Betapa cepat kita melangkahkan kaki melewati hari-hari? Betapa cepat waktu berlalu? Siapa yang haus akan harta, maka dengan apa ia akan puas? Siapa yang rakus akan kesejahteraan dan kelapangan, maka sampai kapan ia bakal merasakan kelezatan akan kedamaian? Sampai di mana kita harus tersengal-sengal mengejar dunia? Mengapa kita harus tamak? Oh, seandainya kuda liar ini dapat menghirup napas ketenangan walau barang sejenak dan menyerahkannya kepada jiwa. Jiwa yang tenang dan ringan yang mencapai sumber yang hakiki lalu memuaskan wujud manusia.
Malam ini adalah malam dimana jiwa manusia akan kenyang dengan sumber kehidupan. Malam yang memaksa kita untuk berpikir dan menerawang akan tingkah laku kita di dunia. Memikirkan apa yang telah lewat dan menyusun rencana untuk meraih masa depan. Musafir Ramadhan pada jamuan penuh berkat di bulan mulia ini telah tiba di malam yang paling mulia. Malam dimana jiwa manusia bersiap-siap menerima hidangan langit. Pemrakarsa jamuan di bulan Ramadhan ini telah menyiapkan banyak hadiah di malam ini. Para penduduk langit di malam Lailatul Qadr turun ke bumi untuk menjamu para tamu Allah dan mengucapkan salam kepada mereka.
Kita juga hendaknya mempersiapkan diri untuk menerima hembusan rahmat ilahi di malam penuh berkah ini dengan menyimak bacaan surat al-Qadr:
Artinya:
1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
2. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.
3. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
4. Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
5. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
6. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.
Penyebutan malam Lailatul Qadr lebih baik dari seribu bulan dalam al-Quran pada dasarnya sudah menyiratkan pentingnya malam mulia ini. Allah Swt dalam al-Quran juga secara gamblang mengingatkan bahwa di malam mulia ini para malaikat turun ke bumi, mengucapkan salam kepada mereka yang menghidupkan malam mulia ini dengan membaca doa dan amalan lainnya lalu duduk bersama mereka. Mereka mengamini doa orang-orang yang sibuk bermunajat kepada penciptanya.
Mencermati ayat-ayat dari al-Quran dapat dipahami bahwa Lailatul Qadr merupakan malam di bulan Ramadhan. Bila merujuk surat ad-Dukhaan ayat 3, Allah Swt menyebut al-Quran di turunkan di satu malam penuh berkah. Sementara dari surat al-Baqarah ayat 185 disebutkan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan dimana al-Quran diturunkan. Akhirnya, dalam surat al-Qadr, Allah menegaskan bahwa Kami menurunkan al-Quran di malam Lailatul Qadr. Dari semua ayat ini dapat disimpulkan bahwa Lailatul Qadr berada di bulan Ramadhan.
Dalam tafsir Nemuneh karya Ayatollah Makarem Shirazi disebutkan, “Keberadaan Lailatul Qadr di antara malam-malam bulan Ramadhan punya hikmah agar umat Islam memberikan perhatian penting malam-malam bulan Ramadhan agar mendapat rahmat Allah. Sebagaimana Allah menyembunyikan kerelaan-Nya di semua bentuk ibadah dan ketaatan agar umat Islam menganggap penting semuanya dan melaksanakannya. Sementara berdasarkan hadis-hadis dari Nabi Muhammad Saw, malam Lailatul Qadr ada pada malam kesembilan belas, dua puluh satu atau dua puluh tiga Ramadhan.”
Para ahli tafsir mengatakan bahwa alasan di balik penamaan malam penuh berkah ini dengan Qadr (ketentuan atau takdir) karena seluruh takdir manusia ditentukan di malam ini. Tapi jangan dimaknai bahwa itu berarti bertentangan dengan kebebasan dan kehendak manusia. Karena takdir ilahi yang ditentukan lewat para malaikat berdasarkan kelayakan, potensi, tingkat keimanan dan kesucian niat dan perbuatan mereka. Artinya, Allah menakdirkan sesuatu yang memang layak. Atau dengan kata lain, manusia sendirilah yang telah menyiapkan sarananya.
Memaknai ketentuan di malam Lailatul Qadr seperti ini, bukan hanya tidak bertentangan dengan ikhtiar manusia, tapi juga penegasan akan kebebasan manusia agar manusia mempersiapkan kelayakan dalam dirinya demi meraih kebaikan dan rahmat Allah. Sekaitan dengan pentingnya Lailatul Qadr, malaikat Jibril berkata kepada Rasulullah Saw, “Wahai Muhammad! Lailatul Qadr adalah malam dimana setiap orang yang bermunajat pasti mendapat jawabannya dan setiap yang bertaubat bakal diterima.”
Di malam Lailatul Qadr manusia dapat memaknai kembali kehidupannya dengan menyambungkan dirinya dengan sumber rahmat ilahi. Manusia dapat membersihkan ladang hatinya dari duri dan semak belukar agar kembang kebaikan dapat tumbuh dengan benar. Doktor Bagher Gobari, psikolog Iran mengatakan, “Satu dari kekhususan Lailatul Qadr adalah turunnya para malaikat ke bumi. Secara psikologis, manusia dari sisi kejiwaan di malam mulia ini lebih siap untuk menyambungkan dirinya dengan alam Malakut. Persinggungan ini hanya akan terjadi pasca pensucian diri. Lailatul Qadr adalah malam dimana manusia dapat menjalin hubungan dengan Allah Swt dengan memanfaatkan energi positif yang ada pada jiwanya.”
Bagi mereka yang ingin melakukan amalan-amalan di malam Lailatul Qadr dan tidak tidur hingga subuh, maka ada sejumlah amalan yang perlu untuk diutamakan dan yang paling penting adalah berpikir. Menghidupkan malam Lailatul Qadr harus diartikan dengan menjauhkan hati dan jiwa dari sifat lalai, singkatnya harus senantiasa sadar. Kondisi ini akan menjadi sarana bagi manusia untuk tetap sadar menapak jalan kebahagiaan dan ketakwaan. Berpikir di malam mulia ini harus menjadi sebuah pemikiran untuk lebih maju dan menggerakkan manusia dari sikap jalan di tempat.
Berpikir di malam Lailatul Qadr dapat dilakukan dengan memilih tema-tema yang bermanfaat. Dalam ayat-ayat al-Quran, Allah Swt mengajak manusia untuk memikirkan tentang proses penciptaan langit dan bumi. Betapa indahnya seorang manusia di malam mulia seperti Lailatul Qadr memikirkan masa depannya dan tujuan dari penciptaannya. Alangkah bijaknya bila manusia melihat kembali umur yang telah dihabiskannya dan mulai meneliti di mana yang positif dan negatif. Dengan cara ini, betapa banyak cara pandang terhadap dunia yang dapat diperbaiki.
Mengisi malam mulia ini dengan berpikir terkadang dapat mempengaruhi manusia sehingga ia mengubah 180 derajat jalur kehidupannya. Aktivitas ilmiah dan berpikir di malam penuh berkah ini memang benar-benar dianjurkan oleh para ulama. Karena dampaknya juga luar biasa bagi setiap orang yang melakukannya. Para ulama sendiri mengisi malam Lailatul Qadr dengan berpikir, seperti yang dilakukan oleh mufassir besar Allamah Tabha’thaba’i. Beliau di akhir buku tafsirnya al-Mizan menulis, “Penulisan buku ini telah selesai di malam Lailatul Qadr, tanggal 23 Ramadhan tahun 1390 Hijriah Qamariah.”
(Dokumentasi/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email