Abu Sadra Menulis Sebagai berikut:
https://www.facebook.com/notes/abu-sadra/muawiyah-perusak-islam-jawaban-ke-2-untuk-saudara-malikul/114257551991454
Saya tunggu jawaban saudara Malikul, namun tidak muncul2.Inilah bukti saudara begitu pengecut dan tidak punya bantahan.
Adapun di berbagai situs2 salafi Seperti biasanya kaum Salafi selalu membela Muawiyah dengan berbagai cara, mereka bahkan tak segan-segan untuk menyembunyikan kebenaran. Atsar kaim berikut ini ditolak kaum Salafi : Telah menceritakan kepada kami Zahir bin Thahir yang berkata telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Husain Al Baihaqi yang berkata telah menceritakan kepada kami Abu Abdullah Al Hakim yang berkata aku mendengar Abul Abbas Muhammad bin Ya’qub bin Yusuf yang berkata aku mendengar ayahku berkata aku mendengar Ishaq bin Ibrahim Al Hanzali yang berkata “Tidak ada satu hadispun yang sahih dari Nabi SAW tentang keutamaan Muawiyah bin Abu Sufyan” [Al Maudhu’at Ibnu Jauzi 2/263].
Kaum Salafi menolak atsar ini dengan menyebutkan berita bohong yang asal ngomong kalau Ya’qub bin Yusuf adalah seorang yang majhul sehingga tidak bisa dijadikan hujjah. Perkataan ini tidaklah benar, atsar ini shahih karena Ya’qub bin Yusuf ayah Al Asham adalah seorang yang shaduq hasanul hadis dan ia sahabat Ishaq bin Rahawaih. Tidak ada satupun ulama hadis yang menjarh-nya dan telah meriwayatkan darinya sekumpulan perawi tsiqah diantaranya Muhammad bin Makhlad Ad Duuriy, Abdurrahman bin Abi Hatim, Muhammad bin Qasim Al Atakiiy dan Anaknya Abul Abbas Al ‘Asham Muhammad bin Ya’qub bin Yusuf.
1. Zahir bin Thahir disebutkan oleh Adz Dzahabi bahwa ia seorang Syaikh Alim Al Muhaddis Al Mufid Al Mu’ammar [As Siyar 20/9] telah meriwayatkan darinya sekumpulan para hafizh. Ibnu Najjar menyatakan kalau ia seorang yang shaduq [Lisan Al Mizan juz 2 no 1892].
2. Ahmad bin Husain Al Baihaqi atau yang lebih dikenal dengan Imam Baihaqi penulis kitab Sunan yang masyhur. Adz Dzahabi menyebutnya Al Hafizh Allamah Tsabit Al Faqih Syaikh Al Islam [As Siyar 18/163]
Abu Abdullah Al Hakim adalah Al Hafizh penulis kitab Mustadrak yang terkenal. Al Khalili menyatakan ia tsiqat [Al Irsyad 2/492]. Al Khatib juga menyatakan ia seorang Hafizh dan tsiqat [Tarikh Baghdad 3/93 no 1096].
3. Abul Abbas Muhammad bin Ya’qub bin Yusuf yang dikenal dengan Al ‘Asham. Adz Dzahabi menyebutnya Al Imam Al Muhaddis. Al Hakim menukil dari Muhammad bin Ishaq bin Khuzaimah, Abu Nu’aim bin Adiy dan Ibnu Abi Hatim bahwa Al ‘Asham seorang yang tsiqat [As Siyar 15/452-458 no 258].
4. Ya’qub bin Yusuf bin Ma’qil bin Sinan adalah Ayah Al ‘Asham keterangan tentangnya disebutkan oleh Adz Dzahabi dalam biografi Al ‘Asham. Adz Dzahabi menyebutkan kalau ia adalah sahabat Ishaq bin Rahawaih dan Ali bin Hujr dimana Al Hakim telah memujinya dan telah meriwayatkan darinya sekumpulan perawi tsiqat yaitu Muhammad bin Makhlad Ad Duury, Abdurrahman bin Abi Hatim, Muhammad bin Qasim Al Atakiiy dan anaknya Abul Abbas Al ‘Asham [As Siyar 15/453]. Muhammad bin Makhlad seorang Imam yang tsiqat ma’mun [Su’alat Hamzah 1/29 no 38]. Abdurrahman bin Abi Hatim adalah Al Imam Al Hafizh Syaikh Al Islam [Tazkirah Al Huffaz 3/34 no 812]. Muhammad bin Qasim Al Atakiiy seorang Al Imam Al Muhaddis Al Manhsur yang dikatakan shaduq [As Siyar 15/529 no 305] dan Al ‘Asham telah disebutkan kalau ia seorang Imam Muhaddis yang tsiqat. Tidak ada satupun ulama yang mencacatkan Ya’qub bin Yusuf bahkan telah meriwayatkan darinya para Imam Hafizh yang tsiqat maka kedudukan dirinya adalah shaduq hasanul hadis. Apalagi disebutkan kalau ia adalah sahabat Ishaq bin Rahawaih maka penyimakannya dari Ishaq adalah shahih.
5. Ishaq bin Ibrahim Al Hanzhali atau yang dikenal Ishaq bin Rahawaih adalah seorang Al Imam Al Hafizh Al Kabir dimana Nasa’i menyatakan tsiqat ma’mun dan Abu Zur’ah berkata “aku tidak pernah melihat seorang yang lebih hafizh dari Ishaq” [Tadzkirah Al Huffaz 2/17-18 no 440]. Ibnu Hajar menyatakan ia seorang hafizh mujtahid yang tsiqat [At Taqrib 1/78 no 332].
Kesimpulan dari pembahasan singkat ini adalah Ishaq bin Rahawaih memang mengakui kalau tidak ada satupun hadis shahih dari Nabi SAW tentang keutamaan Muawiyah dan memang demikianlah keadaannya. Hadis yang sering dijadikan hujjah keutamaan Muawiyah oleh salafiyun adalah hadis yang dhaif, tidak tsabit sanadnya dan matannya mungkar tetapi salafy tetap bersikeras untuk membela keutamaan pemimpin sang pemberi petunjuk bagi mereka yaitu Muawiyah bin Abu Sufyan.Mereka pun demi membela sang tokoh dewa mereka muawiyah, bahkan tak segan2 menyembunyikan kebenaran dengan menyembunyikan atau tidak memperlihatkan hadist2 tentang kejahatan muawiyah.
Tidak hanya itu saja, setelah menyebutkan beberapa contoh hadis palsu buatan kaum munafikun yang memuji Mu’awiyah, Ibnu al- Jawzi mengakhirinya dengan menyebutkan pernyataan Ishaq ibn Rahawaih sebagai bukti penguat bahwa tidak satupu hadis fadhâil Mu’awiyah yang shahih. Ibnu al- Jawzi yang ulama besar dikalangan mereka saja mengakui pernyataan Ishaq ibn Rahawaih.
Dengan sanad bersambung kepada Ya’qub ibn Yusuf, ia berkata, “Aku mendengar Ishaq ibn Ibrahim al-Handhali (Ibnu Râhawaih) berkata:
“Tidak shahih sesuatu apapun dari Nabi saw. tentang keutamaan Mu’awiyah.”
Kemudian ia mendukungnya dengan penegasan Imam Ahmad ibn Hanbal yang membongkar latar belakang pemalsuan atas nama Nabi saw. untuk memuji Mu’awiyah.
Bukan itu saja, Abdullah putra Imam Ahmad bertanya kepada ayahnya, “Apa pendapatmu tentang Ali dan Mu’awiyah? Lalu ia menundukkan kepalanya sejenak kemudian berkata:
“Apa yang harus aku katakan tentang keduanya? Sesunggguhnya Ali adalah seorang yang banyak musuhnya, maka musuh-musuhnya mencari-cari kesalahanya, namun mereka tidak menemukannya, lalu mereka menuju kepada seorang yang telah memeranginya untuk mereka puji sebagai makar jahat mereka terhadap Ali.” (Baca al-Mawdhû’at; Ibnu al Jawzi,1/335).Inilah yang ditutup-tutupi kaum Salafi untuk mengagungkan Muawiyah sedemikian rupa.
Inilah khitam miski, penutup yang indah yang disebutkan Ibnu al-Jawzi ketika menutup rangkaian pembuktian kepalsuan hadis-hadis keutamaan Mu’awiyah.
Dan pada pernyataan Imam Ahmad di atas terlihat jelas bagi kita motivasi pemalsuan hadis keutamaan Mu’awiyah atas nama Nabi saw. atau pujian lain dari para sahabat atau lainnya. Ia hanya murni kepalsuan yang dimotivasi oleh kedengkian…. Dan kedengkian itu sekarang diwarisi oleh para pendengki dan musuh-musuh Imam Ali as, dengan memuji Mu’awiyah dan membela kesesatannya.
Tidak hanya itu, Dalam syarah Bukharinya, al-‘Aini menegaskan, /keutamaan Mu’awiyah’, maka saya akan menjawabnya, ‘Ya, benar, akan tetapi tidak satupun yang shahih dari sisi sanadnya.“Jika Anda berkata, ‘Telah datang banyak hadis tentang Demikian nashsha, ditegaskan oleh Ibnu Râhawai dan an-Nasa’i serta ulama lainnya. Karenanya Bukhari dalam Shahihnya berkata, ‘Bab yang menyebut Mu’awiyah’ beliau tidak mengatakan bab tentang keutamaan atau keistimewaan.!
Ibnu Hajar al-Asqallâni pun mempertegas masalah ini ketika ia menjelaskan alasan penamaan bab dengan Bab Dzikru Mu’awiyah (sebutan Mu’awiyah) oleh Bukahri…. ia menyebutkan mengapa Imam Bukhari tidak menyebut nama bab itu dengan bab keutamaan Mu’awiyah? Sebab keutamaan tidak dapat disimpulkan dari hadis dalam bab tersebut….
Ibnu Hajar juga menyebutkan antek-antek Mu’awiyah dan Bani Umayyah yang dengan tanpa rasa malu menulis buku yang menghimpun hadis-hadis palsu keutamaan Mu’awiyah. Para antek tersebut adalah Ibnu Abu ‘Âshim, Abu Umar, Gulam Tsa’lab dan Abu Bakar an-Naqqâsy.
Kemudian , Ibnu Hajar mengutip penegasan Ishaq ibn Râhawai seperti yang dikutip Ibnu al-Jawzi dan juga penegasan Imam Ahmad. Dan setelahnya Ibnu Hajar menjelaskan bahwa pernyataan Imam Ahmad itu menunjuk kepada hadis-hadis palsu yan diproduksi para pemalsu. Setelahnya Ibnu Hajar mempertegas dengan mengatakan:
“Dan telah datang banyak hadis tentang keutamaan Mua’wiyah akan tetapi tidak satupun yang shahih dasi sisi sanad. Dan dengan ini Ibnu Râhawai dan an-Nasa’i serta lainnya menegaskan.” (Baca Fath al-Bâri,14/254-255).
Di sini Anda saksikan bahwa Ibnu Hajar –Khatimatul Huffâdz, penutup para pakar hadis, korektor ulung sunnah- telah memastikan bahwa demikianlah pendapat Ishaq ibn Râhawai, an-Nasa’i dan beberapa ulama lain. Ia tidak sedikit pun mengesankan adanya keraguan pada kebenaran penukilan ucapan dan pandangan itu!
Dalam kitab al-La’âli al-Mashnû’ah, Jalaluddin as-Suyuthi menukil penegasan Ishaq ibn Râhawai dengaan tanpa sedikit pun mengisyaratkan adanya cacat pada jalur penukilannya. Bahkan penegasan itu ia sebutkan sebagai bukti kebenaran kesimpulan yang ia yakini. (baca al-La’âli al-Mashnû’ah,1/424. Maktabah at-Tijâriyah-Mesir).
Dalam kitab al-Fawâid al-Majmû’ah, Asy-Syaukâni juga menukil pernyataan Ishaq ibn Râhawaih ketika menutup serangkaian pembuktian kepalsuan hadis-hadis keutamaan Mu’awiyah, dan beliau tidak sedikitpun mempermasalahkan para perawi dalam sanad penukilan tersebut. (Baca al-Fawâid al-Majmû’ah:407. Dar al-Kotob al-Ilmiyah-Beirut).
Dalam at-Tuhfah al-Ahwadzi yang ditulis untuk mensyarahkan kitab Sunan at-Turmudzi, penulisnya; al-Mubârakfûri menegaskan,
Kemudian beliau menyebutkan pernyataan Ishaq ibn Râhawai dan Imam Ahmad sebagai dikutip Ibnu al-Jawzi, tanpa sediktipun meragukan keshahihan penukilan tersebut!
Bahkan lebih dari itu, dua hadis yang dibawakan at-Turmudi tentang keutamaan Mu’awiyah ia tegakan sebagai tidak shahih.
Hadis pertama:
Dari Nabi saw. beliau bersabda:
“Ya Allah jadikan Mu’awiyah seorang pemberi petunjuk dan diberi ia petunjuk dan berilah petunjuk orang lain dengannya.”
Tentang hadis ini ia menegaskan, “Al-Hâfidz berkata, ‘Sanadnya tidak shahih.’”
Hadis kedua:
“Ya Allah berilah petunjuk orang dengan Mu’awiyah.”
Hadis ini ia pastikan bahwa pada mata rantai periwayatannya terdapat seorang yang bernama Amr ibn Wâqid ad-Dimasyqi, ia matrûk/harus dibuang hadisnya. (Baca at-Tuhfah al-Ahwadzi,10/ 339-340. al-Maktabab as-Salafiyah- Madinah munawwarah).
Al Mubarakfûri -pensyarah kitab Sunan at Turmudzi- menegaskan, “Ketahuilah bahwasannya telah datang banyak riwayat hadis tentang keutamaan Mu’awiyah, akan tetapi tidak ada darinya yang sahih sanadnya”. Demikian ditegaskan Ishaq ibn Rahawaih dan an Nasda’i serta para ulama selain keduanya.
Lihatlah, seluruh hadist kitab diatas bukanlah kitab kami kaum syiah, tapi kitab ahlusunnah sendiri.Bila mereka mengingkarinya, sama saja dengan mengingkari pemahaman ahlusunnah sendiri.Bila mereka saja mengingkari sebagian isi kitab mereka sendiri, lalu mengapa kami dipaksa untuk meyakini isi kitab mereka ? Tidak ada alasan lain bagi mereka selain semangat menyanjung Mu’awiyah seperti yang pernah dilakuakkn para pendahulu mereka yang dikecam Imam Ahmad ibn Hambal. Apa yang mereka lakukan hari ini sama dengan apa yang dilakukan para pendahulu mereka. Hati mereka serupa!
Mereka mengatakan bahwa hadist2 ttg keburukan muawiyah adalah kebohongan dibuat-buat syiah, saya yakin saudara pembaca cukup jeli dan cerdas untuk menilai siapakah yang justeru menyembyunyikan kebenaran, kami atau pihak Salafi?
Adapun hadist-hadist yang bertentangan dengan doktrin Kaum pemuja Muawiyah yang kami paparkan kemarin hanya beberapa saja yang dibantgah kaum Salafi.Tapi lihatlah, mereka membantah satu dua hadist saqja, tapi mereka membuat trik seolah-olah telah membantah semuanya.Seperti inilah memang cara-cara kaum Salfi dalam berargumen.Ibarat ada sepuluh orang diantaranya Jajang, Jaka, Rahmat, Indra dan lain-lain mengatakan bahwa Jakarta banjir.Orang Salafi menyebut bahwa berita tentang banjir di Jakarta bohong karena Jajang dan Rahmat tidak bisa dipercaya.Tapi bagi pembaca yang jeli dapat melihat bahwa inilah trik mereka.Mereka pura-pura lupa bahwa periwayat yang menyebutkan Jakarta banjir ada banyak, Indra, Jaka, dan lain-lain, yang mereka bantah hanya dua saja.Seperti itulah dari dulu memang trik-trik kaum Salafi.
Mereka bantah dua hadist yang kami jadikan argumen sambil mengatakan bahwa syiah pembohoing, hadst2 rujukan mereka lemah, padahal dari sekian belas atau sekian puluh hadist yang mereka lemahkan hanya satu atau dua saja, sekali lagi itulah trik-trik cerdik mereka.
Rasulullah SAW pernah bersabda Jika kalian melihat Muawiyah berkhutbah di MimbarKu maka bunuhlah ia.
Hadis ini antara lain terdapat dalam kitab Mizan Al ’Itidal Adz Dzahabi biografi no 4149, Tahdzib At Tahdzib Ibnu Hajar juz 5 no 183, Al Kamil Ibnu Ady juz 2 hal 209, Al Majruhin Ibnu Hibban juz 2 biografi no 797(Abbad bin Ya’qub) dan Fawaid Al Majmu’ah Asy Syaukani hadis no 163. Asy Syaukani berkata tentang hadis ini.
Hadis riwayat Ibnu Ady dari Ibnu Mas’ud secara marfu’ dan hadis tersebut maudhu’(palsu). Di dalam sanadnya ada Abbad bin Ya’qub dan dia seorang Rafidhah pendusta.
Abbad bin Ya’qub memang dinyatakan sebagai syiah tetapi rasanya terlalu berlebihan jika mengatakan ia pendusta karena sebenarnya beliau adalah seorang yang jujur.
Ibnu Hajar berkata dalam Hady As Sari Muqaddimah Fath Al Bari hal 412;
Abbad bin Ya’qub Ar Rawajini Al Kufi Abu Sa’id seorang Rafidhah yang masyhur tetapi beliau seorang yang Shaduq(jujur), Ia telah dinyatakan tsiqat oleh Abu Hatim dan Al Hakim berkata Ibnu Khuzaimah berkata tentang Abbad bin Yaqub “ Ia tsiqat atau terpercaya riwayatnya tetapi pendapatnya diragukan”. Ibnu Hibban berkata ”Ia Rafidhah yang menyebarkan pahamnya” dan berkata Shalih bin Muhammad “Ia memaki Usman RA”.
APAKAH KALIAN JUGA MENYATAKAN BAHWA IBNU HAJAR ULAMA KALIAN SENDIRI SEBAGAI SYIAH ?
Dalam At Taqrib juz 1 hal 469, Ibnu Hajar juga menegaskan bahwa Abbad bin Yaqub adalah seorang yang Shaduq. Beliau perawi hadis dalam Shahih Bukhari, Sunan Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah. Ad Daruquthni juga menyatakan Abbad sebagai Shaduq, sebagaimana yang dikutip Ibnu Hajar dalam Tahdzib At Tahdzib juz 5 biografi no 183;
Daruquthni berkata “Ia seorang Syiah yang Shaduq”.
Dalam Kitab Tahdzib Al Kamal juz 14 hal 175-178 biografi no 3104, Tahdzib At Tahdzib juz 5 biografi no 183 dan Mizan Al I’tidal juz 2 biografi no 4149 tidak ada yang menyatakan kalau Abbad bin Ya’qub sebagai seorang pendusta. Oleh karena itu pernyataan Asy Syaukani di atas bisa dibilang kecenderungan yang berlebihan.
Kembali ke hadis di atas, hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Sa’id RA, Ibnu Mas’ud RA, Jabir bin Abdullah RA, Sahl bin Hunaif RA semuanya dengan sanad yang marfu’, dan juga diriwayatkan oleh Hasan Basri secara mursal. Semua sanad hadis ini tidak satupun lepas dari pembicaraan Ulama hadis. Hanya saja para Ulama tersebut sebelum membahas sanad-sanad hadis tersebut mereka telah memiliki prakonsepsi bahwa hadis tersebut batil dan tidak layak disandarkan kepada Nabi SAW. Hal ini tentu saja dengan alasan bahwa Hadis tersebut telah merendahkan sahabat Nabi SAW. Dan sudah bisa diperkirakan bahwa kebanyakan mereka yang menolak hadis ini berdalih dengan ”hadis ini diriwayatkan oleh Rafidhah yang pendusta”.
Padahal mungkin tidak sepenuhnya begitu, karena di antara sanad-sanadnya ada juga yang tidak diriwayatkan oleh Perawi yang dikatakan Rafidhah. Dalam Ansab Al Ashraf Al Baladzuri juz 5 hal 128, hadis ini telah diriwayatkan oleh para perawi shahih hanya saja hadis tersebut mursal. Dalam salah satu riwayat Abu Sa’id, hadis tersebut telah diriwayatkan oleh para perawi shahih hanya saja salah satu perawinya adalah Ali bin Za’id. Beliau dinyatakan dhaif oleh sebagian orang karena buruk hafalannya tetapi beliau disebut sebagai adil dan jujur oleh Imam Tirmidzi, Yaqub bin Syaibah dan Syaikh Ahmad Syakir.
Dalam Tahdzib At Tahdzib juz 7 biografi no 545, Imam Tirmidzi telah menyatakan Ali bin Zaid Shaduq, Yaqub bin Syaibah menyatakan Ia tsiqat dan hadisnya baik. Beliau adalah perawi Bukhari dalam Adab Al Mufrad, perawi Shahih Muslim, Sunan Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan Abu Dawud dan Sunan Nasa’i.
Imam Tirmidzi telah menghasankan hadis Ali bin Za’id, salah satunya beliau berkata mengenai hadis yang di dalam sanadnya terdapat Ali bin Za’id.
(Hadis no 109 dalam Sunan Tirmidzi Tahqiq Syaikh Ahmad Syakir dan beliau Syaikh Ahmad Syakir menyatakan hadis tersebut shahih).
Al Haitsami dalam Majma’ Az Zawaid juz 3 hal 678 hadis no 5881 yang didalam sanadnya ada Ali bin Za’id telah menyatakan:
Riwayat Ahmad, Abu Ya’la dan Al Bazzar, di dalam sanadnya ada Ali bin Za’id, beliau dibicarakan, juga dinyatakan tsiqah.
Syaikh Ahmad Syakir telah dengan jelas menyatakan bahwa Ali bin Za’id sebagai perawi yang tsiqah. Hal ini dapat dilihat dalam Musnad Ahmad tahqiq Syaikh Ahmad Syakir catatan kaki hadis no 783.
Tulisan ini hanya menunjukkan kecenderungan dalam menilai kedudukan suatu hadis. Saya pribadi masih bertawaqquf(berdiam diri) mengenai kedudukan hadis ini, sejauh ini saya cuma menyinggung:
1. Hadis Mursal Shahih riwayat Hasan Basri.
2. Hadis Riwayat Abbad bin Yaqub.
3. Hadis Riwayat Ali bin Zaid.
Sebagai informasi hadis ini telah ditolak oleh Ibnu Ady dalam Al Kamil, Al Uqaili dalam kitabnya Ad Dhua’fa Al Kabir, Asy Syaukani dalam Fawaid Al Majmu’ah, Syaikh Al Albani dalam Silsilah Al Hadis Ad Dhaifah Al Maudhu’ah dan lain-lain. Bisa dibilang kebanyakan ulama hadis menilai hadis ini batil dan palsu. Walaupun begitu ternyata ada juga ulama hadis yang menyatakan hadis tersebut Shahih yaitu Sayyid Muhammad bin Aqil Al Alawi dalam kitabnya Al Atab Al Jamil Ala Ahlul Jarh Wat Ta’dil hal 63(sejujurnya saya penasaran dengan syaikh satu ini). Beliau menyebutkan hadis ini dalam pembahasannya terhadap perawi Abbad bin Ya’qub dan Ali bin Zaid, beliau berkata:
Hadis: “Jika kamu melihat Muawiyah di atas mimbarKu maka bunuhlah ia” seperti telah dinyatakan sebelumnya bahwa hadis ini Shahih, tsabit(kuat) dan tidak ada keraguan padanya.
Salafy sangat bersemangat dalam membela orang-orang yang menyakiti dan memusuhi Ahlul Bait bahkan dengan dalih-dalih yang naïf terkesan ilmiah bagi orang awam tetapi jika diteliti baik-baik jelas sangat dipaksakan. Dalih pertama yang menggelikan adalah ia mengutip ayat Al Qur’an berikut
“Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka” [QS. At-Taubah : 117].
Kami tidak mengerti dari mana datang pikiran yang menyatakan ayat ini sebagai keutamaan bagi Muawiyah, mengingat Muawiyah bukanlah orang yang ikut berhijrah atau orang dari golongan Muhajirin dan bukan pula orang dari golongan Anshar yang merupakan penduduk Madinah. Inilah kebohongan besqar yang mereka buat.Mereka kecoh oraqng2 awam dengan membuat trik hebat bahwaq seolah2 Muawiyah adalah sahabat Nabi yang tergolong ke dalam Anshar dan Muhajirin. Muawiyah bukanlah orang yang ikut berhijrah atau orang dari golongan Muhajirin dan bukan pula orang dari golongan Anshar.Bahkan kapan Muawiyah menjadi sahabat Nabi ?Yang ada dalaah Muawiyah adalah musuh Nabi yang terus menerus memerangi Nabi, setelah terkepung dalam peristiwa futtuh Mekah barulah Muawiyah datang untuk meminta ampunan dari Rasulullah.Yang ada malah pasukan Imam Ali yang memerangi Muawiyah dalam Siffin dan Jamal merupakan 70 orang pasukan Badar, dan banyak terdapat sahabat Muhajirin dan Anshar.
Telah menceritakan kepada kami Abdullah yang berkata telah menceritakan kepadaku Ayahku yang berkata telah menceritakan kepada kami Zaid bin Hubab yang berkata telah menceritakan kepadaku Husain yang berkata telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Buraidah yang berkata “Aku dan Ayahku datang ke tempat Muawiyah, ia mempersilakan kami duduk di hamparan . Ia menyajikan makanan dan kami memakannya kemudian ia menyajikan minuman, ia meminumnya dan menawarkan kepada ayahku. Ayahku berkata “Aku tidak meminumnya sejak diharamkan Rasulullah SAW”… [Musnad Ahmad 5/347 no 22991 Syaikh Syu’aib berkata “sanadnya kuat”]
Itulah Sang calon ahli Surga YANG MEMBERI PETUNJUK pada kaum Salafi, MEMBERI PETUNJUK DENGAN MENYUGUHKAN KHAMR . Inilah pahlawan mereka kaum Salafi...
Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah yang menceritakan kepadaku ayahku yang menceritakan kepada kami Yunus bin Muhammad yang menceritakan kepada kami Fulaih dari Sa’d bin ‘Abdurrahman bin Wail Al Anshari dari ‘Abdullah bin Abdullah bin Umar dari ayahnya bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Allah melaknat khamar, dan melaknat yang meminumnya, yang menuangkannya, yang membuatnya dan yang meminta dibuatkan, yang menjualnya, yang mengangkutnya dan yang meminta diangkut dan yang memakan keuntungannya [Musnad Ahmad 2/97 no 5716, Syaikh Syu’aib berkata “shahih dengan jalan-jalannya”].
Inilah Muawiyah pahlawan kalian yang mendapat petunjuk? silahkan anda tanyakan sendiri.
(Abu Sadra/Syiah-Ali/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email