Pesan Rahbar

Home » » Mazhab Salaf Shaleh Tentang Islamnya Mu’awiyah!

Mazhab Salaf Shaleh Tentang Islamnya Mu’awiyah!

Written By Unknown on Wednesday, 7 January 2015 | 12:23:00


Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Akhir-akhir ini kaum Salafi Wahhâbi gencar mempromosikan Mu’awiyah putra pasangan Abu Sufyan dan Hindun –si penyunyah jantung Hamzah paman Nabi saw.- sebagai salah satu sahabat agung Nabi Muhammad saw. Bahkan mereka tak henti-hentinya menyanjung Mu’awiyah sebagai Khalifah yang adil, penulis wahyu suci Nabi saw. dan khâl/paman kaum Mukminin!

Dalam mempromosikan Mu’awiyah, kaum Salafi Wahhâbi tak segan-segan menebar-hadis-hadis palsu dan/atau atsar murahan yang mereka pungut dari sana sini atas nama Salaf dan tokoh umat Islam …. semua bukti kejahatan, kebejatan, kefasikan dan kemunafikan Mu’awiyah yang nyata mereka abaikan! Keterangan para Salaf Shaleh; para sahabat mulia Nabi saw. mereka campakkan… mazhab Salaf yang baisanya mereka jadikan senjata utama kini mereka buang ke tong sampah! Itulah kenyataan yang terjadi.

Karenanya dalam kesempatan ini saya hanya akan mengajak Anda menyimak sikap dan pernyataan para sahabat besar tentang kemunafikan Mu’awiyah…

Kajian kita kali ini adalah tentang islam atau tidaknya Mu’awiyah! Yang saya maksudkan dengan islam di sini bukan pengertiannya secara umum yang dilambangkan dengan menbgucapkan dua kalimat syahadah malaupun ia tidak disertai dengan pembenaran dan mengimani keesaan Allah dan/atau kerasulan Nabi Muhammad saw. alias bermunafik! Yang dengannya pula si pengucap mendapatkan berbagai keistimewaan perlakuan Islam atasnya, seperti darahnya akan dihormati untuk tidak dibunuh, boleh dimakamkan di pemakaman Islam, boleh mewarisi keluarganya yang Muslim dll. Akan tetapi islam yang kami maksud adalah islam yang disempurnakan dengan mengimani kenabian Nabi Muhammad saw…. dan keimanan kepada kanabian dan karasulan Nabi Muhammad saw. adalah kunci islam. Karena barang siapa beriman kepada Nabi Muhammad saw. pasti ia beriman kepada Allah dan hari akhir, para malaikat serta larangan dan kewajiban dll. Sementara beriman kepada Allah saja atau kepada hari akhir saja belum meniscayakan beriman kepada Nabi saw. seperti misalnya yang terjadi para Ahli Kitab (Yahudi dan Nashara). Keimnan mereka itu tidak berguna sedikit pun.

Tetapi sebelumnya saya ajak Anda memperhatikan dan merenungkan sebuah rangkaian ayat dalam Al Qur’an yang berbicara tentang mentalitas kaum kafir Quraisy. Ayat tersebut adalah ayat 6-7 surah al Baqarah:

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُوْنَ خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوْبِهمْ وَ عَلَى سَمْعِهِمْ وَ عَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَ لَهُمْ عَذَابٌ عظِيْمٌ *

“Sesungguhnya orang-orang kafir tidak berbeda bagi mereka, baik engkau memberikan peringatan kepada mereka atau tidak; mereka tidak akan beriman. *Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka (dihalangi oleh) sebuah penutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.”

Kita berhak berhenti sejenak untuk mencari tau siapakah mereka yang Allah vonis dengan ayat di atas, bahwa mereka tidak akan pernah mau beriman! Perhatikan, bukan menyerah dengan menyatakan secara lisan dua kalimat syahadah sebagai formalitas menerima Islam sebagai agamanya walaupun tidak disertia dengan keimnanan!

Ayat di atas harus selalu kita kedepankan dalam menilai kaum kafir itu (yang walaupun di kemudian hari mereka menampakkan keislamannya) atas ucapan si alim A atau B atau harus kita jadikan hakim dalam menyikapi riwayat yang konon diriwayat atas nama Nabi saw. atau sahabat! Atau pujian Si Salaf A atau B atas Mu’awiyah! Sebab ayat di atas menjelaskan masalah yang sangat serius seputar keimanan mereka kepada al ghaib dan bahwa Allah Maha Mengetahui segala yang ghaib!

Selain ayat di atas masih banyak ayat lain yang menyebutkan “pridiksi Allah” (tentu jika istilah itu boleh dipinjam di sini) bahwa kaum gembong kaum kafir Quraisy yang sangat getol memerangi Nabi saw. itu tidak akan pernah mau beriman seperti ayat-ayat di bawah ini:

Surah Yâsîn ayat 1-11:

يس

Yaa Siin.

وَ الْقُرْآنِ الْحَكيمِ

Demi Al Qur’an yang penuh hikmah,

إِنَّكَ لَمِنَ الْمُرْسَلينَ

Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul- rasul,

عَلى‏ صِراطٍ مُسْتَقيمٍ

( yang berada) di atas jalan yang lurus,

تَنْزيلَ الْعَزيزِ الرَّحيمِ

( sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang.

لِتُنْذِرَ قَوْماً ما أُنْذِرَ آباؤُهُمْ فَهُمْ غافِلُونَ

agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak- bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai.(6)

لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلى‏ أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan ( ketentuan Allah ) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman.

إِنَّا جَعَلْنا في‏ أَعْناقِهِمْ أَغْلالاً فَهِيَ إِلَى الْأَذْقانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ

Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka ( diangkat ) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah.

وَ جَعَلْنا مِنْ بَيْنِ أَيْديهِمْ سَدًّا وَ مِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْناهُمْ فَهُمْ لا يُبْصِرُونَ

Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding(pula), dan Kami tutup ( mata ) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat.

وَ سَواءٌ عَلَيْهِمْ أَ أَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لا يُؤْمِنُونَ

Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman.

إِنَّما تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَ خَشِيَ الرَّحْمنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَ أَجْرٍ كَريمٍ

Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.


Abu Salafy:
Ayat-ayat di atas tidak butruh banyak usaha membongkarnya untuk memahami maknanya lebih dari butuh kepada mmengimani bahwa Allah adalah Dzat Yang maha Mengetahui segala yang ghaib. Ayat-ayat di atas sangat jelas sekali menegaskan bahwa kebanyakan kaum kafir Quraisy itu tidak akan beriman kepada Nabi saw. dan ayat-ayat senada telah banyak tersebar dalam Al Qur’an seperti juga telah Anda baca dalam surah Al Baqarah yang telah lalu. Dan keimanan kepada kesucian firman Allah SWT dalam kitab suci-Nya yang mendorong kita untuk selalu meragukan keimanan mereka yang baru mengikrarkan keislamannya di saat benteng kemusyrikan teratkhir mereka telah diruntuhkan dan mereka pun bertekuk lutut di dahapan kekuatan Islam, seperti kaum thulaqâ’ (penduduk kota Mekkah yang ditawan di saat fathu Mekkah lalu dibebaskan oleh Nabi saw., di antara mereka adalah Abu Sufyan, Hindun dan Mu’awiyah serta keluarga besar bani Umayyah) dan juga kaum A’râb (Arab Baduwi) yang jumlah mereka mencapai puluhan ribu!


Catatan Penting!
Satu hal yang tidak boleh dilupakan dan diabaikan bahwa ketika ayat di atas turun Abu Sufyan dan Mu’awiyah masih sedang aktikf-aktifnya memerangi Islam dan dakwah Nabi saw…. Jadi pastilah mereka masuk dalam apa yang dimaksud dalam ayat-ayat tersebut…. Sementara yang lainnya dari rakyat jelata masuk dalam yang dimaksud di dalamnya pada urutan berikutnya… Dan untuk mengatakan tidak, butuh kepada bukti yang mampu mengalahkan ketegasan dan kesecuain firman Allah di atas!

Dan jika ada yang berusaha membebaskan para pimpinan itu dari vonis Allah SWT di atas pastilah para pengikut mereka juga akan terbebas darinya dan itu artinya bahwa ayat suci di atas keliru atau dengan kata lain sia-sia dan hanya sekedar senda gurau belaka. Wal iyâdzul billah dari keyakinan seperti itu!


Antara Logika Al Qur’an dan Logika Salafi Wahhâbi

Dalam ayat-ayat di atas kecaman Allah dialamatkan kepada para pemimpin sebelum kepada para jelata yang mengikuti mereka. Jadi sebelum menjatuhkan vonis tegas di atas kepada para pengikut, Allah mengesakannya bahwa yang paling layak menerima vonis di atas adalah para pemimpin kekafiran! Sebab bisa jadi para pengikut itu hanya sekedar ikut-ikutan tanpa kesadaran penuh ketika memerangi Nabi saw. Atau boleh jadi mereka berada di bawah tekanan dominasi para pemimpin mereka, atau yang disebutkan dalam Al Qur’an dengan sebutan aimatul kufri/pemimpin kekafrian! Demikianlah logika Al Qur’an. Adapun logika para Salafi Wahhâbi, mereka siap menerima kesimpulan bahwa silahkan Allah menjatuhkan vonis keras-Nya atas kaum lemah dan para jelata itu selama kaum ningrat dan para pemimpin kekafiran Quraisy; Abu Sufyan, Mu’awiyah dan yang semisalnya tidak termasuk yang dikenai vonis itu… mereka akan membela dengan segala upaya untuk menyelamatkan tuan-tuan mereka dari vonis Allah SWT di atas! Karenanya, mereka tidak akan keberatan jika kaum lemah itu dikorbankan selama tuan-tuan mereka selamat!

Allah SWT Mengecam Bani Umayyah Dalam Al Qur’an Suci-Nya

Seperti telah saya katakan, sangat banyak ayat Al Qur’an yang menegaskan kenyataan seperti di atas. Karenanya saya hanya akan memilih beberapa dari saja agar tidak menjadi panjang lembaran kajian ini.
Surah Ibrahim ayat 28-30:

أَ لَمْ تَرَ إِلَى الَّذينَ بَدَّلُوا نِعْمَتَ اللَّهِ كُفْراً وَ أَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دارَ الْبَوارِ

Tidakkah kamu perhatikan orang- orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,

جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَها وَ بِئْسَ الْقَرارُ

yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.

وَ جَعَلُوا لِلَّهِ أَنْداداً لِيُضِلُّوا عَنْ سَبيلِهِ قُلْ تَمَتَّعُوا فَإِنَّ مَصيرَكُمْ إِلَى النَّارِ

Orang- orang kafir itu telah menjadikan sekutu- sekutu bagi Allah supaya mereka menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: ”Bersenang-senanglah kamu, karena sesungguhnya tempat kembalimu ialah neraka.”

Abu Salafy:
Dalam keterangannya, para ahli tafsir telah membongkar data-data yang sangat bermanfaat untuk kejian kita, di mana para ulama kita dengan tegas mengabadikan ketarangan tafsir ayat-ayat di atas yang menyebut secara spesifik siapa yang dimaksud dengan para pemimpin yang telah merubah nikmat Allah dan menjerumuskan kaumnya ke dalam kehancuran dunia aklhirat itu? Mereak itu tiada lain adalah Bani Umayyah dan bani Makhzûm. Dan mereka itulah para pemimpin kekafiran yang disebutkan Allah dalam Al Qur’an-Nya.

Dalam kesempatan ini saya hanya mengajak Anda menyimak keterangan para ulama kita tentang ayat-ayat di atas. Setelahnya kepyutusan apapun saya serahkan kepada Anda dan kepekaan analisis Anda.


Ketarangan Imam Ibnu Jarir ath Thabari 

Dalam kesempatan ini saya ajak Anda menyimak langsung ketarangan imam ahli tafsir tertua yang keetarang-ketarangannya selalu dijadikan acuan banyak ulama … sebagaimana juga sering dirujuk Ustadz Firanda dalam mendukung pemahaman yang ia usung!

Ibnu Jarir berkata tentang ayat-ayat di atas:

القول في تأويل قوله تعالى : { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ (28) جَهَنَّمَ يَصْلَوْنَهَا وَبِئْسَ الْقَرَارُ (29) } يقول تعالى ذكره: ألم تنظر يا محمد( إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) يقول: غيروا ما أنعم الله به عليهم من نعمه ، فجعلوها كُفرا به، وكان تبديلهم نعمة الله كفرا في نبيّ الله محمد صلى الله عليه وسلم ، أنعم الله به على قريش ، فأخرجه منهم ، وابتعثه فيهم رسولا رحمة لهم ، ونعمة منه عليهم ، فكفروا به ، وكذّبوه ، فبدّلوا نعمة الله عليهم به كفرا. وقوله:( وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) يقول: وأنزلوا قومهم من مُشركي قريش دار البوار ، وهي دار الهلاك ، يقال منه: بار الشيء يبور بورا: إذا هلك وبطل .. وقيل: إن الذين بدّلوا نعمة الله كفرا: بنو أمية ، وبنو مخزوم.

“Pendapat tentang firman Allah –Ta’ala-: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahanam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman.” Allah –Ta’ala- berfirman, “Tidakkah engkau –hai Muhammad melihat/meperhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran maksudnya: merubah-rubah nikmat-nikmat yang Allah anugerahkan kepada mereka lalu mereka mengkufurinya. Dan penukaran nikmat Allah yang mereka lakukan adalah dengan mengufuri Nabi Muhammad saw.. Allah menganugerahkan nikmat itu kepada suku Quraisy dan mengeluarkan beliau dari mereka dan mengutusnya sebagai rasul di antara mereka karena belas kasih Allah dan nikmta-Nya atas mereka, tetapi mereka mengingkarinya, membohongkannya dan menukar nikmat Allah itu dengan kekafiran. Dan firman Allah: “dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahanam” Allah berfirman, “Mereka mencelakakan kaum mereka dari kalangan Musyrik Quraisy ke dalam lembah kebinasaan…. ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan: perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran adalah Bani Umayyah dan Bani Makhzûm.”

Setelahnya beliau melanjutkan:
Keterangan tentang para ahli tahfir yang mengatakan pendapat ini. Beliau berkata:

ذكر من قال ذلك:
حدثنا ابن بشار وأحمد بن إسحاق ، قالا ثنا أبو أحمد ، قال : ثنا سفيان ، عن عليّ بن زيد ، عن يوسف بن سعد ، عن عمر بن الخطاب ، في قوله:( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ ) قال: هما الأفجران من قريش: بنو المغيرة ، وبنو أمية ، فأما بنو المغيرة فكفيتموهم يوم بدر ؛ وأما بنو أمية فمتِّعوا إلى حين.
حدثني المثنى ، قال : ثنا أبو نعيم الفضل بن دكين ، قال : أخبرنا حمزة الزيات ، عن عمرو بن مرّة ، قال : قال ابن عباس لعمر رضي الله عنهما: يا أمير المؤمنين ، هذه الآية ( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) ؟ قال: هم الأفجران من قريش أخوالي وأعمامك ، فأما أخوالي فاستأصلهم الله يوم بدر ، وأما أعمامك فأملى اللَّه لهم إلى حين.
حدثنا محمد بن بشار ، قال : ثنا عبد الرحمن ، قال : ثنا سفيان ، عن أبي إسحاق عن عمرو ذي مرّ ، عن عليّ ( وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: الأفجران من قريش.
حدثنا ابن بشار ، قال : ثنا عبد الرحمن ، قال : ثنا شعبة ، عن أبي إسحاق ، عن عمرو ذي مرّ ، عن عليّ ، مثله/ حدثنا أحمد بن إسحاق ، قال : ثنا أبو أحمد ، قال : ثنا سفيان وشريك ، عن أبي إسحاق ، عن عمرو ذي مرّ ، عن عليّ ، قوله ( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: بنو المغيرة وبنو أمية ، فأما بنو المغيرة ، فقطع الله دابرهم يوم بدر ، وأما بنو أمية فمُتِّعوا إلى حين.
حدثنا محمد بن المثنى ، قال : ثنا محمد بن جعفر ، قال : ثنا شعبة ، عن أبي إسحاق ، قال : سمعت عمرا ذا مرّ ، قال : سمعت عليا يقول في هذه الآية( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: الأفجران من بني أسد وبني مخزوم.
حدثنا ابن المثنى ، قال : ثنا عبد الرحمن ، قال : ثنا شعبة ، عن القاسم بن أبي بزّة ، عن أبي الطفيل ، عن عليّ ، قال : هم كفار قريش. يعني في قوله ( وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ جَهَنَّمَ )، حدثنا ابن المثنى ، قال : ثنا محمد بن جعفر ، قال : ثنا شعبة ، عن القاسم بن أبي بزّة ، عن أبي الطفيل أنه سمع عليّ بن أبي طالب ، وسأله ابن الكوّاء عن هذه الآية( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: هم كفار قريش يوم بدر.
حدثنا ابن وكيع ، قال : ثنا أبو النضر هاشم بن القاسم ، عن شعبة ، عن القاسم بن أبي بزّة ، قال : سمعت أبا الطفيل ، قال : سمعت عليا ، فذكر نحوه.
حدثنا أبو السائب ، قال : ثنا أبو معاوية ، عن إسماعيل بن سميع ، عن مسلم البطين ، عن أبي أرطأة ، عن عليّ في قوله( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) قال: هم كفَّار قريش .
هكذا قال أبو السائب مسلم البطين ، عن أبي أرطأة.حدثنا الحسن بن محمد الزعفراني ، قال : ثنا أبو معاوية الضرير ، قال : ثنا إسماعيل بن سميع ، عن مسلم بن أرطأة ، عن عليّ ، في قوله تعالى( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) قال: كفار قريش.
حدثنا الحسن بن محمد ، قال : ثنا يعقوب بن إسحاق ، قال : ثنا شعبة ، عن القاسم بن أبي بزّة ، عن أبي الطفيل ، عن عليّ ، قال في قول الله( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: هم كفار قريش.
حدثنا الحسن بن محمد ، قال : ثنا شبابة ، قال : ثنا شعبة ، عن القاسم بن أبي بزّة ، قال : سمعت أبا الطفيل يحدّث ، قال : سمعت عليا يقول في هذه الآية( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: كفار قريش يوم بدر.
حدثنا الحسن ، قال : ثنا الفضل بن دكين ، قال : ثنا بسام الصَّيرفيّ ، قال : ثنا أبو الطفيل عامر بن واثلة ، ذكر أن عليا قام على المنبر فقال: سلوني قبل أن لا تسألوني ، ولن تسألوا بعدي مثلي ، فقام ابن الكوّاء فقال ، من( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ )؟ قال: منافقو قريش .
حدثنا الحسن ، قال : ثنا محمد بن عبيد ، قال : ثنا بسام ، عن رجل قد سماه الطنافسيّ ، قال : جاء رجل إلى عليّ ، فقال: يا أمير المؤمنين: من ( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) ؟ قال: في قريش.
حدثنا أحمد بن إسحاق ، قال : ثنا أبو أحمد ، قال : ثنا بسام الصيرفيّ ، عن أبي الطفيل ، عن عليّ أنه سئل عن هذه الآية( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) قال: منافقو قريش.
حدثنا الحسن بن محمد ، قال : ثنا عفان ، قال : ثنا حماد ، قال : ثنا عمرو بن دينار ، أن ابن عباس قال في قوله ( وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: هم المشركون من أهل بدر.
حدثنا الحسن بن محمد ، قال : ثنا عبد الجبار ، قال : ثنا سفيان ، عن عمرو ، قال : سمعت عطاء يقول: سمعت ابن عباس يقول: هم والله أهل مكة ( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ).
حدثنا القاسم ، قال : ثنا الحسين ، قال : ثنا صالح بن عمر ، عن مطرف بن طريف ، عن أبى إسحاق قال: سمعت عمرا ذا مرّ يقول: سمعت عليا يقول على المنبر ، وتلا هذه الآية ( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: هما الأفجران من قريش ، فأما أحدهما فقطع الله دابرهم يوم بدر ، وأما الآخر فمُتِّعوا إلى حين.
حدثني محمد بن عمرو ، قال : ثنا أبو عاصم ، قال : ثنا عيسى = وحدثني الحارث ، قال : ثنا الحسن ، قال: حدثنا ورقاء ، وحدثنا الحسن ، قال : ثنا شبابة ، قال : ثنا ورقاء جميعا ، عن ابن أبي نجيح ، عن مجاهد قوله( بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) قال: كفار قريش.
حدثنا أحمد بن إسحاق ، قال : ثنا أبو أحمد ، قال : ثنا عبد الوهاب ، عن مجاهد ، قال : كفار قريش/ حدثنا المثنى ، قال : ثنا أبو حذيفة ، قال : ثنا شبل ، عن ابن أبي نجيح ، عن مجاهد( بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) كفار قريش.
حدثنا القاسم ، قال : ثنا الحسين ، قال : حدثني حجاج ، عن ابن جريج ، عن مجاهد ، مثله
حدثنا الحسن بن يحيى ، قال : أخبرنا عبد الرزاق ، قال : أخبرنا ابن عيينة ، عن عمرو بن دينار ، عن عطاء ، قال : سمعت ابن عباس يقول: هم والله ( الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قريش. أو قال: أهل مكة.
….
حدثني المثنى ، قال : ثنا عمرو بن عون ، قال : أخبرنا هشيم ، عن إسماعيل بن أبي خالد ، عن أبي إسحاق ، عن بعض أصحاب عليّ ، عن عليّ ، في قوله( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) قال: هم الأفجران من قريش من بني مخزوم وبني أمية ، أما بنو مخزوم فإن الله قطع دابرهم يوم بدر ، وأما بنو أمية فمُتِّعوا إلى حين.
….
حُدثت عن الحسين ، قال : سمعت أبا معاذ يقول: أخبرنا عبيد بن سليمان ، قال : سمعت الضحاك ، يقول في قوله ( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا ) … الآية ، قال : هم مشركو أهل مكة.

Abu Salafy:
Demi meringkas saya hanya akan menerjemahkan inti teks riwayat dalam keterangan Ibnu Jarir di atas.
Umar bin al Khaththab ra. tentang ayat di atas:

قال: هما الأفجران من قريش: بنو المغيرة ، وبنو أمية ، فأما بنو المغيرة فكفيتموهم يوم بدر ؛ وأما بنو أمية فمتِّعوا إلى حين.

“Mereka adalah dua keluarga jahat/fajir dari suku Quraisy yaitu bani Mughirah dan bani Umayyah. Adapun bani Mughirah mereka telah dihabisi dalam parang Badar.Sedangkan bani Umayyah mereka diberi tangguh sampai saat yang ditentukan.”


Ibnu Abbas dari Umar ra. dengan keterangan serupa. 

Ali ra. berkata:

عن عليّ ( وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: الأفجران من قريش.

Tentang ayat “dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahanam” mereka adalah dua keluarga jahat dari suku Quraisy.

عن عليّ ، قوله ( أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ ) قال: بنو المغيرة وبنو أمية ، فأما بنو المغيرة ، فقطع الله دابرهم يوم بدر ، وأما بنو أمية فمُتِّعوا إلى حين.

Dari Ali tentang firman Allah: “Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,” ia berkata, “Mereka adalah bani Mughirah dan Bani Umayyah. Adapun bani Mughirah maka Allah telah memutus kejahatan mereka. Sedangkan bani Umayyah mereka diberi tangguh hingga waktu tertentu.

Juga dari Ali ra.

سلوني قبل أن لا تسألوني ، ولن تسألوا بعدي مثلي ، فقام ابن الكوّاء فقال: من(الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ) ؟ قال: منافقو قريش

“Tanyalah kepadaku sebelum nanti kalian (tidak bisa) bertanya kepadaku. Dan kalian tidak akan pernah akan bertanya kepada seorang pun sepertiku sepeninggalku nanti. Maka Ibnu Kawwâ’ berdiri dan berkata, ‘Siapakah yang dimaksud dengan, “orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,” Ali berkata, “Mereka adalah kaum munafik dari kalangan suku Quraisy!”

Abu salafy:
Jelas sudah dari ketarangan para sahabat tentang siapa yang dimaksaud dengan mereka yang merubah nikmat Allah dengan kekafiran dan menjerumuskan kaumnya ke dalam kebinasaan dunia dan akhirat… mereka adalah bani Makhzum, Bani Mughirah dan utamanya adalah bani Umayyah, keluarganya Mu’awiyah![1]


Keterangan Ibnu Katsir

Dalam tafsirnya yang terkenal Ibnu Katsir[2] merangkum keterangan para sahabat dan generasi Salaf tentang ayat di atas. Di antaranya ia berkata:

قال ابن أبي حاتم: حدثنا أبي، حدثنا ابن نفيل قال: قرأت على مَعْقِل، عن ابن أبي حسين قال: قام علي بن أبي طالب، رضي الله عنه، فقال: ألا أحد يسألني عن القرآن، فوالله لو أعلم اليوم أحدا أعلم مني به وإن كان من وراء البحار لأتيته. فقام عبد الله بن الكواء فقال: من الذين بدلوا نعمة الله كفرًا وأحلوا قومهم دار البوار؟ فقال: مشركو قريش، أتتهم نعمة الله: الإيمان، فبدلوا نعمة الله كفرا وأحلوا قومهم دار البوار

… dari Ibnu Abi Husain ia berkata, “Ali bin Abi Thalib ra. berdiri lalu berkata. ‘Tidakkah ada seorang yang mau bertanya kepadaku tentang Al Qur’an. Demi Allah, andai aku sekarang ini tau ada seseorang yang lebih mengerti tentang Al Qur’an dariku, walaupu ia berada di balik lautan sana pastilah aku datangi ia.’ Maka bangkitlah Ibnu Kawâ’ lalu berkata, ‘Siapakah yang dimaksud dengan: orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,” ia berkata, “Mereka adalah kaum Musyrik Quraisy. Datang kepada mereka nikmat Allah lalu mereka menukarnya dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,”

Al Adawi berkata tentang ayat di atas:

وقال العدوي في قوله: { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا } الآية، ذكر مسلم المستوفي عن علي أنه قال: هم الأفجران من قريش: بنو أمية، وبنو المغيرة، فأما بنو المغيرة فأحلوا قومهم دار البوار يوم بدر، وأما بنو أمية فأحلوا قومهم دار البوار يوم أحد. وكان أبو جهل يوم بدر، وأبو سفيان يوم أحد. وأما دار البوار فهي جهنم.

“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,” Muslim al Mustawfi menyebutkan dari Ali bahwa ia berkata, “Mereka adalah dua keluarga jahat dari suku Quraisy yaitu bani Umayyah dan bani Mughirah. Adapun bani Mughirah mereka telah menjatuhkan kaumnya ke dalam kebinasaan di hari perang Badar. Adapun bani Umayyah mereka menjatuhkan kaumnya ke dalam kehancuran di parang Uhud.Abu Jahal di hari parang Badar sedangkan Abu Sufyan di hari parang Uhud. Adapun maksud Dârul Bawâr adalah neraka Jahannam.

وقال ابن أبي حاتم، رحمه الله: حدثنا محمد بن يحيى، حدثنا الحارث بن منصور، عن إسرائيل، عن أبي إسحاق، عن عمرو بن مرة قال: سمعت عليا قرأ هذه الآية: { وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ } قال: هم الأفجران من قريش: بنو أمية وبنو المغيرة، فأما بنو المغيرة فأهلكوا يوم بدر، وأما بنو أمية فمتِّعوا إلى حين.
ورواه أبو إسحاق، عن عمرو بن مرة، عن علي، نحوه.
وروي من غير وجه عنه.

Ibnu Abi Hâtim meriwayatkan…… dari ‘Amr bin Murrah ia berkata, “Aku mendengar Ali membaca ayat ini:

“وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ 

dan berkata, “Mereka adalah dua keluarga jahat dari suku Quraisy; bani Umayyyah dan bani Mughirah. Adapun bani Mughirah mereka telah dibinasakan dalan parang Badar. Sedangkan bani Umayyah mereka diberi tangguh hingga waktu tertentu.”

Dan atsar serupa juga diriwayatkan Abu Ishaq dari ‘Amr bin Murrah dari Ali.

Dan selain jalur di atas, banyak jalur lain yang meriwayatkan tafsir Ali.

وقال سفيان الثوري، عن علي بن زيد، عن يوسف بن سعد، عن عمر بن الخطاب، في قوله: { أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا } قال: هم الأفجران من قريش: بنو المغيرة وبنو أمية، فأما بنو المغيرة فكُفيتمُوهُم يوم بدر، وأما بنو أمية فمتعوا إلى حين.

Sufyan ats Tsawri meriwayatkan … dari Umar bin al Khaththab tentang firman Allah:“Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran.” Umar berkata, “Mereka adalah dua keluarga jahat dari suku Quraisy; bani Umayyyah dan bani Mughirah. Adapun bani Mughirah mereka telah dibinasakan dalan parang Badar. Sedangkan bani Umayyah mereka diberi tangguh hingga waktu tertentu.”

وكذا رواه حمزة الزيات، عن عمرو بن مرة قال: قال ابن عباس لعمر بن الخطاب: يا أمير المؤمنين، هذه الآية: { الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ } قال: هم الأفجران من قريش: أخوالي وأعمامك فأما أخوالي فاستأصلهم الله يوم بدر، وأما أعمامك فأملى الله لهم إلى حين.

Demikian juga diriwayatkan oleh Hamzah az Zayyât dari ‘Amr bin Murrah, ia berkata, “Ibnu Abbas berkata kepada Umar, ‘Wahai Amirul Mukminin, ayat ini: “orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,”, siapa yang dimaksud? Umar berkata, ““Mereka adalah dua keluarga jahat dari suku Quraisy; paman-paman dari sisi ibuku dan paman-paman dari sisi ayahmu (bani Umayyahmaksudnya_pen). Adapun paman-paman dari sisi ibuku, Allah telah binasakan mereka. adapun paman-paman dari sisi ayahmu maka Allah memberi tangguh hingga waktu tertentu.”


Abu Salafy:

Demikianlah telah Anda saksikan langsung bagaimana para sahabat besar, seperti Sayyidina Umar ra, Sayyidina Ali ra, Ibnu Abbas ra. dan para tokoh Salaf lainnya memaknai ayat di atas. Dan tentaunya tafsir mereka itu bersumber dari Nabi saw., sebab tidak mungkin dalam masalah seperti ini mereka akan memaknai ayat tanpa dasar nash dari Nabi saw. Dan dalam istilah para ulama, atsar/hadis para sahabat yang berbicara tentang makna ayat apalagi yang terkait asbab nuzulnya walaupun ia bersifat mauqûf tetapi ia dihukumi sebagai marfû’!

Dan tentunya ini adalah juga mewakili pandangan Salaf Shaleh yang biasanya sangat diandalkan kaum Salafi Wahhâbi dalam memahami nash-nash suci; Al Qur’an dan Sunnah, seperti slogan yang selalu mereka propagandakan: Kembali kepada Al Qur’an dan Sunnah berdasarkan pemahaman Salaf Shaleh! Karenanya adalah sangat aneh apabika dalam memaknai ayat ini mereka membuang dan mencampakkan pemahaman Salaf! Dan itu sekaligus sebagai bukti bahwa apa yang mereka propagandakan itu hanya sekedar tipu muslihat belaka… Salaf Shaleh hanya sekedar dekor dan dibuat tambal butuh semata!


Keterangan Ibnu Hayyân

Dalam tafsirnya yang berjudul al bahru al Muhîth,7/159 Abu Hayyân menyebutkan riwayat tafsir Sayyidina Ali ra.:

هم منافقو قريش أنعم عليهم بإظهار علم الإسلام بأن صان دماءهم وأموالهم وذراريهم ، ثم عادوا إلى الكفر

“Mereka adalah kaum munafik dari suku Quraisy. Allah telah memberi nikmta atas mereka dengan ditampakkannya/dimenangkannya panji Islam dengan dipeliharanya darah-darah dan harta-harta serta anak-anak mereka kemudian mereka kembali kepada kekafiran.”


Abu Salafy:
Ini adalah pemaknaan yang tepat sekali!


Hadis-hadis Riwayat Imam al Hakim dan Para Ulama Ahli Hadis Lainnya!

Selain itu, Anda dapat membaca berbagai riwayat yang menegaskan ucapan dan sikap Sayyidina Ali ra. di antaranya sebagai berikut:

أخبرنا أبو الحسن علي بن محمد بن عقبة ، ثنا الحسن بن علي بن عفان ، ثنا محمد بن عبيد الطنافسي ، ثنا بسام بن عبد الرحمن الصيرفي ، ثنا أبو الطفيل ، قال : رأيت أمير المؤمنين علي بن أبي طالب رضي الله عنه قام على المنبر ، فقال : « سلوني قبل أن لا تسألوني ولن تسألوا بعدي مثلي » قال : فقام ابن الكواء فقال : … قال : فمن ( الذين بدلوا نعمة الله كفرا وأحلوا قومهم دار البوار جهنم ) قال : « منافقو قريش » « هذا حديث صحيح الإسناد ولم يخرجاه »

“Al Hakim meriwayatkan ….. Abu Thufail berkata, ‘Aku mendengar Amirul Mukimin Ali bin Abi Thalib ra. berkata dari atas mimbar, ‘Tanyalah kepadaku sebelum kalian nanti tidak bisa bertanya kepadaku. Dan kalian tidak akan pernah bisa bertanya kepada seorang sepertiku sepeninggalku nanti! Maka Ibnu Kawâ’ berdiri seraya berkata, ‘…. Siapakah yang dimaksud dengan“orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan,” Ali ra. berkata, “Mereka adalah kaum munafik dari suku Quraisy.”[3]

Al Hakim berkata, “Ini adalah hadis shahih sanadnya tetapi keduanya (Bukhari dan Muslim) tidak meriwayatkannya.”

Beliau juga mengulangi kembali ketika menafsirekan surah al Hijr (3/107) dan setelahnya berkata, “Ini adalah hadis shahih tinggi sanadnya. Bassâm bin Abdurrahman al Shairafi termasuk perawi dari kota Kufah tsiqah termasuk yang disepakati keshahihan hadisnya. Tetapi keduanya tidak meriwayatkannya.”

Dalam kesempatan lain ketika menafsirkan surah Ibrahim, al Hakim juga kembali meriwayatkannya dan juga menegaskan keshahihannya.

Hadis yang sama juga diriwayatkan oleh asy Syâsi dalam Musnadnya,2/148.

_____________________________

Mengapa Para Salafi Wahhâbi Meninggalkan Pendapat Imam Ali, Sahabat Ammar, Abu Dzar, Ubadah bin Shamit ra. dkk.

Selain itu, kita menyaksikan bagaimana para Salafi Wsahhâbi (yang biasanya sangat mendewakan Para Salaf) kini mendadak berbalik arah. Mereka tidak lagi menggubris sikap dan pandangan para sahabat mulia itu ra. tentang Mu’awiyah dan lebih mengedepankan pendapat Ahmad bin Hanbal, Rabî’ al Halabi atau Ibnu Taimiyah misalnya! Ada apa dengan sikap mereka ini! Mengapa mereka mendadak membuang pendapat Para Salaf Shaleh yang biasanya mereka jadikan slogan untuk menjaring kaum awam?!

Akan tetapi bagi Anda yang telah mengenal kecintaan kaum Salafi Wahhâbi kepada mantan-mantan kaum kafir yang belum jelas keimanan mereka pasti tidak akan heran! Mereka telah memasang badan untuk membela kaum munafik di manapu mereka berada? Dan apapun kejahatan dan kezaliman mereka?

Selama mereka adalah bani Umayyah dan koleganya maka kaum Salafi Wahhâbi siap membelanya!

Referensi:
[1] Lebih lanjut dipersilahkan merujuk langsung ke dalam tafsir ath Thabari, 16/5 hingga selesai.
[2] 4/509.
[3] Al Mustadrak, 8/416 ketika menafisrkan surah adz Dzâriyât.


Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Sikap dan Pernyataan Sayyidina Ali dan Sayyidina Ammar bin Yasir ra.

Dalam kesempatan ini sengaja saya tidak menampilkan hadis-hadis Nabi saw. yang berbicara tentang keburukan akidah dan prilaku serta kesudahan sû’/jelek Mu’awiyah. Saya hanya sedikit akan berpanjang-panjang dalam menyebutkan sikap Sayyidina Ali, Sayyidina Ammar bin Yasir ra. dan Sayyidina Muhammad ibnul Hanafiyah (putra Sayyidina Ali ra dari ibu selain Siti Fatimah as.) serta beberapa kutipan dari generasi Salaf Shaleh lainnya….

Memerinci sejarah kejahatan Mu’awiyah memerlukan buku khusus untuknya…. untuk sementara ini saya belum memiliki waktu yang cukup untuk itu… karenanya sekali lagi saya katakan habwa saya hanya akan mengajak Anda menyimak sikap para sahabat dan generasi Salaf Shaleh tantang Mu’awiyah. Tetapi ada baiknya jika Anda kenali sedikit tentang latar belakang kehidupna Mu’awiyah.

Mu’awiyah lahir tujuh tahun sebelum kenabian. Ada yang mengatakan lima tahun sebelum kenabian. Dan ada pula yang mengatakan tiga belas tahun sebelum kenabian. Demikian juga diperselisihkan tentang usianya, ada yang mengatakan 82 tahun. Ada yang mengatakan 78 tahun dan ada pula yang mengatakan 86 tahun.

Jika kita ambil data pertengahan dari data-data di atas maka usia Mu’awiyah ketika mati adalah 80 tahun. Usianya di masa kebanian adalah (7 tahun+23 tahun=30 tahun). Kemudian 30 tahun masa kekhalifahan empat Khalifah Rasyidin dan ditambah 20 tahun maka kerajaannya. Maka total usianya adalah delapan puluh tahun.

Mu’awiyah hidup dalam lingkungan keluarga yang sangat memusuhi Nabi Muhammad saw. dan Dakwah kenabian. Baik dari sisi keluarga ayahnya maupun dari sisi keluarga ibunya! Abu Sufyan adalah Pemimpin Ahzâb (apasukan kualisi bentukannya yang menggabungkan berbagai kekuatan suku-suku Arab untuk memerangi Nabi Muhammad saw.)… ibuny adalah Hindun si pengunyah jantung Hamzah –paman Nabi saw.-, di mana setelah kesyahidan Hamzah, Hindun merobek-robek perut Sayyidina Hamzah ra. yang mengeluarkan isi perutnya dan mengunyah jantungnya, serta memutilasi jasad suci paman Nabi Muhammad saw.) Hindun adalah putri ‘Utbah. Bibinya adalah Ummu Jamil istri Abu Lahab yang digelari Allah dengan Hammâlatal hathob/si pembawa kayu bakar/fitnah! Kedua abangnya yang bernama Handhalah dan ‘Amr yang juga mati dalam keadaan syirik dan menentang agama Allah. Atau pamanya dari sisi ibu seperti al Walid yang mati terbunuh dalam perang Badar ketika memerangi Nabi saw. dan kaum Muslimin. Atau kakeknya dari sisi ibu ‘Utbah bin Rabi’ah yang juga mati di parang Badar. Atau saudara kakeknya yang bernama Syaibah bin Rabi’ah yang juga mati di perang Badar…

Dari sini Anda dapat saksikan bahwa kemanapun Anda mengarahkan pandangan Anda terhadap keluarga besar Mu’awiyah Anda pasti akan menemukan para gembong kekafiran dan kemusyrikan yag sangat getol permusuhannya kepada Nabi Muhammad saw. dan lingkungan ini pastilah telah memberikan engaruh buruknya kepada bocah/remaja yang tumbuh besar di dalamnya. Dan tidaklah mudah untuk melepas diri dari belenggu pengaruhnya kecuali jika ia memiliki keimanan yang yang super kuat! Dan hal inilah yang tidak kita temukan dalam sejarah hidup Mu’awiyah setelah ia terpaksa melafadzkan kalimat syahadat setelah ditaklukkannya kota suci Mekkah yang saat itu menjadi benteng terakhir kemusyrikan.

Sejarah mencatat bahwa kaum kafir Quraisy mempekerjakan anak-anak kecil/bocah-bocah mereka untuk mengganggu Nabi saw…. dan tentunya dengan demikian mudah bagi mereka untuk meminta uzur kepada Nabi saw. bahwa tindakan itu hanya dilakukan anak-anak kecil belaka! Dan tentunya, karena lingkungan keluarga yang sangat memusuhi Nabi saw. maka Mu’awiyah tidka mungkin ketinggalan untuk dikirim kedua orang tuanya untuk mengganggu Nabi saw. dengan ejekan, hinaan, sampai lembaran batu dan gangguan lainnya!

Pada periode dakwah di Mekkah, Nabi saw. Muhammad saw. dan kaum Muslimin benar-benar mendapatkan tekanan dan gangguan yang luar biasa dari kaum Musryik… para sahabat pun mengalami penyiksaan yang kengerikan dan sangat kejam… Pastilah Mu’awiyah menyaksikan semua kejahatan dan kekejaman yang dilakukan anggota keluarganya itu dan memorinya pasti dipenuhi dengan kejahatan dan kekejaman itu!

Bisa dibuktikan bahwa dari total 70 jenis dosa besar, empat puluh (40)nya telah dilakukan oleh Mu’awiyah… dan data-data kejahatan itu telah diabadikan dalam kitab-kitab sejarah Ahlusunnah dengan sanad-sanad yang shahihah. Andai kejahatan-kejahatan itu dilakukan oleh selain Mu’awiyah pastilah tak akan ada seorang pun yang berselisih untuk mengecam dan mengutuknya! Tetapi karena palaku kajahatan itu adalah Mu’awiyah maka kaum Salafi Wahhâbi tetap membelanya… walaupun a bertentangan dengan nurani sekali pun! Semua itu karena Mu’awiyah pernah menjadi penguasa dan mendapat dukungan atas nama agama dari kaum fasik yang menjilat kepadanya! Oleh sebab itu pengaruhnya hingga kini dirasakan… sehingga sebagin umat Islamm menganggapnya sebagai manusia suci yang sangat berjasa terhadap Islam dan kejayaannya!

Inilah sekilas tentang Mu’awiyah dan kehidupan keluarganya serta lingkungan yang membentuk karakternya. Dan ini adalah bagian pertama dari pemhasan saya tentang islamnya Mu’awiyah….


Apa Kata Sayyidina Ali ra. Tentang Islamnya Mu’awiyah?

Tidak ada yang lebih pantas berbicara tentang islam atau kekafiran Mu’awiyah dari orang-orang yang hidup sezaman dengannya, mengetahui seluk beluk kehidupan dan tindak-tanduknya…. mereka yang hidup sezaman dengan Mu’awiyah apalagi yang tulus dalam keimanan, sempurna dalam kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya dan ikhlas perjuangannya dalam membela agama Allah… siapa lagi kalau huan para sahabat Nabi mulia ra., seperti Ali, Ammâr bin Yâsir dan para sahabat mulia lainnya.

Hal penting yang perlu dcatat di sini adalah bahwa masalah islamnya Mu’awiyah memang telah diperselisihkan sejak waktu yang sangat dini, apakah ia telah mengikrarkannya dengan tulus atau hanya sekedar untuk menyelamatkan diri semata alias bermunafik!

Dan inilah yang menjadi fokus kajian kita kali ini… bukan masalah kekafiran Mu’awiyah… walaupun semua menyadari bahwa kemunafikan itu jauh lebih keji dari sekedar kekafiran!

Mungkin bagi sebagian pembahasan seperti ini tidak layak diangkat masa kini mengingat telah “disepakati” bahwa Mu’awiyah adalah seorang sahabat agung yang baik islamnya… walaupun entah apa dasarnya “disepakati” itu?!

Al hasil, sering kali apa yang dianggap telah rampung dewasa ini ternyata hal itu di masa-masa awal Islam adalah sebaliknya… seperti kasus kita ini… di mana ada anggapan bahwa urusan islamnya Mu’awiyah sudah dianggap rampung, sementara kenyataannya tidak demikian… para pembesar sahabat tidak sedikit yang meragukannya… bahkan lebih dari itu mereka mebegaskan bahwa Mu’awiyah (dan juga Abu Sufyan, bapaknya) hanya bermunafik belaka!

Karenanya, kita akan cari tau apa kata para pembesar Salaf Shaleh yang biasanya menjadi andalan kaum Salafi Wahhâbi dalam membenagun agama mereka! Dan ijma’ atau pendapat mayoritas sahabat pasti harus lebih kita kedepankan ketimbang ijma’ (tentunya jika ada ijma’ itu) lainnya, Itu pasti!! Dan seandainya terjadi perbedaan di antara para sahabat sendiri, kita harus mengedepankan pendapar para pembesar sahabat yang sangat dekat dan kental persahabatannya kepada Nabi saw. itupun setelah kita sodorkan pendapat mereka kepada Al Qur’an dan Sunnah Nabi saw. yang shahihah! Lalu bagaimana jika kita temukan pendapat sebagian ulama yang datang belakang, seperti misalnya. Ahmad bin Hanbal, al Barbahâri (rujukan andalan kaum Salafi Wahhâbi dalam melawan musuh-musuh akidah Tajsîm dan Tasybîh), Ibnu Buththah, Ibnu Taimiyah dkk. itu tertentangan dengan pendapat para sahabat agung ra.? Tentu kita lebih berkewajiban menolak pendapar mereka dan mengedepankan pendapat para sahabat mulia!

Salafi adalah sebuah metode dana beragama dan meneriman ajaran-ajarannya.. ia bukan mazhab! Sehingga siapa yang lebih mengikuti Salaf ia berhak menyebut dirinya Salafi… dan yang membuang Salaf tidak berhak menyebut dirinya sebagai Salafi, apalagi memonopolinya!

Oleh karena itu, siapa yang berminat mengetahui sejatinya islamnya Mu’awiyah maka hendaknya ia meneliti apa kata Salaf umat ini tentangnya… bukan menutup diri dan fanatik buta kepada pendapat Ibnu Taimiyah atau ibnu-ibnu lainnya!

Perlu saya ingatkan kembali bahwa para sahabat besar telah menyangsikan islamnya Mu’awiyah putra Abu Sufyan! Demikian pula dengan sebagian pembesar tabi’în dan tokoh ulama Ahlusunnah!

Dan demi ringkasnya, saya akan langsung menyebutkan pendapat Sayyidina Ali ra. dan Sayyidina Ammâr ra.


Pendapat Sayyidina Ammâr ra.

Saya akan menyebutkan sikap dan pendapat Sayyidina Ammâr ra. terlebih dahulu karena penukilan dari beliau sangat banyak dan masyhur serta beliau dalam sikap dan pendapatnya ini diikuti oleh pasa sahabat Ahli Badr… disamping beliau kurang mendapat perhatian selayaknya dari kalangan Salafi Wahhâbi… entah mengapa? Mungkin karena Sayyidina Ammâr ra. sangat membenci tuan mereka dan membongkar kemunafikannya?!

Sayyidina Ammâr ra. menegaskan bahwa para tokoh pembangkang kota Syâm (Mu’awiyah Cs) tidak berislam dengan arti sebenarnya dan tulus. Akan tetapi mereka hanya menyerah dan berpura-pura memeluk Islam,istaslama, sementara mereka merasiakan kekafiran dan permusuhan mereka kepada Allah dan rasul-Nya!

Telah diriwayatkan dari beliau dengan periwayatan yang memberi ketentraman akan keshahihannya bahwa beliau menegaskan bahwa Mu’awiyah tidak beriman… ia hanya berpura-pura islam untuk menipu dan menyemalatkan diri belaka! Pernyataan sikap beliau itu telah diriwayatkan oleh lima belas tokoh tabi’în, di antara mereka: Saad bin Hudzaifah bin Yamân, Abu al Bukhturi, al Qâsim maulâ Yazîd bin Mu’awiyah, Rabi’ah bin Nâjid, Abu Abdirrahman al Sulami, Abdullah bin Salamah, Asmâ’ bin al Hakam al Fizâri, ash Shaq’u bin Zuhair, Zaid bin Wahb, Habbah bin Juwain, al ‘Arani, Abdul Malik bin Abi Hurrah al Nahafi dan Abdurrahman bin Abzâ dan ada beberapa tokoh lainnya yang meriwayatkannya dengan perantara, seperti Salamah bin Kuhail, Habîb bin Abi Tsâbit dan Mundzir ats Tsauri.

Dan karena riwayat dari Sayyidina Ammâr ra sangat banyak jalurnya maka saya cukupkan dengan hanya menyebut satu riwayat saja.. dan di kemudian hari jika dirasa perlu akan saya lengkapi!


Riwayat Sa’ad bin Hudzaifah dari Ammâr bin Yâsir ra.

Ibnu Abi Khaitsamah telah meriwayatkan dalam kitab tarikhnya yang terkenal dengan judul Tarikh Ibnu Abi Khaitsamah,2/991:

حَدَّثَنَا أبي (زهير بن حرب ثقة) ، قال : حَدَّثَنا جَرِير ( هو ابن عبد الحميد ثقة)، عَنِ الأَعْمَش ( ثقة) ، عن مُنْذِرٍ الثَّوْرِيّ ( ثقة) ، عن سَعْد بن حُذَيْفَة ( ثقة) ، قال : قال عَمَّار (بن ياسر) – أي يوم صفين- : ( والله ما أَسْلَموا ولَكِنَّهُم اسْتَسْلَمُوا وأسرُّوا الْكُفْر حَتَّى وجدوا عليه أَعْوَانًا فأَظْهَروه )

“…. dari Sa’ad bin Hudzaifah, ia berkata, “Ammâr berkata (pada hari parang Shiffîn_pen): “Demi Allah mereka tidak masuk Islam akan tetapi mereka menyerah, istaslamu. Mereka marahasiakan kekafiran sehingga ketika mereka menemukan para pendukung, mereka tampakkan kembali (kekafiran itu_pen).”[1]


Abu Salafy:

Sanad riwayat di atas adalah shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim, kecuali Sa’ad bin Hudzaifah, dia seorang tabi’in yang tsiqah/terpercaya. maka dengan demikian sanad riwayat ini adalah shahih! Dan ‘an’anah (meriwayatkan dengan menggunakan kata ‘an/dari) yang dilakukan A’masy banyak ditemukan dalam dua kitab Shahih (Shahih Bukhari dan Shahih Muslim) dan ia sama sekali tidak merusak keshahihan.

Sikap Ammâr di atas sangat jelas! Ammâr bin Yâsir ra telah bersumpah atas nama Allah bahwa Mu’awiyah dan tokoh penduduk Syam sejenisnya sama sekali tidak berislam… mereka hanya menyerah dan bertekuk lutut di hadapan kekuatan Islam ketika kota Mekkah ditaklukkan, dan setelah mereka mendapatkan para pendukung dalam memerangi Islam, mereka segera memerangi Islam dengan memerangi Khalifah yang sah dan pejuang sejati Islam!

Abdullah bin Umar ra. mendukung sikap Ammâr bin Yâsir ra. Ia berkata tentang klaim paslu Mu’awiyah bahwa dia merasa lebih berhak atas jabatan Khalifah:

أولى بهذا الأمر من ضربك وأباك على الإسلام حتى دخلتم فيه كرهاً

“Yang lebih berhak atas perkara ini adalah orang yang memerangimu dan memerangi ayahmu atas dasar Islam sehingga kalian masuk Islam secara terpaksa!”

Dan yang menguatkan kanyataan di atas adalah firman Allah:

إِنَّ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا سَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لاَ يُؤْمِنُوْنَ * خَتَمَ اللّهُ عَلَى قُلُوْبِهمْ وَ عَلَى سَمْعِهِمْ وَ عَلَى أَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَ لَهُمْ عَذَابٌ عظِيْمٌ

“Sesungguhnya orang-orang kafir tidak berbeda bagi mereka, baik engkau memberikan peringatan kepada mereka atau tidak; mereka tidak akan beriman. * Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, dan penglihatan mereka (dihalangi oleh) sebuah penutup. Dan bagi mereka siksa yang amat berat.” (QS. Al baqarah [2];6-7)

Dan ayat-ayat semisalnya yang menyebut-nyebut aksi dan kajahatan para tokoh kekafiran!

Semoga kajian ini bermanfaat bagi Anda…. Amîn.

Referensi:
[1] Ath Thabarani juga meriwayatkan hadis serupa. Dalam Majma’ az Zawâid-nya,1/118 Al Haitsami berkata, “Hadis ini telah diriwayatkan ath Thabarani dalamMu’jam al Kabîr-nya.


Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Pendapat Ammâr bin Yâsir Tentang Kemunafikan Mu’awiyah Adalah Pendapat Para Sahabat Nabi saw. Yang Ikut Serta Dalam Perang Badar Dan Bai’at Ridhwan!

Seperti telah Anda baca dalam edisi sebelumnya bagaimana Ammâr dengan tegas bersumpah bahwa Mu’awiyah masih tetap kafir dan memusuhi Allah dan Rasul-Nya, hanya saja ia rahasiakan kekafiran dan kedengkian itu sehingga ketika ia mendapatkan kesempatan untuk melampiaskannya, ia tampakkan kekafiran dan kedengkian itu! Dan seperti telah disinggung pula bahwa data yang saya sebutkan bukan satu-satunya data yang menegaskan sikap tegas Sayyidina Ammâr ra. tentang Mu’awiyah. Selain data tersebut masih banyak puluhan data lain dengan berbagai jalur periwayatan yang kebanyakan darinya telah memenuhi syarat diterimanya sebuah riwayat.

Pernyataan Ammâr tersebut memiliki kekuatan hukum sabda Nabi saw. dalam arti, ia tidak mungkin bersikap setegas itu melainkan kuat kemungkinan (bahkan bisa jadi pasti) bahwa ia memiliki sumber dari Nabi saw.


Sekilas Tentang Perjuangan Sayyidina Ammâr ra.

Tidak ada yang tidak kenal siapa Ammâr ra. dan bagaimana kegigihan beliau dalam berjuang bersama Rasulullah saw. demi tegaknya agama Allah SWT. Beliau ikut serta berjuang bersama Nabi saw. dalam parang Badar, Uhud, Khuandaq, Khaibar, bani Quraidhah, Fathu Mekkah dan peparangan Hunain (yang keikut sertaan Abu Sufyan dibanggakan oleh Ustadz Firanda, walaupun di dalamnya Abu Sufyan membuktikan kemusyrikan dan kekafirannya, seperti telah saya kupas dalam sebuah edisi khusus). Dan sebagian pernyataan Ammâr ra. ketika memotivasi para sahabatnya untu bangkit memerangi Mu’awiyah (sang penganjur kepada api neraka seperti dalam riwayat Imam Buukhari dalam Sahahih-nya), beliau menyebut-nyebut tiga paperangan yang beliau hadiri bersama Nabi saw. yaitu parang Badar, Uhud dan Khandaq. Sepertinya Ammaâr ra. sengaja menyebut ketiga peperangan itu mengingat Mu’awiyah saat itu bersama bapaknya dan kaum Musyrik lain dari keluarganya berada di barisan kaum Musyrik memerangi Nabi saw. bahkan merekalah yang berada di garis komando terdepan! (walaupun untuk keikut sertaan Mu’awiyah dalam parang Badar masih diperselisihkan dalam sejarah!).

Ammâr ra begitu yakinnya bahwa Mu’awiyah benar-benar berada di atas kesesatan yang nyata, betapapun mungkin ia dengan kelicikinnya dapat meraih kemenangan sesaat.

Perhatikan Sayyidina Ammâr ra berkata:

والله لو ضربونا بأسيافهم حتى يبلغونا سعفات هجر لعرفت أنا على حق وهم على باطل، وأيم الله لا يكون سلما سالما أبدا حتى يبوء أحد الفريقين على أنفسهم بأنهم كانوا كافرين،

“Demi Allah, andai mereka memukul kita dengan pedang-pedang mereka sehingga kita terdesak mundur sampai pedalaman desa Hajar niscaya aku tetap yakin bahwa aku di atas kebenaran, al haq dan mereka di atas kebatilan. Demi Allah, tidak akan perdamaian sehingga salah satu dari kedua puak ini menyaksikan atas diri bahwa mereka adalah KAFIR.”[1]

Ketegasan sikap dan pandangan Sayyidina Ammâr ra tentang Mu’awiyah ini tidak mungkin tanpa dasar adanya nash pasti dari Nabi saw. riwayat Imam Muslim dari Ammâr ra. juga mendukung bahwa beliau memandang Mu’awiyah sebagau MUNAFIK yang hanya berpura-pura menampakkan keislamannya. Ammâr berkata, “Tetapi Hudzaifah mengabarkan kepadaku bahwa di antara sahabat Nabi saw. itu ada dua belas orang munafik.” Hadis itu disampaikan Ammâr dalam konnteks Mu’awiyah sehingga jalas sekali bahwa beliau meyakini bahwa Mu’awiyah adalah salah satu dari gembong munafik yang disebuatkan Nabi saw. dalam hadis Imam Muslim tersebut!


Para Sahabat Ahli Badar Bergabung Membela Khalifah Ali ra.

Sejarah mencatat bahwa ratusan sabahat mulia Nabi saw. di antara mereka puluhan Ahli Badar bergabung bersama Khalifah Ali ra. membelanya menumpas para pembangkang yang memberontak di bawah pimpinan Mu’awiyah (sisa-sisa pelopor parang Ahzâb)… karenanya Ammâr ra dalam sikapnya itu tidak sedang menyatakan sikap pribadinya. Akantetapi ia mewakili sikap dan pandangan para sahabat mulia khususnya Ahli Badar yang bergabung di bawah satu bendera membela agama Allah SWT yang sedang diperangi Mu’awiyah!

Dalam parang Shiffîn, Ammâr bangkit sebagai panglima yang membawahi para sahabat dan pembela Khalifah Ali ra. mereka mengikuti Ammâr kemanapun ia mengarah seakan Ammâr dijadikan kompas.

Abu Abdirrahman as Sulami mengisahkan:

شهدنا مع علي رضي الله عنه صفين فرأيت عمار بن ياسر لا يأخذ في ناحية ولا واد من أودية صفين إلا رأيت أصحاب محمد صلى الله عليه و سلم يتبعونه كأنه علم لهم

“Aku ikut serta bersama Ali ra. dalam parang Shiffîn, maka aku saksikan Ammâr bin Yâsir tiada ia mengarah ke sebuah arah atau lembah melainkan aku saksikan para sahabat (Nabi) Muhammad saw. mengikutinya. Seakan ia dijadikan panji.”[2]

Sanad riwqayat di atas adalah shahih berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim. Dengan demikian maka sikap dan pandangan Ammmâr tentang Mu’awiyah mewakili sikap dan pandangan delapan puluh sahabat Ahli Badar dan delapan ratus sahabat Nabi yang pernah berbai’at Baiat Ridhwân.

Inilah sikap dan akidah Salaf Shaleh tentang kemunafikan Mu’awiyah!Sikap mereka tidak dapat dibandingkan dengan sikap sebagian sahabat yang enggan bergabung dengan kedua kelompok yang sedang berparang, seperti Ibnu Umar, Sa’ad bin Abi Waqqâsh dan lainnya…. sebab selain terbukti bahwa mereka sangat menyesali karena tidak bergabung bersama Khalifah Ali ra. untuk menumpas pemberontakan Mu’awiyah, mereka juga tidak akan dapat menandingi pihak Ammâr dan para sahabat lainnya yang bergabung bersama Khalifah Ali ra.

Namun kenyataannya sekarang adalah bahwa kaum Salafi Wahhâbi sekarang aakan menyingkirkan sikap Ammâr dan para sahabat mulia kemudian mengedepankan sikap-sikap mereka yang tidak bernilai seperti Ibnu Taimiyah Cs. Sungguh celaka mereka yang menjadikan Ibnu Taimiyah sebagai panutannya dan meninggalkan Sayyidina Ammâr dan para sahabat mulai lainnnya!

Sekali lagi! Inilah yang disebut dengan Salafi sejati… pengikut Salaf Shaleh; Ammâr dan para sahabat mulia… bukan Salafi gadungan yang hanya menjadikan kaum Nashibi; pembenci Khalifah Ali ra. dan menyembah pohon terkutuk dalam Al Qur’an sebagai Salaf idola dan pujaannya!

Siapakah yang terbutki membangun akidahnya tentang Mu’awiyah di atas sikap dan pandangan Salaf Shaleh, para pemuja Mu’awiyah, seperti Ustadz Firanda, atau kami abusalafy?

Karenanya, salahkan jika saya menyebut diri saya dengan abusalafy?!

Jadi kenalilah siapa Salafi Sejati itu!!

Referensi:
[1] Waq’at Shiffîn; Nash bin Muzâhim,1/320.
[2] al Istî’âb; Ibnu Abdil Barr,1/352.


Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Sayyidina Ali ra. Menegaskan Kemunafikan Mu’awiyah!

Sayyidina Ali ra adalah Pimpinan Tertinggi Ahlusunnah di zamannya. Sikap dan pandangan beliau adalah sikap dan pandangan Ahlusunnah sejati. Sayyidina Ali ra adalah puncak tertinggi hirarki Salaf Shaleh! Kenyataan ini saya katakan kepada seluruh kaum Mulsimin, khususnya dari kalangan Salafi Wahhâbi.

Karena mereka sangat gemar mengobral sikap dan pandangan Salaf sebagai hujjah, seakan Sayyidina Ali ra. dan para sahabat Ahli Badar bukan Salaf Shaleh! Dan Salaf Shaleh itu hanya orang-orang yang dianggap mendukung penyimpangan akidah mereka semata! Dan akibatnya, mereka terjebak dalam kesesatan berpikir dan berakidah dengan berbagung kepada kelompok penganjur ke dalam api neraka, al Fiatul Bâghiyah!

Dan adalah kekeliruan fatal ketika ada anggapan bahwa Sayyidina Ali ra. hanya sekedar musuh Mu’awiyah. Sebagaimana kaum Salafi Wahhâbi tidak mungkin menganggap bahwa Khalifah Abu Bakar ra. sekedar musuh Musailah al Kadzdzâb… Demikian juga semestinya, mereka harus mengakui bahwa Ali ra tidak sekedar musuh Mu’awiyah! Adapun mereka menganggap Abu Bakar pucuk Pimpinan Salaf di masanya, Umar ra pucuk Pimpinan Salaf di samanya dan Utsman pucuk Pimpinan Salaf di zamannya, lalu kemudian ketika giliran sampai kepada Ali ra. mereka hanya menganggap Ali sekedar musuh Mu’awiyah… Terlebih lagi, kenyataannya bahwa para Salafi Wahhâbi selalu bersungguh-sungguh dalam membela musuh-musuh Sayyidina Ali ra. seperti Mu’awiyah dan Amr bin al Âsh dan menposisikan mereka sebagai Penggede Salaf…. Ini jelas-jelas adalah penistaan atas nama agama!

Saya katakan demikian dengan penuh keyakinan… Ali adalah Imamnya Ahlusunnah di masanya! Silahkan yang setuju untuk setuju dan yang menentang untuk menentang! Sikap dan pandangan Sayyidina Ali ra. adalah pelerai akhir yang tidak dapat ditawar-tawar atau digugat! Karena selain ia adalah sikap Ali ra ia juga sesuai dengan nash-nash Islam yang muttafaqun ‘alaih!

Telah dinukil dari Sayyidina Ali ra. riwayat-riwayat yang mutawatir tentang sikap dan pandangannya tentang kemunafikan Mu’awiyah dan kecaman beliau atasnya! Berawal dari sekedar al baghyu, membangkang dan memberontak, naik menjadi kemunafikan dan puncaknya menampakkan kekafiran nyata tanpa tedeng aling-aling!

Saya tidak akan menganggap Sayyidina Ali ra., Sayyidina Ammâr ra. dan para sahabat Ahli Badar bukan Salaf panutan saya hanya untuk mebela Mu’awiyah si Penganjur ke dalam api neraka! Jika teman-teman Salafi Wahhâbi siap dan sanggup itu urusan mereka!!


Telah Mutawâtir Sikap Tegas Sayyidina Ali ra. Tentang Kemunafikan Mu’awiyah!

Penukilan sikap dan pendangan Sayyidina Ali ra. yang mengecam Mu’awiyah karena kemunafikannya adalah sangat banyak dan telah mencapai derajat mutawâtir… mu’awiyah hanya menyerah dan tidak menerima Islam secara benar dengan dibarengi keimanan! Dan apa yang beliau katakan bukan hasil analisa bekela dari tindak-tanduk dan sepak terjang Mu’awiyah…walaupun semua itu juga telah jelas menujukkan kemunafikannya! Akan tetapi beliau ra. yakin akan kemunafikan Mu’awiyah dari sanda suci baginda Rasulullah saw…. Jadi jika para Salafi Wahhâbi keberatan terhadap Sayyidina Ali ra. dan mengancam, mislanya dengan mau murtad massal, ya silahkan saja… saya yakin semua kaum Muslimin tidak akan ada yang keberatan!

Toh Sayyidina Ali ra juga tidak sendirian dalam keyakinan tersebut… para sahabat mulia dan kaum tabi’în yang shaleh juga banyak yang sependapat dengan beliau ra.! kendati di kemudian hari, berkat usaha keras sebagian pendukung pohon terkutuk mampu memutar balikkan kenyataan dan merasiakan kebenaran sehingga kenyataan itu menjadi samar bagi banyak kaum Muslimin! Dan akhirnya, mereka tertipu dan membanggakan Mu’awiyah sebagai Pencatat Wahyu, Khâlul Mukminin, Khalifah Rasulillah dan lain sebagainya dari kepalsuan-kepalsuan yang disebarkan kaum Salafi Wahhâbi tidak terkecuali Ustadz Firanda yang tidak pernah melek kebenaran sebab yang ia terima hanya islam versi bani Umayyah bukan Islamnya yang Rasulullah ajarkan dan diwariskan oleh Salaf Shaleh; Ali, Ammâr dan para sahabat mulai lainnnya!

Andai bukan karena kerja keras musuh-musuh Salaf Shaleh; Ali dan kawan-kawan pastilah kenyataan akan kemunafikan Mu’awiyah ini tidak akan samar bagi seluru kaum Muslimin…

Kenyataan ini harus dimengerti oleh setiap Muslim agar tidak mudah ditipu oleh “Salafi Gadungan” yang hanya tertaklid kepada para pemuja Mu’awiyah dan kesesatan bani Umayyah! Dengan klaim-klaim palsu dan intimidasi bahwa sesiapa yang tidak mencintai Mu’awiyah, mengakuinya sebagai sahabat mulia yang banyak andilnya dalam Islam maka ia adalah Ahli Bid’ah dan akan dicampakkan ke dalam neraka Jahannam!

Jangan gentar dengan intimidasi para pemuja Mu’awiyah dan kesesatan bani Umayyah… murkan Allah harus lebih menjadi pertimbangan ketimbang sekedar ancaman kaum Salafi Wahhâbi!

Jika Anda masih maragukan bahwa Sayyidina Ali ra. adalah sahabat teralim, terfaqih, terafdha dll maka paling tidak beliau adalah yang paling afdhal, paling pandai, paling adil di zamannya dan beliau adalah Pimpinnan Tertinggi Salaf di masanya! Lalu salahkan jika Anda membangun agama dan akidah Anda di atas sikap dan pandangan Sayyidina Ali ra.?!

Ini minimal yang harus kita katakan… dan jika Anda mengatakan selain ini maka dikhawatirkan Anda sedang terjangkit kemunafikan. Wal iyâadzu billah!


Sikap Tegas Sayyidina Ali ra.

Seperti telah saya singgung sikap dan pandangan Sayyidina Ali tentang kemunafikan Mu’awiyah telah banyak diriwayatkan dengan berbagai redaksi dan dalam berbagai kesempatan dan dari berbagai jalur.

Dan saya khawatir sebagian kaum Salafi Wahhâbi berbalik mengecam dan mengutuk Sayyidina Ali ra. karena terbukti beliau menegaskan kemunafikan tuan pujaan mereka; Mu’awiyah bin Abi Sufyan! Semua itu bisa saja terjadi, sebab kemunafikan dan kedengkian apabila telah menguasai jiwa seorang ia pasti akan kehilangan kontrol keseimbangan jiwa dan pikirannya! Ketidak sukaan kepada Sayyidina Ali ra. bukan halbaru. Ia telah ada sejak lama selama adanya kemunafikan dan selama rasa hasut masih menguasai jiwa sebagian umat Islam! Karenanya, ketika sahabat mulia Hudzaifah bin al Yamân (yang dikenal banyak diberi-tau Rasulullah saw. tentang rahasia-rahasia) menasihati umat Islam agar bergabung memsama Ammâr, sebagian dari mereka membantahnya dengan mengatakan,“Bagaimanna Anda memerintah kami bergabung bersama Ammâr, sementra Ammâr itu tidak pernah berpisah dari membela Ali?! Maka Hudifah ra. menjawab: “Sesungguhnya rasa hasut telah menghancurkan kalian. Apaka sesungguhnya yang membuat kalian lari dari Ammâr itu karena ia selalu dekat dengan Ali? Demi Allah Ali benar-benar lebih utama dari Ammâr seperti jauhnya tanah dari awan. Dan sesungguhnya Ammâr adalah orang yang sangat baik.”[1]


Pernyataan Sikap Sayyidina Ali ra. Dalam Riwayat Qais bin Abi Hâzim

Di bawah ini saya akan sebutkan pernyataan sikap Sayyidina Ali ra. dari riwayat Imam al Bazzâr dalam Musnad-nya,2/191 dari Qais bin Abi Hâzim:

حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ يَعْقُوبَ ، قَالَ : حَدَّثَنَا السَّيِّدُ بْنُ عِيسَى ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ ، عَنْ قَيْسِ بْنِ أَبِي حَازِمٍ ، قَالَ : قَالَ عَلِيٌّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ : انْفِرُوا بِنَا إِلَى بَقِيَّةِ الأَحْزَابِ ، انْفِرُوا بِنَا إِلَى مَا قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ، إِنَّا نَقُولُ : صَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ ، وَيَقُولُونَ : كَذَبَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ.

“… dari Qais bin Abi Hâzim, ia berkata, “Ali ra. berkata, ‘Bangkitlah kalian bersama kami menuju sisa-sisa pasukan Ahzâb (pasukan kafir musyrik bentukan Abu Suyfan dalam perang Khandak_pen)! Bangkitkan kalian bersama kami menuju apa yang difirmankkan Allah dan rasul-Nya. Kami berkata, “Maha benar Allah dan Rasul-Nya. Mereka berkata, ‘Berbohonglah Allah dan rasul-Nya.’”

Dan ada riwayat serupa dengan jalur lain. Dan kedua sanadnya kuat.


Riwayat Serupa dalam Kitab as Sunnah-nya Ahmad bin Hanbal

Anda juga dapat menemukan riwayat yang sama dalam kitab as Sunah,3/253:

حدثني محمد بن حميد الرازي ، نا جرير ، عن الأعمش ، عن الحكم ، عن عتيبة ، عن قيس بن أبي حازم ، قال: سمعت عليا رضي الله عنه يقول : انفروا إلى كذا انفروا إلى بقية الأحزاب إلى من يقول : كذب الله ورسوله ونحن نقول : صدق الله ورسوله

“… dari Qais bin Abi Hâzim, ia berkata, “Aku mendengar Ali ra. berkata, ‘Bangkitlah kalian bersama kami menuju ini…. Bangkitlah kalian bersama kami menuju sisa-sisa pasukan Ahzâb! Menuju orang yang berkata, ‘Berbohonglah Allah dan rasul-Nya. Adapun kami, kami berkata, Maha Benar Allah dan rasul-Nya.’”

Riwayat Abu Ahmad al ‘Askari dalam kitab Tash-hîfâtul Muhadditsîn.10551 juga dari jalur Qais bin Abi Hâzim, bahwa Sayyidina Ali ra. berkata:

انفروا الى بقية الأحزاب انفروا الى أولياء الشيطان انفروا الى من يقول كذب الله ورسوله

“Bangkitlah menuju sisa-sisa pasukan Ahzâb! Menuju prajurit setan! Menuju orang-orang yang berkata, “Dustalah Allah dan Rasul-Nya!”

Dan selain beberapa sumber terpercaya di atas masih banyak buku-buku lain yang mengabadikan pidato Sayyidian Ali ra.


Khulashah!

Jelas sudah bahwa Sayyidina Ali ra benar-benar telah menegaskan bahwa Mu’awiyah adalah sisa-sisa pasukan kaum musyrik di perang Ahzâh… orang yang mendustakan Allah dan Rasul-Nya dan menuduh Allah dan Rasul-Nya sebagai berdusta! Dan hal ini adalah kekafiraan nyata! Hanya saja, Khalifah Ali ra. memperlakukan Mu’awiyah, ‘Amr bin al ‘Âsh dan pasukan Syam sesuai dengan dzahir keadaan mereka! Persis seperti Nabi saw. memperlakukan kaum munafikin dengan secara lahiriyah islam mereka! Tetapi Allah telah menegasskan kaum munafikin itu adalah pendusta!


Pernyataan Sikap Kedua Sayyidina Ali ra.

Pernyataan kedua Sayyidina Ali ra. ini redaksinya sama dengan pernyataan Ammâr yang telah saya sebutkan sebelumnya.

Nashr bin Muzâhim dalam kitab Shiffîn-nya, 215 meriwayatkan dengan sanadnya bahwa Ali berkata:

والذي فلق الحبة وبرأ النسمة ما أسلموا ولكن استسلموا وأسروا الكفر فلما وجدوا أعواناً رجعوا إلى عداوتهم منا إلا أنهم لم يدعوا الصلاة!

“Demi Dzat yang membelah biji-bijian dan mencipta jiwa, mereka tidak berislam akan tetapi mereka hanya menyerah. Mereka merahasiakan kekafiran dan ketika mereka mendapatkan para pendukung mereka kembali kepada permusuhan mereka kepada kami. Hanya saja mereka tidak meninggalkan shalat.”


Abu Salafy:
Dari pernyataan Sayyidina Ali ra. semakin menjadi jelas siapa sejatinya Mu’awiyah yang selama ini dibanggakan kaum Salafi Wahhâbi… dan karenanya mereka mengobarkan permusuhan dan peperangan kepada siapapun yang tidak mengimmani dalam akidahnya bahwa Mu’awiyah adalah Sahabat Agung, Khalifah Mulia, paman kaum Mukminin, Penulis Wahyu suci ilahi dll dari dusta dan kepalsuan murahan yang memalukan!

Semua bukti pasti akan mereka abaikan… kebenaran pasti akan mereka campakkan! Hanya Mu’awiyah dan kaum munafik yang harus mereka selamatkan!

Sobat abusalafy yang cerdas… selain data-data di atas masih sangat banyak pernyataan para pembesar sahabat dan tabi’în yang meyakinkan kita akan kemunafikan Mu’awiyah… hanya kaum Salafi Wahhâbi sajalah yang menutup mata hati dan pikirannya untuk menerimanya… semua hanya karena fanatik buta kepada para pemuja bani Umayyah… karena kecintaan kepada pohon terkutuk telah merasuki setiap lorong jiwa mereka.

Semoga Allah menyalamatkan kita dari kesesatan dan membela kaum munafik!Amîn Ya Rabbal Âlamîn.

Referensi:
[1] Hadis ini telah diriwayatkan oleh ath Thabarani dengan sanad yang shahih.


Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Pendapat Ibu Umar ra. Tentang Kemunafikan Mu’awiyah bin Abu Sufyan!

Kemunafikan Mu’awiyah bukan lagi tahasian di kalangan para sahabat yang tentunya mereka tau persis mentalitas dan kualitas formal keislamannya. Setelah Anda menyimak bagaimana Sayyidina Ali ra. dan Sayyidina Ammâr ra. menegaskan bahwa Mu’awiyah hanya berpura-pura saja memeluk Islam dan menghentikan permusuhannya terhadap Allah dan Rasul-Nya serta Risalah Islam, kini saya ajak Anda menyimak penegasan sikap Sayyiduna Abdullah bin Umar ra. di mana beliau tegas-tegas mengatakan bahwa Mu’awiyah dan Abu Sufyan hanya memeluk Islam karena keterpaksaan ketika tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan diri mereka kecuali dengan berpura-pura memeluk Islam… sebab Islam akan menerima siapapun yang secara formal menyatakan dua kalimat syahata/syahâdatain!


Mengapa Sikap Ibnu Umar Menjadi Penting Di Sini!

Kaum Salafi Whhâbi dalam banyak sikapnya, khususnya dalam membela Mu’awiyah dan keluarga bani Umayyah dan dalam mengecilkan keagungan Sayyidina Ali ra. sering kali mengandalkan sikap dan stitmen Ibnu Umar! Dalam perang antara Khalifah Ali ra. dan para pemberontak misalnya, para Wahhâbiyyûn menjadikan ketidak-ikut sertaan Ibnu Umar dalam membela Khalifah Ali ra. dalam peperangan-peperangannya menumpas para pemberontak sebagai pijkan bahwa peperangan yang tterjadi itu adalah fitnah! Dan menjauhkan diri dari terjebak dalam kondisi fitnah seperti itu lebih afdhal ketimbang melinbatkan diri! Walaupun kenyataannya, Ibnu Umar kemudian sangat menyesal atas sikap absennya dalam membela Khalifah Ali ra untuk menumpas Mu’awiyah dan para pemberontak itu!

Contoh lain adalah dalam kasus bai’at kepada Yazid, sikap Ibnu Umar yang mengecam penduduk kota suci Madinah yang terdiri dari putra-putra para sahabat Anshar dan sebagian Muhajirin yang melepas ikatan baia’at kepada Yazid… oleh kaum Salafi Wahhâbi dijadikan dasar pembelaan mereka terhadap Yazid!

Oleh karenanya adalah penting di sini bagi saya untuk menyajikan pernyataan sikap Ibnu Umar ra…. sebab beliau adalah panutan kaum Salafi Wahhâbi dan pembesar Salaf Shaleh yang sering mereka banggakan dan mereka jadikan hujjah sikap dan stitmennya!


Kata Ibnu Umar: Mu’awiyah dan Abu Sufyan Masuk Islam Karena Terpaksa!

Para ulama meriwyatkan pernyataan Ibnu Umar tersebut, di antara mereka adalah Ibnu al A’râbi dalam kitab Mu’jam-nya,4/102 sebagai berikut:

حَدَّثَنَا أبو يحيى زكريا بن يحيى الناقد ، حَدَّثَنَا صالح بن عبد الله الترمذي ، حَدَّثَنَا محمد بن الحسن ، عن العوام بن حوشب ، عن جبلة بن سحيم ، عن ابن عمر قال : لما كان أمر الحكمين .. فذكر الحديث، وفيه: فخرج معاوية – فظن أني قدمت لذلك- على جمل أحمرجسيم ، فجعل يقول : من ثم ذكر كلمة هذا الأمر؟ من يرجو هذا الأمر؟ فأردت أن أقول : من ضربك وأباك على الإسلام حتى أدخلكما فيه كرهاً…

…. dari Ibnu Umar, ia berkata, ‘Ketika perkara perdamaian…. (lalu ia menyebutkan hadis dan di antaranya): Maka Mu’awiyah keluar dengan mengendarai unta besar berwarna merah, dan ia menyankan aku keluar untuk itu (ambisi kekhalifahan_pen). Mu’awiyah berkata, “Siapakah di sana orang yang menyebut-nyebut urusan ini? Siapakah orang yang berharap mendapat perkara inbi (kekhalifahan_pen).

Maka aku (ibnu Umar) ingin berkata, “yang berharap terhadanya adalaah orang yang memukulmu dan memukul bapakmu atas dasar Islamsehingga memasukkan kamu berdua ke dalam Islam dengan terpaksa!…

Abu Salafy:
Jelas sekali dalam riwayat di atas bahwa sahabat Abdullah bin Umar ra. meyakini bahwa Mu’awiyah dan Abu Sufyan itu memeluk Islam dengan terpaksa/karhan! Tidak memelukkknay dengan senang hati dan keimanan!

Lalu apa nilai provokasi Ustadz Firanda yang menuduh saya (abu salafy) sebagai yang berdusta dan mengada-ngada ketika menegaskan bahwa Mu’awiyah itu seorang munafik! Ia hanya berpura-pura menampakkan keislamannya demi keselamatan dunia! Abu salafy benar-benar telah membangun akidahnya di atas sikap dan pendapat Salaf Shelah, para sahabat besar seperti Ali, Ammar dan Ibnu Umar serta lainnnya dan para tabi’în, seperti telah dan akan saya sajikan secara tuntas insya Allah dalam artikel-artikel saya yang akan datang!


Imam Bukhari Juga Meriwayatkan Pernyataan Sikap Ibnu Umar


Dan saya tambahkan di sini bahwa pernyataan sikap Ibnu Umar di atas juga telah diriwayatkan Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, hanya saja beliau tidak menyebutkannnya secara lengkap!

Coba Anda perhatikan riwayat Bukhari dalam Kitabul Maghazi di bawah ini:

صحيح البخاري – كِتَاب الْمَغَازِي – أول يوم شهدته يوم الخندق
3882
حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى أَخْبَرَنَا هِشَامٌ عَنْ مَعْمَرٍ عَنِ الزُّهْرِيِّ عَنْ سَالِمٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ / ح/ قَالَ وَأَخْبَرَنِي ابْنُ طَاوُسٍ عَنْ عِكْرِمَةَ بْنِ خَالِدٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ دَخَلْتُ عَلَى حَفْصَةَ وَنَسْوَاتُهَا تَنْطُفُ (تَنْطِفُ) قُلْتُ قَدْ كَانَ مِنْ أَمْرِ النَّاسِ مَا تَرَيْنَ فَلَمْ يُجْعَلْ لِي مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ؟
فَقَالَتْ إلْحَقْ فَإِنَّهُمْ يَنْتَظِرُونَكَ وَأَخْشَى أَنْ يَكُونَ فِي احْتِبَاسِكَ عَنْهُمْ فُرْقَةٌ فَلَمْ تَدَعْهُ حَتَّى ذَهَبَ فَلَمَّا تَفَرَّقَ النَّاسُ خَطَبَ مُعَاوِيَةُ قَالَ مَنْ كَانَ يُرِيدُ أَنْ يَتَكَلَّمَ فِي هَذَا الْأَمْرِ فَلْيُطْلِعْ لَنَا قَرْنَهُ فَلَنَحْنُ أَحَقُّ بِهِ مِنْهُ وَمِنْ أَبِيهِ
قَالَ حَبِيبُ بْنُ مَسْلَمَةَ – لابن عمر- فَهَلَّا أَجَبْتَهُ؟
قَالَ عَبْدُ اللهِ فَحَلَلْتُ حُبْوَتِي وَهَمَمْتُ أَنْ أَقُولَ أَحَقُّ بِهَذَا الْأَمْرِ مِنْكَ مَنْ قَاتَلَكَ وَأَبَاكَ عَلَى الْإِسْلَامِ… الحديث.

… Ibnu Umar berkata, “Aku masuk menjumpai Hafshah ketika itu kepang rambunya meneteskan air, aku berkata kepadanya, “Engkau telah mengetahui perkara manusia dan tidak dijadikan untukku sedikit pun dari perkara ini (Kekhalifahan_pen)?!”

Hafsha berkata, “Susullah mereka, karena sesungguhya mereka menantimu. Aku khawatir terjadi perpecahan dengan bertahannya engkau tidak menyusul mereka.”

Hafshah terus mendesak Ibnu Umar sehingga ia pun pergi (ke Daumatul Jandal, tempat perundingan antara pihak Khalifah Ali ra. dan pihak pemberontak yang dipimpin Mu’awiyah_pen). Dan setelah manusia bubar, Mu’awiyah berpidato, ia berkata, “Siapa orang yang hendak berbicara tentang perkara ini hendaknya ia berbicara dan hendaknya ia menampakkan tanduknya. Kami benar-benar lebih berhak atas perkara ini darinya dan dari ayahnya sekali pun!”

Habib bin Maslamah berkata kepada Ibnu Umar, “Mengapakah engkau tidak menbantahnya?!”

Abdullah (bin Umar) berkata, “Aku lepas ikatan habwah-ku (ikatan yang dilingkarkan ke pinggan dan kedua kaki di saat duduk_pen) dan aku bermaksud membantahnya dan berkata, “Yang berhak atas perkara in adalah orang yang memerangimu dan memerangi bapakmu atas dasar Islam… “ (maksudnya adalah para sahabat Nabi saw. yang telah memerangi Mu’awiyah dan Abu Sufyan dalam peperangan badar, Uhud, dan Khandak_pen)
((http://hadith.al-islam.com))


Abu Salafy:

Sampai batas ini Imam Bukhari meriwayatkan… tanpa melanjutkan bagian akhir pernyataan Ibnu Umar ra. yang menegaskan bahwa Mu’awiyah dan Abu Sufyan itu masuk Islam karena terpaksa!

Tetapi dalam riwayat Imam Bukhari di atas terdapat data penting yang membongkar keangkuhan dan pandangan buruk Mu’awiyah terhadap Khalifah Umar ra. di mana ia terang-tarangan menegaskan bahwa ia lebih berhak atas kekhalifahan dari Ibnu Umar bahkan dari Khalifah Umar sendiri!

Bukankan pernyataan Mu’awiyah itu benar-benar penghinaan atas Khalifah Umar bin Khaththab! Lalu mengapakah para Salafiyyûn Wahhâbiyyûn bungkam seribu bahasa tidak memberikan pembelaannya sedikit pun atas Khalifah Umar yang sedang dilecehkan Mu’awiyah! Riwayat penghinaan Mu’awiyah atas Khalifah Umar ra. ini bukan dalam riwayat Syi’ah Rafidhah atau Mu’tazilah atau sekte Jahmiyah. Tetapi ia dalam riwayat Shahih Bukhari!

Inilah sebenarnya akidah yang sedang disembunyikan para Salafyyûn Wahhâbiyyûn… Abu Sufyan, Mu’awiyah, Yazid dan bani Umayyah lah yang harus dibela dan diselamatkan dan dibuat harum nama mereka! Adapun Sayyidina Umar ra, dan apalagi Sayyidina Ali ra. bukankah manusia-manusia penting yang harus dibela dari penghinaan siapapun! Inilah yang tidak banyak diketahui umat Islam! Mereka adalah barisan terdepan pambela kaum munafik! Bukan membela sahabat apalagi keluarga dekat Nabi saw…..

Sebagai bukti kecil bagaimana mereka bangkit serempak menentang dan memvonis Abu Salafy sebagai sesat ketika Abu Salafy mencoba menyajikan data-data tersembnyi tentang Mu’awiyah dan kemunafikannya! Ketika Abu Salafy membongkar data-data tersembunyi itu maka para Salafiyyûn Wahhâbiyyûn kebakaran jenggot bak anak setan sedang dibacai surah Yasin! Mereka bangkit membela Mu’awiyah dengan alasan dia sahabat Nabi saw.! bukankah demikian sobat cerdas abusalafy?!

Dan dalam kesempatan lain insya Allah saya akan hadirkan data-data tentang keangkuhan Mu’awiyah dan klaim-klaim palsunya terkait dengan kedudukan dan kedekatannya serta jasa-jasanya terhadap Islam!

Kemunafikan Mu’awiyah dan ketidak-berimanannya kepada Allah, Rasul-Nya dan hari akhir bukanlah rahasia bagi yang mau menanggalkan baju fanatisme buta kepada kemunafikan daan kaum munafik! Penegasan dan vonis Sayyidina Ali, Sayyidian Ammâr dan para sahabat serta para pemuka Tabi’în sudahlah cukup sebagai bukti… pernyataan sikap mereka tentang kemunafikan Mu’awiyah telah diriwayatkan dengan sanad yang shahih dari mereka dan sikap itu adalah sikap pasti mereka… sementara kita semua tau dan mengakui kemuliaan dan keagungan mereka! Mereka adalah pemuka Salaf Shaleh kita semua… Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk meragukannya!

Namun barangkali serbagian Salafi Wahhâbi tidak suka dengan pernyataan mereka dan tidak menjadikan para sahabat dan pemuka Tabi’în itu sebagai panutannya, maka saya berharap pernyataan sikap dari seorang yang pasti mereka cintai dan agungkan karena ia adalah dari kelompok Mu’awiyah sendiri mampu mengembalikan kesadaran mereka dan mereka mau menerimanya. Sebab pernyataan sikap itu dinyatakan oleh orang terdekat dan orang kepercayaan Mu’awiyah yang tentunya pasti oleh kaum Salafi Wahhâbi diyakini sebagai Salaf Shaleh mereka!

Karenanya, saya akan bawakan pernyataan orang dekat dan kepercayaaan Mu’awiyah dan tentunya ia sangat tau dan faham hakikat diri Mu’awiyah… obsesinya … kecenderungannya… keimanan atau kemunafikannya!

Pernyataan Mughîrah bin Syu’bah Bahwa Mu’awiyah adalah Manusia Paling Kafir:
Kesaksiaan Mughirah ini sangat penting dan pada waktu yang sama sangat berbahaya. Sebab ia adalah kesdaksian teman dekat yang sangat kenal siapa Mu’aqwiyah! Sebagaimana juga ia adalah kesaksian yang disampaikan oleh rekan Mu’awiyah yang juga banyak terlibat dalam berbagai aksi kejahatan bersama Mu’awiyah, tuannya! Namun kendati demikian, pada akhirnya ia tidak sanggup berlari mengejar kekafiran Mu’awiyah yang menurutnya sudah kelewat batas! Sehingga pada akhirnya ia mengungkapkan kesaksiannya akan kekafiran Mu’awiyah kepada Muthraf; putranya sendiri!

Kesaksian itu telah direkam oleh Zubair bin Bakkâr –seorang ulama besar dari keluarga sahabat Zubair bin Awwâm, yang dikenal keberpihakannya kepada musuh-musuh Ahlulbait Nabi ra., sehingga kita tidak percu khawatir akan kejujurannya dalam laporannya tentang masalah-masalah seperti ini-. Zubair bin Bakkâr melaporkan dalam kitab al Muwaffaqiyyat-nya sebagaimana berikut ini:

“Mathraf bin Mughîrah bin Syu’bah berkata, ‘Aku bersama ayahku masuk menemui Mu’awiyah. Dan sudah menjadi kebiasaan ayahku untuk menemui Mu’awiyah dan berbincang-bincang, lalu kemudian sepulangnya ia bercerita kepada kami keunggulan akal dan pandangan-pandangan Mu’awiyah. Lalu pada suatu malam ayahku pulang dan ia menahan diri dari makan malamnya, aku menyaksikannya terlihat sedih. Aku menunggunya. Aku mengira mungkin kesedihannya karena ada kesalahan dari kami. Lalu aku berkata, “Wahai ayah! Mengapakah gerangan aku menyaksikanmu bersedih sepanjang malam ini? Ayahku menjawab,‘Hai anakku! Aku baru saja menemui seorang yang paling kafir dan paling busuk!” Aku bertanya, ‘Apa itu?’ ia berkata, “Aku berkata kepada Mu’awiyah di saat aku duduk berduaan dengannya, ‘Wahai Amirul Mukminin! Sesungguhnya usiamu telah lanjut, andai saja engkau mau menampakkan keadilan dan kamu berikan kebaikan. Andai engkau memperhatikan nasib kerabat dekatmu sendiri dari keluarga bani Hasyim, coba engkau sambung tali rahim mereka. Demi Allah, tidak ada lagi yang perlu engkau takutkan dari mereka. Jika engkau lakukan hal itu pasti akan membuat nama harum-mu menjadi abadi dan pahala juga akan diberikan untukmu. Maka ia menjawab,“TIDAK! TIDAK! Sebutan apa yang aku harap dapat abadi! Saudara dari suku Taim (Khalifah Abu Bakar maksudnya_pen) berkuasa lalu ia berbuat baik, lalu apa? Ia mati dan sebutannya pun juga terkubur bersamanya! Orang-orang hanya menyebut-nyebut, ‘Abu Bakar! Abu Bakar! Begitu juga saudara suku Adi (Khalifah Umar maksudnya_pen) berkuasa, lalu ia bersungguh-sungguh dalam berbuat baik, kemudian ia mati, maka terkuburlah sebutannya. Orang-orang hanya menyebut-nyebut, Umar! Umar!

Sedangkan anaknya Abu Kabsyah namanya dijeritkan setiap hari lima kali “Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Rasul/utusan Allah! Perbuataan dan nama harum apa yang akan abadi! Celakalah engkau! Tidak! sehingga nama orang itu (Nabi Muhammad saw maksudnya_pen) dikubur sedalam-dalamnya/dafnan-dafnan!”[1]


Abu Salafy:
Inilah Mu’awiyah seperti diperkenalkan oleh orang kepercayaannya yang sangat dekat! Inilah hakikat Mu’awiyah yang dibanggakan oleh Ustadz Firanda dan para pemuja kemunafikan lainnya!

Bukankah Mughirah bin Syu’bah itu adaalah Salaf Shaleh kebanggaan kaum Salafi Wahhâbi!

Bukankah Mughirah bin Syu’bah itu teman dekat Mu’awiyah dan sekutu dalam berbagai kejahatan politiknya?

Bukankah sudah barang pasti Mughirah lebih mengenal Mu’awiyah dibanding Anda yang hanya mengandalkan hadis-hadis palsu untuk menyanjungnya?! Mengagungkannya! Menjadikannya seorang Mujtahid! Seorang Mujahid! Seorang sahabat dekat Nabi saw.! Seoranf Penulis wahyu suci! Seorang yang mendapatkan sederetan doa Nabi saw.! seorang Khalifah agung!

Jika kalian wahai para Salafi Wahhâbi tidak doyan dengan sajian saya berupa pernyataan sikap para sahabat mulia seperti Sayyidina Ali, Sayyidina Ammâr dkk. Maka tentunya kalian pasti diyan dengan pernyataan kolega Mu’awiyah sendiri yang memang selama ini menjadi profesi kalian untuk membela mereka! Dan karena saya telah kenali mentalitas dan kejiwaan kalian serta kecintaan kalian yang mendalam kepada pohon terkutuk; bani Uamyyah dan antek-anteknya, maka saya pun terpaksa menyajikan kesaksian Mughîrah bin Syu’bah.. mudah-mudahan kalian dapat menemukan dan tunduk kepada kebenaran melalui kesaksiannya! Amin.


Referensi:
[1] Zubair bin Bakkâr; Al Akhbâr al Muwaffaqiyyât:576-577, al Ms’ûdi; Murûj adz Dzahab;,4/41 dan Muhammad bin Aqil; an Nashâih al Kâfiyah:93.


Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Imam Hasan bin Ali ra. Menegaskan Kemunafikan Mu’awiyah bin Abu Sufyân!

Selain Imam Ali, Sayyidina Ammar, Sayyidina Abdullah bin Umar yang menegaskan kemunafikan Mu’awiyah dan bahwa ia adalah sia-sia Ahzâb (kelompok yang memerangi Nabi saw) dan sesungguhnya keimanan tidak pernah menyentuh jiwanya… islamnya hanya pura-pura demi merahasiakan rencana jahatnya memerangi Islam dari dalam… selain itu semua yang telah Anda baca dalam beberapa artikel yang telah lewat saya tulis beberapa waktu lalu… kini Anda saya ajak melanjutkan penelusuran kita untuk mengenali mazhab Salaf Shaleh, generasi panutan umat dari kalangan sahabat dan tabi’în, khususnya mereka yang sangat kenal siapa sejatinya Mu’awiyah dan bani Umayyah yang telah Allah sebut dalam Al Qur’an sebagai POHON TERKUTU !

Kali ini saya ajak Anda menyimak pernyataan Imam Hasan putra Ali ra.; cucu tercinta Nabi saw. dan buah hati Zahra as.! Imam Hasan as adalah pribadi agung ketiga dalam mata rantai Ahlulbait Nabi saw. (setelah Nabi Muhammad saw., Imam Ali ra).

Data-data akurat dan riwayat-riwayat terpercaya telah menegaskan pernyataan Imam Hasan as. bahwa Mu’awiyah adalah SEORANG MUNAFIK!!

Di bawah ini akan saya paparkan riwayat-riwayat tersebut:

v Riwayat Al Isfahâni dalam kitab Maqâtil ath Thâlibiyyîn:78

Dengan sanad bersambung kepada Habîb bin Abi Tsâbit[1], ia berkata:

حدثني أبو عبيد، قال: حدثنا فضل، قال: حدثني يحيى بن معين قال: حدثنا أبو حفص الأبار، عن إسماعيل بن عبد الرحمن، وشريك بن أبي خالد- وقد روى عنه إسماعيل بن أبي خالد، – عن حبيب بن أبي ثابت قال: لما بويع معاوية خطب فذكر علياً، فنال منه، ونال من الحسن، فقام الحسين ليرد عليه فأخذ الحسن بيده فأجلسه، ثم قام فقال:

“Ketika Mu’awiyah dibai’at, ia berpidato lalu menyebut-nyebut Ali (dengan kejelekan) dan mencacinya dan juga mencaci al Hasan, maka al Husain bangkit untuk membantahnya tetapi al Hasan menarik tangannya dan memintanya duduk kembali. Kemudian al Hasan bangkit dan berkata:

أيها الذاكر علياً، أنا الحسن، وأبي علي، وأنت معاوية، وأبوك صخر،
وأمي فاطمة، وأمك هند،
وجدي رسول الله صلى الله عليه وسلم، وجدك حرب،
وجدتي خديجة، وجدتك قتيلة،
فلعن الله أخملنا ذكراً، وألأمنا حسباً، وشرنا قدماً، وأقدمنا كفراً ونفاقاً.
فقال طوائف من أهل المسجد: آمين.
قال فضل: فقال يحيى بن معين: ونحن نقول: آمين.
قال أبو عبيد ( شيخ الأصفهاني): ونحن أيضاً نقول: أمين.
قال أبو الفرج ( الأصفهاني): وأنا أقول: آمين اهـ
قال حسن المالكي: وأنا أقول آمين!

“Hai engkau yang menyebut-nyebut Ali (dengan kejelakan)! Aku adalah Hasan. Ayahku adalah Ali. Dan engkau Mu’awiyah. Ayahmu adalah Abu Sufyân!

Ibuku Fatimah dan ibumu –hai Mu’awiyah- adalah Hindun!

Kakekku adalah Rasulullah saw. dan kakekmu adalah Harb!

Nenekku adalah Khadijah dan nenekmu adalah Qatilah!

Maka semoga Allah melaknat/mengutuk siapa yang paling hina sebutnya di antara kita, yang paling nista kedudukannya, yang paling jelek prilakunya dan yang paling klasik kekafiran dan kemunafikannya!

Maka berkelompok-kelompok dari penghuni masjid saat itu mengucapkan Amîn/semoga Allah kabulkan doa itu!

Fadhl berkata, ‘Yahya bin Ma’în berkata, ‘Dan kami pun mengucapkan Amîn!

Berkata Abu Ubaid (guru al Isfahâni), “Dan kami pun mengucapkan Amîn.”

Berkata Abul Faraj (al Isfahâni), “Dan aku pun mengucapkan Amîn.


Abu Salafi berkata:
Dan saya pun mengucapkan Amîn dan seribu kali Amîn!

Dan saya tidak yakin Ustadz Firanda sanggup mengamini doa Imam Hasan as. untuk kehancuran tuan kebanggaan kaum Salafi Wahhâbi Nashibi!


Abu Salafy:
Di sini, Imam Hasan as. dengan terang dan tegas menuduh Mu’awiyah dengan KEKAFIRAN kemudian dengan KEMUNAFIKAN! Dan hal itu tentunya setelah Mu’awiyah menampakkan keislaman dzahirnya! Sanad riwayat di atas adalah mursal yang kokoh dan selain itu ia didukung oleh banyak pernyataan Imam Hasan as. yang tegas-tegas menyatakan kemunafikan Mu’awiyah!


Di antaranya adalah sebagai berikut:

v Surat Imam Hasan as. Kepada Mu’awiyah

Imam Hasan menulis sepucuk surat kepada Mu’awiyah di mana di dalamnya beliau as menegur dengan keras kesesatan, kejahatan dan kemunafikan Mu’awiyah. Perhatikan isi surat yang memuat data berharga tersebut!

فاليوم فليتعجب المتعجب من توثبك يا معاوية ! على أمر لست من أهله ، لا بفضل في الدين معروف ، ولا أثر في الاسلام محمود ، وأنت ابن حزب من الأحزاب ، وابن أعدى قريش لرسول الله صلى الله عليه وسلم ولكتابه ، والله حسيبك فسترد وتعلم لمن عقبى الدار ، وبالله لتلقين عن قليل ربك ثم ليجزينك بما قدمت يداك ، وما الله بظلام للعبيد .

“Hari ini/sekarang hendaknya terheran-heran orang yang hendak terheran-heran karena kerakusanmu hai Mu’awiyah! Terhadap perkara yang engkau bukan pemiliknya. Tidak dikarenakan keutamaan dalam agama yang dikenal, tidak pula karena jasa yang terpuji dalam Islam! Dan engkau adalah putra Partai dari partai-partai (yang memerangi Islam). Putra seorang yang paling memusuhi Rasulullah saw dan Kitab sucinya dari kalangan suku Quraisy![2] Allah akan memperhitungkan perbuatanmu dan engkau akan menghadap-Nya dan saat itu engkau akan mengetahui siapa pemilik rumah kebahagian/surga!

Demi Allah, sebentar lagi engkau akan menjumpai Tuhanmu dan Dia akan membalasmu atas kejahatan yang engkau perbuat. Dan Allah tiada berbuat zalim atas hamba-hamba-Nya.”[3]


Abu Salafy:
Demikianlah begitu tesagnya penytaan Imam hasan as dalam surat di atas. Mu’awiyah adalah anak si gembong kekafiran dan penyulut api peperangan melawan Allah dan rasul-Nya! Maka tidaklah mengherankan jika jiwa busuk bapaknya dan keluarga besar Bani Umayyah –pohon terkutu dalam Al Qur’an- itu diwarisi putra terbaktinya; Mu’awiyah!

Dan setelah ini semua, masihkan kita menolak kenyataan kemunafikan Mu’awiyah?! Masihkan kita mencari-cari sikap Salaf Shaleh terhadap Mu’awiyah untuk memutihkan wajahnya yang tercoreng gelapnya kemunafikan?! Sampai kapan kita mengabaikan keterangan para Salaf Shaleh seperti Sayyidina Ali, Ammar, Imam Hasan dan para sahabat mulia lainnya yang tegas-tegas menyatakan kemunafikan Mu’awiyah?! Akankah ketegasan pernyataan para sahabat mulia seperti Sayyidina Ali, Ammar, Ibnu Umar, Imam Hasan, Imam Husain (seperti akan kami paparkan dalam artikler khusus nanti) dan para sahabat serta tabi’în mulia lainnya kita campakkan karena pernyataan “para tokoh sektarian” yang tidak lebih mengenal Mu’awiyah di banding para sahabat mulia tersebut?! Yang pengenalan mereka kepada Mu’awiyah hanya lewat pujaan palsu “para penyembahnya”!!

Sunngguh aneh sikap sebagian kaum Muslimin yang setelah mengetahui semua kenyataan akan kejahatan, penyimpangan dan kemunafikan Mu’awiyah masih saja membanggakan Mu’awiyah, menjunjung dan memujanya sebagai Sahabat Mulia, Khalifah Agung dan Pemimpin penuh Rahmat bagi Umat Islam!

Saya sangat khawatir bahwa kecintaan mereka kepada Mu’awiyah; gembong kemunafikan ini diakibatkan problem pada jiwa dan hati mereka seperti yang dihambarkan tentang para penyembah patung anak sapi dari kalangan bani Israil.

Allah berfirman menjelaskan hakikat penyebab sesunggunya kecintaan bani Israil kepada ‘ijl/patung anak sapi sebagai berikut:

وَ إِذْ أَخَذْنَا مِيْثَاقَكُمْ وَ رَفَعْنَا فَوْقَكُمُ الطُّوْرَ خُذُوْا مَا آتَيْنَاكُمْ بِقُوَّةٍ وَ اسْمَعُوْا قَالُوْا سَمِعْنَا وَ عَصَيْنَاوَ أُشْرِبُوْا فِيْ قُلُوْبِهِمُ الْعِجْلَ بِكُفْرِهِمْ قُلْ بِئْسَمَا يَأْمُرُكُمْ بِهِ إِيْمَانُكُمْ إِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

“ Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari kalian dan mengangkat bukit (Thursina) di atas (kepala) kalian (seraya berfirman), “Peganglah erat-erat segala perintah yang telah Kami berikan kepada kalian dan dengarkanlah (baik-baik)!” Mereka menjawab, “Kami telah mendengarkan dan (setelah itu) melanggarnya”. Dan karena kekafiran mereka, (kecintaan menyembah) anak sapi telah meresap di dalam hati mereka. Katakanlah, “Jika kalian (memang) beriman, alangkah jeleknya perbuatan yang diperintahkan oleh iman kalian itu!.” (QS. Al Baqarah [2];93).

Imam asy Syaukani menerangkan ayat di atas sebagai berikut: “Pada ayat “Dan karena kekafiran mereka, anak sapi telah meresap di dalam hati mereka” ini terdapat penyerupaan yang sangat indah. Yaitu hati-hati mereka dikarenakan kecintaan kepada anak sapi itu sudah sedemikian kokoh bertempat seakan ia (hati-hati itu) minum kecintaan tersebut/usyribû/ أُشْرِبُوْا.

… dan huruf bâ’ pada kata:بِكُفْرِهِمْ memberi arti sebab. Yaitu semua itu terjadi dikarenakan kekafiran mereka sebagai balasan dan penghinaan Allah atas mereka!”[4]

Jadi kecintaan kepada penyembahan anak sapi itu disebabkan kekafiran kepada kebenaran yang telah gamblang di hadapan pikiran mereka. Maka sebagai balasan Allah atas keberpalingan mereka dari kebenaran maka Allah hinakan mereka dengan mencintai kebatilan dan simbol-simbol kebatilan, yang dalam kasus bani Israil adalah sapi yang mereka jadikan sesembahan dengan menyekutukan Allag SWT. Dan dalam kasus kita ini, simbol kebatilan itu adalah berupa Mu’awiyah dan agenda kefasikan dan kemunafikannya. Karena semua bukti kebenaran tentang kejahatan Mu’awiyah mereka abaikan dan mereka tolak maka Allah membalas mereka dengan mengihinakan mereka seihingga mencintai simbol-simbol kemunafikan. Semoga Allah menyelamatkan kita semua dari kesesatan dan kemunafikan. Amîn.

Ibnun Katsir juga menerangkan ayat di atas sebagai berikut: Abdurrazzâq beerkata dari Qatadah tentang ayat: “Dan karena kekafiran mereka, anak sapi telah meresap di dalam hati mereka” kecintaan kepada anak sapi telah merasuki hati-hati mereka sehingga menembusnya.

Kemudian Ibnu katsir menukil sebuah hadis Nabi saw. dari riwayat Abu Dardâ’: “Kecintaanmu kepada sesuatu itu akan membuatmu buta dan tuli.”[5]

Jadi jelaslah bahwa kecintaan itulah yang telah membutakan dan menulikan banyak kaum sehingga segamblang apapun kenyatan akan kemunafikan Mu’awiyah tidak akan mampu mereka lihat dan dan sejelas apapun suara kebenaran tidak mampu menembus dinding telinga batin mereka!

Semoga kita tidak dijadikan dari manusia-manusia yang tuli dan buta dari menlihat dan mendengar suara kebenaran. Amîn.

Referensi:
[1] Habib bin Abi Tsâbit adalah seorang Tabi’în yang terkenal. Beliau termasuk perawi andalan Imam Bukhari dan Imam Muslim, fawat tahun 118 H. ia meriwayatkan hadis dari Ibnu Umar, Ibnu Abbas dan Abu Thufail. Ia tergolong pembesar ulama penduduk kota Kufah. Data sejarah yang beliau sampaikan di atas adalah mursal, tetapi bahan dasarnya adalah dari sahabat dan ia lebih kuat dari banyak riwayat-riwayat mursal yang diterima oleh para ulama Ahli hadis dan sejarah!
[2] Kaum kafir Quraisy di bawah kepimpinan Abu Sufyân, bapak Mu’awiyah telah berkali-kali memerangi Nabi Muhammad saw. dan salah satu perang yang dikobarkan apinya oleh Abu Sufyân adalah perang Khandaq/perang parit yang juga dikenal dengan nama parang Ahzâb, karena kaum kafir Quraisy berhasil menggalang kekuatan dengan bantuan kabilah-kabilah Arab kafir lainnya. Mereka di bawah kepempinan Abu Sufyan menyerbu kota suci Madinan. Menghadapi rencana serangan kaum kafir itu Nabi Muhammad saw. menggali parit bersama para sahabat untuk menghalau serbuan pasukan Ahzab yang datang dengan beribu-ribu pasukan …. setelah mereka terkejut dengan adanya parit yang mengelilingi kota Madinan sehingga mereka kesulitan menyerbunya secara serempak, dan hanya beberapa pendekar kaum kafir saja yang berhasil menyeberangi galian parit tersebut dan menantang-nantang kaum Muslimin untuk berduel dengan disertai ejekan akan katakutan kaum Muslimin, karena tidak seorang pun dari sahabat saat itu yang menyahuti dan meladeni tantangan pendekar kaum kafir yang bernama ‘Amr bin Abdi Wudd dan hanya Sayyidina Ali ra seorang yang kemudian bangkit memohon izin untuk berdual dengan ‘Amr. Dalam sekejap Sayyidina Ali ra mengayunkan pedang tajamnya dan ‘Amr pun tersungkur tak bernyawa! Ali takbir dan para sahabat pun menyambutnya dengan ucapan takbir, Allahu Akbar! Allah Akbar!

Setelahnya kaum kafir ketakutan dan segera lari pulang meninggalan kota Madinan dengan kekecawaan berat. Di samping Allah juga mengirim angin kencang yang merobohklan kema-kema mereka dan menjungkir balikkan kuwali dan panci-panci masak mereka!

Jasa agung Sayyidina Ali ra ini diabadikan dalam Al Qur’an dalam surah Al Ahzâb ayat 25:

وَ رَدَّ اللَّهُ الَّذينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنالُوا خَيْراً وَ كَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنينَ الْقِتالَ وَ كانَ اللَّهُ قَوِيًّا عَزيزاً

“Dan Allah menghalau orang- orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, ( lagi ) mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.”

Imam Jalaluddîn as Suyûthi dalam tafsirnya ad Durra al Mantsûr,5/368 menukil sebuah atsar dari sahabat Ibnu Mas’ud ra bahwa beliau menerangkan maksud ayat di sebagai berikut: Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangandengan Ali bin Abi Thalib!

Abu Salafy: Saya yakin sekali bahwa kaum Salafi Wahhâbi (garda terdepan pasukan pembenci Sayyidina Ali dan Ahlulbait Nabi saw.) akan sangat keberatan dengan kenyataan di atas. Mereka pasti akan meronta-ronta bak onta hendak disembelih menyaksikan keutamaan agung yang diabadikan Allah dalam kitab suci terakhirnya ini menjadi milik Ali bin Abi Thalib! Bukan milik Mu’awiyah bin Abi Sufyân pujaan kaum munafik!

[3] Maqâtil ath Thâlibiyyîn:65.
[4] Tafsir Fathu al Qadîr; asy Syaukani,1/114.
[5] Tasrir Ibnu Katsir,1.126.


Persembahan Untuk Ustadz Firanda Dan Para Pemuja Kaum Munafikin!

Imam Husain bin Ali ra. Cucu Tercinta Baginda Nabi saw. Juga Menegaskan Kemunafikan Mu’awiyah bin Abu Sufyân!

Di antara yang perlu kita rujuk dalam upaya kita mengenal tokoh-tokoh kemunafikan generasi awal Islam yang sangat berpengaruh merusak sendi-sendi agama dan mengoyak-ngoyak kesatuan dan persatuan umat Islam adalah Imam Husain putra Ali ra., karena disamping beliau adalah dari Ahlulbait Nabi saw. yang sangat terhormat dan disepakati kejujuran dan ketaqwaannya, beliau juga seorang tokoh dan pembesar serta panutan kaum Muslimin yang menghidupi pasang surutnya masa-masa awal Islam sepeninggal Nabi saw. Karenanya, kali ini saya ajak Anda untuk memperhatikan sikap dan pernyataan Imam Husain ra tentang Mu’awiyah putra pasangan Abu Sufyan (si Gembong kaum Kafir dan kemudian setelah berpura-pura memeluk Islam ia menjadi Pelingdung kaum Munafik) dan Hindun (si Pengunyah jantung Sayyidina Hamzah ra.) yang kejahatannya telah merusak kemurnian ajaran agama dan memporak-pondakan kesatuan umat Islam!

Mungkin tidak banyak data yang mengabadikan sikap dan pernyataan Imam Husain ra. tentang Mu’awiyah, sebab adalah kepentingan para penguasa bani Umayyah, utamanya Mu’awiyah sendiri untuk memusnahkan semua bukti yang akan membongkar kemunafikan dan kejahatan Mu’awiyah dan keluarga besar Bani Umayyah. Tetapi kendati demikian, alhamdulillah, Allah masih menyelamatkan sebagian data itu untuk menjadi bukti bagi pencari kebenaran!

Sejarah mencatat telah terjadi surat menyurat antara Imam Husain ra dan Mu’awiyah. Dalam surat itu jelas sekali bahwa Imam Husain ra meyakini bahwa Mu’awiyah adala seorang MUNAFIK TULEN. Baju Islam yang ia tampakkan hanya tipu muslihat dan kepalsuan belaka! Dan karena keberpura-puraannya memeluk Islam itulah ia mampu menipu kaum Muslimin dan kemudian menduduki posisi paling setrategi dalam Islam, yaitu keamiran dan kemudian kekhalifahan!

Surat berharga yang penuh data dan pelajaran itu telah diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dalam kitab ath Thabaqât-nya, al Balâdzuri dalam Ansâb al Asyrâf, ad Dînawari dalam al Akhbâr ath Thiwâl, Ibnu ‘Asâkir dalam Tarikh Damasqus, al Mizzi dalam at Tahdzîb, adz Dzahabi dalam Siyar A’lâm an Nubalâ’, Ibnu ‘Adîm dalam Târîkh Halab, Ibnu Katsîr dalam al Bidâyah wa an Nihayah dan lainnya. Tek terlengkap adalah yang diriwayatkan oleh al Balâdzuri dalam Ansâb al Asyrâf-nya,2/119.


Teks Surat Imam Husain ra.

Al Balâdzuri melaporkan, “Dan al Husain menulis surat kepada Mu’awiyah, beliau berkata:

أما بعد، فقد بلغني كتابك تذكر أنه بلغتك عني أمور ترغب عنها، فإن كانت حقاً لم تقارني عليها، ولن يهدي إلى الحسنات ويسدد لها إلا الله، فأما ما نمي إليك فإنما رقاه الملاقون المشاؤون بالنمائم المفرقون بين الجميع، وما أريد حرباً لك ولا خلافاً عليك، وأيم الله لقد تركت ذلك وأنا أخاف الله في تركه، وما أظن الله راضياً عني بترك محاكمتك إليه، ولا عاذري دون الإعذار إليه فيك وفي أوليائك القاسطين الملحدين، حزب الظالمين وأولياء الشياطين، ألست قاتل حجر بن عدي وأصحابه المصلين العابدين، الذين ينكرون الظلم ويستعظمون البدع، ولا يخافون في الله لومة لائمٍ، ظلماً وعدواناً، بعد إعطائهم الأمان بالمواثيق والأيمان المغلظة؟ أو لست قاتل عمرو بن الحمق صاحب رسول الله صلى الله عليه وسلم الذي أبلته العبادة وصفرت لونه وأنحلت جسمه؟! أو لست المدعي زياد بن سمية المولود على فراش عبيد عبد ثقيف، وزعمت أنه ابن أبيك وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : الولد للفراش وللعاهر الحجر، فتركت سنة رسول الله صلى الله عليه وسلم وخالفت أمره متعمداً، وابتعت هواك مكذباً، بغير هدى من الله، ثم سلطته على العراقين فقطع أيدي المسلمين وسمل أعينهم، وصلبهم على جذوع النخل، كأنك لست من الأمة وكأنها ليست منك، وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من ألحق بقومٍ نسباً ليس لهم فهو ملعون، أو لست صاحب الحضرميين الذين كتب إليك ابن سمية أنهم على دين علي، فكتبت إليه: اقتل من كان على دين علي ورأيه، فقتلهم ومثل بهم بأمرك، ودين علي دين محمد صلى الله عليه وسلم الذي كان يضرب عليه أباك، والذي انتحالك إياه أجلسك مجلسك هذا، ولولا هو كان أفضل شرفك تجشم الرحلتين في طلب الخمور، وقلت: انظر لنفسك ودينك والأمة واتق شق عصا الألفة وأن ترد الناس إلى الفتنة، فلا أعلم فتنةً على الأمة أعظم من ولايتك عليها، ولا أعلم نظراً لنفسي وديني أفضل من جهادك، فإن أفعله فهو قربة إلى ربي، وإن أتركه فذنب أستغفر الله منه في كثير من تقصيري، وأسأل الله توفيقي لأرشد أموري؛ وأما كيدك إياي فليس يكون على أحدٍ أضر منه عليك، كفعلك بهؤلاء النفر قتلتهم ومثلت بهم بعد الصلح من غير أن يكونوا قاتلوك ولا نقضوا عهدك، إلا مخافة أمرٍ لو لم تقتلهم مت قبل أن يفعلوه، وأماتوا قبل أن يدركوه، فأبشر يا معاوية بالقصاص، وأيقن بالحساب، واعلم أن لله كتاباً لا يغادر صغيرةً ولا كبيرة إلا أحصاها، وليس الله بناسٍ لك أخذك بالظنة، وقتلك أولياءه على الشبهة والتهمة، وأخذك الناس بالبيعة لابنك، غلامٍ سفيه يشرب الشراب، ويلعب بالكلاب، ولا أعلمك إلا خسرت نفسك، وأوبقت دينك، وأكلت أمانتك، وغششت رعيتك، وتبوأت مقعدك من النار فبعداً للقوم الظالمين اهـ .

Surat panjang Imam Husain adalah jawaban atas surat Mu’awiyah yang bernada mengancam dan menerima fitnah sebagian orang yang memfitnah al Husain berniat untuk memberontak terhadapnya. Mengingat surat itu sangat panjang maka saya akan terjemahkan beberapa bagian darinya yang terkait langsung dengan sikap dan keyakinan Imam Husain tentang kemunafikan Mu’awiyah dan bahwa ia hanya berpura-pura memeluk Islam dan karenanya ia dapat menduduki kedudukan tertinggi dalam Islam yaitu kekhalifahan.


Terjemahan Surat Imam Husain

Amma Ba’du, telah sampai kepadaku suratmu dan engkau menyebut bahwa telah sampai kepadamu tentangku perkara-perkara yang tidak engkau sukai, jika itu benar pasti engkau tidak akan membiarkaku…

adapun berita yang disampaikan kepadamu tentangku maka ketahuilah bahwa itu hanya dilakukan oleh para pemfitnah yang bermental menjilat dan gemar mengadu domba dan memecah belah persatuan. Aku tidak berkehendak memerangimu tidak juga penentangmu. Demi Allah, aku meninggalkan memerangimu dan karenanya aku takut kepada Allah karena meninggalkannya, dan aku tidak yakin Allah rela terhadapku karena meninggalkan menghakimimu kepada Allah dan tidak akan memberiku uzur kecuali jika aku menyampaikan uzurku kepada-Nya tentangmu dan para pendukungmu; kaum Qâsithîn (yang membangkang) Mulhidin (Penentang Tuhan), Partai kaum Zalim dan kekasih setan… bukankah engkau yang membunuh Hujr bin Adi dan rekan-rekannya yang gemar menegakkan shalat dan beriibadah, yang menentang kezaliman dan mengecam bid’ah (kerusakan dalam agma)….

Kemdian engkau menulis sepucuk surat kepada Gubernurmu; Ziyad: “Bunuhlah setiap orang yang seagama dengan Ali dan mengikuti pandangannya!” lalu ia membunuh mereka dan mencincang mereka atas perintahmu. Sementara agama Ali adalah agama Muhammad saw. yang dengannya beliau memukul ayahmu, dan yang kaeana engkau mengaku beragama dengannya engkau dapat duduk di posisimu sekarang ini….

Aku tidak melihat ada fitnah kekacauan pada umat ini melebihi kekeuasaanmu atasnya.

… bergembiralah hai Muawiyah dengan hukuman Allah dan yakinlah akan adanya hisab/pembalasan. Dan ketahuilah bahwa Allah memiliki buku catatan yang tiada sesuatu apapun baik kecil maupun besar melainkan tercatat di dalamnya. Dan Allah tidak akan lupa membalasmu atas hukuman yang yang engkau jatuhkan atas dasar prasangka buta, membunuh para kekasih Allah atas dasar tuduhan palsu dan memaksa manusia membaiat anakmu si pemuda bodoh dan dungu, pemabok, yang gemar bermain iseng dengan anjing. Dan aku yakin bahwa engkau telah membuat rugi dirimu sendiri, merusak agamamu, memakan amanatmu, menipu rakyatmu dan menyiapkan tempt dudukmu di neraka. Dan jauhlah kaum zalim dari rahmat Allah. ”


Abu Salafy:
Surat di atas sangat jelas bagaimana Imam Husain cucu Baginda Nabi saw. tegas-tegas mengatakan bahwa Muawiyah hanya berpura-pura memeluk Islam,intihâluka/keberpura-puraanmu memeluk Islam! Sebagaimana Imam Husain juga menegaskan bahwa Mu’awiyah adalah kekasih dan pengikut setan.

Lalu setelah penegasan beliau, dan juga penegasan para sahabat besar lainnya, utamanya Imam Ali, Imam Hasan, Ammar bin Yasir ra tentang hakikat kemunafikan Mu’awiyah kita masih meragukannya?! Dan masih tetap membela Mu’awiyah dan mengecam siapapun yang meyakini kemunafikan Mu’awiyah?! Subhanallah. Di manakah slogan yang selama ini mereka (Salafi Wahhâbi) usung dan meraka bangakan bahwa mereka mengikuti para Salaf Shaleh; para sahabat dan Tabi’în. Apakah Imam Husain bukan Salaf kalian? Atau jangan-jangan Yazid, Mu’awiyah, Marwan bin Hakam dkk adalah Salaf kebanggaan kalian?! Ya benar. Mereka itulah Salaf kebanggan kaum Wahhâbi Salafi!!

Semoga Allah menanamkan dalam jiwa kita kecintaan kepada para kekasih-Nya dan kebencian kepada musuh-musuh Allah dan musuh-musuh kemanusian. Amîn Ya rabbal Âlamîn.

_____________________________


Sahabat Abu Ayyûb al Anshâri Juga Menegaskan Bahwa Mu’awiyah bin Abu Sufyân Adalah Benteng Dan Pelindung Kaum Munafikin!

Abu Ayyub Al Anshâri adalah sahabat setia Nabi Muhammad saw. dan kesetiannya kepada baginda Nabi saw. ia terjemahkan dengan kesetiannya kepada Sayyidina Ali as.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Mu’awiyah menulis sepucuk surat kepadaAbu Ayyub al Anshari ra. mengancamnya dan menuduhnya bertanggung-jawab atas terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affân dengan tujuan agar Abu Ayyûb meninggalkan pembelaannya kepada Khalifah Ali as. dan berbagung dengannya atau paling tidak bersikap netral.

Sebab bergabungnya banyak pembesar sahabat, khususnya para sahabat Badriyyûn, yang berkehormatan berperang membela Nabi saw dalam peperangan Badar dan dipuji Allah dalam Al Qur’an-Nya adalah sangat memojokkan kubu Mu’awiyah yang sedang memberontak kepada Khalifah Syar’i yang sah; Ali bin Abi Thalib as. Apalagi ternyata tidak bergabung dengan Mu’awiyah melainkan mantan-mantan kaum kafir yang bertahun-tahun memerangi Nabi saw. dan mengganngu kaum Muslimin, seperti Marwan bin al Hakam, Amr binn al Âsh dan banyak kalangan Arab Baduwi yang kental kemunafikannya.

Karenanya Mu’awiyah melakukan segala cara agar para sahabat mulia itu meninggalkan Khalifah Ali bin Ab Thalib! Sesekali dengan rayuan harta melimpah yang ia janjikan… sesekali dengan ancaman dan sesekali dengan menebar tuduhan palsu terlibat dalam pembunuhan terhadap Utsman bin Affan.

Namun sahabat Abu Ayyûb –yang kita kenal kesetiannya kepada Islam dan Nabi Islam saw.- tidak tergoyah keimanannya dengan rayuan partai setan dan gembong kaum munafik. Ia justeru berbalik menegaskan kesetiannya kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib as. dan berbalik mengancam Mu’awiyah dengan pedang tajamnya.

Sesampai surat itu di tangan Abu Ayyub ra. ia segera melaporkan kebiadaban sikap Mu’awiyah itu kepada Imam Ali as.

Ia berkata:

يا أمير المؤمنين ! إن معاوية ابن آكلة الأكباد و كهف المنافقين كتب إلي بكتاب

“Wahai Amirul Mukminin! Sesungguhnya Mu’awiyah putra wanita pengunyah jantung dan pelindung kaum Munafik itu menulis sepucuk surat kepadaku… “

(Baca Waq’atu Shiffin oleh Nashr bin Muzahim:368).

Sebagaimana para ulama melaporkan bahwa di akhir surat balasan Abu Ayyûb ra. kepada Mu’awiyah, ia menyebut Mu’awiyah dan kelompoknya sebagai: bani al Ahzâb/anak-anak kaum yang dahulu memerangi Nabi saw. di perang Khandak yang juga dikenal dengan nama perang al Ahzâb, karena kaum kafir di bawah kepemimpinan Abu Sufyan; ayah Mu’awiyah telah berhasil menggalang kekuatan dengan berkoalisi dengan kaum kafir di berbagai daerah untuk menyerang kota suci Madinah… dan dalam peperangan itu mereka dikejutkan dengan setrategi baru Nabi saw. dengan mengggali parit di sekeliling arah masuk kota Madinah… kemudian mereka mengepung kaum Muslimin berhari-hari sebelum kemudian ada beberapa pendekar kaum kafir yang berhasil melompat masuk ke dalam kota Madinah dan kemudian menantang duel.. akhirnya Ali maju menyambut tantangan seorang pendekar kaum kafir yang bernama Amr bin Abdi Wudd. Imam Ali berhasil menebas kepala sang pendenkar kafir angkuh dan teriakan tabkir pun memecah keheningan sauna penantian hasil akhir duel menentukan itu… Allahu Akbar… Allahu Akbar… Allahu Akbar demikian teriakan kaum Muslimin saat itu menyambut kemenangan Islam di tangan Ali bin Abi Thalib as.

Dan untuk mengabadikan jasa besar Ali bin Abi Thalib as. Allah menurukan ayat suci Al Qur’an:

وَ رَدَّ اللَّهُ الَّذينَ كَفَرُوا بِغَيْظِهِمْ لَمْ يَنالُوا خَيْراً وَ كَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنينَ الْقِتالَ وَ كانَ اللَّهُ قَوِيًّا عَزيزاً

“Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, (lagi) mereka tidak memperoleh keuntungan apa pun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan. Dan adalah Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al Ahzâb[33];25)

Jalaluddîn as Suyûthi Dalam tafsir Ad Durr al Mantsûr-nya,5/368 merangkum riwayat Imam Ibnu Abi Hâtim, Ibnu Mardawaih dan Ibnu ‘Asâkir dari sahabat Ibnu Mas’ud ra. Bahwa ia membaca ayat tersebut di atas dengan menafsirkannya demikian:

وَ كَفَى اللَّهُ الْمُؤْمِنينَ الْقِتالَ{بعلي بن أبي طالب

“Dan Allah menghindarkan orang-orang mukmin dari peperangan (dengan Ali bin Abi Thalib).”

Ya! Jika dahulu Mu’awiyah bersama ayahnya memimpin kaum Musyrik memerangi Nabi Muhammad saw. dan mengancam kaum Musliminin, khususnya kaum Anshar, maka kini Mu’awiyah putra teladan kaum Musyrikin Quraisy hasil pasangan seorang aimmah/pemimpin kaum kafir; Abu Sufyan dan Hindun memimpin pasukan yang terdiri dari kaum munafikin dan kaum tertipu untuk memerangi Khalifah Nabi Muhammad; Ali bin Abi Thalib!

Ketika menulis catatan ini saya dapat membayangkan betapa sedih dan dongkolnya hati kaum Salafi karena ternyata kejahatan para idolanya diabadikan Allah dalam kitab suci-Nya yang dibaca umat Islam siang-malam dan pada waktu yang sama Allah menurunkan ayat yang mengabadikan jasa besar Ali bin Abi Thalib as.! Pasti mereka sakit hati kepada Allah Dzat Yang telah menurukan ayat suci-Nya untuk memuji Ali bin Abi Thalib dan mengecam Abu Sufyan, Mu’awiyah dan kaum kafir lainnya!

Setelah ini semua mari kita kembali kepada tema utama kita yaitu kecaman Abu Ayyûb al Anshari ra. terhadap Mu’awiyah yang menyebutnya sebagai berikut:

(1) Anak si wanita pengunyah jantung Hamzah paman Nabi saw. yang gugur di dalam peperangan Uhud membela Islam yang kemudian diperlakukan keji oleh Hindun; ibu Mu’awiyah.. ia sobek dada Hamzah, lalu ia keluarkan jantungnya dan kemudian ia kunyah-kunyah. Sebagaimana ia telah dengan keji mencincang jasad suci paman Nabi Muhammad saw. yang beliau gelari dengan penghulu para syahid, sayyidu asy syuhadâ’. Ya. Tindakan keji seperti itu sekarang menjadi model kebanggaan kaum Salafi Wahhâbi di berbagai tempat ketika mereka berhasil membunuh kaum Muslimin.

(2) Mu’awiyah adalah Kahful Munâfiqîn/gua/pelindung kaum munafik!Sementara Allah SWT menegaskan bahwa kaum munafikin itu kelak akan disiksa fi ad darkil asfali minan nâr/tempat terhina dalam api neraka!

Demikianlah sahabat Nabi Abu Ayyub menyebut Mu’awiyah sebagai gua, pelindung kaum Munafikin! Adakah kecaman dan pernyataan sikap akan kemunafaikan Mu’awiyah yang lebih tegas darinya?!

Tentu kalangan Salafi Wahhâbi akan sangat keberatan dengan penyematan status tersebut atas Mu’awiyah, bagaimana tidak?! Bukankah Mu’awiyah idola mereka?! Panutan mereka?! Salaf kebanggan mereka?! Bahkan bisa jadi mereka berbalik menyerang Abu Ayyub al Anshari, sebagaimana Marwan; Salaf kebanggaan Salafi Wahhâbi dahulu mengecam Abu Ayyub karena bertabarruk dengan menempelkan pipinya di tanah kuburan Baginda Nabi Muhammad saw.! Bukan sikap aneh jika kaum Salafi Wahhabi berbalik menyerang Abu Ayyub dengan tuduhan-tuduhan palsu… sebab ternyata tidak sedikit sahabat Nabi saw. yang bahkan ikut serta dalam peperangan Badar bersama Nabi saw. mereka kecam dan mereka vonis munafik! Sementara Abu Sufyân, Mu’awiyah yang justeru memerangi Nabi saw. mereka banggakan sebagai panutan kaum beriman! Itulah logika kaum Salafi Wahhâbi, khususnya kaum Ekstrim di kalangan mereka… dan alangkah banyaknya mereka!!


Mari Kita Mengenal Lebih Dekat Abu Ayyûb al Anshari ra.

Dalam kesempatan ini saya ajak Anda mengenal lebih dekat sahabat Nabi mulai ini. Nama lengkap beliau adalah: Khalid bin Zaid bin Kulaib bin Tsa’labah al Khazraji. Gelar panggilannya adalah Abu Ayyûb. Beliau adalah keturunan orang-orang agung. Salah satu kakek tertuanya yang bernama Tubba’ bin Hassân al Himyari pernah berpesan kepada para pendeta Yahudi kota Madinah agar menyampaikan salam rindu kepada sang Nabi yang kelak akan Allah utus di kota Mekkah, dan kota Yatsrib (nama lama kota Madinah) adalah tempat hijrahnya. Kakek tertua Abu Ayyub juga adalah orang pertama yang memberi kiswah/tabir Ka’bah.

Ketika Nabi saw. berhijrah ke kota Madinah, beliau berhenti di Quba’ beberapa hari menanti kedatangan Sayyidina Ali bersama rombongan keluarga beliau, di antaranya adalah Fatimah putri Nabi saw. dan Fatimah ibunda Ali. Setelah itu, beliau melanjutkan perjalanannya masuk kota Madinah. Semua penduduk desa yang kampungnya dilewati Nabi saw. mengharap beliau sudi turun dan tinggal di rumahnya… namun Nabi saw. melanjutkan perjalanannya setelah menyampaikan ucapan terima kasih atas kehangatan sambutan mereka… Nabi saw. mengatakan kepada mereka, biarkan unta ini berjalan sendiri, ia ada yang menggiring… nanti Allah yang menentukan di mana ia berhenti… dan jika ia berhenti di depan rumah seorang dari kalian maka aku akan tingggal di rumah itu untuk sementara waktu.

Allah berkehendak menganugerahkan kemulian itu kepada Abu Ayyûb ra. Unta tunggangan Nabi itu berhenti tepat di depan rumah Abu Ayyub. Nabi saw. pun turun dan menjadikan rumah Abu Ayyub rumah piliha Allah untuk beliau.

Untuk beberapa waktu Nabi saw. bersama keluarga beliau tinggal di rumah Abu Ayyub yang sangat sederhana itu… sambil menunggu Nabi saw. membangun masjid dan rumah untuk beliau, rumah Abu Ayyub adalah tempat tinggal beliau. Di sana beliau menerima tamu yang hendak berkehormatan berjabatan tangan dan berkenalan dengan Nabi saw.

Abu Ayyub sangat menghormati Nabi saw. dan memperhatikan kenyamanan beliau bersama keluarga di rumahnya… rumah yang terdiri dari dua lantai sederhana itu menjadi piliiha Allah untuk Nabi-Nya… Tentu Abu Ayyub memliki bagian bawah rumah, sedangkan Nabi saw. beliau tempatkan di bagian atas. Namun kemudian, demi kenyamanan Nabi saw. agar tidak dibuat repot dengan naik turun setiap kali tamu datang menemui beliau, Abu Ayyub menawarkan ruang tinggkat bawah untuk tempat tinggal Nabi saw. Maka dengan berat hati Abu Ayyub menempati ruang atas, walau jiwanya seakan tak menerima harus berada di ruang atas semantara Nabi di ruang bawah.

Pada suatu malam, air kendi Ammu Ayyub; istri Abu Ayyub tumpah dan air pun mulai merembes ke lantai bawah, maka Ummu Ayyub segera mengambil kain selimut yang biasa mereka pakai untuk mengepel agar air tidak menetes ke lantai bawah khawatir mengganggu kenyamanan tidur Nabi saw. demikian diriwayatkan oleh Imam al Hakim dalam kitab al Mustadrak-nya dari sahabat Abu Umamah al Bahili dari Abu Ayyub.

Rumah abu Ayyub terpilih sebagai tempat tinggal sementara Nabi Muhammad saw walaupun dia adalah penduduk kota Madinah yang paling miskin. Allah SWT memilihkan untuk Nabi-Nya rumah Muslim yang paling miskin untuk menjadi pelajaran bagi umat manusia agar bersikap zuhud, dan tidak memandang materi sebagai segalanya dan agar tertutup angan-angan bagi kaum kaya bahwa melimpahnya harta kekayaan dapat menjadi jalan mendekatkan diri kepada Allah dan rasul-Nya. Selain ia sebagai pelajaran agar kita menghormati dan merendah hati kepada kaum miskin dan agar tidak menghormati kaum kaya karena kekayaan mereka.


Nabi Muhammad saw. mendoakan Abu Ayyub ra.

Pada suatu malam, sepulang dari penaklukan benteng Khaibar (yang kali ini juga berkat jasa kepahlawanan Sayyidina Ali bin Abi Thalib as). Nabi saw. singgah di sebuah daerah padang pasir bersama para sahabat. Mereka mendirikan kemah-kemah untuk bermalam. Nabi saw. bermalam di sebuah tenda khusus bersama Shafiyyah binta Huyay bin Akhthab; seorang wanita Yahudi tawanan yang kemudian dinikahi oleh beliau. Dan semua pernikahan beliau didasarkan pada kemaslahatan umum, seperti mempererat jalinan persaudaraan melalui pernikahan… meredam kemurkaan sebagian kabilah dengan beliau menjadi salah satu dari menantu mereka dll.

Al hasil, pada malam itu, ketika Nabi saw. terbangun, beliau menyaksikan Abu Ayyub berdiri tepat di dekat tenda beliau sambil menghunuskan pedang tajamnya. Ketika Nabi saw. bertanya, gerangan apa yang menyebabkannya melakukan tindakan berjaga-jaga itu… tidak seperti para sahabat lainnya yang tidur di tenda-tenda mereka masing-masing, maka Abu Ayyub menjawab, “Aku khawatir akan keselamatan Anda wahai Rasulullah. Sebab Anda sendirian di tenda ini bersama seorang wanita, yang suaminya baru saja mati di tangan Ali dan ayahnya juga mati di tangan kaum Muslimin serta kaumnya telah engkau kalahkan. Dan dia baru saja meninggalkan kekafiran. Aku khawatir ia berbuat jahat terhadap Anda. Mendengar jawaban itu, Rasulullah saw. mengangkat kedua tangan beliau seraya berdoa: “Ya Allah! Jagalah Abu Ayyub sebagaimana ia semalam suntuk menjagaku.” Demikian dilaporkan oleh Ibnu Hisyam dalam kitab as Sirah An Nabaiwiyyah-nya,4/311.


Sekilas Tentang Perjuangan Abu Ayyub Al Anshari ra.

Abu Ayyub al Anshari ra ikut serta berjuang bersama Nabi saw. dalam peperangan pertama antara umat Islam dan kaum kafir musyrik di pertempuran Badar, Abu Ayyub ikut berjuang bersama kaum Muslimin lainnya. Selain peperangan Badar, Abu ayyub juga selalu hadir dan ikut serta berjuang membela Nabi saw. dalam seluruh peperangan beliau. Di Uhud, Khandak/Ahzâb dan selainnya.


Kesetiaan Abu Ayyub al Anshari ra.

Kesetian Abu Ayyub al Anshari ra. kepada Nabi Muhammad saw. telah beliau buktikan dengan pembelaannya dan perjuangannya yang tanpa mengenal lelah bersama Rasulullah saw. dan sepeninggal Nabi Muhammad saw., Abu Ayyub tetap dalam kesetiannya kepada Rasulullah saw. dengan membela Ali bin Abi Thalib… beliau membela Ali dalam menumpas para pemberontak, utamanya kaum pembangkang yang dipimpim oleh Mu’awiyah dan didukung oleh sisa-sisa kaum Ahzâb dan kaum munafikin. Beliau tegak berdiri membela Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam peperangan Shiffîn melawan pemberontakan durhaka yang dipimpin oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan.

Selain itu, Abu Ayyub juga setia dalam membela Ali bin Abi Thalib dengan menyebarkan hadis-hadis sabda Nabi saw. tentang keutamaan Ali bin Abi Thalib dan Ahlulbait beliau.


Penutup:

Abu Salafy berkata:
Setelah Anda ketahui sekilas tentang kemuliaan dan keagungan Abu Ayyub al Anshari ra. dan bagaimana beliau sebagai sahabat yang penuh semangat membela kebenaran… maka saya ajak Anda mengingat kembali bagaimana Abu Ayyub menilai Mu’awiyah putra Hindun si pengunyah jantung Sayyidiana Hamzah ra… apakah Anda tetap akan membela Mu’awiyah si pelindung kaum Munafik?! Atau Anda akan bergabung bersama kelompok Abu Ayyub yang sudah jelas ketulusan dan kesetiaan mereka kepada Allah dan Rasul-Nya?! Sebagai seorang Mukmin pasti akan bersama kaum Mukminin yang setia dengan janjinya kepada Allah SWT… adapun kaum munafik maka sebagian mereka adalah pembela sebagian yang lain. Demikian ditegaskan Allah dalam Al Qur’an-Nya:

الْمُنافِقُونَ وَ الْمُنافِقاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَ يَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَ يَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنافِقينَ هُمُ الْفاسِقُونَ * وَعَدَ اللَّهُ الْمُنافِقينَ وَ الْمُنافِقاتِ وَ الْكُفَّارَ نارَ جَهَنَّمَ خالِدينَ فيها هِيَ حَسْبُهُمْ وَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ وَ لَهُمْ عَذابٌ مُقيمٌ

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang- orang yang fasik.* Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam. Mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka; dan Allah melaknati mereka; dan bagi mereka azab yang kekal.” (QS. At Taubah [9];67-68).

Ibnu Katsir berkata:
Allah –Ta’âla- berfirman mengecam kaum munafik yaitu mereka yang menyalahi sifat-sifat kaum Mukminin. Dan kerena kaum Mukimin memerintah dengan kemakrufan dan mencegah kemungkaran, maka kaum munafikin: mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya (dari berinfak di jalan Allah.) Mereka telah lupa kepada Allah, (lupa kepada mengingat Allah) maka Allah melupakan mereka. (maka Allah menyikapi mereka seperti sikap orang yang melupakan mereka)…

Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang- orang yang fasik. (yaitu orang-orang yang keluar dari jalan kebenaran, masuk ke dalam jalan kesesatan) …

“Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam (atas perbuatan mereka itu yang telah Allah sebutkan). Mereka kekal di dalamnya. (akan kelak bersama kaum kafir). Cukuplah neraka itu bagi mereka; (sebagai siksa) dan Allah melaknati mereka; (mengusir dan menjauhkan mereka dari rahmat-Nya) dan bagi mereka azab yang kekal.”

Demikianlah Ibnu katsir menerangkan ayat di atas. Keterangan beliau dapat Anda rujuk dalam Tafsir Ibnu Katsir,2/863. Terb. Dâr al Fikir.

Semua sifat dan ciri kaum Munafik dapat Anda temukan dengan sempurna pada diri Mu’awiyah bin Abu Sufyan:

• Memerintah kepada kemungkaran!

Adakah kemungkaran setelah syirik kepada Allah melebihi memerangi Khalifah yang sah?!

Adakah kemungkaran setelah mencaci maki Allah dan Rasul-Nya melebihi perintah Mu’awiyah untuk mencaci maki dan melaknati Sayyidina Ali bin Abi Thalib as.?!

Adakah kemungkaran dan kerusakan di muka bumi melebihi membunuh para kekasih Allah dan pembela agama-Nya?!

• Mencegah yang makruf

Semua makruf yang diajarkan agama telah dijungkir balikkan oleh Mu’awiyah. Cukuplah sejarah sebagai sakis kejahatan Mu’awiyah.

Allah telah mengancam kaum munafikin dengan:
(1) Api neraka,
(2) kutukan dan
(3) siksa abadi.

Dan setelah ancaman Allah di atas saya meminta dengan sangat agar kaum Salafi Wahhabi; para pecinta dan pembela Mu’awiyah berdoa memohon kepada Allah dengan hati tulus agar dibangkitkan di akhirat kelak bersama Mu’awiyah, pelindung kaum munafikin, barangkali ia dapat memberi perlindungan… karena saya yakin untuk kali ini saja Allah akan memperkenankan doa mereka.

Dan kami di sini akan membantu dengan meneriakkan kata; Amîn, ya Allah kabulkan doa musuh-musuh Nabi-Mu agar dibangkitkan bersama musuh-Mu!

(Abu-Salafy/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: