Pesan Rahbar

Home » » NU Kembali Tegaskan Syiah Bukan Aliran Sesat (Rujuk: Lihat Pada Berita Satu Dan NU)

NU Kembali Tegaskan Syiah Bukan Aliran Sesat (Rujuk: Lihat Pada Berita Satu Dan NU)

Written By Unknown on Sunday, 14 September 2014 | 17:06:00



Umar Shahab.
Ketua Dewan Syura Ahlul Bait Indonesia (ABI).


“Kita Tidak Punya Motif Mensyiahkan”

Bagaimana tanggapan Anda terhadap pembakaran rumah dan pengusiran komunitas Syiah di Sampang?
Kita menyayangkan peristiwa itu. Karena, tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari kelompok Syiah. Tempat itu diisukan menjadi tempat mencaci maki Sahabat, mengajarkan aqidah yang berbeda. Itu berita-berita yang tidak benar.Yang diajarkan oleh Ustadz Tajul itu adalah hal-hal yang umum dikenal di Syiah. Bukan hal-hal yang menyimpang dari Syiah. Kita berharap kehidupan di sana, khususnya kehidupan beragama di sana kembali normal.

Ustadz Tajul Muluk aktif di ABI atau di IJABI?
Dia sebelumnya aktif di Ikatan Jamaah Ahul Bait Indonesia (IJABI). Sekarang dekat dengan ABI walau tidak sebagai anggota resmi. Tapi kami wajib peduli kepada pesantren dan masyarakat Syiah yang terusir pada kejadian itu.

Apa saja yang telah dilakukan ABI untuk masyarakat Syiah di Sampang?
ABI melakukan advokasi secara hukum. Pembelaan terhadap mereka dan menunjuk seorang kuasa hukum. Semua langkah hukum yang bisa dilakukan, kita lakukan. Kita sudah ke Komisi III DPR-RI, ke Komnas HAM, dan polisi.Kita harus pisahkan antara dua hal. Pembakaran dan pengusiran adalah tindak kriminal. Kita laporkan kasusnya. Sedangkan sisi kultural, Sunni-Syiah bukan hal yang harus dipertentangkan.

Masyarakat setempat mengatakan Ustadz Tajul sering mencela para Sahabat Nabi SAW dan tokoh-tokoh setempat. Apakah itu konsekuensi dari ajaran Syiah?
Saya tanya langsung ke Ustadz Tajul, apa dia mengajarkan ajaran seperti itu? Jawabnya, sama sekali tidak. Saya pikir dia tidak bohong.Kita tidak pernah mengajarkan caci maki terhadap Sahabat Nabi, apalagi terhadap istri-istri Nabi. Memang orang Syiah mempunyai pandangan yang kritis terhadap Sahabat-sahabat Nabi dibanding orang Sunni.Misalnya, Syiah menolak ‘adalatus shahabah secara umum. Itu kan artinya semua Sahabat adil, dapat dipercaya. Syiah menolak konsep itu. Syiah meyakini sebagian Sahabat adil sebagian Sahabat bermasalah.Menurut Syiah, orang seperti Muawiyyah tidak bisa dipandang sebagai adil. Karena dia memusuhi Ali, melakukan hal-hal yang bertentangan dengan Islam. Orang seperti dia tidak bisa diterima dalam Syiah.

Bukankah ajaran-ajaran yang mencaci-maki Sahabat, meyakini al-Qur`an telah dirubah, itu terdapat dalam kitab-kitab utama ajaran Syiah?
Di Syiah ada satu kesepakatan, semua kitab Hadits baik kitab Hadits Syiah dan Sunni, tidak ada yang dijamin kesahihannya seratus persen. Usul Kaafi adalah kitab paling mu’tabar, terkenal di Syiah. Tapi kitab itu juga tidak lepas dari Hadits-hadits yang dianggap maudhu’ (palsu), dha’if (lemah), dan ditolak oleh Syiah.Ada Hadits-hadits yang mengatakan adanya ayat-ayat al-Qur`an yang berbeda dari al-Qur`an yang ada sekarang ini. Di al-Kaafi, ada Hadits yang mengatakan jumlah al-Qur`an yang sebenarnya tiga kali lipat dari yang beredar di kalangan kaum Muslimin. Nah, Hadits ini maudhu’, ditolak.Lainnya, Hadits-hadits yang ghuluw, atau berlebih-lebihan terhadap para Imam. Termasuk Hadits-hadits yang mencaci maki para Sahabat. Itu Hadits-hadits yang ditolak.

Seperti yang mengatakan para Imam itu ma’shum?
Tidak. Kalau ma’shum itu tidak ghuluw. Ma’shum itu pada tempatnya. Itu memang aqidah Syiah.

Jadi, Hadits seperti apa?
Hadits yang menempatkan para Imam di atas posisinya sebagai manusia. Misalnya, ada riwayat dalam Syiah yang mengatakan para Imam di atas para malaikat dan rasul as. Hadits-hadits seperti itu ditolak oleh para ulama Syiah.

Syiah yang di Indonesia ini termasuk Syiah aliran apa?
Syiah yang ada di Indonesia, Syiah Imamiyah Istnaas’ariyah. Syiah Imamiyah memang aliran yang paling besar dan berkembang di dunia.

Mayoritas Muslim di negeri ini adalah Sunni, apakah Syiah ingin merubah itu?
Kita tidak ada motif mensyiahkan. Saya tidak pernah mengajak sopir dan pembantu saya ikut Syiah. Orangtua saya juga bukan Syiah.


hasyim asy’ari sangat menyesatkan syiah yah, tapi kok gusdur yang nota bene adalah ada hubungan silsilah kok bisanya membela syiah dan tidak menyatakannya sesat malah harus di bela, jadi ikut yang mana? mereka semua adalah ulama yang tidak diragukan pengetahuannya.
Gus Dur (1993) mempersilahkan warga NU untuk masuk Syi’ah.
Gus Dur (1995) menyebut Ayatullah Khomeini sebagai waliyullah atau wali terbesar abad ini.
Adapun masalah sahabat, yang perlu dipertanyakan adalah apakah meyakini semua sahabat Nabi saw itu udul adalah bagian dari iman atau tidak. Jika iya, dan mereka yang mencela, mengkritik dan melaknat sahabat adalah kafir. Maka bagaimana dengan para sahabat itu sendiri yang saling mencela melaknat bahkan membunuh sahabat lainnya. Apa mereka kafir?
Jika anda mempelajari sejarah Islam maka akan anda temukan banyak riwayat valid  seperti itu di hampir semua kitab-kitab sejarah umat Islam, baik Sunni maupun Syiah. Jika menunjukkan dan mengungkapkan kejelekan dan keburukan sahabat merupakan dosa besar, maka hampir semua pengarang kitab hadits dan sejarah termasuk orang yang berdosa besar. Maka tak heran jika ada ulama besar hadits yang menganjurkan untuk menutupi hal-hal tersebut untuk menjaga doktrin sahabat itu wajib adil.
Al-Dzahabi berkata, “Omongan sesama teman jika terbukti dilontarkan dengan dorongan hawa nafsu  atau fanatisme maka ia tidak perlu dihiraukan. Ia harus ditutup dan tidak diriwayatkan, sebagaimana telah ditetapkan bahwa harus menutup-nutupi persengketaan yang terjadi antara para sahabat ra. Dan kita senantiasa melewati hal itu dalam kitab-kitab induk dan juz-juz akan tetapi kebanyakan darinya adalah terputus sanadnya dan dha’if dan sebagian lainnya palsu. Dan ia yang ada di tangan kita dan di tangan para ulama kita. Semua itu harus dilipat dan disembunyikan bahkan harus dimusnahkan. Dan harus diramaikan kecintaan kepada para sahabat dan mendo’akan agar mereka diridhai (Allah), dan merahasiakan hal itu (bukti-bukti persengketaan mereka itu) dari kaum awam dan individu ulama adalah sebuah kawajiban. Dan mungkin diizinkan bagi sebagian orang ulama yang obyektif  dan jauh dari hawa nafsu untuk mempelajarinya secara rahasia dengan syarat ia memintakan ampunan bagi mereka (para sahabat) seperti diajarkan Allah.
Dengan dasar konsep semua sahabat udul itu pula semua peristiwa hitam dan kelam perseteruan sahabat ditafsirkan dan dijelaskan. Terkadang kejelekan yang dilakukan oleh para sahabat ditutupi secara halus. Jika ada riwayat yang menyebutkan nama sahabat yang berbuat buruk, maka diganti dengan fulan, si a, dll. Jika ada perbuatan atau perkataan buruk sahabat maka ditulis kadza, sesuatu, dll.
Fitnah buruk lain yang disematkan pada Syiah adalah Syiah mengkafirkan semua sahabat, kecuali 3 orang. Jika Syiah mengkafirkan semua sahabat, lantas siapa yang membantu Ali dalam perang melawan Aisyah, Thalhah, Zubair, madzhab Khawarij, dan Muawiyah. Mau dikemanakan para sahabat nabi yang mati demi membela Islam dan keluarga Nabi saw? Bagi Syiah sahabat Nabi saw ada yang baik dan ada juga yang buruk. Mereka yang buruk tidak perlu diikuti. Syiah tidak sekedar menuduh jelek seorang sahabat tapi mempunyai bukti valid atas keburukan sahabat tersebut.
 
Anggota Dewan Syura Ahlulbait Indonesia (ABI), Dr Muhsin Labib mengatakan, antara Nahdhatul Ulama (NU) dan Syiah ada kemiripan dilihat  dari beberapa tradisi dan praktek.“Islam Syafi’i adalah mazhab yang paling dekat dengan esoterisme dan Syiah. Baru setelah itu terjadi Syiah dalam jenis lain dan itu di representasikan oleh NU dan membentuk kultur NU,” jelasnya saat menjadi salah satu narasumber dalam seminar Syiah “Menuju Kesepahaman dan Kerukunan Umat Islam” di Gedung Sucofindo, Pasar Minggu, Jakarta, Selasa (18/09/2012).

Ia juga mengungkapkan bahwa NU adalah proses upaya untuk menggabungkan Sunni-Syi’ah.
“NU esoterismenya berwajah Syiah dan eksoteriknya berwajah Sunni-Syafi’i. NU adalah proses untuk upaya menggabungkan keduanya (Sunni-Syiah). Oleh karena itu, tidak heran pada waktu itu Gus Dur mengatakan bahwa NU itu Syi’ah minus Imamah,” ungkapnya.

Lebih jauh, lulusan Qom Iran itu juga mengingatkan agar kalangan NU mewaspadai penumpang-penumpang gelap seperti Yayasan Al-Bayyinat masuk ke tubuh NU menjadi pengurus.
“NU Gusdurian adalah NU yang toleran dan menyejukkan. Jangan sampai penumpang-penumpang gelap seperti Al-Bayyinat masuk ke tubuh NU menjadi pengurus,” katanya mengingatkan.

Selain mencurigai AL Bayyinat, ia juga menduga bahwa ada upaya untuk melemahkan organisasi seperti NU dan menggunting otoritas NU yang dilakukan kaum Salafi.
Menurut Dr. Dinar Dewi Kania, salah satu peneliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilization(INSISTS), esoteris merupakan aspek batin yang tidak ada hubungannya dengan ibadah atau ritual agama. Sedangkan eksoterik merupakan aspek lahir yang berhubungan dengan ritual atau agama.
“Dalam ajaran pluralisme, orang boleh berbeda dalam level eksoterik (ritual atau ibadah) tapi sebenarnya saat di level esoteris, ia sama-sama menuju satu Tuhan yang sama,” ujarnya kepada hidayatllah.com, Rabu (19/09/2012).

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siradj menjelaskan Syiah adalah salah satu sekte Islam yang telah berdiri sejak 14 abad lalu dan tersebar di mana pun di dunia ini dan berpusat di Iran.

Perbedaan mahzab, menurut Said, adalah dinamika dalam kehidupan beragama.”Hal itu tidak bisa dijadikan alasan untuk saling menyerang dan konflik. Syiah bukan aliran sesat, hanya berbeda dengan kami,” kata Said.

Kamis, 20 September 2012 17:12 administrator
Di dalam tradisi agama Islam nusantara, faktanya adalah tradisi keagamaan itu sebagian asal usulnya dari Syiah.Nahdlatul Ulama (NU) kembali menegaskan Syiah bukanlah aliran sesat. Banyaknya masyarakat yang masih merujuk pada pendapat-pendapat lama mengenai Syiah dan membantah informasi yang bertentangan dengan pendapat mereka memicu konflik agama.

“Merujuklah pada pendapat-pendapat kelompok ulama yang benar-benar ulama,” kata Rois Syuriah Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU) Prof. Dr. Masdar F Mas’udi, dalam acara peluncuran dan kajian “Buku Putih Mizhab Syiah” diluncurkan, hari ini.

Masdar khawatir, keberagaman di Indonesia menjadi perbedaan pendapat yang muncul terkait aliran Syiah. Menurutnya, semua pihak harus kembali kepada kesepakatan dan harus mampu menjelaskan kepada masyarakat, terutama orang-orang awam yang kurang mengerti Islam dan komunitas Syiah.
“Di Indonesia, ini menjadi sebuah negeri yang seluruh keyakinan atau fahamnya ada di sini,” ujar  Masdar.
Masdar pun mengatakan, di dalam tradisi agama Islam nusantara, faktanya adalah tradisi keagamaan itu sebagian asal usulnya dari Syiah.

Menurut Masdar, Islam berkembang di nusantara dengan adanya banyak kalangan dan kelompok. Seluruh faham, pandangan, dan ideologi, semuanya dapat dengan mudah diakses di dalam Islam.
“Tapi kemudian muncullah sekelompok orang yang merasa agamanya yang paling benar, terjadliah konflik dan pertumpahan darah,” ujarnya.

Masdar menyarankan permasalahan kesalahpahaman ini ditinjau secara objektif. Ia juga berharap umat Islam bukan umat yang bodoh karena tidak sanggup belajar dari orang lain.
Dia menambahkan pluralisme tidak bisa dihindari di dalam kehidupan masyarakat untuk memahami agama. Masing-masing kelompok agama mempunyai pendukung masing-masing dan kekuasaan yang berbeda-beda, sehingga muncul terjadinya perang.

Dr. Muhsin Labib, MA, salah satu cendikiawan muslim mengatakan yang perlu diperjelas adalah ideologi Syiah yang dikaitkan dengan revolusi Islam di Iran, sehingga hal ini tidak menjadi sebuah benturan dan perbedaan. Di Indonesia, kita terlihat adanya upaya melunturkan komunitas Syiah. “Jangan  sampai orang-orang di luar Syiah menganggap kita eksklusif,” ujar Muhsin.

Kamis, 20 September 2012 17:37 administrator.
Aliran Islam Syiah di Indonesia berbeda dengan Syiah yang berada di India dan Pakistan. Di Indonesia Syiah dituding saling mencaci sahabat. Demikian dikatakan, tokoh agama Syiah, Husein Shahab dalam Dialog Antar Madzab Konstruksi Relasi Syi’ah-Sunni di Indonesia, di Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) PP Muhammadiyah,Jakarta, Selasa (18/9). “Kita harus melihat perbedaan secara positif, karena perbedaan tidak mungkin bisa dihindari, ” tuturnya.

Menurutnya, cara menyelesaikan persoalan ini  tidak dengan dialog tetapi dengan membaca buku. Untuk mengetahui apakah syiah mencaci sahabat, berbuat kafir tentu tidak bukan. Meski memang ada sebagian yang seperti itu.

Syiah telah lama berada di Indonesia, jika kita tidak menerima itu berarti tidak menerima fakta sejarah. “Syiah di Indonesia ini berbaur, kita bisa saling menghormati satu sama lain,” ujarnya.
Sementara, Ketua Dewan Syuro IJABI, Jalaludin Rakhmat, juga menegaskan jika persepsi dan pandangan masyarakat soal syiah karena kesalahpamahan.

“Jadi ada beberapa kesalahpahaman soal Syiah, diantaranya Syiah disebutkan mencaci sahabat, Syiah melaknat sahabat, itu yang dituduhkan, jika ada wktu kita akan buktikan jika tuduhan itu keliru, sekarang ini memang ada upaya-upaya memecah belah Sunni-Syiah secara global, nasional dan internasional,” tegas Kang Jalal.

Rabu, 19 September 2012 17:06 administrator
Masyarakat Muslim Syiah kerap menjadi sasaran kekerasan dari sejumlah kelompok akibat masalah perbedaan Mazhab ini. Menjawab tuduhan sejumlah pihak yang menyebut Syiah bukan mazhab Islam, organisasi Ahlul Bait Indonesia meluncurkan buku putih.Buku yang berjudul ‘Buku Putih Mazhab Syiah Menurut Ulama Syiah Yang Muktabar: Sebuah Uraian untuk Kesepahaman Demi Kerukunan Umat Islam’ itu diterbitkan Ahlul Bait Indonesia sebagai jawaban atas berbagai tuduhan yang dinilai sebagai fitnah terhadap Syiah.

“Kita meluncurkan buku putih ini karena harapan guru-guru kita belum tercapai. Beliau mengharapkan bahwa dalam mazhab Islam, suatu hari dapat bersatu. Tokoh-tokoh muslim dari bebagai mazhab dapat duduk bersama untuk melayani secara umum dan umat muslim secara khusus,” ujar Ketua DPP Ahlul Bait Indonesia, Hasan Alaydrus dalam peluncuran buku tersebut di gedung Graha Sucofindo, Jalan Pasar Minggu Raya, Jakarta Selatan, Selasa (18/9/2012).

Menurut Hasan, sampai hari ini selalu muncul pejuang sektarian yang mengatasnamakan kelompok tertentu dan mengkafirkan kelompok lain. Hal tersebut sangat disayangkan.
“Katakan teman-teman Jatim, jangan suka mengkafirkn Syiah,” tuturnya. “Hari gini masih mengkafirkan Syiah,” cetus Hasan mengutip tokoh NU, Salahudin Wahid.

Sementara itu, Ketua Pusat Studi Al Quran (PSQ), Quraish Shihab mengatakan acara peluncuran buku putih ini merupakan bagian dari upaya untuk membangun pemahaman dan kesatuan di antara umat muslim Indonesia. Sebab menurutnya, tidak akan ada persatuan tanpa saling memahami.

“Ada dua acara, pertama peluncuran buku putih dan membicarakan kesepahaman menuju persatuan. Dua acara ini menyatu , tidak ada persatuan tanpa adanya kesepahaman. Tidak ada kesepahaman kalau kita tidak memahami diri kita dan orang lain,” tuturnya.

Menurutnya, semua ulama Islam sepakat untuk tidak mengkafirkan orang lain. Ada perkembangan pemikiran termasuk keagamaan yang mempengaruhi banyak faktor sehingga semua mazhab apapun pasti telah tejadi perubahan-perubahan sedikit atau banyak. “Ada perkembangan pemikiran. Kita harus membedakan pendapat ulama dengan pendapat orang awam,” imbuhnya.

“Salah satu masalah adalah anda mengambil pendapat-pendapat satu kelompok kemudian menyangka bahwa itu adalah suatu kelompok yang lain lalu atas atas dasarnya anda menyesatkan kelompok yang lain. Ini karena tidak faham. Saya lihat di sisi sunnahpun begitu. Semua sepakat bahwa jangan mudah mengkafirkan orang lain,” kata mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini.

Mengutip pendapat Imam Ghazali Prof. Quraish menegaskan “Kalau seandainya anda mendengar kalimat yang diucapkan oleh seseorang dan sekelompok orang lainnya 99% diantaranya menunjukkan bahwa yang bersangkutan kafir, namun masih ada 1% yang memungkinkan dia dinilai beriman maka jangan kafirkan dia.” jelas mantan Menteri Agama ini.

Dalam peluncuran buku itu, hadir pula sejumlah cendekiaan muslim seperti Prof Dr Masdar F Mas’udi (Rois Syuriah Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU), Prof Dr Zainun Kamal (Guru Besar UIN Jakarta), Prof Dr Irman Putra Sidin (Pakar Hukum Tata Negara), Umar Shahab (Ketua Dewan Syuro Ahlul Bait), dan Muchsin Labib.



Pendiri NU salah tafsir ketika menuduh syi’ah menjelek-jelekkan Sahabat dan isteri Nabi.


Nasional .
DINAMIKA NU,
PBNU Dinilai Bela Syi’ah.
Sikap PBNU yang selama ini terkesan tidak berpihak pada kepentingan NU dalam beberapa kasus, menuai kegerahan di kalangan NU sendiri. Salah kasus yang sempat menjadi sorotan adalah sikap PBNU terhadap maraknya aliran syi’ah.
Menurut Ketua Lembaga Bahtsul Masa’il Nahdlatul Ulama (LBM NU) Jember, Ust. Idrus Ramli, PBNU terkesan melakukan pembelaaan terhadap kelompok syi’ah. Dalam beberapa dokumen cermahnya yang sudah beredar luas, kata Idrus, jelas sekali KH. Said Aqil memberikan pembelaan terhadap apa yang dilakukan syiah, ulah Syiah itu seolah-seolah dapat dukungan dari PBNU dengan dalih pluralisme dan demokrasi.



Buku Putih Mazhab Syiah.
Di dalam tradisi agama Islam nusantara, faktanya adalah tradisi keagamaan itu sebagian asal usulnya dari Syiah. 

Nahdlatul Ulama (NU) kembali menegaskan Syiah bukanlah aliran sesat. Banyaknya masyarakat yang masih merujuk pada pendapat-pendapat lama mengenai Syiah dan membantah informasi yang bertentangan dengan pendapat mereka memicu konflik agama.

“Merujuklah pada pendapat-pendapat kelompok ulama yang benar-benar ulama,” kata Rois Syuriah Am Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU) Prof. Dr. Masdar F Mas'udi, dalam acara peluncuran dan kajian “Buku Putih Mizhab Syiah” diluncurkan, hari ini. 

Masdar khawatir, keberagaman di Indonesia menjadi perbedaan pendapat yang muncul terkait aliran Syiah. Menurutnya, semua pihak harus kembali kepada kesepakatan dan harus mampu menjelaskan kepada masyarakat, terutama orang-orang awam yang kurang mengerti Islam dan komunitas Syiah. 

"Di Indonesia, ini menjadi sebuah negeri yang seluruh keyakinan atau fahamnya ada di sini,” ujar  Masdar. 

Masdar pun mengatakan, di dalam tradisi agama Islam nusantara, faktanya adalah tradisi keagamaan itu sebagian asal usulnya dari Syiah. 

Menurut Masdar, Islam berkembang di nusantara dengan adanya banyak kalangan dan kelompok. Seluruh faham, pandangan, dan ideologi, semuanya dapat dengan mudah diakses di dalam Islam. 

“Tapi kemudian muncullah sekelompok orang yang merasa agamanya yang paling benar, terjadliah konflik dan pertumpahan darah,” ujarnya. 

Masdar menyarankan permasalahan kesalahpahaman ini ditinjau secara objektif. Ia juga berharap umat Islam bukan umat yang bodoh karena tidak sanggup belajar dari orang lain. 

Dia menambahkan pluralisme tidak bisa dihindari di dalam kehidupan masyarakat untuk memahami agama. Masing-masing kelompok agama mempunyai pendukung masing-masing dan kekuasaan yang berbeda-beda, sehingga muncul terjadinya perang. 

Dr. Muhsin Labib, MA, salah satu cendikiawan muslim mengatakan yang perlu diperjelas adalah ideologi Syiah yang dikaitkan dengan revolusi Islam di Iran, sehingga hal ini tidak menjadi sebuah benturan dan perbedaan. Di Indonesia, kita terlihat adanya upaya melunturkan komunitas Syiah. “Jangan  sampai orang-orang di luar Syiah menganggap kita eksklusif,” ujar Muhsin.

(Berita-Satu/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: