi nama putra beliau dengan nama Umar sebagai bukti keintaan dan pengagungan kepada Umar ibn al Khaththab… Akan tetapi hal itu hanya sekedar isu yang tidak samar lagi tendensinya!

Namun ketika kita meneliti data-data sejarah yang ada, akan kita menemukan bahwa Imam Ali as. tidak pernah menamai putranya itu dengan nama Umar! Khalifah Umar lah yang menamai bocah itu dengan nama Umar… dan akhirnya nama itu melekat dikenal di kalangan sebagian kaum Muslimin… mengingat Umar sekalu Khalifah umat Islam telah menyebut-nyebut bocah itu dengan nama Umar!


Perhatikan beberapa kutipan sejarah di bawah ini:

Adz Dzahabi (yang sangat dibanggakan kaum Wahhabi) melaporkan ketika menyebut data sejarah Umar putra Ali ibn Abi Thalib:
ومولده في أيام عمر ، فعمر سماه باسمه ، ونحله عبده مورقا.

“Ia lahir di masa kekhalifahan Umar. Maka Umar menamainya dengann namanya (Umar) dan Umar memberikan kepadanya seorang budak sahayanya bernama Mauraq.” (Baca Siyar A’lâm an Nubalâ’:4/134)

Al Balâdzuri seorang sejarahwan Sunni terkenal juga melaporkan dalam Ansâb al Asyrâf:192:
وكان عمر بن الخطاب سمى عمر بن علي باسمه ووهب له غلاما سمي مورقا.

“Dan adalah Umar ibn al Khtahthab telah menamakan Umar putra Ali dengan namanya. Dan ia menganugerehkan kepada budak sahayanya yang bernama Mauraq.”

Dari sini jelaslah bagi kita bahwa yang menamakan putra Ali dengan nama Umar bukan Imam Ali as., akan tetapi Khalifah Umar ibn al Khaththab. Dan setelahnya nama itu melekat pada bocah tersebut hingga dewasa.

Dan dengan demikian tidaklah berharga fitnah yang dibesar-besar sebagian juru kampenye sekte Wahhabi bahwa pemberian nama itu mencerminkan kecintaan dan pengagungan Imam Ali as. kepada Umar!

Bukti-bukti sejarah di atas bukan tidak diketahui oleh mereka, akan tetapi para juru kampanye Wahhabi memang senang menikmati kajahilan kaum awam dengan menyebarkan isu dan fitnah murahan!

Selain itu, andai benar Imam Ali as. yang memberi nama putranya dengan nama Umar, apa itu bererti secara tegas menunjukkan kecintaan dan atau mengagungannya terhadap Khalifah Umar?!

Lagi pula, jika Anda menyempatkan diri melecak nama-nama sahabat Nabi saw. dalam kitab al Ishâbah karya Ibnu Hajar Anda pasti akan menemukan tidak kurang dari dua puluh sahabat bernama Umar, salah satunya adalah Umar ibn al Khaththab.

Hal lain dalam sejarah disebutkan bahwa Imam Ali Zainal Abidin putra Imam Husain as. telah menamakan putra beliau dengan nama Ubaidullah. Lalu apakah itu artinya beliau mencintai Ubaidulah ibn Ziyâd yang tangannya telah berlumuran darah suci Ahlulbait Nabi saw. di Karbala’? dan yang semua kaum Muslimin membencinya dan mengutuknya kecuali para munafikun!

Jadi berdalil dengan kepalsuan sama sekali tidak akan mampu menegakkan kebenaran… dan sekedar berdalil dengan penamaan –andai benar terjadi- tidak cukup! Ia masih multi dalâlah dan interpretasi!!

(Hauzah-Maya/Balaghah/Satu-Islam/Islam-Quest/Scondprince/jakfari/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: