Ayatullah al Uzhma Abdullah Jawadi Amuli, salah seorang ulama marja taklid Syiah yang ma'ruf dikalangan umat muslim sebagai ulama akhlak dalam penyampaiannya pada kelas akhlak yang diasuhnya menyampaikan beberapa hal berikut:
Al-Qur'an al Karim sebagai risalah kenabian disandingkan dengan Ahlul Bait as, yang menjadi penyempurna agama ini. Setiap ayat-ayat Al-Qur'an disampaikan maka penjelasan dan sabda-sabda mulia dari Ahlul Bait as akan menyertainya, dan setiap ucapan Ahlul Bait dinukil maka ayat-ayat Al-Qur'an akan menegaskan kebenarannya. Karenanya dua pusaka berharga ini tidak akan mungkin bisa dipisahkan. Memisahkan keduanya berupa penyimpangan dari apa yang Rasulullah Saw wasiatkan kepada umat ini. Upah atas dakwah dan risalah yang disampaikan Nabi adalah kecintaan kepada Al-Qur'an dan Ahlul Bait, bukan sekedar membaca Al-Qur'an.
Setiap muslim harus menunjukkan kecintaan kepada Al-Qur'an dan Ahlul Bait. Barangsiapa yang mengaku mencintai Al-Qur'an namun tidak memiliki pemahaman dan pengenalan yang benar terhadap Al-Qur'an, maka pada hakikatnya itu hanya sedekar pengakuan yang tidak berdasar. Begitupula yang mengklaim diri mencintai Al-Qur'an namun tidak mengamalkan nilai-nilai Ilahiah yang terkandung didalamnya, maka sesungguhnya ia bukanlah termasuk pecinta Al-Qur'an. Al-Qur'an harus menjadi kecintaan dan belahan jiwa manusia, demikian pula kecintaan kepada Ahlul Bait. Kecintaan pada Ahlul Bait harus sampai pada derajat merasakan setiap kepedihan dan derita yang pernah mereka alami dalam perjuangan berat mendakwahkan Islam.
Upah apa yang diberikan sebagai balasan dari risalah Nabi?
Sebagaimana yang telah diketahui bersama bahwa pada hakikatnya upah Nabi dalam penyampaian dakwahnya juga kembali manfaatnya pada diri manusia sendiri. Manfaat kecintaan kita pada Ahlul Bait, pada akhirnya akan kembali juga pada kita. Ini sama halnya dengan nyawa syuhada, yang Allah SWT sebut dalam Al-Qur'an sebagai transaksi jual beli. Syuhada menjual nyawanya dan Allah yang membelinya. Hal tersebut bukan berarti Allah membutuhkan nyawa syuhada sehingga membelinya, melainkan syuhada berjihad ikhlas karena Allah dan syahid untuk meraih manfaat yang kembali juga pada dirinya. Kita bukanlah pekerja atau karyawan bagi Allah melainkan pekerja bagi diri sendiri. Pahala dari amalan-amalan baik kita, kembali manfaatnya untuk diri kita sendiri.
Upah terpenting sebagai balasan dari risalah Nabi sebagaimana yang disebutkan dalam al-Qur'an adalah kecintaan kepada keluarga Nabi. Kecintaan kepada Ahlul Bait adalah pondasi awal dari segala kebaikan di dunia, sebagaimana firman Allah SWT dalam al-Qur'an.
: "قُل لا أَسأَلُکُمْ عَلَیْهِ أَجْرًا إِلَّا الْمَوَدَّةَ فِی الْقُرْبَىٰ"
yang kemudian dilanjutkan
"ومَن یَقْتَرِفْ حَسَنَةً نَّزِدْ لَهُ فِیهَا حُسنا",
maksudnya yaitu, sebaik-baiknya kebaikan adalah kecintaan kepada keluarga Nabi, dan jika kamu memiliki kecintaan itu, maka Kami akan lipat gandakan pahala untukmu.
Bagaimana mencintai keluarga Nabi?
Kewajiban kita berkenaan dengan keluarga Nabi adalah memberikan kecintaan dan pemuliaan kepada mereka. Bentuk kecintaan adalah mengenal siapa saja mereka, mengenal ucapan-ucapan dan ajaran-ajaran mereka, dan kemudian mengamalkan apa yang telah mereka perintahkan dan anjurkan. Kesemua itu adalah bentuk kecintaan dan ungkapan terimakasih atas pengorbanan dan perjuangan mereka dalam mendakwahkan ajaran Ilahi ini.
Maqam Sayyidah Fatimah as
Syaikh Kulaini meriwayatkan dalam kitabnya Al Kafi, bahwa malaikat Jibril as terkadang mengunjungi Sayyidah Fatimah as dan menyampaikan kabar kepadanya. Dan Sayyidah Fatimah as pun menyampaikan berita-berita yang disampaikan malaikat Jibril as kepada Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib yang kemudian dicatat oleh beliau, sehingga dikenal dengan nama "Mushaf Fatimah".
Sebagaimana nabi Ibrahim as dan nabi Musa as memiliki mushaf, demikian pula dengan Sayyidah Fatimah as. Hal ini menunjukkan ketinggian maqam putri kesayangan Nabi Saw tersebut.
Kedudukan Sayyidah Fatimah as disisi muslim Syiah dan para pecintanya adalah sebagaimana Anbiyah dan Aimmah as dalam sisi hujjah. Bahwa apapun yang disampaikan dan diucapkan Sayyidah Fatimah as adalah hujjah. Sehingga ulama-ulama bisa mengeluarkan fatwa dengan merujuk kepada apa yang disampaikan oleh Sayyidah Fatimah as. Hal ini meniscayakan adanya sifat kemaksuman pada diri Sayyidah Fatimah, sehingga beliau as tidak mungkin menyampaikan sesuatu kecuali kebenaran. Perkataan Sayyidah Fatimah as adalah hujjah dan dalil dalam agama ini. Sebagaimana Imam Ali as dalam Nahjul Balaghah pernah menyampaikan hujjah dengan bersandar pada apa yang telah diucapkan oleh Sayyidah Fatimah as. Karenanya keyakinan mendasar dalam aqidah Syiah, bahwa Sayyidah Fatimah as diantara orang-orang maksum yang telah disucikan Allah SWT dari dosa-dosa dan kesalahan sehingga tidak ada jalan bagi syaitan untuk menggoda dan membuat beliau as menjadi lalai, khilaf dan terlupa.
Sayyidah Fatimah as pernah bersabda, "Barang siapa yang beribadah kepada Allah SWT dengan sebaik-baiknya keikhlasan, maka Allah SWT akan memberikan kepadanya sebaik-baiknya maslahat."
(ABNA/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email