Pesan Rahbar

Home » » SALAWAT KEPADA NABI

SALAWAT KEPADA NABI

Written By Unknown on Friday, 14 November 2014 | 12:14:00


Allahumma Salli 'Ala Muhammad wa Ali Muhammad

Ayat Salawat.
           
Iaitu firmanNya di dalam (Surah al-Ahzab (33):56):"Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya."
           
Imam Syafi'i dalam Musnadnya berkata: Ibrahim bin Muhammad telah memberitahukan kami bahawa Safwan bin Sulaiman telah memberitahukan kami daripada Abi Salmah daripada 'Abdu r-Rahman daripada Abu Hurairah dia bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana kami bersalawat ke atas anda? Maka Rasulullah SAW menjawab: Kalian berkata: Allahumma Salli 'Ala Muhammad wa Ali Muhammad (al-Musnad, II, hlm. 97).
           
Ibn Hajr di dalam al-Sawa'iq al-Muhriqah (al-Sawa'iq al-Muhriqah, hlm. 144) mencatat riwayat daripada Ka'ab bin Ijrah. Dia berkata: Apabila turun ayat ini, kami bertanya wahai Rasulullah! Kami mengetahui bagaimana kami memberi salam ke atas anda. Tetapi kami tidak mengetahui bagaimana kami bersalawat ke atas anda? Maka beliau SAW bersabda: Kalian katakanlah Allahumma Salli 'Ala Muhammad wa Ali Muhammad. Dan diriwayatkan daripada Nabi SAW, berliau bersabda: Janganlah kalian bersalawat ke atasku dengan salawat yang terputus. Lalu mereka bertanya: Apakah salawat terputus itu? Beliau menjawab: Kalian berkata: Allahumma Salli 'Ala Muhammad, kemudian kalian berhenti. Justeru itu katakan: Allahumma Salli 'Ala Muhammad wa Ali Muhammad.
           
Al-Qurtubi di dalam Jami' li-Ahkam al-Qur'an (al-Jami' li-Ahkam al-Qur'an, XIV, hlm. 233) menegaskan bahawa Ahlu l-Bait Nabi SAW dihubungkaitkan dengan Nabi SAW di dalam salawat ke atasnya. Sementara Ibn 'Arabi di dalam Ahkam al-Qur'an ( Ahkam al-Qur'an, I, hlm. 184) mengatakan bahawa ayat al-Mawaddah diturunkan kepada Nabi SAW dan Ahlu l-Baitnya yang disucikan.
           
Di sini dikemukakan sebahagian daripada riwayat-riwayat para ulama Ahlu s-Sunnah yang mengatakan bahawa ayat tersebut diturunkan kepada Nabi SAW dan Ahlu l-Baitnya seperti berikut:
1. al-Bukhari dalam Sahihnya, VI, hlm. 12
2. Al-Wahidi dalam Asbab al-Nuzul, hlm. 271.
3. al-Baghawi dalam Ma'alim al-Tanzil, V, hlm. 225.
4. al-Hakim dalam al-Mustadrak, III, hlm. 148.
5. Fakhruddin al-Razi dalam Mafatih al-Ghaib, XV, hlm. 226.
6. al-Hafiz Abu Nu'aim al-Isfahani dalam Akhbar Isfahani, I, hlm. 31.
7. al-Hafiz Abu Bakr al-Khatib dalam Tarikh Baghdad, VI, hlm. 216.
8. Ibn 'Abd al-Birr dalam Tajrid al-Tawhid, hlm. 85.
9. al-Nisaburi dalam al-Tafsir, XX, hlm. 30.
10. al-Alusi dalam Ruh al-Ma'ani, XXII, hlm. 22.
11. Muhibuddin al-Tabari dalam Dhakha'ir la-'Uqba, hlm. 19.
12. al-Nawawi dalam Riyadh al-Salihin, hlm. 155.
13. Ibn Kathir dalam al-Tafsir, III, hlm. 506.
14. Al-Tabari dalam al-Jami' li Ahkam al-Qur'an, XX, hlm. 27.
15. al-Khazin dalam al-Tafsir, V, hlm. 226.
16. al-Suyuti dalam al-Durr al-Manthur, V, hlm. 215; Bughyah al-Wu'at, hlm. 442.
17. al-Syaukani dalam Fath al-Qadir, IV, hlm. 293.
18. Abu Bakr al-Hadhrami dalam Rasyfah al-Sadi, hlm. 24.
19. al-Sayyid Ibrahim Naqib, dalam al-Bayan wa Ta'rif, I, hlm. 134.
20. Muhammad Idris al-Hanafi dalam al-Ta'liq al-Sahih fi Syarh al-Masabih, I, hlm. 401 & 402 telah meriwayatkan hadith ini dengan sanad yang banyak dan bermacam-macam. Semuanya meliputi salawat ke atas Nabi SAW dan Ahlu l-Baitnya.

Ahlulbait Nabi

Berdasarkan hadits-hadits mutawatir yang kesahihannya diakui oleh semua Muslim, Rasulullah SAW telah mengabarkan kepada pengikut-pengikut beliau pada berbagai kesempatan bahwa beliau akan meninggalkan dua barang berharga dan bahawa jika kaum Muslim berpegang erat pada keduanya, mereka tidak akan tersesat setelah beliau tiada. Kedua barang berharga tersebut adalah Kitabullah dan Ahlulbait Nabi as.

Diriwayatkan dalam Shahih Muslim, dan juga dalam sumber-sumber lainnya, bahwa sepulang dari Haji Wada, Rasulullah SAW berdiri di samping sebuah telaga yang dikenal sebagai Khum (Ghadir Khum) yang terletak antara Mekkah dan Madinah. Kemudian beliau memuji Allah dan berzikir kepadaNya, dan lalu bersabda,
“Wahai manusia, camlah! Rasanya sudah dekat waktunya aku hendak dipanggil (oleh Allah SWT), dan aku akan memenuhi Panggilan itu. Camlah! Aku meninggalkan bagi kalian dua barang berharga. Yang pertama adalah Kitabullah, yang didalamnya Terdapat cahaya dan petunjuk. Yang lainnya adalah Ahlulbaitku. Aku ingatkan kalian, atas nama Allah, tentang Ahlulbaitku! Aku ingatkan kalian, atas nama Allah, tentang Ahlulbaitku! Aku ingatkan kalian, atas nama Allah, tentang Ahlulbaitku (tiga Kali)! 1

Meskipun ada fakta bahwa penyusun Shahih Muslim dan ahli-ahli hadis lain telah mencatat hadis di atas dalam kitab-kitab shahih mereka, sayang bahwa majoriti Muslim tidak menyedari keberadaan Ahlulbait tersebut, bahkan ada yang menolaknya sama sekali. Kontra argumen mereka adalah sebuah hadis yang lebih mereka kenali yang dicatat oleh Hakim dalam al-Mustadrak-nya berdasarkan riwayat Abu Hurairah yang menyatakan bahwa Rasulullah berkata, “Aku tinggalkan di antara kalian dua barang yang jika kalian mengikutinya, kalian tidak akan tersesat setelahku;  Kitabullah dan Sunnahku!”

Tiada keraguan bahwa semua Muslim dituntut untuk mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW. Namun, pertanyanya adalah Sunnah mana yang asli dan Sunnah mana yang dibuat-buat belakangan, dan Sunnah palsu mana yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Menjejaki sumber-sumber laporan Abu Hurairah yang menyatakan hadis versi ‘Quran dan Sunnah’, kami menemukan bahwa hadis itu tidak dicatat dalam enam koleksi hadis sahih (Shihah as-Sittah). Tidak hanya itu, bahkan Bukhari, Nasa’i, Dzahabi dan masih banyak yang lainnya, menyatakan bahwa hadis ini lemah kerana sanatnya lemah. Meski dicatat bahwa meskipun kitab milik Hakim adalah sebuah koleksi hadis yang penting, tetapi kitab ini dipandang rendah dibandingkan dengan enam koleksi utama hadis-hadis. Sementara itu, Shahih Muslim (yang menyebutkan ‘Quran dan Ahlulbait’) menepati urutan kedua dalam enam koleksi hadis tersebut.

Tirmidzi melaporkan bahwa versi ‘Quran dan Ahlulbait’ terujuk pada lebih dari 30 sahabat. Ibnu Hajar Haitsami telah melaporkan bahwa dia mengetahui bahwa lebih dari 20 sahabat juga mempersaksikannya.

Sementara versi ‘Quran dan Sunnah’ hanya dilaporkan oleh Hakim melalui hanya satu sumber. Jadi, mesti disimpulkan bahwa versi ‘Quran dan Ahlulbait’ adalah jauh lebih bisa dipegang. Lebih-lebih, Hakim sendiri juga menyebut versi ‘Quran dan Ahlulbait’ dalam kitabnya (al-Mustadrak) melalui beberapa rantai otoritas (isnad), dan menegaskan bahwa versi ‘Quran dan Ahlulbait’ adalah hadis yang sahih sesuai berdasarkan kriteria yang digunakan oleh Bukhari dan Muslim, hanya saja Bukhari tidak meriwayatkannya.

Lebih jauh kata ‘Sunnah’ sendiri tidak memberikan landasan pengetahuan. Semua Muslim, tanpa memandang kepercayaan mereka, mengklaim bahwa mereka mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW. Perbedaan di antara kaum Muslim muncul dari perbedaan jalur periwayatan hadis-hadis Nabi Muhammad SAW. Sedangkan hadis-hadis tersebut bertindak sebagai penjelas atas makna-makna Quran, yang keasliannya disepakati oleh semua Muslim. Maka, perbedaan jalur periwayatan hadis yang ada pada gilirannya mengantarkan pada perbedaan interpretasi atas Quran dan Sunnah Nabi – telah menciptakan berbagai versi Sunnah. Semua Muslim, jadinya terpecah ke dalam berbagai mazhab, golongan, dan sempalan, yang diyakini berjumlah sampai 73 golongan. Semuanya mengikuti Sunnah versi mereka sendiri yang mereka klaim sebagai Sunnah yang benar. Kalau demikian, kelompok mana yang mengikuti Sunnah Nabi? Golongan manakah dari 73 golongan yang cemerlang, dan akan tetap bertahan? Selain hadis yang disebut dalam Shahih Muslim di atas, hadis sahih berikut ini memberikan satu-satunya jawaban detail terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Rasulullah SAW telah bersabda:
“Aku tinggalkan di antara kalian dua ‘perlambang’ yang berat dan berharga, yang jika kalian berpegang erat pada keduanya kalian tidak akan tersesat setelahku. Mereka adalah Kitabullah dan keturunanku, Ahlulbait-ku. Yang Pemurah telah mengabariku bahwa keduanya tidak akan berpisah satu sama lain hingga mereka, datang menjumpaiku di telaga (surga)” 2

Tentu saja, setiap Muslim harus mengikuti Sunnah Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi, hadis yang telah disebut di atas memberikan bukti bahwa setiap apa yang disebut sebagai Sunnah, yang bertentangan dengan Ahlulbait, adalah bukan Sunnah yang asli melainkan Sunnah yang diadakan belakangan oleh beberapa individu yang menyokong para tiran. Ahlulbait Nabi, yakni orang-orang yang tumbuh dalam keluarga Nabi, adalah orang yang lebih mengetahui tentang Sunnah Nabi dan pernik-perniknya dibandingkan dengan orang-orang selain mereka, sebagaimana dikatakan oleh pepatah: “Orang Mekkah lebih mengetahui gang-gang mereka daripada siapapun selain mereka”

Secara argumentatif, bila kita menerima kesahihan kedua versi hadis tersebut (Quran-Ahlulbait dan Quran-Sunnah), maka seseorang mesti tunduk kepada interpretasi bahwa kata ‘Sunnah-ku’ yang diberikan oleh Hakim berarti Sunnah yang diturunkan melalui Ahlulbait dan bukan dari sumber selain mereka, sebagaimana yang tampak dari versi Ahlulbait yang diberikan oleh Hakim sendiri dalam al-Mustadrak-nya dan oleh Muslim dalam Shahih-nya. Kini, marilah melihat hadis yang berikut ini:
Ummu Salamah meriwayatkan bahwa Rasulullah telah bersabda, ‘Ali bersama Quran, dan Quran bersama Ali. Mereka tidak akan berpisah satu sama lain hingga kembali kepadaku kelak di telaga (di surga)’ 3

Hadis di atas memberikan bukti bahwa Ali bin Abi Thalib dan Quran adalah tidak terpisahkan. Jika kita menerima keotentikan versi ‘Quran dan Sunnah’, maka orang dapat menyimpulkan bahwa yang membawa Sunnah Nabi adalah Imam Ali, sebab dialah orang yang diletakkan berdampingan dengan Quran.

Menarik untuk melihat bahwa Hakim sendiri memiliki banyak hadis tentang keharusan mengikuti Ahlulbait, dan salah satunya adalah hadis berikut ini. Hadis ini juga diriwayatkan oleh banyak ulama lainnya, dan dikenal sebagai ‘Hadis Bahtera’, yang dalamnya Nabi Muhammad SAW menyatakan, “Camkanlah! Ahlulbait-ku adalah seperti Bahtera Nuh. Barang siapa naik ke dalamnya selamat, dan barangsiapa berpaling darinya binasa”.4

Hadis di atas memberikan bukti fakta bahwa orang-orang yang mengambil Ahlulbait dan mengikut mereka, akan diselamatkan dari hukuman neraka, sementara orang-orang yang berpaling dari mereka akan bernasib seperti orang yang mencoba menyelamatkan diri dengan memanjat gunung (tebing), dengan satu-satunya perbedaan adalah bahwa dia (anaknya Nuh memanjat tebing tersebut) tenggelam dalam air, sedangkan orang-orang ini tenggelam dalam api neraka. Hadis yang berikut ini juga menegaskan hal tersebut bahwa Nabi Muhammad SAW telah berkata tentang Ahlulbait; “Jangan mendahului mereka, kalian bisa binasa! Jangan berpaling dari mereka, kalian bisa binasa, dan jangan mencoba mengajari mereka, sebab mereka lebih tahu dari kalian!” 5

Dalam salah satu hadis yang lain Rasulullah SAW bersabda, “Ahlulbaitku adalah seperti Gerbang Pengampunan bagi Bani Israil. Siapa saja yang memasukinya akan terampuni”. 6

Hadis di atas berhubung dengan Surah al-Baqarah ayat 58 dan Surah al-A’raf ayat 161, yang menjelaskan Gerbang Pengampunan bagi Bani Israil, sahabat-sahabat Musa yang tidak memasuki Gerbang Pengampunan dalam ayat tersebut, tersesat di padang pasir selama empat puluh tahun. Sedangkan orang-orang yang tidak memasuki Bahtera Nuh, tenggelam. Ibnu Hajar menyimpulkan bahwa:
Analogi ‘Bahtera Nuh’ mengisyaratkan bahwa barang siapa yang mencintai dan memuliakan Ahlulbait, dan mengambil petunjuk dari mereka akan selamat dari gelapnya kekafiran, dan barang siapa yang menentang mereka akan tenggelam di samudra keingkaran, dan akan binasa dalam ‘sahara’ kedurhakaan dan pemberontakan. 7

Sudahkah kita bertanya kepada diri kita sendiri, mengapa Nabi Muhammad SAW begitu menekankan Ahlulbait? Apakah hanya disebabkan karena mereka adalah keluarga beliau, atau karena mereka membawa ajaran-ajaran (Sunnah) beliau yang benar dan mereka adalah individu-individu yang paling berpengetahuan di antara masyarakat setelah beliau tiada?

Berbagai versi dari ‘Hadis Dua Barang Berat (ats-Tsaqalain); yang membuktikan secara konklusif tentang perintah untuk mengikuti Quran dan Ahlulbait,. adalah hadis-hadis yang tidak biasa. Hadis-hadis ini sering diulang-ulang dan dihubungkan dengan otoritas lebih dari 30 sahabat Nabi Suci melalui berbagai sumber. Nabi Suci sentiasa mengulang dan mengulang kata-kata ini (dan tidak hanya dalam satu keadaan, tetapi bahkan pada berbagai kesempatan) di depan publik, untuk menunjukkan kewajiban mengikui dan menaati Ahlulbait. Beliau mengatakannya kepada khalayak pada saat Haji Perpisahan, pada hari Arafah, pada hari Ghadir Khum, pada saat kembali dari Tha’if, juga di Madinah di atas mimbar, dan di atas peraduan beliau saat kamar beliau penuh sesak oleh sahabat-sahabat beliau, beliau bersabda,
Wahai saudara-saudara! Sebentar lagi aku akan berangkat dari sini dan meskipun aku telah memberitahu kalian. Aku ulangi sekali lagi bahwa aku meninggalkan di antara kalian dua barang, yaitu Kitabullah dan keturunanku, yakni Ahlulbait-ku. (Kemudian beliau mengangkat tangan Ali dan berkata) Camkanlah! Ali ini adalah bersama Quran dan Quran adalah bersamanya. Keduanya tidak akan pernah berpisah satu sama lain hingga datang kepadaku di Telaga Kautsar. 8

Ibnu Hajar Haitsami menulis, “Hadis-hadis tentang berpegang teguh itu telah dicatat melalui sejumlah besar sumber dan lebih dari 20 sahabat telah dihubungkan dengannya”
Selanjutnya dia menulis,
“Disini (mungkin) muncul keraguan, dan keraguan itu adalah bahwa hadis-hadis itu telah datang melalui berbagai sumber, sebagian mengatakan bahwa kata-kata itu diucapkan pada saat Haji Wada. Yang lainnya mengatakan kata-kata itu diucapkan di Madinah ketika beliau berbaring di peraduan beliau dan kamar beliau penuh sesak dengan para sahabat beliau. Namun yang lainnya lagi mengatakan bahwa di Ghadir Khum. Atau hadis yang lain pada saat Tha’if. Tetapi tidak terdapat inkonsistensi di sini, sebab dengan memandang penting dan agungnya Quran dan Ahlulbait yang suci, dan dengan penekanan pokok masalah di depan orang-orang, Nabi Suci bisa jadi telah mengulang-ulang kata-kata ini pada semua kesempatan tersebut sehingga orang yang belum mendengar sebelumnya mendengarnya kini. 9

Menyimpulkan hadis di atas, Quran dan Ahlulbait adalah dua barang berharga yang ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada kaum Muslim, dan Nabi menyatakan bahwa jika kaum Muslim mengikuti keduanya mereka tidak akan tersesat setelah beliau, dan mereka akan dihantar ke surga, dan bahwa siapa yang mengabaikan Ahlulbait tidak akan bertahan.

Hadis di atas telah dinyatakan oleh Nabi Muhammad SAW untuk menjawab ‘Sunnah’ mana yang asli dan kelompok mana yang membawa ‘Sunnah’ yang benar dari Nabi Muhammad SAW. Tujuannya adalah untuk tidak membiarkan kaum Muslim tersesat jalan setelah kepergian Nabi Muhammad SAW. Disamping itu, jika kita menggunakan kata ‘Sunnah’ saja, hal itu tidak memberikan jawapan spesifik atas persoalan ini, sebeb setiap kelompok Muslim mengikuti Sunnah versi mereka sendiri maupun interpretasi mereka atas Quran dan Sunnah tersebut. Jadi, perintah Nabi ini jelas untuk mendorong kaun Muslim untuk mengikuti interpretasi Quran dan Sunnah Nabi yang diturunkan melalui saluran Ahlulbait yamng keterbebasan mereka dari dosa, kesucian mereka dan kesalehan mereka ditegaskan oleh Quran suci (kalimat terakhir dari surah ke 33, al-Ahzab ayat 33).
           
“Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan segala kekotoran (rijs) dari kamu, wahai Ahlulbait dan mensucikanmu sesuci-sucinya” (al-Ahzab:33)

Catatan Kaki:
1. Shahih Muslim, bab keutamaan sahabat, bagian keutamaan Ali, publikasi Arab Saudi 1980, versi Arab, jilid 4, hal. 1873, hadis ke 36, dan sumber-sumber lain, misalnya Shahih at-Turmudzi dan Musnad Ahmad.
2. Shahih at-Turmudzi, versi arab, jilid 5,hal.662-663, 328, dalaporkan lebih dari 30 sahabat,dengan berbagai rantai periwayatan (sanad); al-mustadrak oleh Hakim, dalam bab Memahami (keutamaan) Sahabat,jilid 3, hal. 109,110,148,533. Hakim juga menyatakan bahwa hadis-hadis ini Shahih menurut kriteria dua syekh (Bukhari dan Muslim); Sunan, Darami,jilid 2,hal.432; Musnad, Ahmad bin Hanbal,jilid 3,hal.14,17,26,59; jilid 4, hal. 366,370-372; jilid 5,hal.182,189,350,366,419; Fadha’il ‘ash-Shahabah, Ahmad bin Hanbal,jilid 2,hal.585, hadis ke 990; al-khasha ‘ish, Nasa’i,hal. 21,30; as-Sawaiq al-Muhriqah,Ibnu Hajar Haitsami, bab II,bagian 1, hal.230; al-Kabir,Thabari,jilid 3,hal. 62-63, 137; Kanz al-Ummal, Muttaqi Hindi, bab al-I’tisham bi Hablillah,jilid 1,hal 44; Tafsir Ibnu Katsir (versi lengkap), jilid 4,hal 113, pada komentar tentang ayat 42:23 (empat hadis); at-Tabaqat al-Kubra, Ibnu Sa’d,jilid 2,hal. 194,publikasi Dar Isadder, Libanon; al-Jami’ ash-Shaghir, Suyuthi, jilid 1,hal.194, juga pada jilid 2; Majma’ az-Zawa’id, Haitsami,jilid 9,hal.163; al-Fatih al-Kabir, Binhani, jilid 1,hal.451; Ushul Ghabah fi Ma’rifat ash-Shahabat, Ibnu Atsir,jilid 2,hal.12; Jami’ al-Ushul, Ibnu Atsir,jilid 1, hal.187; History of Ibn Asakir,jilid 5, halaman 436; at-Tajul Jami’ Lil Ushul, jilid 3,hal.308; al-Durr al-Mantsur, Hafizh Suyuthi, jilid 2,hal.60; Yanabi al-Mawaddah, Qunduzi Hanafi, hal.38, 183; Abaqat al-Anwar, jilid 1,hal.16; dan masih banyak yang lain.
3. al-Mustadrak, Hakim,jilid 3,hal.124 berdasarkan otoritas Ummu Salamah; ash-Shawa’iq al-Muhriqah, Ibnu Hajar, bab 9, bagian ke 2,hal.191, 194; al-Awsath, Tabarani; juga dalam as-Saghir; Tarikh al-Khulafaa, Jalalludin Suyuthi,hal. 173.
4. al-Mustadrak, Hakim, jilid 2, hal.342, jilid 3, hal.150-151 dari otoritas Abu Dzar. Hakim mengatakan bahwa hadis shahih; Fadha ‘il ash-Shahabah, Ahmad bin Hanbal, jilid 2, hal.786; Tafsir, Kabir, Fakhrurrazi pada komentar atas ayat 42:23, bagian ke 27,hal.167; Bazzar, dari otoritas Ibnu Abbas dan Ibnu Zubair dengan kata-kata ‘tenggelam’ bukan ‘binasa’; ash-Shawa’iq al-Muhriqah, Ibnu Hajar Haitsami, bab 11, bagian 1, hal. 234 pada komentar atas ayat 8:33. Juga pada bagian ke 2, hal.282. Dia mengatakan bahwa hadis ini diriwayatkan dari banyak otoritas; Tarikh al-Khulafa dan Jami’ us Saghir, Suyuthi; al-Kabir, Tabarani, jilid 3, hal. 37, 38; as-Saghir, Tabarani, jilid 2, hal.22; Hilyat al-Awliya, Abu Nu’aim, jilid 4,hal.306; al-Kuna wal Asma, Dulabi, jilid 1,hal.76; Yanabi al-Mawaddah, Qunduzi Hanafi, hal.30,370; Is’af ar-Raghibin, Saban.
5. al-Durr al-Mantsur, Suyuti, jilid 2, hal.60; ash-Shawa’iq al-Muhriqah, Ibnu Hajar Haitsami, bab 11, bagian 1,hal.230, dikutip dari Tabarani, juga di bagian 2, hal.342; Ushul Ghabah, Ibnu Atsir, jilid 3,hal.137; Yanabi al-Mawaddah, Qunduzi Hanafi, hal.41, 335; Kanz al-Ummal, Muttaqi Hindi, jilid 1, hal.168; Majma’ az-Zawa’id, Haitsami, jilid 9,hal.163; Aqabat al-Anwar, jilid 1,hal.184; A’alam al-Wara, hal. 132-133; Tazhkirat al-Khawas al-Ummah, Sibt bin Jauzi Hanafi, hal. 28-33; as-Sirah al-Halabiyyah, Nuruddin Halabi, jilid 3, hal. 273.
6. Majma’ az-Zawa’id, Haitsami, jilid 9, hal.168; al-Awsat, Tabarani, hadis ke 18; Arba’in, abhani, hal.216; ash-Shawa’iq al-Muhriqah, Ibnu Hajar Haitsami, bab 11, hal.230, 234; Hadis yang mirip dicatat oleh Daruquthni maupun Ibnu Hajar dalam kitabnya ash-Shawa’iq al-Muhriqah, bab 9, bagian 2, hal.193 dimana Nabi Muhammad saw mengatakan, “Ali adalah Gerbang Pengampunan, siapa saja yang memasukinya adalah seorang yang beriman dan siapa saja yang keluar darinya adalah orang yang tidak beriman.”
7. ash-Shawa’iq al-Muhriqah, Ibnu Hajar, hal. 91.
8. ash-Shawa’iq al-Muhriqah, Ibnu Hajar, bab 9, bagian 2.
9. ash-Shawa’iq al-Muhriqah, Ibnu Hajar Haitsami, bab 11, bagian 1, hal. 230.

Ayat al-Mawaddah.

Iaitu firmanNya dalam (Surah al-Syuura (42): 23) : "Katakanlah: Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan (al-qurba). Dan siapa yang mengerjakan kebaikan (al-Hasanah) akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."

Ahmad bin Hanbal telah meriwayatkan di dalam Manaqib, al-Tabrani, al-Hakim dan Ibn Abi Hatim daripada 'Abbas sebagaimana telah diriwayatkan oleh Ibn Hajr di dalam pentafsiran ayat 14 daripada ayat-ayat yang telah dinyatakan di dalam fasal pertama daripada bab sebelas daripada al-Sawa'iqnya dia berkata: Manakala turunnya ayat ini mereka bertanya: Wahai Rasulullah! Siapakah kerabat anda yang diwajibkan ke atas kami mengasihi mereka? Beliau SAW menjawab: 'Ali, Fatimah dan dua anak lelaki mereka berdua.

Hadith ini juga telah dicatatkan oleh Ibn Mardawaih,1 diriwayatkan daripada Ibn 'Abbas oleh Ibn Mundhir, al-Muqrizi, al-Baghawi, al-Tha'labi di dalam tafsir-tafsir mereka. Al-Suyuti di dalam Durr al-Manthur, Abu Nu'aim di dalam Hilyahnya, al-Hamawaini di dalam al-Fara'id, al-Wahidi di dalam Asbab al-Nuzul dan Ibn Maghazili di dalam al-Manaqib, al-Zamakhsyari di dalam al-Kasysyaf,2 Muhibbuddin al-Tabari di dalam Dhakha'ir al-'Uqba,3 Talhah al-Syafi'i di dalam Matalib Su'ul,4 Abu Sa'id di dalam Tafsirnya,5 al-Nasafi di dalam Tafsirnya,6 Abu Hayyan di dalam Tafsirnya,7 Ibn Sibagh al-Maliki di dalam Fusul al-Muhimmah,8 al-Hafiz al-Haithami di dalam al-Majma',9 al-Kanji al-Syafi'i di dalam Kifayah al-Talib.10

Al-Bukhari di dalam Sahihnya,11 daripada Ibn Abbas RD bahawa dia ditanya mengenai firmanNya: "kecuali kasih sayang kepada kekeluargaan." Dia menjawab: Ianya adalah kerabat Rasulullah SAW. Al-Tabari di dalam Tafsirnya,12 daripada Sa'id bin Jubair tentang firmanNya, Surah al-Syura'(42):23)"Katakanlah: Aku tidak meminta upahmu sesuatu upahpun ke atas seruanku kecuali kasih sayang kepada kekeluargaan." Dia menjawab: Ianya adalah kerabat Rasulullah SAW.

Ibn Hajr al-'Asqalani di dalam al-Kafi al-Syafi fi Takhrij Ahadith al-Kasysyaf,13 berkata: al-Tabrani, Ibn Abi Hatim dan al-Hakim telah meriwayatkannya di dalam Manaqib al-Syafi'i daripada Husayn Asyqar daripada Qais bin al-Rabi' daripada A'masy daripada Sa'id bin Jubair daripada Ibn 'Abbas ditanya: Wahai Rasulullah! Siapakah kerabat anda yang diwajibkan ke atas kami mengasihi mereka? Beliau menjawab:'Ali, Fatimah, Hasan dan Husain.

Al-Tabrani di dalam al-Ausat dan al-Kabir telah meriwayatkan daripada Abu Tufail sebuah khutbah Hasan AS:Kami daripada Ahlu l-Bait yang telah difardhukan Allah untuk mengasihi mereka dan menjadikan mereka pemimpin. Maka beliau berkata:Di antara apa yang telah diturunkan ke atas Muhammad SAW ialah:Katakanlah:"Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun ke atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Di dalam riwayat yang lain:Kami adalah daripada Ahlu l-Bait yang telah fardhukan Allah ke atas setiap Muslim mengasihi mereka. Maka turunlah ayat (Surah al-Syu'ara(24):23):"Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun ke atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan." Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri."

Al-Hakim di dalam al-Mustadrak14 dengan membuang sanad-sanadnya daripada 'Umar bin 'Ali daripada bapanya daripada 'Ali bin Husain dia berkata:Hasan bin Ali berpidato ketika pembunuhan 'Ali AS. Beliau memuji Tuhan hingga akhirnya beliau berkata:"Kami adalah daripada Ahlu l-Bait yang dihilangkan kekotoran mereka oleh Allah dan membersihkan mereka dengan sebersih-bersihnya. Dan kamilah Ahlu l-Bait yang difardhukan Allah ke atas setiap Muslim supaya mengasihi mereka. Maka beliau berkata: Allah berfirman kepada NabiNya: Katakanlah 'Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun....."

Al-Kanji al-Syafi'i di dalam Kifayah al-Talib15 dengan membuang beberapa sanad daripada Jabir bin 'Abdullah, berkata: Seorang badwi datang kepada Nabi SAWAW dengan berkata: Wahai Muhammad bentangkan ke atasku Islam. Maka dia berkata: Kami naik saksi bahawa tiada tuhan melainkan Dia yang Tunggal tiada sekutu bagiNya dan sesungguhnya Muhammad adalah hambaNya dan pesuruhNya. Dia bertanya: Adakah anda meminta upah dariku ke atasnya? Beliau menjawab: Tidak! Melainkan mengasihi kerabatku. Dia bertanya: Kerabatku atau kerabat anda? Beliau menjawab: Kerabatku. Dia menjawab: Sekarang aku membai'ah anda, dan bagi orang yang tidak mencintai anda dan mencintai kerabat anda, maka laknat Allah ke atas mereka. Maka Nabi SAW bersabda: Amin.....

Nota Kaki:
1. al-Nabhan al-Arba'in, hlm 90
2. al-Kasysyaf, II, hlm 339
3. Dhakha'ir al-'Uqba, hlm 25
4. Matalib Su'ul, hlm 8
5. Hamisyh Mafatih al-Ghaib, VI, hlm 665
6. Tafsir al-Nasafi, hlm 99
7. Tafsir Abu Hayyan, VII, hlm 156
8. Fusul al-Muhimmah, hlm 12
9. Majma' al-Zaua'id, IX, hlm 168
10. Kifayah al-Talib, hlm 31
11. Sahih, VI, hlm 129
12. Jami' al-Bayan, XXV, hlm 14 – 15
13. al-Kafi al-Syafi, hlm 145
14. al-Mustadrak, III, hlm 172
15. Kifayah al-Talib, hlm 31.

Mengapa Memilih Ahlul - Bait Dan Hadith-hadith yang menghadkan pengganti Nabi SAW  kepada dua belas orang.
           
Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, ‘Barangsiapa yang meninggal tanpa mengenali imam zamannya, matinya ia seperti orang yang mati selama masa jahiliah (zaman sebelum Islam).’
           
Hadith-hadith yang menghadkan pengganti-pengganti Nabi SAW kepada dua belas orang, telah diriwayatkan oleh jumhur ulama Muslimin di dalam Sahih-sahih dan Musnad-musnad mereka.
           
Ahmad bin Hanbal di dalam Musnad1nya meriwayatkan hadith ini daripada Sya'bi daripada Masruq berkata:"Kami berada di sisi 'Abdullah bin Mas'ud yang sedang memperdengarkan bacaan al-Qur'an kepada kami. Tiba-tiba seorang lelaki bertanya kepadanya: Wahai Abu 'Abdu r-Rahman! Adakah anda telah bertanya Rasulullah SAW  berapakah ummat ini memiliki khalifah?" Abdullah bin Mas'ud menjawab:"Tiada seorangpun bertanya kepadaku mengenainya semenjak aku datang ke Iraq sebelum anda." Kemudian dia berkata:"Ya! Sesungguhnya kami telah bertanya kepada RasulullahSAW mengenainya. Maka beliau menjawab:"Dua belas (khalifah) seperti bilangan naqib Bani Israil."
           
Di dalam riwayat yang lain Ahmad bin Hanbal meriwayatkan daripada Jabir bin Samurah, sesungguhnya dia berkata:"Aku mendengar Rasulullah SAW  bersabda semasa Haji Wida':"Urusan agama ini masih pada zahirnya di tangan penentangannya dan tidak akan dihancurkan oleh orang-orang yang menyalahinya sehingga berlalunya dua belas Amir, semuanya daripada Quraisy2."
           
Muslim di dalam Sahih3nya meriwayatkan daripada Jabir bin Samurah sesungguhnya dia berkata:"Aku bersama bapaku berjumpa Nabi SAW, Maka aku mendengar Nabi SAW bersabda:"Urusan 'ini' tidak akan selesai sehingga berlaku pada mereka dua belas khalifah." Dia berkata: Kemudian beliau bercakap dengan perlahan kepadaku. Akupun bertanya bapaku apakah yang diucapkan oleh beliau? Dia menjawab:"Semuanya daripada Quraisy."
           
Muslim juga meriwayatkan di dalam Sahih4nya daripada Nabi SAW beliau bersabda:"Ugama sentiasa teguh sehingga hari kiamat dan dua belas khalifah memimpin mereka, semuanya daripada Quraisy. Di dalam riwayat yang lain "Urusan manusia berlalu dengan perlantikan dua belas lelaki dari Quraisy5," "Sentiasa Islam itu kuat sehingga kepada dua belas khalifah daripada Quraisy6" dan "Sentiasa ugama ini kuat dan kukuh sehingga dua belas khalifah daripada Quraisy7"
           
Al-Turmudzi di dalam al-Sunan8nya mencatat hadith tersebut dengan lafaz amir bukan khalifah.
           
Sementara al-Bukhari di dalam Sahih9nya meriwayatkannya daripada Jabir bin Samurah bahawa Nabi SAW bersabda:"Selepasku ialah dua belas amir." Maka beliau berucap dengan perkataan yang aku tidak mendengarnya. Bapaku memberitahuku bahawa beliau bersabda:"Semuanya daripada Quraisy."
           
Al-Muttaqi al-Hindi di dalam Kanz al-Ummal10, meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:"Selepasku akan (diikuti) oleh dua belas khalifah."
           
Ibn Hajr di dalam al-Sawa'iq al-Muhriqah11 meriwayatkan daripada Jabir bin Samurah bahawa Nabi SAW bersabda:"Selepasku akan (dikuti) dua belas amir semuanya daripada Quraisy."
           
Al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi' al-Mawaddah12 mencatat riwayat daripada Jabir bin Samurah sesungguhnya dia berkata:"Aku bersama bapaku di sisi Nabi SAW beliau bersabda:"Selepasku dua belas khalifah." Kemudian beliau merendahkan suaranya. Maka akupun bertanya bapaku mengenainya. Dia menjawab: Beliau bersabda:"Semuanya daripada Bani Hasyim."
           
Samak bin Harb juga meriwayatkannya dengan lafaz yang sama. Diriwayatkan daripada al-Sya'bi daripada Masruq daripada Ibn Mas'ud bahawa sesungguhnya Nabi SAW telah menjanjikan kita bahawa selepasnya dua belas khalifah sama dengan bilangan naqib Bani Isra'il. Dan dia berkata di dalam bab yang sama bahawa Yahya bin al-Hasan telah menyebutkannya di dalam Kitab al-Umdah dengan dua puluh riwayat bahawa khalifah-khalifah selepas Nabi SAW adalah dua belas orang. Semuanya daripada Quraisy. Al-Bukhari telah menyebutkannya dengan tiga riwayat, Muslim sembilan riwayat. Abu Daud tiga riwayat, al-Turmudhi satu riwayat dan al-Humaidi tiga riwayat.
           
Pengkaji-pengkaji menegaskan bahawa hadith-hadith tersebut menunjukkan bahawa khalifah-khalifah selepas Nabi SAW ialah dua belas orang. Dan maksud hadith Nabi SAW ialah dua belas orang daripada Ahlu l-Baitnya. Kerana tidak mungkin dikaitkan hadith ini kepada khalifah-khalifah yang terdiri daripada bilangan mereka kurang daripada dua belas orang. Dan tidak mungkin dikaitkan dengan khalifah-khalifah Bani Umaiyyah kerana bilangan mereka melebihi dua belas orang dan kezaliman mereka yang ketara selain daripada 'Umar bin Abdu l-Aziz. Tambahan pula mereka bukan daripada Bani Hasyim. Di dalam riwayat yang lain beliau memilih Bani Hasyim di kalangan Quraisy dan memilih Ahlu l-Baitnya di kalangan Bani Hasyim13.
           
Di dalam riwayat 'Abdu l-Malik daripada Jabir bahawa Nabi SAW telah merendahkan suaranya ketika menyebutkan Bani Hasyim kerana 'mereka' tidak menyukai Bani Hasyim. Hadith ini juga tidak boleh dikaitkan dengan khalifah-khalifah Bani 'Abbas kerana bilangan mereka melebihi bilangan tersebut. Dan mereka tidak mengambil berat tentang firmanNya "Katakan!" Aku tidak meminta upah daripada kamu kecuali mencintai keluargaku," sebagaimana juga mereka tidak menghormati hadith al-Kisa'. Justeru itu, hadith tersebut mestilah dikaitkan dengan dua belas Ahlu l-Baitnya kerana merekalah orang yang paling alim, warak, takwa, paling tinggi keturunan dan ilmu-ilmu mereka adalah daripada datuk-datuk mereka yang berhubungkait dengan datuk mereka Rasulullah SAW dari segi warisan dan hikmah. Mereka pula dikenali oleh para ilmuan. Oleh itu apa yang dimaksudkan oleh hadith tersebut ialah dua belas Ahlu l-Bait Rasulullah SAW14. Ianya diperkuatkan oleh hadith thaqalain, hadith al-Safinah, hadith al-Manzilah dan lain-lain.
           
Al-Qunduzi al-Hanafi15 juga telah meriwayatkan hadith daripada Jabir dia berkata: Rasulullah SAW bersabda:"Akulah penghulu para Nabi dan 'Ali adalah penghulu para wasi. Dan sesungguhnya para wasi selepasku ialah dua belas orang, pertama 'Ali dan yang akhirnya Qaim al-Mahdi."
           
Hadith-hadith yang menerangkan bahawa merekalah para wasi Rasulullah SAW di dalam buku-buku Ahlu l-Sunnah adalah banyak, dan ianya melebihi had mutawatir. Umpamanya hadith daripada Salman RD berkata: Aku berjumpa Nabi SAW dan Husain berada di atas dua pahanya. Nabi SAW sedang mengucup dahinya sambil berkata:'Anda adalah Sayyid bin Sayyid dan adik Sayyid. Anda adalah imam bin imam dan adik imam. Anda adalah Hujjah bin Hujjah dan adik Hujjah dan bapa hujjah-hujjah yang sembilan. Dan yang kesembilan mereka ialah Mahdi al-Muntazar."
           
Al-Hamawaini al-Syafi'i di dalam Fara'id al-Simtin16, meriwayatkan daripada 'Ibn Abbas berkata: Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:"Aku , Ali, Hasan, Husain dan sembilan daripada anak-anak Husain adalah disuci dan dimaksumkan."
           
Ibn 'Abbas juga meriwayatkan bahawa Nabi SAW bersabda:"Wasi-wasiku, hujjah-hujjah Allah ke atas makhlukNya dua belas orang, pertamanya saudaraku dan akhirnya ialah anak lelakiku (waladi)." Lalu ditanya Rasulullah siapakah saudara anda wahai Rasulullah? Beliau menjawab:'Ali. Dan ditanya lagi siapakah anak lelaki anda? Beliau menjawab: al-Mahdi yang akan memenuhi bumi ini dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana ianya dipenuhi dengan kerosakan dan kezaliman. Demi Tuhan yang mengutusku dengan kebenaran sebagai kegembiraan dan peringatan, sekiranya dunia ini tinggal hanya satu hari lagi nescaya Allah akan memanjangkannya sehingga keluar anak lelakiku al-Mahdi. Kemudian diikuti oleh 'Isa bin Maryam. Beliau akan mengerjakan solat di belakang anak lelakiku. Dunia pada ketika itu berseri dengan cahaya Tuhannya dan pemerintahannya meliputi Timur dan Barat.
           
Al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi' al-Mawaddah17 bab 95 meriwayatkan bahawa Jabir bin 'Abdullah berkata: Rasulullah SAW bersabda: Wahai Jabir! Sesungguhnya para wasiku dan para imam selepasku pertamanya 'Ali kemudian Hasan kemudian Husain kemudian 'Ali bin Husain kemudian Muhammad bin 'Ali al-Baqir. Anda akan menemuinya wahai Jabir sekiranya anda mendapatinya, maka sampailah salamku kepadanya. Kemudian Ja'far bin Muhammad, kemudian Musa bin Ja'far, kemudian 'Ali bin Musa, kemudian Muhammad bin 'Ali, kemudian 'Ali bin Muhammad, kemudian Hasan bin 'Ali. Kemudian al-Qa'im namanya sama dengan namaku dan kunyahnya sama dengan kunyahku, anak Hasan bin 'Ali. Dengan beliaulah Allah akan 'membuka' seluruh pelusuk bumi di Timur dan di Barat, dialah yang ghaib dari penglihatan. Tidak akan percaya kepada imamahnya melainkan orang yang telah diuji hatinya oleh Allah SWT. Jabir berkata: Wahai Rasulullah! Adakah orang ramai boleh mengambil faedah darinya ketika ghaibnya? Beliau menjawab:"Ya! Demi yang mengutuskan aku dengan kenabian sesungguhnya mereka mengambil cahaya daripada wilayahnya ketika ghaibnya, seperti orang mengambil faedah dari matahari sekalipun ianya ditutupi awan." Ini adalah di antara rahsia-rahsia ilmu Allah yang tersembunyi. Justeru itu rahsiakanlah mengenainya melain kepada orang yang ahli.
           
Di dalam Yanabi' al-Mawaddah18 bab 76 daripada Jabir al-Ansari berkata: Junda bin Janadah berjumpa Rasulullah SAW dan bertanya kepada beliau beberapa masalah. Kemudian dia berkata: Beritahukan kepadaku wahai Rasulullah tentang wasi-wasi anda selepas anda supaya aku berpegang kepada mereka. Beliau menjawab: Wasi-wasiku dua belas orang. Lalu Jundal berkata: Begitulah kami dapati di dalam Taurat. Kemudian dia berkata: Namakan mereka kepadaku wahai Rasulullah. Maka beliau menjawab:"Pertamanya penghulu dan bapa kepada wasi-wasi adalah 'Ali. Kemudian dua anak lelakinya Hasan dan Husain. Justeru itu berpeganglah kepada mereka dan janganlah kejahilan orang-orang yang jahil itu memperdayakan anda. Kemudian 'Ali bin Husain Zaina l-Abidin Allah akan mematikan anda ('Ali bin Husain) dan menjadikan air susu sebagai bekalan terakhir di dunia ini."
           
Jundal berkata: Kami telah mendapatinya di dalam Taurat dan di dalam buku-buku para Nabi AS seperti Iliya, Syibra dan Syabir. Maka ini adalah nama 'Ali, Hasan dan Husain, maka imam selepasnya dipanggil Zaina l-Abidin selepasnya anak lelakinya Muhammad, dipanggil al-Baqir. Selepasnya anak lelakinya Ja'far dipanggil al-Sadiq. Selepasnya anak lelakinya Musa dipanggil al-Kazim. Selepasnya anak lelakinya 'Ali dipanggil al-Ridha. Selepasnya anak lelakinya 'Ali dipanggil al-Naqiyy al-Hadi. Selepasnya anak lelakinya Hasan dipanggil al-Askari. Selepasnya anak lelakinya Muhammad dipanggil al-Mahdi al-Qa'im dan al-Hujjah. Beliau ghaib dan akan keluar memenuhi bumi dengan kejujuran dan keadilan sebagaimana ianya dipenuhi dengan kefasadan dan kezaliman. Alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang bersabar semasa ghaibnya. Dan alangkah beruntungnya bagi orang-orang yang bertaqwa terhadap Hujjah mereka. Dan mereka itulah orang yang disifatkan oleh Allah di dalam firmanNya (Surah al-Baqarah(2): 2-3"Petunjuk bagi mereka yang bertaqwa iaitu mereka yang beriman kepada yang ghaib." Kemudian beliau membaca (Surah al-Mai'dah(5):56)"Sesungguhnya parti Allahlah yang pasti menang."Beliau bersabda: Mereka itu adalah daripada parti Allah (hizbullah).
           
Al-Hamawaini di dalam Fara'id al-Simtin19 telah meriwayatkan hadith ini dan dinukilkan oleh al-Qunduzi al-Hanafi di dalam Yanabi' al-Mawaddah bab 76 dengan sanad daripada Ibn 'Abbas dia berkata: Seorang Yahudi bernama Na'thal datang kepada Rasulullah SAW dan berkata: Wahai Muhammad! Aku akan bertanya anda beberapa perkara yang tidak menyenangkan hatiku seketika. Sekiranya anda dapat memberi jawapan kepadaku nescaya aku akan memeluk Islam di tangan anda. Beliau SAW bersabda:"Tanyalah wahai Abu 'Ammarah.' Dia bertanya beberapa perkara sehingga dia berkata: Beritahukan kepadaku tentang wasi anda siapa dia? Tidak ada seorang Nabi melainkan ada baginya seorang wasi. Dan sesungguhnya Nabi kami Musa bin 'Imran telah berwasiatkan kepada Yusyu' bin Nun. Maka Nabi SAW menjawab: "Sesungguhnya wasiku ialah 'Ali bin Abi Talib, selepasnya dua anak lelakinya Hasan dan Husain kemudian diikuti oleh sembilan imam daripada keturunan Husain.' Dia berkata: Namakan mereka kepadaku. Beliau menjawab:'Apabila wafatnya Husain, maka anaknya 'Ali apabila wafatnya 'Ali, anaknya Muhammad, Dan apabila wafatnya Muhammad, anaknya Ja'far. Apabila wafatnya Ja'far anaknya Musa. Apabila wafatnya Musa, anaknya Ali. Apabila wafatnya Ali, anaknya Muhammad. Apabila wafatnya Muhammad, anaknya 'Ali. Apabila wafatnya 'Ali anaknya Hasan. Apabila wafatnya Hasan, anaknya Muhammad al-Mahdi. Mereka semua dua belas orang....."Akhirnya lelaki Yahudi tadi memeluk Islam dan menceritakan bahawa nama-nama para imam dua belas telah tertulis di dalam buku-buku para Nabi yang terdahulu, dan ia termasuk di antara apa yang telah dijanjikan oleh Musa AS.
           
Muwaffaq bin Ahmad al-Hanafi di dalam Manaqibnya meriwayatkan daripada Salman daripada Nabi SAW, sesungguhnya beliau bersabda kepada Husain:"Andalah imam anak lelaki seorang imam, saudara kepada imam, bapa kepada sembilan imam. Dan yang kesembilan daripada mereka ialah Qaim mereka (al-Mahdi AS).
           
Begitulah juga Syahabuddin al-Hindi di dalam Manaqibnya telah menerangkan sanadnya daripada Nabi SAW bahawa beliau bersabda:"Sembilan imam adalah daripada anak cucu (keturunan) Husain bin 'Ali dan yang kesembilan mereka adalah Qaim mereka (imam al-Mahdi al-Muntazar AS).
          
Nota Kaki:
1. al-Musnad, I, hlm 398
2. al-Musnad, I, hlm 406, dan V, hlm 89
3. Sahih, II, hlm 79
4. Ibid.
5. Ibid.
6. Ibid.
7. Ibid.
8. al-sunan, II, hlm 110
9. Sahih, IV, hlm 120 (Kitab al-Ahkam)
10. Kanz al-Ummal, VI, hlm 160
11. al-Sawa'iq al-Muhriqah, bab XI
12. Yanabi' al-Mawaddah, hlm 444 (bab 7)
13. Muslim, Sahih, II, hlm 81 (Fadhl Ahlu l-Bait)
14. Yanabi' al-Mawaddah, hlm 445
15. Ibid.
16. Fara'id al-Simtin, II, hlm 26
17. Yanabi' al-Mawaddah, hlm 494
18. Yanabi' al-Mawaddah, hlm 441 - 444
19. Yanabi' al-Mawaddah, hlm 446 - 447

(Syiahali/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: