Ulama Islam menilai ilmu akhlak sebagai ilmu yang paling utama. Karena kebahagiaan individu dan sosial manusia berada dalam lingkaran pensucian jiwa dari polusi dan menghiasi diri dengan keutamaan akhlak.
Sekaitan dengan pentingnya ilmu akhlak, Ibnu Maskawaih mengatakan, "Ilmu ini lebih utama dari ilmu-ilmu yang lain dan membahas bagaimana memperbaiki perilaku manusia dari sisi kemanusiaannya.
Dengan demikian, ulama Islam berpesan kepada mereka yang sedang mencari ilmu agar sebelum menuntut ilmu apapun juga hendaknya mempelajari ilmu akhlak dan mensucikan dirinya terlebih dahulu. Kisah perilaku Ibnu Sina kepada Ibnu Maskawaih berikut ini menunjukkan perhatian ulama Islam akan ilmu akhlak dan menjadikannya sebagai pengantar bagi ilmu-ilmu yang lain.
Suatu hari murid-murid Ibnu Maskawaih tengah duduk mengitari gurunya. Ibnu Sina masuk dengan membawa walnut dan melemparnya ke arah Ibnu Maskawaih seraya berkata, "Coba tentukan berapa luas lingkaran walnut ini dan luasnya itu sama dengan berapa biji gandum!"
Ibnu Maskawaih bangkit dan memberikan bagian dari buku akhlaknya kepada Ibnu Sina dan berkata, "Pertama, engkau harus memperbaiki akhlakmu dengan buku ini, sehingga aku menentukan luas walnut itu. Karena engkau lebih membutuhkan untuk memperbaiki akhlakmu sebelum mengukur luas lingkaran walnut ini.
Rahasia pentingnya akhlak dan pendidikan akhlak ada pada penjelasan bahwa jiwa manusia sama seperti badannya yang bisa sehat dan sakit. Dengan alasan ini, Allah Swt menilai orang-orang munafik memiliki jiwa yang sakit dan tentang itu Allah Swt berfirman, "Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya." (QS. al-Baqarah: 10)
Salah satu penyakit jiwa yang penting kembali pada adanya sifat buruk pada diri manusia. Keberadaan penyakit ini memiliki pengaruh buruk; penyakit ini akan melemahkan kemampuan manusia untuk memilih dan memilah kebaikan dari keburukan, keindahan dari kejelekan dan kebenaran dari kebatilan.
Ada peribahasa yang sudah terkenal yang menyebutkan bahwa akal yang sehat ada pada badan yang sehat. Peribahasa ini menyinggung satu kenyataan penting bahwa kesehatan badan merupakan syarat penting bagi kesehatan akal. Yakni, kemampuan untuk memahami hakikat dan memilih serta memilah kebaikan dari keburukan dan kebenaran dari kebatilan. Tapi berdasarkan pandangan al-Quran; pertama, manusia akan memiliki kemampuan untuk memahami hakikat dan memilih serta memilah kebaikan dari keburukan, kejelekan dari keindahan dan kebenaran dari kebatilan, selain harus memiliki badan yang sehat, ia juga harus memiliki jiwa yang sehat.
Sekaitan dengan hal ini, al-Quran menyebutkan, "Yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata, ‘Itu adalah dongengan orang-orang yang dahulu.' Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati mereka. Sekali-kali tidak, sesungguhnya mereka pada hari itu benar-benar tertutup dari (rahmat) Tuhan mereka." (QS. al-Muthaffin: 13-15)
Kedua, mereka yang menderita penyakit jiwa tidak dapat hidup dengan tenang. Sebagaimana penyakit jasmani tidak memberi kesempatan badan manusia merasakan ketenangan dan membuat hidupnya menjadi pahit, penyakit jiwa seperti hasud, ujub (berbangga diri), dengki, marah dan lain-lain juga sama menghancurkan ketenangan hidup manusia dan membuat hidupnya tidak enak.
Penyakit jiwa bahkan mungkin memunculkan penyakit jasmani. Para psikolog membuktikan bahwa sebagian penyakit jasmani manusia memiliki hubungan dengan penyakit jiwa. Sebagai contoh, stress merupakan penyakit kejiwaan yang mungkin membuat sistem pencernaan manusia terganggu.
Pengaruh buruk penyakit kejiwaan tidak hanya menimpa individu, tapi juga berdampak pada masyarakat yang akhirnya menghancurkan ketenangan dan kegairahan masyarakat. Di sini, masyarakat yang sakit seperti ini pada akhirnya tidak dapat meraih tujuan yang diinginkan di pelbagai bidang.
Di sisi lain, sebagaimana untuk melindungi kesehatan badan penting untuk mengenal seperti apa badan yang sehat, penyakit jasmani, sebab-sebab munculnya penyakit dan cara mengobatinya, maka dalam melindungi kesehatan jiwa juga perlu mengetahui hal-hal seperti ciri khas jiwa yang sehat, penyakit jiwa, penyebab dan cara pengobatannya.
Ilmu yang bertugas menjelaskan sifat dan perilaku yang baik dan cara mengobati sifat-sifat buruk disebut ilmu akhlak atau pendidikan akhlak.
Dengan demikian, kebahagiaan individu dan sosial manusia senantiasa berada dalam lingkaran pensucian jiwa dari polusi dan menghiasi diri dengan keutamaan akhlak.
(IRIB-Indonesia/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email