Ekpresikan cintamu terhadap anakmu dengan ciuman karena Nabi bersabda saw: “Perbanyaklah mencium anak-anakmu, karena setiap ciuman memiliki derajat tersendiri di surga.”
Manusia adalah makhluk yang selalu membutuhkan kasih sayang. Kasih sayang bak pelita bagi hati. Barangsiapa yang mencintai dirinya dan ingin dicintai orang lain maka ia harus menghidupkan perasaan kasih sayang dalam dirinya. Kasih sayang memberikan pengaruh timbal balik dalam hubungan antara guru dan murid. Ketika seseorang guru, misalnya, tidak mencintai anak didiknya maka bagaimana mungkin ia mampu mengarahkan dan membimbingnya. Karena itu, kasih sayang memiliki peran penting dalam dunia pendidikan, dan ia bisa dikategorikan sebagai salah satu faktor utama dalam pendidikan dan dalam membangun hubungan/interaksi yang harmonis antara pendidik dan anak didiknya.
Sebaik-baik metode hubungan adalah hubungan yang dibangun atas dasar kasih sayang. Kenapa? Karena sistem hubungan ini begitu alami, sedangkan hubungan yang dibangun atas dasar pemaksaan dan kekerasan—dengan cara apapun—adalah hubungan yang tidak alami alias tidak normal.
Secara psikologis anak-anak membutuhkan—dalam pergaulan dan persahabatan dengan mereka—kasih sayang dan perhatian. Orang tua sebagai pembimbing awal anak-anak harus memperhatikan apakah kasih sayang sudah terpenuhi dengan baik pada mereka, karena kasih sayang merupakan pilar dan pondasi dalam pendidikan. Ketika kasih sayang terpenuhi dengan baik maka akan terwujud ketenangan jiwa, perasaan aman, percaya diri, dan timbulnya kepercayaan kepada orang tua. Bahkan sejatinya kasih sayang yang didapatkan seorang anak secara proporsional akan berpengaruh pada keselamatan jasmani anak tersebut.
Nabi bersabda saw: “Perbanyaklah mencium anak-anakmu, karena setiap ciuman memiliki derajat tersendiri di surga.” Oleh karena itu, tanggung jawab terpenting orang tua terhadap anaknya adalah berinteraksi dengan lemah lembut dan penuh kasah sayang serta menampakkan kasih sayang tersebut kepada anak-anaknya secara nyata. Selain cara ini, tidak akan tercipta hubungan baik yang mampu mendorong pada perkembangan dan penyempurnaan mental dan spiritual anak. Hubungan yang dingin, hampa dan tanpa cinta akan mengakibatkan kekeringan ruh dan jiwa dan akhirnya akan mengiring anak-anak bertindak amoral dan berbuat doa di tengah masyarakat. Dengan kata lain, boleh jadi anak-anak yang berbuat nakal dan membuat kerusakan di luar rumah adalah anak-anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan kasih sayang orang tua dan orang-orang dekatnya.
Nabi bersabda saw: “Perbanyaklah mencium anak-anakmu, karena setiap ciuman memiliki derajat tersendiri di surga.” Oleh karena itu, tanggung jawab terpenting orang tua terhadap anaknya adalah berinteraksi dengan lemah lembut dan penuh kasah sayang serta menampakkan kasih sayang tersebut kepada anak-anaknya secara nyata. Selain cara ini, tidak akan tercipta hubungan baik yang mampu mendorong pada perkembangan dan penyempurnaan mental dan spiritual anak. Hubungan yang dingin, hampa dan tanpa cinta akan mengakibatkan kekeringan ruh dan jiwa dan akhirnya akan mengiring anak-anak bertindak amoral dan berbuat doa di tengah masyarakat. Dengan kata lain, boleh jadi anak-anak yang berbuat nakal dan membuat kerusakan di luar rumah adalah anak-anak yang kurang atau bahkan tidak mendapatkan kasih sayang orang tua dan orang-orang dekatnya.
Urgensi Kasih Sayang
Kasih sayang menciptakan kerja sama di antara manusia. Bila Kasih sayang tidak ada maka tidak akan terwujud persaudaraan di antara manusia; tak seorang pun yang merasa memiliki tanggung jawab terhadap orang lain; keadilan dan pengorbanan akan menjadi hal yang absurd utopis. Oleh sebab itu, sikap kasih sayang sesama manusia, khususnya dalam dunia pengajaran dan pendidikan, adalah hal esensial. Di samping itu, kasih sayang juga menyebabkan keselamatan jasmani dan ruhani, menjadi solusi tepat dalam memperbaiki perilaku amoral dan mengharmoniskan hubungan manusia.
Allah Swt melukiskan konsep cinta dalam ayat Al-Quran dengan firman-Nya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang bertakwa.” (Al Imran: 76). “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (Al Imran: 138). Jadi, hubungan antar sesama manusia, khususnya anak-anak harus dibangun berdasarkan bahasa cinta dan kasih sayang. Dunia pendidikan akan sukses dan makmur kalau pelbagai jenjangnya ditempuh dengan irama cinta.
Kasih sayang begitu penting karena ia memicu ketaatan dan kebersamaan. Dalam hal ini Nabi saw bersabda: “Seseorang akan dikumpulkan bersama orang yang dicintainya.” Antara kasih sayang dan ketaatan memiliki ikatan kebersamaan. Yakni, kasih sayang akan mewujudkan ketaatan dan kebersamaan. Ketika kasih sayang orang tua tertanam dalam sanubari anak-anak maka mereka akan menjadi penurut dan pengikut orang tuanya. Buah dari kasih sayang orang tua ini akan membuat anak-anak tidak mudah mengabaikan tanggung jawab dan tugas yang diamanahkan kepada mereka.
Begitu penting peran kasih sayang dalam pengembangan ruh dan keseimbangan jiwa anak-anak. Teguh tidaknya pendirian dan kebaikan perilaku seorang anak bergantung banyak sejauh mana kasih sayang yang diterimanya selama masa pendidikan. Kondisi keluarga yang penuh dengan kasih sayang menyebabkan kelembutan sikap anak-anak. Anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan perhatian akan memiliki kepribadian yang mulia, suka mencintai orang lain dan berperilaku baik dalam masyarakat. Kehangatan cinta dan kasih sayang yang diterima anak-anak akan menjadikan kehidupan mereka bermakna, membangkitkan semangat, melejitkan potensi dan bakat yang terpendam, serta mendorong untuk bekerja/berusaha secara kreatif.
Kecintaan pada anak-anak dan remaja merupakan dasar ajaran Islam. Nabi Besar Muhammad saw sangat mencintai anak-anak dan berbuat baik kepada mereka. Beliau bersabda: “Cintailah anak-anak dan sayangilah mereka.” Maka, orang tua harus menunjukkan ketulusan cintanya kepada anaknya, sehingga anak tersebut akan membalas positif sikap demikian.
Orang tua pada umumnya ingin sekali mengubah watak buruk anaknya, membentuk jati dirinya, dan menanamkan keyakinan yang benar dalam pikirannya. Keinginan orang tua ini tidak mungkin terwujud tanpa cinta dan motivasi menuju perkembangan dan penyempurnaan.
Kebutuhan Anak akan Kasih sayang
Manusia secara alami membutuhkan kasih saying. Hanya kasih sayang yang mampu mengubah perilaku seseorang. Kasih sayang merupakan sumber pendidikan jiwa. Bukanlah perkara mudah mengubah hati yang keras menjadi lembut, namun kasih sayang telah terbukti menjadi resep yang manjur dalam mengarahkan hati seseorang dan mengontrolnya serta mampu mencegahnya dari perbuatan-perbuatan tercela dan hina. Bahkan kasih sayang dapat menyulap manusia yang semula tampak sederhana dan kurang diperhitungkan menjadi insan seutuhnya, jujur dan benar.
Anak-anak, kalangan remaja hingga orang dewasa pun sama-sama membutuhkan cinta dan kasih sayang. Kasih sayang merupakan hal yang sangat penting dalam sistem pengajaran dan pendidikan anak-anak. Ketika seorang anak melihat ikatan kasih sayang pada kedua orang tuanya, maka hal tersebut sedikit banyak berpengaruh dalam menjauhkannya dari perbuatan tercela. Para psikolog berpendapat bahwa akar dari kebanyakan penyelewangan yang dilakukan anak-anak karena kurangnya kasih sayang di dalam rumah, dan mereka yakin bahwa takkala kasih sayang tersebut tidak dipenuhi secara baik dan benar maka jangan harapkan anak-anak akan dapat mengubah kebiasaan dan perilaku buruknya.
Anak-anak dan remaja lebih membutuhkan kasih sayang dibandingkan orang dewasa. Saat makan dan minum pun mereka minta atau senang diperhatikan oleh kedua orang tuanya. Ini menandakan bahwa dalam setiap keadaan mereka merindukan kasih sayang dan perhatian orang tua. Dalam dekapan kasih sayang, perasaan cinta dan kelembutan anak/remaja dapat berkembang dengan baik dan akan menjelma menjadi manusia ideal. Seorang pendidik yang mengabaikan cinta dan kasih sayang tidak akan mampu membangun hubungan yang baik dengan anak didiknya, dan ia pasti gagal dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikan kepadanya. Seorang guru yang lebih dahulu membuka pintu mata hatinya ketimbang penalaran dan pemikirannya akan lebih memberikan pengaruh terhadap anak-anak didiknya. Namun guru yang miskin cinta tidak akan dapat menjadikan anak didiknya sebagai pendengar yang baik.
Manusia adalah budak kasih sayang, sebagaimana dikatakan bahwa ”manusia adalah budak kebaikan”. Dengan kata lain, kasih sayang dan persahabatan yang tulus mampu menjadikan manusia sampai seperti budak yang menuruti apa saja kemauan majikannya/tuannya.
Pencipta alam semesta begitu luar biasa dalam mencintai hamba-Nya, bahkan cinta-Nya melebihi cinta ibu terhadap naknya. Cinta Allah menjadi faktor pendidikan dan penyempurnaan bagi para hamba-Nya, sehingga jiwa-jiwa mereka jauh dari segalah kotoran dan kemaksiatan. Al-Quran banyak menyebutkan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Allah sebagai Pendidik yang baik berfirman kepada Nabi Musa:"Dan Aku telah melimpahkan kepadamu kasih sayang yang datang dari-Ku; dan supaya kamu diasuh di bawah pengawasan-Ku.” (QS: Thaha 39).
Imam Ja'far ash-Shadiq berkata: "Kasih sayang Allah begitu mengakar dan berbekas dalam dirimanusia. Ketika Allah mencintai hamba-Nya maka Ia mengilhamkan ketaatan, menamkan sifaf kanaah (rela dengan segala pemberian Allah dan selalu merasa cukup) dan menjadikannya alim dalam urusan agama.” Orang tua yang mampu menjalin persahabatan dengan anaknya secara baik dan membangun komunikasi timbal balik dengan sehat adalah orang tua yang berhasil dan patut diacungi jempol. Orang tua seperti ini biasanya mudah mengarahkan dan mendidik anak-anaknya.
Imam Shadiq as berkata: “Nabi Musa as berkata wahai Tuhan amalan apa yang paling utama disisimu? Ia berfirman: mencintai anak-anak; karena meraka saya ciptakan dengan fitrah keesaan-Ku”.
Nabi Muhammad saw bersabda: "Bukanlah termasuk golongan kami seseorang yang tidak menyayangi anak-anak kecil dan tidak menghormati yang lebih tua."
Metode yang paling berpengaruh dan efektif dalam pendidikan adalah pendekatan kasih saying. Sebab kasih sayang memiliki daya tarik dan memotivasi akhlak yang baik serta memberikan ketenangan kepada anak yang nakal sekalipun. Rasa cinta dan kasih sayang harus terlebih dahulu menjadi jaminan ketenangan dan kedaiaman anak-anak di lingkungan keluarga sebelum mereka berhadapan dengan pelbagai aturan dan keputusan yang dibuat oleh orang tua. Kebahagiaan dan ketenangan jiwa mereka akan terpenuhi jika sebuah keluarga dapat menjadi pusat ekspresi perasaan, kasih sayang, dan kecintaan. Apabila sang ayah dan ibu tidak mampu memenuhi kebutuhan esensial ini, maka sang anak tumbuh kurang percaya diri sehingga di masa depan akan muncul pelbagai penyimpangan individual dan sosial. Lingkungan keluarga harus diwarnai dengan kehangatan cinta dan kemesraan hubungan antar anggota keluarga sehingga seorang anak juga berusaha dan berupaya memberikan kehangatan cinta pada lingkungan keluarganya. Kasih sayang mampu mengatasi segalah macam persoalan dalam pendidikan. Semua pekerjaan, khususnya kerja yang berkaitan dengan pemikiran dan budaya butuh akan cinta. Sebuah pekerjaan harus dilakukan dengan sedikit senyuman, tidak dengan pemaksaan dan kekerasan. Sebagaimana diungkapkan oleh Allamah Sayyid Ismail Balhi:
Hati yang didalamnya tidak bersemayan kerinduan laksana kuburan yang sempit Tanpa cinta dunia laksana jiwa yang sempit
Maulawi juga berkata:
Karena cinta pahit terasa manis
Karena cinta baja menjadi emas
Karena cinta duri menjadi bunga
Karena cinta asam menjadi perasa yang nikmat
Karena cinta orang mati menjadi hidup
Karena cinta raja menjadi budak
Sebagian orang berpandangan bahwa antara pendidik dan yang dididik harus ada pemisah dan jarak hingga pendidikan berhasil, tapi mereka lupa kalau pendidikan yang dilakukan dengan ancaman dan kekerasan hanya mencegah sifat-sifat amoral secara temporal saja. Yakni, ketika sebab ketakutan dan ancaman telah hilang maka sifat-sifat jelek tersebut akan kembali tampak dalam perilaku anak didik.
Mengekspresikan Cinta dan Kasih
Salah satu poin penting berkaitan dengan kasih sayang orang tua terhadap anak adalah hendaklah orang tua tidak hanya puas dengan memendam kasih sayang dalam batin; karena kasih sayang hanya berpengaruh dalam pendidikan jika ia ditampakkan secara lahiriah, supaya anak-anak sadar dan mengetahuinya/melihatnya secara langsung. Kalau tidak, makna kasih sayang hanya bermanfaat bagi pecinta semata, bukan orang yang dicintai. Penampakkan kasih sayang dan cinta merupakan poin penting yang dianjurkan dan ditekankan oleh Nabi saw dimana beliau bersabda: “Ketika seseorang mencintai saudaranya, maka hendaklah ia menunjukkan kecintaan ini padanya, karena dengan demikian ikatan dan persahabatan akan lebih baik dengannya.”
Alkisah, seseorang datang kepada Imam Muhammad al-Baqir dan mengekspresikan cintanya dengan mengatakan: Saya menyukai si anu. Imam berkata: "Ekpresikan kecintaanmu padanya; karena hal ini mempunyai pengaruh dalam persahabatan." Karena itu, ibu dan bapak dengan berbagai metode harus menyatakan dan menampakkan cinta dan kasih sayangnya kepada sang anak karena kasih sayang dengan hati tidaklah cukup.
Orang tua yang cerdas adalah orang tua yang pandai mengekspresikan kasih sayangnya secara tepat kepada anak-anaknya sehingga bisa dirasakan langsung oleh mereka. Ketika anak merasakan bahwa orang tuanya menyukainya, peduli akan nasibnya, mengarahkannya pada perkembangan dan penyempurnaan dan memperhatikan pendidikannya, maka anak tersebut akan mencinta dan mengidolakan kedua orang tuanya.
Cinta yang Ekstrem
Pendekatan kasih sayang akan sangat bermanfaat dalam pendidikan ketika tidak keluar dari konsep yang ideal, yakni tidak berlebihan dan tidak kurang dari yang semestinya. Kurangnya kasih sayang akan menarik orang pada arah ketidakmampuan, tidak sehat dan akhlak yang tidak terpuji. Kasih sayanglah yang menyebabkan perkembangan yang positif pada anak-anak. Peran kasih sayang dalam pendidikan ruh dan jiwa anak-anak begitu penting seperti pentingnya makanan bagi pertumbuhan tubuh. Sebagaimana makanan yang kurang atau berlebihan menyebabkan penyakit yang tidak diinginkan pada tubuh maka begitu juga kurangya kasih sayang atau kasih sayang yang sangat berlebihan (terlalu dimanja) juga akan merusak jiwa anak-anak.
Dahulu para pendidik menggunakan cara-cara yang tidak benar dalam mendidik anak-anak dan kalangan remaja, seperti merendahkan (kemampuan mereka), memaksa mereka melakukan pekerjaan yang berat, melontarkan perkataan yang tidak pantas, membiasakan cacian dan tidak memberikan kesempatan anak untuk membela diri, gampang naik pitam, buruk sangka, dendam, kasar dan bahkan menghalalkan perbuatan kriminal (pemukulan dll). Namun sekarang ini dengan akselerasi perkembangan ilmu pengetahuan dan munculnya ilmu psikologi dan penelitian, pelbagai cara di atas dianggap cara yang tidak rasional dan proporsional. Para ahli pendidikan modern justru mengembangkan metode pendidikan anak-anak dan remaja yang mengacu pada hubungan harmonis yang bersandar pada konsep kasih sayang.
Kasih sayang itu sangat postitif bila memang dilakukan secara seimbang, namun ketika kasih sayang orang tua berlebihan dan tidak ideal maka secara tidak sadar ia telah mengiring anak untuk melakukan perbuatan yang tidak senonoh dan tidak bertanggung jawab. Hal ini merupakan dampak dari metode pendidikan yang salah. Anak yang mendapatkan kasih sayang secara berlebihan alias dimanja kelewatan batas akan cenderung malas, pasrah, lemah, dan cepat putus asa ketika menghadapi problema kecil dalam hidupanya.
Karena itu, orang tua harus mencintai anaknya secara tulus, tapi tetap objektif. Yakni, orang tua juga harus melihat aib dan sifat-sifat tercela anaknya dan kemudian memperbaikinya dengan pendekatan rasional. Menerima dan mengiyakan begitu saja keinginan dan perbuatan anak-anak tanpa mempertimbangkan plus-minusnya akan berdampak negative dalam pendidikan mereka dan merusak karakter mereka yang sulit untuk diperbaiki seperti semula.
Bersikap Adil dalam Mencurahkan Kasih Sayang
Salah satu masalah penting yang perlu diperhatikan oleh orang tua adalah menjaga keadilan dan persamaan saat mereka menunjukkan kasih sayang di antara anak-anak. Bapak dan ibu dalam mencintai dan menyayangi anak-anaknya tidak dibenarkan bersikap pilih kasih; karena ini secara alami akan menyebabkan hilangnya kehormatan mereka dan hilangnya kepercayaan anak-anak terhadap lingkungan keluarganya. Rasul saw dan para imam ahlul bait yang suci menekankan pentingnya menjaga persamaan dan tidak bersikap pilih kasih dalam menunjukkan kasih sayang.
Dikisahkan, Nabi saw sedang berbicara di tengah sahabatnya lalu seorang anak kecil masuk ke tempat tersebut dan menuju ayahnya yang berada di sekitar majelis. Sang ayah mengelus kepala sang anak lalu mendudukannya di pangkuan kanannya. Tidak lama kemudian anak perempuannya juga masuk dan menuju bapaknya. Sang ayah kemudian mengelus kepala sang anak perempuan tersebut lalu mendudukannya di sampingnya. Ketika Nabi saw melihat perlakuan berbeda sang ayah dibanding sebelumnya, beliau bersabda: Kenapa kamu tidak mendudukannya di pangkuanmu yang satu? Lalu sang bapak pun menuruti perintah Nabi saw dan mendudukkan anak perempuannya di pangkuan krinya. Waktu itu juga Nabi bersabda: “Sekarang kamu telah menjaga keadilan.”
Nabi juga saw bersabda: “Berlaku adil-lah di tengah anak-anakmu sebagaimana kamu suka diperlakukan adil oleh mereka, baik dalam kebaikan maupun dalam kasih sayang." Oleh karena itu, menjaga persamaan di antara anak-anak dalam pendidikan adalah hal yang penting dan ketika hal itu tidak diperhatikan akan memberikan efek negatif.
Kasih sayang terhadap anak memilik efek positif dan manfaat, di antaranya:
· Kasih sayang akan mendatangkan kesenangan dan kegembiraan. Semakin besar kasih sayang orang tua pada anak maka kegembiraan pada anak semakin besar dan menjadikan hati anak semakin peduli dan perhatian.
· Anak belajar kasih sayang dari orang tuanya sehingga ia akan menerapkan kasih sayang tersebut kepada orang lain dengan cara yang dilihatnya dari orang tuanya. Anak yang tidak merasakan kasih sayang yang hakiki di samping mendapatkan pengaruh negative pada tubuh dan jiwanya, juga akan bermasalah dalam mempelajari kasih sayang dan akhirnya ia tidak mampu mencintai dan menyayangi orang lain di masa yang akan datang.
· Munculnya kepercayaan diri. Anak yang memiliki kemerdekaan dan kepercayaan diri mampu memecahkan persoalan sendiri dan tidak menunggu bantuan orang lain. Dengan motivasi besar dan tekad yang membaja, anak tersebut berusaha mencari solusi atas setiap problem yang dihadapinya, sehingga sebelum mencapai tujuannya maka pantang baginya untuk mundur.
· Kasih sayang akan memotivasi anak-anak untuk melakukan pelbagai aktivitas dengan sukses. Anak yang merasakan kasih sayang secara cukup maka ia akan sukses dalam menggeluti pelbagai aktivitas dan bidang yang digemarinya. Di bidang pendidikan ia akan menjadi anak yang cerdas dan terampil dan secara fisik pun ia akan tumbuh secara sehat.
· Kasih sayang kepada anak mampu menarik simpati sang anak, dan pada giliranya anak akan mempercayai ayahnya, sehingga terjalinlah hubungan baik antara keduanya dan anak akan mendengar dan menuruti perkataan sang ayah. Dengan demikian anak ini akan mudah dididik dan diarahkan oleh ayahnya. Sebab anak ini menyukai orang yang penyayang dan yang memahami keinginannya dimana orang seperti ini ia temukan pada pribadi ayahnya, sehingga ia akan menuruti perintah ayahnya. Sehubungan dengan hal ini, Imam Ali bin Abi Thalib berkata: “Hati manusia itu kejam. Barangsiapa yang berbuat lembut dan penuh kasih sayang terhadapnya maka hati tersebut akan tunduk dan patuh padanya.”
Kesimpulan:
Orang tua yang mengekspresikan kasih sayang kepada anaknya sejatinya sedang membentuk karakter sang anak menjadi penurut. Dengan kasih sayang dan hubungan tulus serta harmonis, orang tua dapat mencegah anak-anak mereka dari melakukan perbuatan tercela dan menggiring mereka menuju tindakan yang mulia dan luhur. Kasih sayang merupakan kunci menuju kesempurnaan dan pendidikan yang ideal.
Post a Comment
mohon gunakan email