Allah Swt telah meletakkan sejumlah keistimewaan dalam karakter perempuan untuk mendidik anak dan mengelola institusi keluarga dalam bentuknya yang terbaik. Pengalaman dan studi yang dilakukan tentang masalah ini telah terbukti. Karena bila seorang perempuan menolak untuk membentuk keluarga dan reproduksi, dengan sendirinya ia lebih tidak sehat dan lebih banyak masalah, ketimbang perempuan yang membentuk keluarga dan melahirkan anak. Perempuan yang tidak memiliki anak dari sisi kejiwaan dan fisik lebih lemah dibandingkan perempuan yang memiliki anak. Bahkan perempuan yang menolak untuk menyusui anaknya sendiri tidak tampak ceria dan cenderung lebih cepat tua dan tampak rapuh.
Dengan demikian, sangat salah bila ada perempuan yang ingin memiliki sifat laki-laki dan atau tidak mau melakukan tanggung jawab alaminya. Dari sisi rasio dan sains, sangat penting setiap seseorang melakukan aktivitasnya dalam kerangka sarana yang telah diciptakan untuknya dan berusaha untuk melangkah dengan karakter dan potensi yang dimilikinya. Dengan dasar ini, berharap memiliki sifat atau menjadi laki-laki serta memiliki tanggung jawab laki-laki bagi perempuan atau sebaliknya adalah kesalahan dan dari sisi kejiwaan itu sebuah penyakit.
Masyarakat yang normal dan seimbang dapat tercipta ketika anggota masyarakat memanfaatkan potensi aslinya, bukannya menampakkan wajah palsunya, sehingga perempuan, sesuai dengan karakter dan syariat memiliki kewajiban utama dan prinsip yang lebih urgen dibandingkan kewajiban yang lain dan itu adalah mendidik anak.
Ibu dan manajemen rumah
Dalam menjalankan tugasnya mendidik anak, ibu membutuhkan lingkungan yang aman dan tenang. Lingkungan yang menjadi tanggung jawabnya ini harus memiliki segala fasilitas sesuai dengan kemampuan, tidak harus berwujud kantor atau bengkel. Ibu membutuhkan suara dan kewenangan untuk mendidik anak dengan baik dan sudah pasti suara dan kewenangan ini tidak ada hubungannya dengan politik dan masyarakat.
Perempuan di lingkungan rumahnya dapat mengambil langkah-langkah untuk memenuhi kebutuhan ini dan mendidik anaknya dengan penuh ketenangan. Dalam kondisi yang demikian, manajemen dan tanggung jawab rumah akan berada di tangannya. Rumah yang baik mengikuti kekuatan yang mengaturnya dan kekuatan itu ada pada perempuan. Seorang perempuan di rumah harus seorang yang kuat, memiliki hak suara dan punya pengaruh yang besar. Rumah bagi seorang perempuan merupakan wilayah kekuasaannya. Penduduk rumah ini adalah suami dan anak-anak serta siapa saja yang tinggal di sana. Seorang istri mengatur urusan rumah dengan kesucian pribadinya dan akal sehatnya, sehingga oranag yang tinggal di dalamnya tetap sehat dan bahagia.
Pengertian manajemen perempuan di rumah ini diakui oleh Islam dan dengan dasar ini, Islam memberikan perhatian serius terkait pengakuan terhadap mereka dan kemandiriannya. Sekaitan dengan hal ini, Rasulullah Saw bersabda, "Ibu menjadi kepala di rumahnya. Ia yang bertanggung jawab memimpin urusan rumah dan mereka yang tinggal di dalamnya."
Tanggung jawab ekonomi dan emosi rumah
Seorang istri menghargai kerja keras suami dengan mengatur urusan ekonomi rumah tangga. Istri berusaha mengatur pemasukan dan pengeluaran keluarga dengan penuh kejujuran, empati, tanggung jawab, perhitungan dan pemikiran. Upaya istri mengatur ekonomi keluarga ini dapat memperbaiki kualitas hidup dan lebih baik dalam memenej rumah.
Sekaitan dengan masalah emosional, ibu merupakan jantung sebuah rumah, simbol kasih sayang, cinta dan perasaan. Emosi ibu sangat berperan penting dalam menciptakan kebahagian anak. Emosi ibu dapat menjadi penentu kebahagiaan anggota keluarga, atau sebaliknya membuat mereka rusak, frustasi dan melakukan kefasadan. Ibu merupakan sumber keutamaan dan menjadi pelajaran nyata dari ketakwaan, pembimbing dan menguasai hati anggota keluarga. Seorang ibu mampu menyeimbangkan kepribadian anggota keluarga.
Perempuan dan kondisi umum rumah
Manajemen kondisi umum rumah merupakan bagian dari sekumpulan kewajiban perempuan. Jelas, seorang ibu akan berusaha keras untuk menciptakan lingkungan rumah yang sesuai dan dipenuhi dengan kedamaian dan keceriaan. Bila terjadi kerusuhan atau masalah di rumah, maka kesepahaman seluruh anggota keluarga dapat menyelesaikannya, sekalipun secara lahiriah masalah itu berasal dari luar rumah, tapi berhubungan dengan anggota keluarga. Di sini, ibu harus mencari solusi dan dengan ketegasan, obyektif dan kesabaran menyelesaikan masalah yang ada.
Seorang ibu membutuhkan ketenangan untuk menjaga keseimbangan kondisi rumah dan mendidik anak-anaknya dengan benar. Untuk itulah Islam memberikan pahala yang besar kepada amal ibadah perempuan yang memperhatikan masalah ini. Islam mengecualikan perempuan dari sebagian ibadah yang penting dilakukan oleh laki-laki. Dalam wasiat Nabi Muhammad Saw kepada Imam Ali as kita membaca, "Wahai Ali! Perempuan tidak diwajibkan untuk melaksanakan shalat Jumat dan jamaah, azan dan iqamah, menjenguk orang sakit, mengantar jenazah, menjadi hakim, dan urusan pernikahan."
(IRIB-Indonesia/Erfan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email