Iran Beri Bantuan Tunai 250 Juta Dolar untuk Rakyat Palestina
Pemerintah Iran kembali mengucurkan bantuan tunai untuk rakyat
Palestina sebesar 250 juta dolar. Hal tersebut disampaikan PM Palestina
Haniyah saat mengakhiri kunjungannya di Teheran Iran, Senin (11/12).
Bantuan itu, seperti dijelaskan Haniyah, meliputi dana bantuan sebesar 100 juta dollar untuk pemerintah, 45 juta dolar untuk gaji pegawai di tiga departemen, yaitu departemen urusan sosial, departemen tenaga kerja dan departemen kebudayaan selama enam bulan ke depan, dan untuk membayar kebutuhan-kebutuhan tahanan Palestina selama enam bulan.
Bantuan juga diberikan kepada 1.000 pekerja Palestina yang menganggur senilai 100 dolar setiap bulan untuk setiap pekerja selama enam bulan ke depan dengan jumlah total 60 juta dolar. Kemudian sebanyak 800 ribu dolar diberikan kepada 300 nelayan Palestina selama enam bulan ke depan.
Dana bantuan lain diperuntukan bagi proyek pembangunan meliputi gedung kebudayaan dan pembukaan perpustakaan dengan nilai 10 juta dolar, serta renovasi 1.000 rumah yang hancur dengan total biaya 20 juta dolar. Iran juga akan membelikan 300 mobil dengan nilai 3 juta dolar. Secara keseluruhan, total bantuan Iran kepada rakyat Palestina sebesar seperempat milyar.
Di samping itu, pemerintah Iran juga berkomitmen mendirikan tiga rumah sakit di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan kapasitas 100 tempat tidur setiap rumah sakit. Juga pendirian 10 klinik spesialis dan jaminan biaya operasinya selama 10 tahun ke depan. Bahkan Iran akan memberikan satu buah pesawat dan reparasi untuk dua pesawat dengan rute penerbangan di Palestina dan Jordania melalui perusahaan Belanda. (was/pic).
Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/palestina/iran-beri-bantuan-tunai-250-juta-dolar-untuk-rakyat-palestina.htm#.VSRHjc63y1t
Kenapa eramuslim berbalik menghianati Iran?????
Jawaban kami:
(ABNS)
Bantuan itu, seperti dijelaskan Haniyah, meliputi dana bantuan sebesar 100 juta dollar untuk pemerintah, 45 juta dolar untuk gaji pegawai di tiga departemen, yaitu departemen urusan sosial, departemen tenaga kerja dan departemen kebudayaan selama enam bulan ke depan, dan untuk membayar kebutuhan-kebutuhan tahanan Palestina selama enam bulan.
Bantuan juga diberikan kepada 1.000 pekerja Palestina yang menganggur senilai 100 dolar setiap bulan untuk setiap pekerja selama enam bulan ke depan dengan jumlah total 60 juta dolar. Kemudian sebanyak 800 ribu dolar diberikan kepada 300 nelayan Palestina selama enam bulan ke depan.
Dana bantuan lain diperuntukan bagi proyek pembangunan meliputi gedung kebudayaan dan pembukaan perpustakaan dengan nilai 10 juta dolar, serta renovasi 1.000 rumah yang hancur dengan total biaya 20 juta dolar. Iran juga akan membelikan 300 mobil dengan nilai 3 juta dolar. Secara keseluruhan, total bantuan Iran kepada rakyat Palestina sebesar seperempat milyar.
Di samping itu, pemerintah Iran juga berkomitmen mendirikan tiga rumah sakit di Tepi Barat dan Jalur Gaza dengan kapasitas 100 tempat tidur setiap rumah sakit. Juga pendirian 10 klinik spesialis dan jaminan biaya operasinya selama 10 tahun ke depan. Bahkan Iran akan memberikan satu buah pesawat dan reparasi untuk dua pesawat dengan rute penerbangan di Palestina dan Jordania melalui perusahaan Belanda. (was/pic).
Sumber: http://www.eramuslim.com/berita/palestina/iran-beri-bantuan-tunai-250-juta-dolar-untuk-rakyat-palestina.htm#.VSRHjc63y1t
Kenapa eramuslim berbalik menghianati Iran?????
Jawaban kami:
Islam Bukan Sekedar Aspirasi, Namun Juga Inspirasi: Belajar dari Iran
By: Ismail Amin.
“Upaya Islam untuk menegakkan keadilan sosial merupakan upaya yang
paling serius. Bahkan hingga munculnya Marxisme, upaya itu masih
merupakan yang paling serius.”
-W.C Smith dalam bukunya Islam in Modern History–
tang Iran, cenderung dicurigai membawa misi tertentu. Namun saya merasa terpanggil untuk menceritakannya, terutama karena banyaknya hal yang bisa menjadi pelajaran bagi bangsa kita yang sedang efouria untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum semangat itu kandas dan tertimbun oleh sampah-sampah matrealisme dan limbah metropolis, izinkan saya.
Iran, sebuah negeri fenomenal yang mendapat simpatik, pujian, pembelaan dan hujatan sekaligus. Negeri yang lewat CNN, Amerika menyebutnya sebagai bangsa yang keras kepala, yang oleh sebagian kaum muslimin menjadikan Iran sebagai kebanggaan baru, kiblat alternatif pergerakan dan perlawanan terhadap hegemoni Amerika namun sebagaiannya lagi tetap juga memasang wajah permusuhan dan kecurigaan. Iran dengan mazhab Syiah mayoritas rakyatnya, tetap dinilai sebagai musuh dan diluar Islam. Apapun yang berasal darinya dicurigai sebagai kedok semata untuk memberangus dan menghancurkan Islam dari dalam. Apapun yang berasal darinya, fiqh, hadits, tradisi, teologi, filsafat bahkan penemuan-penemuan mutakhirnya diisolasikan dan dipinggirkan dari dunia Islam.
Syiah sering mendapat tuduhan dan fitnah sebagai agama tersendiri dan bukan bagian dari Islam. Namun, bagai pepatah, anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu, Iran dengan masyarakatnya yang mayoritas Syiah menjawab segala tuduhan-tuduhan dan berbagai tudingan miring dengan kerja-kerja positif yang nyata. Iran menjadi negara terdepan dan yang paling aktif memberikan pembelaan atas penindasan yang masih juga dirasakan rakyat Palestina.
Tidak sekedar melalui diplomasi politik, Pemerintah Iran juga memberikan bantuan secara nyata dengan mengucurkan 250 juta dolar tunai buat rakyat Palestina. Iran menjadikan Palestina tidak ubahnya salah satu provinsi yang menjadi bagian negaranya,dengan menanggung gaji pegawai di tiga departemen, yaitu departemen urusan sosial, departemen tenaga kerja dan departemen kebudayaan. Menanggung hidup 1.000 pengangguran senilai 100 dolar setiap bulannya. Membiayai total pembangunan gedung kebudayaan, perpustakaan serta renovasi 1.000 rumah yang hancur dengan total biaya 20 juta dolar. Belum lagi bantuan lainnya yang diberikan tanpa persyaratan apapun.
Dalam kunjungannya ke Iran pada tahun 1998, tokoh pendiri HAMAS Syaikh Ahmad Yassin menyatakan, Iran adalah negara pertama yang secara resmi menyatakan dukungan terhadap HAMAS dan perjuangannya dalam upaya pembebasan Palestina. Ismail Haniyah tokoh HAMAS juga pernah menyatakan secara terbuka ucapan terimakasihnya kepada Iran atas peran politiknya dan bantuannya dalam meraih kemenangan Gaza bertahan dari gempuran militer Israel.
Dengan keberhasilan meluncurkan roket pembawa satelit “Safir Omid” dan sebuah maket satelit percobaan di orbit bumi, Iran menjadi negara regional pertama yang mandiri tanpa bantuan asing, baik dalam membuat satelit maupun dalam meluncurkan dan mengontrolnya. Semakin diserang dengan propaganda negatif dari berbagai arah, ulama-ulama, ilmuan-ilmuan, olahragawan, sampai seniman mereka seakan berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi dan menampakkan kecemerlangan Islam.
Lihat saja apa yang dilakukan ilmuan mereka, hampir dalam hitungan hari, ada yang mematenkan penemuan-penemuan baru mereka. Perkembangan sains di Iran dapat dilihat dari perkembangan publikasi ilmiah yang mereka hasilkan. Dalam penelitian ‘string teory’, kimia dan matematika, Iran merupakan nomor 15 di dunia, bersaing ketat dengan Amerika Serikat dan negara-negara eropa. Fenomena perkembangan sains di Iran yang sangat mencengangkan dan menakjubkan negara-negara eropa, secara menarik diulas Prof. Farhad Khosrokhavar, profesor sosiologi di E’cole des Hauts E’tudes en Sciences Sociales (EHESS), di Paris dalam artikelnya yang dimuat dalam Critique: Critical Middle Eastern Studies, (Summer 2004), 13(2), 209-224. Begitu juga dalam artikel D. A. King yang dipublikasikan di Nature, edisi 15 Juli 2004 yang berjudul ‘The scientific impact of nations’ yang analisisnya menyatakan bahwa Iran merupakan satu-satunya negara Islam yang termasuk ke dalam negara memiliki ‘The scientific impact of nations’ tertinggi di dunia.
Daftar 100 orang jenius dunia yang masih hidup yang dikeluarkan oleh firma konsultan global Creators Synectics, Ali Javan pakar teknik (penemu gas laser) dan Pardis Sabeti ahli biologi anthropologi yang keduanya berkebangsaan Iran termasuk di antaranya.
Para ilmuwan Iran tidak hanya sibuk mengurusi nuklir, rudal balistik, pesawat tempur tanpa awak dan persenjataan perang canggih lainnya. Namun juga mampu membuat kendaraan produksi sendiri, diantara yang populer, merk Paikan dan Saipa. Dan diantara produk modern ilmuan Iran yang mencengangkan dunia adalah Surena-2, robot mirip manusia yang bisa berjalan dan melakukan tugas-tugas khusus. Robot setinggi 145 sentimeter itu memiliki berat 45 kilogram. Namanya diambil dari nama seorang kesatria Persia kuno, robot ini bisa berjalan dengan gerakan tangan dan kaki yang sangat mirip dengan manusia. Robot ini sengaja dikembangkan untuk membantu manusia mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
Kaum perempuan Iran tidak ketinggalan dari saintis yang umumnya laki-laki. Dalam Festival Internasional Para Penemu Perempuan yang pertama kali digelar di Korea Selatan tahun 2008, Republik Islam Iran ikut bersaing dalam ajang kompetisi tersebut dan berhasil menggondol 12 medali emas, lima perak dan enam perunggu. Maryam Islami dari Iran menyandang gelar sebagai penemu perempuan terbaik tahun 2008. Beberapa saat sebelumnya beliau juga mendapat penghargaan penemu perempuan terbaik dari Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) dalam Festival Penemuan dan Teknologi di Jenewa, tahun 2008, padahal saat itu Maryam Islami masih mahasiswa tingkat lima fakultas kedokteran. Lebih dari itu, kita juga mengenal Shirin Ebadi muslimah pertama peraih Nobel juga berasal dari Iran.
Pada bidang seni kaligrafi, kaligrafer Iran Roin Abar Khanzadeh berhasil membuat Al-Qur’an terkecil yang memecahkan rekor dunia. Al-Qur’an terkecil ini dibuat 94 kali lebih kecil dari Al-Qur’an terkecil sebelumnya. Yang menarik Al Quran terkecil ini ditulis dengan mata telanjang oleh penulisnya dan bila dijejer hanya menempati ukuran kertas A3. Al Quran yang berukuran 5 X 7 cm ini dibungkus dengan kulit yang dilapisi oleh emas 24 karat dan di bagian akhir ditulis doa Khataman Al Quran dan beberapa doa lain dengan pinggiran dari perak.
Untuk membumikan Al-Qur’an dan membuat seluruh lapisan masyarakatnya mencintai Al- Qur’an sehingga tidak ada lagi diantara mereka yang tidak becus membaca kitab sucinya sendiri, pemerintah Iran merasa tidak perlu mengaturnya secara formal dalam bentuk undang-undang atau peraturan tertulis. Yang dilakukan pemerintah Iran adalah, membangun lembaga-lembaga kegiatan berbasis Al Quran di seantero kota Iran yang saat ini sudah ada 600 pusat lembaga kegiatan yang sedang aktif dan tiga tahun kedepan ditargetkan ada seribu perpustakan dan Bank CD Qurani di pusat-pusat kegiatan AlQur’an di Iran. Diantara agenda nasional dalam menyemarakkan Ramadhan adalah penyelenggaraan Pameran Al-Qur’an Internasional dan melakukan tilawatil Qur’an satu juz perhari di masjid-masjid besar yang dihadiri sampai ribuan masyarakat Iran. Dengan tingkat apresiasi yang tinggi terhadap Al-Qur’an wajar jika Iran menghasilkan banyak Mufassir terkemuka dalam dunia Islam, diantaranya Allamah Mohammad Husain Thabatabai, penulis tafsir Al Mizan.
Dalam dunia perbukuan dan penerbitan, dibanding negara-negara Islam lainnya, Republik Islam Iran bisa ditetapkan sebagai yang terdepan. Pameran Buku Internasional Teheran merupakan program pemerintah Iran setiap tahunnya yang mendapat posisi istimewa dalam kalender para penerbit internasional. Berdasarkan data yang dirilis, Pameran Buku Internasional Tehran adalah pameran buku terbesar dunia Islam dan menjadi fenomena budaya terbesar negara-negara di Timur Tengah.
Seluruh buku yang diterbitkan di Iran dari tahun 2008 sampai 2009 lalu berjumlah 55.171 judul dengan jumlah total cetakan sebanyak 218 juta eksemplar, jauh melebihi jumlah penduduk Iran yang hanya berkisar 75 juta jiwa. Hasil-hasil karya dan apresiasi mereka menunjukkan minat mereka yang demikian tinggi terhadap ilmu pengetahuan, wajar jika kemudian Iran termasuk dalam deretan negara-negara maju. Inilah yang membuat AS gentar dan khawatir, lewat propaganda-propaganda negatif, melalui tekanan dan embargo ekonomi, mereka berusaha menghambat pertumbuhan dan kemajuan Iran.
Dibidang olahraga, prestasi Iran juga sangat mengagumkan dan mengharumkan nama dunia Islam. Iran menjadi negara muslim paling berprestasi dibidang olahraga, dengan menjadi terdepan meraih medali emas di Olimpiade dan Asian Games dibanding negara mayoritas berpenduduk muslim lainnya. Untuk Piala Dunia tahun 2014, Iran menjadi negara muslim pertama yang memastikan dirinya lolos pada putaran final di Brasil nanti.
Islam dalam tafsiran masyarakat muslim Iran, bukan semata-mata kepercayaan akan ritual dan sekumpulan norma etik melainkan juga spirit bagi proses perubahan sosial. Bagi mereka, dasar kepercayaan Islam adalah sebagai kekuatan perlawanan dan pembebas. Sebuah kekuatan yang akan menjadi pisau yang tajam bagi proses pembelahan persoalan-persoalan sosial dan akan memprakarsai sebuah perjalanan baru sejarah sosial Islam. Islam tidak semata-mata memuat deretan do’a dan ibadah melainkan perlawanan yang bergelora. Mungkin dengan semangat itulah, Islam akan kembali meraih kejayaannya, sebagaimana diturunkan pertama kali, menjadi pembebas bagi mereka yang berada dalam ketertindasan.
Islam, sebagaimana terlihat dari perkembangannya dewasa ini, memiliki potensi besar dalam menumbuhkan kembali kepercayaan diri masyarakat muslim untuk berperang melawan eksploitasi oleh kekuatan imperialis asing dan untuk melawan ketidakadilan, korupsi dan kesewenang-wenangan yang dilakukan penguasa setempat. Gejolak massa di Iran lebih banyak diarahkan untuk memerangi imperialisme Amerika dan ketidakadilan, korupsi dan sikap-sikap permisif dalam negeri.
Perlu dipahami bahwa Islam mewakili aspirasi masyarakat, idealisme moral, dan instrumen untuk memperbaiki kekeliruan. Agama ini harus dibersihkan dari unsur-unsur ortodoks zaman pertengahan dan ajaran-ajarannya perlu ditafsirkan kembali agar selaras dengan nilai-nilai hakikinya. Ini sangat penting, bagi mereka yang benar-benar ingin menjadikan Islam sebagai sarana untuk mencapai idealisme kesetaraan dan keadilan, bukan hanya untuk kekuasaan.
Ashgar Ali Enginner memberi pesan sebagaimana yang ditulis dalam bukunyaIslamic State, “Ajaran-ajaran Islam harus dilihat dalam konteks sosial yang lebih mendalam dan ditafsirkan sebaik mungkin untuk menjamin tegaknya keadilan ekonomi. Wahyu Ilahi sangat menjunjung tinggi kebenaran, dan kebenaran itu sendiri mengandung aspek temporal dan transendental, dan aspek temporalnya memiliki kesesuaian dengan fakta.”
Demikianlah, yang bisa saya tulis. Satu hal yang tidak bisa disangkal, bahwa Islam memiliki potensi besar dan sumber inspirasi yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Bukan sekedar aspirasi yang selalu dituntut untuk diakui secara formal. Yang dibutuhkan adalah komitmen kuat untuk membentuk masyarakat yang adil dan egaliter, dan interpretasi ajaran Islam yang kondusif untuk membangun masyarakat sejahtera dan mandiri.
Dengan ini saya mengajukan contoh, Republik Islam Iran telah berhasil membuktikannya, tidak dengan cara ribet mengatur kehidupan pribadi warga namun memilih lebih berkonsentrasi pada masalah yang lebih besar dan universal. Mengapa kita tidak?
Begitu.
Ismail Amin, warga Indonesia yang sementara menetap di Iran
IV. Kemana Uang The Fed Mengalir?
Seminggu kemudian, di Parlemen, dilakukan tuntutan impeachment terhadap anggota-anggota dari Dewan Federal Reserve. Mereka, agen-agen Federal Reserve dan para manajer dari Departemen Keuangan AS dituduh telah melakukan kejahatan luar biasa dan penyalahgunaan wewenang, termasuk pencurian lebih dari US$ 80 juta pertahun selama lima tahun (total US$ 400 juta). Namun impeachment ini kandas di tengah jalan, mirip seperti kandasnya kasus Bank Century di negara kita.
Hutang dana segar bisa dicairkan bila Indonesia menerima Program Penyesuaian Struktural (SAP). SAP mensyaratkan pemerintah untuk melakukan perubahan kebijakan yang bentuknya, antara lain:
1. swastanisasi (Privatisasi) BUMN dan lembaga-lembaga pendidikan
2. deregulasi dan pembukaan peluang bagi investor asing untuk memasuki semua sektor
3. pengurangan subsidi kebutuhan-kebutuhan pokok, seperti: beras, listrik, pupuk dan rokok
4. menaikkan tarif telepon dan pos
5. menaikkan harga bahan bakar (BBM)
1. Kerugian dalam bidang ekonomi
Ketika Hamid Karzai kembali ke Afghanistan dari pengasingannya di Amerika Serikat, sebagai presiden dia bertekad akan memerangi para pengedar narkoba. Namun kini, teman-temannya dan bahkan keluarganya serta sekutu-sekutu politikmya, justru terlibat dalam perdagangan barang haram tersebut.
Tak seorangpun harus terkejut dengan peningkatan drastis dari produksi dan arus perdagangan narkoba ini. Ketika Amerika melancarkan campur tangannya baik secara militer maupun politis, maka peningkatan produksi dan arus perdagangan narkoba tersebut meningkat drastis.
Oleh : Kwik Kian Gie
-W.C Smith dalam bukunya Islam in Modern History–
tang Iran, cenderung dicurigai membawa misi tertentu. Namun saya merasa terpanggil untuk menceritakannya, terutama karena banyaknya hal yang bisa menjadi pelajaran bagi bangsa kita yang sedang efouria untuk menegakkan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelum semangat itu kandas dan tertimbun oleh sampah-sampah matrealisme dan limbah metropolis, izinkan saya.
Iran, sebuah negeri fenomenal yang mendapat simpatik, pujian, pembelaan dan hujatan sekaligus. Negeri yang lewat CNN, Amerika menyebutnya sebagai bangsa yang keras kepala, yang oleh sebagian kaum muslimin menjadikan Iran sebagai kebanggaan baru, kiblat alternatif pergerakan dan perlawanan terhadap hegemoni Amerika namun sebagaiannya lagi tetap juga memasang wajah permusuhan dan kecurigaan. Iran dengan mazhab Syiah mayoritas rakyatnya, tetap dinilai sebagai musuh dan diluar Islam. Apapun yang berasal darinya dicurigai sebagai kedok semata untuk memberangus dan menghancurkan Islam dari dalam. Apapun yang berasal darinya, fiqh, hadits, tradisi, teologi, filsafat bahkan penemuan-penemuan mutakhirnya diisolasikan dan dipinggirkan dari dunia Islam.
Syiah sering mendapat tuduhan dan fitnah sebagai agama tersendiri dan bukan bagian dari Islam. Namun, bagai pepatah, anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu, Iran dengan masyarakatnya yang mayoritas Syiah menjawab segala tuduhan-tuduhan dan berbagai tudingan miring dengan kerja-kerja positif yang nyata. Iran menjadi negara terdepan dan yang paling aktif memberikan pembelaan atas penindasan yang masih juga dirasakan rakyat Palestina.
Tidak sekedar melalui diplomasi politik, Pemerintah Iran juga memberikan bantuan secara nyata dengan mengucurkan 250 juta dolar tunai buat rakyat Palestina. Iran menjadikan Palestina tidak ubahnya salah satu provinsi yang menjadi bagian negaranya,dengan menanggung gaji pegawai di tiga departemen, yaitu departemen urusan sosial, departemen tenaga kerja dan departemen kebudayaan. Menanggung hidup 1.000 pengangguran senilai 100 dolar setiap bulannya. Membiayai total pembangunan gedung kebudayaan, perpustakaan serta renovasi 1.000 rumah yang hancur dengan total biaya 20 juta dolar. Belum lagi bantuan lainnya yang diberikan tanpa persyaratan apapun.
Dalam kunjungannya ke Iran pada tahun 1998, tokoh pendiri HAMAS Syaikh Ahmad Yassin menyatakan, Iran adalah negara pertama yang secara resmi menyatakan dukungan terhadap HAMAS dan perjuangannya dalam upaya pembebasan Palestina. Ismail Haniyah tokoh HAMAS juga pernah menyatakan secara terbuka ucapan terimakasihnya kepada Iran atas peran politiknya dan bantuannya dalam meraih kemenangan Gaza bertahan dari gempuran militer Israel.
Dengan keberhasilan meluncurkan roket pembawa satelit “Safir Omid” dan sebuah maket satelit percobaan di orbit bumi, Iran menjadi negara regional pertama yang mandiri tanpa bantuan asing, baik dalam membuat satelit maupun dalam meluncurkan dan mengontrolnya. Semakin diserang dengan propaganda negatif dari berbagai arah, ulama-ulama, ilmuan-ilmuan, olahragawan, sampai seniman mereka seakan berlomba-lomba untuk menunjukkan prestasi dan menampakkan kecemerlangan Islam.
Lihat saja apa yang dilakukan ilmuan mereka, hampir dalam hitungan hari, ada yang mematenkan penemuan-penemuan baru mereka. Perkembangan sains di Iran dapat dilihat dari perkembangan publikasi ilmiah yang mereka hasilkan. Dalam penelitian ‘string teory’, kimia dan matematika, Iran merupakan nomor 15 di dunia, bersaing ketat dengan Amerika Serikat dan negara-negara eropa. Fenomena perkembangan sains di Iran yang sangat mencengangkan dan menakjubkan negara-negara eropa, secara menarik diulas Prof. Farhad Khosrokhavar, profesor sosiologi di E’cole des Hauts E’tudes en Sciences Sociales (EHESS), di Paris dalam artikelnya yang dimuat dalam Critique: Critical Middle Eastern Studies, (Summer 2004), 13(2), 209-224. Begitu juga dalam artikel D. A. King yang dipublikasikan di Nature, edisi 15 Juli 2004 yang berjudul ‘The scientific impact of nations’ yang analisisnya menyatakan bahwa Iran merupakan satu-satunya negara Islam yang termasuk ke dalam negara memiliki ‘The scientific impact of nations’ tertinggi di dunia.
Daftar 100 orang jenius dunia yang masih hidup yang dikeluarkan oleh firma konsultan global Creators Synectics, Ali Javan pakar teknik (penemu gas laser) dan Pardis Sabeti ahli biologi anthropologi yang keduanya berkebangsaan Iran termasuk di antaranya.
Para ilmuwan Iran tidak hanya sibuk mengurusi nuklir, rudal balistik, pesawat tempur tanpa awak dan persenjataan perang canggih lainnya. Namun juga mampu membuat kendaraan produksi sendiri, diantara yang populer, merk Paikan dan Saipa. Dan diantara produk modern ilmuan Iran yang mencengangkan dunia adalah Surena-2, robot mirip manusia yang bisa berjalan dan melakukan tugas-tugas khusus. Robot setinggi 145 sentimeter itu memiliki berat 45 kilogram. Namanya diambil dari nama seorang kesatria Persia kuno, robot ini bisa berjalan dengan gerakan tangan dan kaki yang sangat mirip dengan manusia. Robot ini sengaja dikembangkan untuk membantu manusia mengerjakan tugas-tugas yang sulit.
Kaum perempuan Iran tidak ketinggalan dari saintis yang umumnya laki-laki. Dalam Festival Internasional Para Penemu Perempuan yang pertama kali digelar di Korea Selatan tahun 2008, Republik Islam Iran ikut bersaing dalam ajang kompetisi tersebut dan berhasil menggondol 12 medali emas, lima perak dan enam perunggu. Maryam Islami dari Iran menyandang gelar sebagai penemu perempuan terbaik tahun 2008. Beberapa saat sebelumnya beliau juga mendapat penghargaan penemu perempuan terbaik dari Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (WIPO) dalam Festival Penemuan dan Teknologi di Jenewa, tahun 2008, padahal saat itu Maryam Islami masih mahasiswa tingkat lima fakultas kedokteran. Lebih dari itu, kita juga mengenal Shirin Ebadi muslimah pertama peraih Nobel juga berasal dari Iran.
Pada bidang seni kaligrafi, kaligrafer Iran Roin Abar Khanzadeh berhasil membuat Al-Qur’an terkecil yang memecahkan rekor dunia. Al-Qur’an terkecil ini dibuat 94 kali lebih kecil dari Al-Qur’an terkecil sebelumnya. Yang menarik Al Quran terkecil ini ditulis dengan mata telanjang oleh penulisnya dan bila dijejer hanya menempati ukuran kertas A3. Al Quran yang berukuran 5 X 7 cm ini dibungkus dengan kulit yang dilapisi oleh emas 24 karat dan di bagian akhir ditulis doa Khataman Al Quran dan beberapa doa lain dengan pinggiran dari perak.
Untuk membumikan Al-Qur’an dan membuat seluruh lapisan masyarakatnya mencintai Al- Qur’an sehingga tidak ada lagi diantara mereka yang tidak becus membaca kitab sucinya sendiri, pemerintah Iran merasa tidak perlu mengaturnya secara formal dalam bentuk undang-undang atau peraturan tertulis. Yang dilakukan pemerintah Iran adalah, membangun lembaga-lembaga kegiatan berbasis Al Quran di seantero kota Iran yang saat ini sudah ada 600 pusat lembaga kegiatan yang sedang aktif dan tiga tahun kedepan ditargetkan ada seribu perpustakan dan Bank CD Qurani di pusat-pusat kegiatan AlQur’an di Iran. Diantara agenda nasional dalam menyemarakkan Ramadhan adalah penyelenggaraan Pameran Al-Qur’an Internasional dan melakukan tilawatil Qur’an satu juz perhari di masjid-masjid besar yang dihadiri sampai ribuan masyarakat Iran. Dengan tingkat apresiasi yang tinggi terhadap Al-Qur’an wajar jika Iran menghasilkan banyak Mufassir terkemuka dalam dunia Islam, diantaranya Allamah Mohammad Husain Thabatabai, penulis tafsir Al Mizan.
Dalam dunia perbukuan dan penerbitan, dibanding negara-negara Islam lainnya, Republik Islam Iran bisa ditetapkan sebagai yang terdepan. Pameran Buku Internasional Teheran merupakan program pemerintah Iran setiap tahunnya yang mendapat posisi istimewa dalam kalender para penerbit internasional. Berdasarkan data yang dirilis, Pameran Buku Internasional Tehran adalah pameran buku terbesar dunia Islam dan menjadi fenomena budaya terbesar negara-negara di Timur Tengah.
Seluruh buku yang diterbitkan di Iran dari tahun 2008 sampai 2009 lalu berjumlah 55.171 judul dengan jumlah total cetakan sebanyak 218 juta eksemplar, jauh melebihi jumlah penduduk Iran yang hanya berkisar 75 juta jiwa. Hasil-hasil karya dan apresiasi mereka menunjukkan minat mereka yang demikian tinggi terhadap ilmu pengetahuan, wajar jika kemudian Iran termasuk dalam deretan negara-negara maju. Inilah yang membuat AS gentar dan khawatir, lewat propaganda-propaganda negatif, melalui tekanan dan embargo ekonomi, mereka berusaha menghambat pertumbuhan dan kemajuan Iran.
Dibidang olahraga, prestasi Iran juga sangat mengagumkan dan mengharumkan nama dunia Islam. Iran menjadi negara muslim paling berprestasi dibidang olahraga, dengan menjadi terdepan meraih medali emas di Olimpiade dan Asian Games dibanding negara mayoritas berpenduduk muslim lainnya. Untuk Piala Dunia tahun 2014, Iran menjadi negara muslim pertama yang memastikan dirinya lolos pada putaran final di Brasil nanti.
Islam dalam tafsiran masyarakat muslim Iran, bukan semata-mata kepercayaan akan ritual dan sekumpulan norma etik melainkan juga spirit bagi proses perubahan sosial. Bagi mereka, dasar kepercayaan Islam adalah sebagai kekuatan perlawanan dan pembebas. Sebuah kekuatan yang akan menjadi pisau yang tajam bagi proses pembelahan persoalan-persoalan sosial dan akan memprakarsai sebuah perjalanan baru sejarah sosial Islam. Islam tidak semata-mata memuat deretan do’a dan ibadah melainkan perlawanan yang bergelora. Mungkin dengan semangat itulah, Islam akan kembali meraih kejayaannya, sebagaimana diturunkan pertama kali, menjadi pembebas bagi mereka yang berada dalam ketertindasan.
Islam, sebagaimana terlihat dari perkembangannya dewasa ini, memiliki potensi besar dalam menumbuhkan kembali kepercayaan diri masyarakat muslim untuk berperang melawan eksploitasi oleh kekuatan imperialis asing dan untuk melawan ketidakadilan, korupsi dan kesewenang-wenangan yang dilakukan penguasa setempat. Gejolak massa di Iran lebih banyak diarahkan untuk memerangi imperialisme Amerika dan ketidakadilan, korupsi dan sikap-sikap permisif dalam negeri.
Perlu dipahami bahwa Islam mewakili aspirasi masyarakat, idealisme moral, dan instrumen untuk memperbaiki kekeliruan. Agama ini harus dibersihkan dari unsur-unsur ortodoks zaman pertengahan dan ajaran-ajarannya perlu ditafsirkan kembali agar selaras dengan nilai-nilai hakikinya. Ini sangat penting, bagi mereka yang benar-benar ingin menjadikan Islam sebagai sarana untuk mencapai idealisme kesetaraan dan keadilan, bukan hanya untuk kekuasaan.
Ashgar Ali Enginner memberi pesan sebagaimana yang ditulis dalam bukunyaIslamic State, “Ajaran-ajaran Islam harus dilihat dalam konteks sosial yang lebih mendalam dan ditafsirkan sebaik mungkin untuk menjamin tegaknya keadilan ekonomi. Wahyu Ilahi sangat menjunjung tinggi kebenaran, dan kebenaran itu sendiri mengandung aspek temporal dan transendental, dan aspek temporalnya memiliki kesesuaian dengan fakta.”
Demikianlah, yang bisa saya tulis. Satu hal yang tidak bisa disangkal, bahwa Islam memiliki potensi besar dan sumber inspirasi yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Bukan sekedar aspirasi yang selalu dituntut untuk diakui secara formal. Yang dibutuhkan adalah komitmen kuat untuk membentuk masyarakat yang adil dan egaliter, dan interpretasi ajaran Islam yang kondusif untuk membangun masyarakat sejahtera dan mandiri.
Dengan ini saya mengajukan contoh, Republik Islam Iran telah berhasil membuktikannya, tidak dengan cara ribet mengatur kehidupan pribadi warga namun memilih lebih berkonsentrasi pada masalah yang lebih besar dan universal. Mengapa kita tidak?
Begitu.
Ismail Amin, warga Indonesia yang sementara menetap di Iran
Sejumlah perempuan Iran dengan foto Mostafa Ahmadi Roshan, ilmuan
nuklir Iran yang dibom untuk mencegah kemajuan tekhnologi nuklir Iran…
*****
Skenario Menuju Perang Dunia III?
Peran Israel Dalam Memicu Serangan Atas Iran
Oleh: Michel Chossudovsky
Penimbunan dan penyebaran sistem senjata canggih yang diarahkan terhadap Iran
dimulai sesudah pengeboman dan invasi kepada Irak tahun 2003. Sejak
awal, rencana perang ini dipimpin oleh Amerika Serikat, dalam
hubungannya dengan NATO dan Israel.
Setelah invasi Irak tahun 2003, pemerintahan Bush mengidentifikasi Iran dan Suriah sebagai tahapan berikutnya dari “peta jalan untuk perang”. Sumber-sumber militer Amerika Serikat mengisyaratkan bahwa serangan udara terhadap Iran bisa melibatkan penyebaran yang berskala besar sebanding dengan “shock and awe” serangan bom Amerika Serikat di Irak pada Maret tahun 2003.
Setelah invasi Irak tahun 2003, pemerintahan Bush mengidentifikasi Iran dan Suriah sebagai tahapan berikutnya dari “peta jalan untuk perang”. Sumber-sumber militer Amerika Serikat mengisyaratkan bahwa serangan udara terhadap Iran bisa melibatkan penyebaran yang berskala besar sebanding dengan “shock and awe” serangan bom Amerika Serikat di Irak pada Maret tahun 2003.
“Serangan
udara Amerika terhadap Iran akan jauh melebihi jangkauan serangan
Israel tahun 1981 di pusat nuklir Osiraq di Irak, dan akan lebih
menyerupai hari pertama dari serangan udara tahun 2003 melawan Irak (See
Globalsecurity).
“Theater Iran Near Term” (TIRRANT)
Nama
kode yang diberikan oleh para perencana militer Amerika Serikat adalah
TIRANNT, “Theater Iran Near Term”, simulasi serangan terhadap Iran
telah dimulai pada Mei tahun 2003 “ketika pemodel dan spesialis
intelijen mengumpulkan data yang diperlukan untuk tingkat-medan perang
(berarti berskala besar) analisis skenario bagi Iran.” ((William Arkin, Washington Post, 16 April 2006).
Skenarionya mengidentifikasikan beberapa ribu sasaran di dalam wilayah Iran sebagai bagian dari “Shock and Awe” Blitzkrieg:
“Analisis yang disebut TIRANNT, singkatan dari “Theater Iran Near Term,” masih ditambah pula dengan skenario tiruan invasi Korps Marinir dan simulasi kekuatan rudal Iran.
Dalam waktu yang bersamaan para perencana Amerika Serikat dan Inggris
melakukan sebuah permainan perang Laut Kaspia. Bush mengarahkan Komando
Strategis Amerika Serikat untuk menyusun rencana aksi serangan perang
global untuk menyerang lokasi senjata pemusnah massal Iran. Semua ini akhirnya akan menjadi masukan berupa rencana perang baru untuk “major combat operations” terhadap Iran yang sekarang sudah dikonfirmasikan oleh sumber militer [April 2006] dalam bentuk draft.
…
Di bawah TIRANNT, Angkatan Darat dan Perencana Pusat Komando Amerika
Serikat telah melakukan pemeriksaan, baik skenario jangka pendek maupun
jangka panjang perang dengan Iran, termasuk semua aspek operasi tempur
utama, dari mobilisasi dan pengerahan pasukan melalui operasi stabilitas
pasca perang setelah terjadi perubahan rezim. ” (William Arkin, Washington Post, 16 April 2006)
Perbedaan
“Skenario medan perang” dalam menyerang Iran secara maksimal telah
dipikirkan: “Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara dan Marinir
Amerika Serikat telah memiliki semua rencana pertempuran yang disusun
selama empat tahun, membangun pangkalan-pangkalan dan pelatihan untuk
melaksanakan “Operasi Pembebasan Iran.”
Laksamana
Fallon, Kepala Pusat Komando Amerika Serikat yang baru telah menerima
rencana komputerisasi TIRANNT (Teater Iran Near Term).” (New Statesman,
19 Februari 2007)
Pada
tahun 2004, dirumuskan skenario perang awal di bawah TIRANNT, Wakil
Presiden Dick Cheney menginstruksikan USSTRATCOM untuk menyusun sebuah
“rencana darurat” operasi militer berskala besar yang diarahkan terhadap
Iran “digunakan dalam merespon terhadap serangan teroris sejenis 9/11
di Amerika Serikat” dengan anggapan bahwa pemerintah Teheran berada di
belakang persekongkolan teroris. Rencana tersebut termasuk penggunaan
pre-emptive senjata nuklir terhadap negara non-nuklir
“Rencana tersebut termasuk serangan udara besar-besaran terhadap Iran baik menggunakan senjata nuklir maupun konvensional dan taktis. Di dalam wilayah Iran terdapat lebih dari 450 sasaran strategis penting, termasuk sejumlah sasaran yang dicurigai sebagai tempat pengembangan program-senjata-nuklir. Banyak target keras atau jauh berada di bawah tanah dan tidak bisa dihancurkan oleh senjata konvensional, maka akan dihancurkan dengan opsi nuklir. Seperti dalam kasus Irak, respon ini kurang penting apakah Iran yang sesungguhnya terlibat dalam tindakan terorisme yang ditujukan terhadap Amerika Serikat. Beberapa pejabat senior Angkatan Udara yang terlibat dalam perencanaan dilaporkan terkejut terhadap implikasi dari apa yang akan mereka lakukan – bahwa Iran sedang disiapkan untuk sebuah serangan nuklir yang tak beralasan – namun tidak seorangpun siap untuk merusak karirnya dengan mengajukan keberatan.” (Philip Giraldi, Deep Background,The American Conservative August 2005)
The Military Road Map: “Pertama Iraq, kemudian Iran”
Keputusan untuk menargetkan Iran di bawah TIRANNT adalah bagian dari proses perencanaan militer yang lebih luas dari urutan operasi militer. Hal tersebut sudah dilakukan di bawah pemerintahan Clinton, Pusat Komando Amerika Serikat (USCENTCOM) telah menyusun “rencana medan perang”, pertama untuk menyerang Irak dan kemudian Iran. Akses terhadap minyak Timur Tengah adalah merupakan tujuan strategis lain.
“Rencana tersebut termasuk serangan udara besar-besaran terhadap Iran baik menggunakan senjata nuklir maupun konvensional dan taktis. Di dalam wilayah Iran terdapat lebih dari 450 sasaran strategis penting, termasuk sejumlah sasaran yang dicurigai sebagai tempat pengembangan program-senjata-nuklir. Banyak target keras atau jauh berada di bawah tanah dan tidak bisa dihancurkan oleh senjata konvensional, maka akan dihancurkan dengan opsi nuklir. Seperti dalam kasus Irak, respon ini kurang penting apakah Iran yang sesungguhnya terlibat dalam tindakan terorisme yang ditujukan terhadap Amerika Serikat. Beberapa pejabat senior Angkatan Udara yang terlibat dalam perencanaan dilaporkan terkejut terhadap implikasi dari apa yang akan mereka lakukan – bahwa Iran sedang disiapkan untuk sebuah serangan nuklir yang tak beralasan – namun tidak seorangpun siap untuk merusak karirnya dengan mengajukan keberatan.” (Philip Giraldi, Deep Background,The American Conservative August 2005)
The Military Road Map: “Pertama Iraq, kemudian Iran”
Keputusan untuk menargetkan Iran di bawah TIRANNT adalah bagian dari proses perencanaan militer yang lebih luas dari urutan operasi militer. Hal tersebut sudah dilakukan di bawah pemerintahan Clinton, Pusat Komando Amerika Serikat (USCENTCOM) telah menyusun “rencana medan perang”, pertama untuk menyerang Irak dan kemudian Iran. Akses terhadap minyak Timur Tengah adalah merupakan tujuan strategis lain.
“Kepentingan
dan tujuan keamanan nasional yang luas dinyatakan Presiden dalam
Strategi Keamanan Nasional – National Security Strategy (NSS) dan Ketua
Strategi Militer Nasional – National Military Strategy (NMS) membentuk
dasar strategi medan perang Pusat Komando Amerika Serikat (NSS)
mengarahkan pelaksanaan strategi penahanan ganda dari negara-negara
nakal seperti Irak dan Iran selama negara-negara tersebut menjadi
ancaman terhadap kepentingan Amerika Serikat, kepada negara-negara lain
di wilayah ini, dan termasuk para warganegaranya.
Penahanan ganda dirancang untuk menjaga keseimbangan kekuasaan di wilayah itu tanpa tergantung baik kepada Iraq atau Iran. Strategi medan perang terhadap Iran
yaitu USCENTCOM adalah merupakan interest-based dan threat-focused.
Tujuan dari keterlibatan Amerika Serikat seperti yang dianut pada NSS,
adalah untuk melindungi kepentingan vital Amerika Serikat di wilayah
tersebut – supaya tidak terganggu, Amerika Serikat aman demikian juga
akses Sekutu kepada minyak Teluk.” (USCENTCOM,
http://www.milnet.com/milnet/pentagon/centcom/chap1/stratgic.htm#USPolicy,
link no longer active, archived at http://tinyurl.com/37gafu9)
Perang
di Iran dipandang sebagai bagian dari suksesi operasi militer. Menurut
(mantan) Panglima NATO Jenderal Wesley Clark, peta-jalan militer
Pentagon terdiri dari urutan negara-negara: “Rencana operasi militer lima tahun [termasuk] … total tujuh negara, dimulai dengan Irak, kemudian Suriah, Libanon, Libya, Iran, Somalia dan Sudan.” Dalam “Winning Modern Wars” (halaman 130) Jenderal Clark menyatakan sebagai berikut:
“Ketika
saya kembali melalui Pentagon pada bulan November 2001, salah seorang
staf petugas senior militer punya waktu untuk bercakap-cakap. Ya, kami
masih berada dalam jalur melawan Irak. Tapi masih ada lagi. Katanya hal
ini sedang dibahas sebagai bagian dari rencana operasi militer lima
tahun, dan jumlahnya ada tujuh negara, dimulai dengan Irak, lalu Suriah, Libanon, Libya, Iran, Somalia dan Sudan (See Secret 2001 Pentagon Plan to Attack Lebanon, Global Research, July 23, 2006)
Peran Israel
Terdapat banyak perdebatan mengenai peranan Israel dalam memulai serangan terhadap Iran.
Israel merupakan bagian dari sebuah aliansi militer. Tel Aviv bukanlah penggerak utama. Israel tidak memiliki agenda militer yang terpisah dan berbeda.
Israel terintegrasi ke dalam “rencana perang untuk operasi tempur besar” terhadap Iran yang dirumuskan pada tahun 2006 oleh Komando Strategis Amerika Serikat (USSTRATCOM). Dalam konteks operasi militer skala besar, suatu tindakan militer sepihak yang tidak terkoordinasi oleh salah satu mitra koalisi, yaitu Israel, dari sudut pandang militer dan strategis hampir mustahil. Israel secara de facto anggota NATO. Setiap tindakan oleh Israel akan membutuhkan “lampu hijau” dari Washington.
Israel merupakan bagian dari sebuah aliansi militer. Tel Aviv bukanlah penggerak utama. Israel tidak memiliki agenda militer yang terpisah dan berbeda.
Israel terintegrasi ke dalam “rencana perang untuk operasi tempur besar” terhadap Iran yang dirumuskan pada tahun 2006 oleh Komando Strategis Amerika Serikat (USSTRATCOM). Dalam konteks operasi militer skala besar, suatu tindakan militer sepihak yang tidak terkoordinasi oleh salah satu mitra koalisi, yaitu Israel, dari sudut pandang militer dan strategis hampir mustahil. Israel secara de facto anggota NATO. Setiap tindakan oleh Israel akan membutuhkan “lampu hijau” dari Washington.
Sebuah serangan oleh Israel bagaimanapun juga bisa digunakan sebagai “mekanisme pemicu” yang akan melancarkan perang habis-habisan terhadap Iran, serta pembalasan oleh Iran yang diarahkan kepada Israel.
Dalam hal ini, ada indikasi bahwa Washington mungkin mempertimbangkan pilihan serangan awal Israel dengan (dukungan Amerika Serikat) dan bukan sebuah operasi militer pimpinan Amerika Serikat langsung diarahkan terhadap Iran. Serangan Israel – meskipun hubungannya dekat dengan Pentagon dan NATO – akan disampaikan kepada opini publik sebagai keputusan sepihak oleh Tel Aviv. Hal ini kemudian akan digunakan oleh Washington untuk membenarkan di mata opini Dunia, berupa intervensi militer Amerika Serikat dan NATO dengan maksud untuk “mempertahankan Israel”, daripada menyerang Iran. Dalam perjanjian kerja sama militer yang ada, baik Amerika Serikat maupun NATO “diwajibkan” untuk “membela Israel” bila diserang Iran dan Suriah.
Dalam hal ini, ada indikasi bahwa Washington mungkin mempertimbangkan pilihan serangan awal Israel dengan (dukungan Amerika Serikat) dan bukan sebuah operasi militer pimpinan Amerika Serikat langsung diarahkan terhadap Iran. Serangan Israel – meskipun hubungannya dekat dengan Pentagon dan NATO – akan disampaikan kepada opini publik sebagai keputusan sepihak oleh Tel Aviv. Hal ini kemudian akan digunakan oleh Washington untuk membenarkan di mata opini Dunia, berupa intervensi militer Amerika Serikat dan NATO dengan maksud untuk “mempertahankan Israel”, daripada menyerang Iran. Dalam perjanjian kerja sama militer yang ada, baik Amerika Serikat maupun NATO “diwajibkan” untuk “membela Israel” bila diserang Iran dan Suriah.
Perlu
dicatat, dalam hal ini, bahwa pada awal masa jabatan kedua Bush,
(mantan) Wakil Presiden Dick Cheney mengisyaratkan, dengan tegas, bahwa
Iran berada “paling atas dalam daftar” dari “musuh nakal” Amerika, dan
bahwa Israel akan menyatakan “melakukan pemboman untuk kita”, tanpa
keterlibatan militer Amerika Serikat dan tanpa kita menekan mereka
“untuk melakukannya” (See Michel Chossudovsky, Planned US-Israeli Attack
on Iran, Global Research, May 1, 2005):
Menurut
Cheney: “Salah satu kekhawatiran orang adalah bahwa Israel mungkin
melakukannya tanpa diminta … Mngingat fakta bahwa Iran memiliki
kebijakan yang menyatakan bahwa tujuan mereka adalah untuk menghancurkan
Israel, Israel mungkin memutuskan untuk bertindak lebih awal, dan
membiarkan seluruh dunia khawatir mengenai penyelesaian kekacauan
diplomatik setelah itu, “(Dick Cheney, dikutip dari Wawancara MSNBC,
Januari 2005)
Mengomentari pernyataan Wakil Presiden, mantan penasehat Keamanan Nasional, Zbigniew Brzezinski dalam sebuah wawancara di PBS, menegaskan dengan sedikit ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, ya: Cheney menginginkan Perdana Menteri Ariel Sharon untuk bertindak atas nama Amerika dan “melakukannya” untuk kita.
Mengomentari pernyataan Wakil Presiden, mantan penasehat Keamanan Nasional, Zbigniew Brzezinski dalam sebuah wawancara di PBS, menegaskan dengan sedikit ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, ya: Cheney menginginkan Perdana Menteri Ariel Sharon untuk bertindak atas nama Amerika dan “melakukannya” untuk kita.
“Saya pikir Iran
lebih ambigu. Dan ada masalah disana, tentu bukan tirani;.. itu adalah
senjata nuklir. Dan Wakil Presiden hari ini dalam pernyataan paralel
yang aneh terhadap pernyataan kebebasan ini yang mengisyaratkan bahwa Israel mungkin melakukannya, namun kenyataannya menggunakan bahasa yang terdengar seperti pembenaran atau bahkan suatu dorongan bagi Israel untuk melakukannya.”
Apa yang berurusan dengan kita adalah operasi militer bersama Amerika Serikat-NATO-Israel untuk membom Iran,
yang telah dalam tahap perencanaan aktif sejak tahun 2004. Pejabat
Departemen Pertahanan, di bawah Bush dan Obama, telah bekerja tekun
dengan militer Israel dan mitra-mitra intelijennya mengidentifikasi dengan hati-hati sasaran di dalam wilayah Iran. Dalam istilah praktis militer, setiap tindakan oleh Israel harus direncanakan dan dikoordinasikan di tingkat tertinggi koalisi yang dipimpin Amerika Serikat.
Serangan
oleh Israel juga akan memerlukan koordinasi dukungan logistik Amerika
Serikat–NATO, khususnya yang berkaitan dengan sistem pertahanan udara
Israel, yang sejak Januari 2009 sepenuhnya terintegrasi ke dalam sistem
Amerika Serikat dan NATO. (See Michel Chossudovsky, Unusually Large U.S. Weapons Shipment to Israel: Are the US and Israel Planning a Broader Middle East War? Global Research, January 11,2009)
Sistem radar X band Israel dibangun pada awal tahun 2009 dengan dukungan teknis Amerika Serikat telah “mengintegrasikan sistem pertahanan rudal Israel dengan jaringan deteksi rudal global Amerika Serikat [Pangkalan-Ruang Angkasa], yang meliputi satelit, kapal Aegis di Mediterania, Teluk Persia dan Laut Merah serta Patriot radar dan yang berpangkalan di darat.” (Defense Talk.com, January 6, 2009,)
Sistem radar X band Israel dibangun pada awal tahun 2009 dengan dukungan teknis Amerika Serikat telah “mengintegrasikan sistem pertahanan rudal Israel dengan jaringan deteksi rudal global Amerika Serikat [Pangkalan-Ruang Angkasa], yang meliputi satelit, kapal Aegis di Mediterania, Teluk Persia dan Laut Merah serta Patriot radar dan yang berpangkalan di darat.” (Defense Talk.com, January 6, 2009,)
Apakah ini berarti bahwa Washington akhirnya memutuskan apa yang seharusnya dilakukan. Lebih baik Amerika Serikat daripada Israel
yang mengendalikan sistem pertahanan udara:’ ‘ini artinya tetap dengan
menggunakan sistem radar Amerika Serikat,’ “kata jurubicara Pentagon,
Geoff Morrell. “Jadi ini bukan sesuatu yang kita berikan atau menjualnya
kepada Israel
dan hal itu adalah sesuatu yang wajar akan memerlukan personel Amerika
Serikat untuk mengoperasikannya.’” (Dikutip dari Israel National News, 9
Januari 2009).
Angkatan Udara Amerika Serikat mengawasi sistem Pertahanan Udara Israel, yang terintegrasi ke dalam sistem global Pentagon. Dengan kata lain, Israel tidak dapat melancarkan perang terhadap Iran tanpa persetujuan Washington.
Oleh karena pentingnya undang-undang yang disebut “Green Light” di
Kongres Amerika Serikat yang disponsori oleh partai Republik di bawah
Resolusi House 1553, yang secara eksplisit mendukung serangan Israel
terhadap Iran:
“Undang-undang diajukan oleh Louie Gohmert, partai Republik dari Texas dan 46 rekannya, mendukung penggunaan “semua sarana yang diperlukan Israel” terhadap Iran “termasuk penggunaan kekuatan militer….”Kita harus melakukan ini. Kami perlu menunjukkan dukungan kepada Israel. Kita harus berhenti bermain game dengan sekutu penting di tengah wilayah yang sulit”’ (See Webster Tarpley, Fidel Castro Warns of Imminent Nuclear War; Admiral Mullen Threatens Iran; US-Israel Vs. Iran-Hezbollah Confrontation Builds On, Global Research, August 10, 2010)
Dalam praktek, undang-undang yang diusulkan tersebut adalah “Green Light” kepada Gedung Putih dan Pentagon daripada kepada Israel. Ini merupakan persetujuan untuk perang yang disponsori Amerika Serikat melawan Iran yang menggunakan Israel sebagai landasan melancarkan gerakan militer yang sesuai. Hal ini juga berfungsi sebagai pembenar untuk berperang dengan tujuan untuk membela Israel.
“Undang-undang diajukan oleh Louie Gohmert, partai Republik dari Texas dan 46 rekannya, mendukung penggunaan “semua sarana yang diperlukan Israel” terhadap Iran “termasuk penggunaan kekuatan militer….”Kita harus melakukan ini. Kami perlu menunjukkan dukungan kepada Israel. Kita harus berhenti bermain game dengan sekutu penting di tengah wilayah yang sulit”’ (See Webster Tarpley, Fidel Castro Warns of Imminent Nuclear War; Admiral Mullen Threatens Iran; US-Israel Vs. Iran-Hezbollah Confrontation Builds On, Global Research, August 10, 2010)
Dalam praktek, undang-undang yang diusulkan tersebut adalah “Green Light” kepada Gedung Putih dan Pentagon daripada kepada Israel. Ini merupakan persetujuan untuk perang yang disponsori Amerika Serikat melawan Iran yang menggunakan Israel sebagai landasan melancarkan gerakan militer yang sesuai. Hal ini juga berfungsi sebagai pembenar untuk berperang dengan tujuan untuk membela Israel.
Dalam konteks ini, Israel
memang bisa memberikan alasan palsu untuk berperang, sebagai tanggapan
terhadap dugaan serangan Hamas atau serangan Hizbullah dan/atau memicu
permusuhan di perbatasan Israel dengan Lebanon.
Apa yang penting untuk dipahami adalah bahwa sebuah “insiden” kecil
dapat digunakan sebagai alasan untuk memicu sebuah operasi militer besar
terhadap Iran.
Dikenal oleh perencana militer Amerika Serikat, Israel (bukan Amerika Serikat) akan menjadi sasaran pertama pembalasan militer Iran. Secara umum, bangsa Israel akan menjadi korban dari intrik Washington maupun pemerintah mereka sendiri. Ya, dalam hal ini, sangat penting bahwa Israel tegas menentang setiap tindakan oleh pemerintah Netanyahu untuk menyerang Iran.
Peperangan Global: Peran Komando Strategis Amerika Serikat (USSTRATCOM)
Operasi
militer global dikoordinasikan dari Markas Komando Strategis Amerika
Serikat (USSTRATCOM) dari pangkalan Angkatan Udara Offutt di Nebraska,
berkerja sama dengan komando regional, Komando Pejuang Terpadu (misalnya
Komando Sentral Amerika Serikat di Florida, yang bertanggung jawab
untuk Timur Tengah -Tengah dan kawasan Asia, lihat peta di bawah) serta
unit komando koalisi di Israel, Turki, Teluk Persia dan Diego Garcia,
yaitu pangkalan militer Amerika Serikat di Samudera Hindia. Perencanaan
Militer dan pengambilan keputusan di tingkat negara sekutu Amerika
Serikat-NATO yang dilakukan oleh individu juga “negara-negara mitra”
diintegrasikan ke dalam desain militer global termasuk mempersenjatai
ruang angkasa.
Di bawah mandat baru, USSTRATCOM
memiliki tanggung jawab untuk “mengawasi rencana serangan global” yang
terdiri dari senjata konvensional dan nuklir. Dalam jargon militer, yang
dijadwalkan untuk memainkan peran adalah “sebuah integrator global
dengan beban misi Operasi Ruang Angkasa; Operasi Informasi; Pertahanan
Rudal Terpadu; Komando Global & Pengendalian; Intelijen,
Surveillance dan Reconnaissance; Global Strike; dan Strategic
Deterrence…. “
Tanggungjawab USSTRATCOM meliputi: “Memimpin, perencanaan, pelaksanaan strategis & operasi pencegahan ” di tingkat global, “sinkronisasi rencana operasi dan pertahanan rudal global”, “sinkronisasi rencana perang regional”, dll. USSTRATCOM merupakan lembaga utama dalam mengkoordinasikan peperangan modern .
Tanggungjawab USSTRATCOM meliputi: “Memimpin, perencanaan, pelaksanaan strategis & operasi pencegahan ” di tingkat global, “sinkronisasi rencana operasi dan pertahanan rudal global”, “sinkronisasi rencana perang regional”, dll. USSTRATCOM merupakan lembaga utama dalam mengkoordinasikan peperangan modern .
Pada bulan Januari 2005, pada awal pengerahan dan pembangunan militer yang ditujukan kepada Iran,
USSTRATCOM diidentifikasi sebagai “Komando Peramg untuk integrasi dan
sinkronisasi Departemen Pertahanan Amerika Serikat dalam upaya memerangi
senjata pemusnah massal.” (Michel Chossudovsky, Nuclear War against Iran, Global Research, January 3, 2006).
Apakah ini berarti bahwa koordinasi serangan yang berskala besar terhadap Iran, termasuk berbagai skenario eskalasi di dalam dan di luar wilayah Timur Tengah serta yang lebih luas Asia Tengah akan dikoordinasikan oleh USSTRATCOM.
Apakah ini berarti bahwa koordinasi serangan yang berskala besar terhadap Iran, termasuk berbagai skenario eskalasi di dalam dan di luar wilayah Timur Tengah serta yang lebih luas Asia Tengah akan dikoordinasikan oleh USSTRATCOM.
Map: US Central Command’s Area of Jurisdiction
Senjata-senjata Nuklir Taktis Diarahkan Langsung Kepada Iran
Dikonfirmasi dengan dokumen militer serta laporan resmi, baik Amerika Serikat maupun Israel memikirkan penggunaan senjata nuklir yang diarahkan terhadap Iran.
Pada tahun 2006, Komando Strategis Amerika Serikat (USSTRATCOM)
mengumumkan bahwa pihaknya telah mencapai kemampuan operasional untuk
mentargetkan sasaran secara cepat dengan menggunakan senjata nuklir atau
senjata konvensional ke seluruh dunia. Pengumuman ini dibuat setelah
melakukan simulasi militer yang berkaitan dengan serangan nuklir yang
dipimpin Amerika Serikat terhadap negara fiktif. (David Ruppe,
Preemptive Nuclear War in a State of Readiness: U.S. Command Declares Global Strike Capability, Global Security Newswire, December 2, 2005)
Kesinambungan
dalam hubungannya dengan era Bush-Cheney: Presiden Obama telah
mendukung sebagian besar doktrin pre-emptive penggunaan senjata nuklir
yang dirumuskan oleh pemerintahan sebelumnya. Di bawah the 2010 Nuclear
Posture Review, pemerintahan Obama menegaskan “bahwa itu merupakan pesan
berupa hak untuk menggunakan senjata nuklir terhadap Iran” sebagai
risiko ketidak-kepatuhan Iran terhadap tuntutan Amerika Serikat mengenai
program dugaan (tidak ada) senjata nuklir. (U.S. Nuclear Option on Iran
Linked to Israeli Attack Threat – IPS ipsnews.net, April 23, 2010).
Pemerintahan Obama juga mengisyaratkan bahwa mereka akan menggunakan
nuklir dalam hal Iran merespon atas serangan Israel kepada Iran. (Ibid).
Israel juga membuat sendiri “rencana rahasia” untuk membom Iran dengan senjata nuklir taktis.
Sumber-sumber senior mengatakan “”Komandan militer Israel yakin serangan konvensional mungkin tidak lagi cukup untuk memusnahkan fasilitas pengayaan yang semakin baik dipertahankan. Beberapa telah dibangun di bawah tanah minimal 70 kaki dari beton dan batu. Namun, the nuclear-tipped bunker-busters akan digunakan hanya jika serangan konvensional dikesampingkan dan jika Amerika Serikat menolak untuk campur tangan.”(Revealed: Israel plans nuclear strike on Iran – Times Online, January 7, 2007)
Sumber-sumber senior mengatakan “”Komandan militer Israel yakin serangan konvensional mungkin tidak lagi cukup untuk memusnahkan fasilitas pengayaan yang semakin baik dipertahankan. Beberapa telah dibangun di bawah tanah minimal 70 kaki dari beton dan batu. Namun, the nuclear-tipped bunker-busters akan digunakan hanya jika serangan konvensional dikesampingkan dan jika Amerika Serikat menolak untuk campur tangan.”(Revealed: Israel plans nuclear strike on Iran – Times Online, January 7, 2007)
Pernyataan Obama tentang penggunaan senjata nuklir terhadap Iran
dan Korea Utara konsisten dengan doktrin senjata nuklir Amerika Serikat
pasca 9/11 yang memungkinkan untuk penggunaan senjata nuklir taktis di medan perang konvensional.
Melalui
kampanye propaganda yang telah meminta dukungan dari “otoritatif”
ilmuwan nuklir, senjata nuklir mini itu didukung sebagai instrumen
perdamaian, yaitu sarana untuk memerangi “terorisme Islam” dan
mengukuhkan “demokrasi” gaya Barat di Iran. Nuklir low-yield telah
dibersihkan untuk “digunakan di medan perang”. Senjata nuklir tersebut dijadwalkan akan digunakan Amerika terhadap Iran dan Suriah dalam tahap berikutnya, disamping senjata konvensional dalam “perang melawan Terorisme”.
“Para
pejabat pemerintah menyatakan bahwa senjata nuklir low-yield diperlukan
sebagai pencegah yang kredibel terhadap negara-negara nakal [Iran,
Suriah, Korea Utara] logika mereka adalah bahwa senjata nuklir yang ada
terlalu destruktif untuk digunakan kecuali dalam perang nuklir yang
berskala penuh. Musuh-musuh potensial menyadari hal ini, sehingga mereka
tidak memperhitungkan ancaman pembalasan nuklir dapat dipercaya Namun,
senjata-senjata low-yield kurang daya merusaknya, sehingga dapat
dipikirkan untuk digunakan. Dengan demikian akan menjadikan mereka lebih
efektif sebagai senjata penangkal.” (Opponents Surprised By Elimination
of Nuke Research Funds Defense News November 29, 2004)
Pemilihan penggunaan senjata nuklir terhadap Iran berupa senjata nuklir taktis (Buatan Amerika), yaitu bunker buster bom dengan hulu ledak nuklir (misalnya B61-11), dengan kapasitas peledak antara sepertiga sampai enam kali bom Hiroshima. The B61-11 adalah “versi nuklir” dari “konvensional” BLU 113 atau Unit Pemandu Bom GBU-28.. Bom ini dapat dibawa dengan cara yang sama seperti bunker buster bom konvensional. (See Michel Chossudovsky, http://www.globalresearch.ca/articles/CHO112C.html, see also http://www.thebulletin.org/article_nn.php?art_ofn=jf03norris). Sementara Amerika Serikat tidak bermaksud menggunakan senjata termonuklir strategis terhadap Iran, sebagian besar penyebaran senjata nuklir Israel terdiri dari bom termonuklir dan dapat digunakan dalam perang dengan Iran. Dengan sistem rudal Jericho-III Israel yang jangkauannya berkisar antara 4.800 km sampai 6.500 km, maka semua wilayah Iran akan berada dalam jangkauannya.
Pemilihan penggunaan senjata nuklir terhadap Iran berupa senjata nuklir taktis (Buatan Amerika), yaitu bunker buster bom dengan hulu ledak nuklir (misalnya B61-11), dengan kapasitas peledak antara sepertiga sampai enam kali bom Hiroshima. The B61-11 adalah “versi nuklir” dari “konvensional” BLU 113 atau Unit Pemandu Bom GBU-28.. Bom ini dapat dibawa dengan cara yang sama seperti bunker buster bom konvensional. (See Michel Chossudovsky, http://www.globalresearch.ca/articles/CHO112C.html, see also http://www.thebulletin.org/article_nn.php?art_ofn=jf03norris). Sementara Amerika Serikat tidak bermaksud menggunakan senjata termonuklir strategis terhadap Iran, sebagian besar penyebaran senjata nuklir Israel terdiri dari bom termonuklir dan dapat digunakan dalam perang dengan Iran. Dengan sistem rudal Jericho-III Israel yang jangkauannya berkisar antara 4.800 km sampai 6.500 km, maka semua wilayah Iran akan berada dalam jangkauannya.
Conventional bunker buster Guided Bomb Unit GBU-27
B61 bunker buster bomb
Jatuhan Radioaktif
Persoalan
jatuhan radioaktif dan kontaminasi, meski begitu saja dikesampingkan
oleh analis militer Amerika Serikat-NATO, dampaknya akan menghancurkan,
berpotensi merusak wilayah yang luas di Timur Tengah (termasuk Israel)
dan wilayah Asia Tengah.
Dengan logika yang diplintir, senjata nuklir disajikan sebagai sarana untuk membangun perdamaian dan mencegah “kerusakan kolateral”. Tidak ada senjata nuklir Iran apalagi merupakan ancaman bagi keamanan global, sebaliknya Amerika Serikat dan Israel adalah instrumen perdamaian yang “tidak membahayakan bagi penduduk sipil di sekitarnya”.
Dengan logika yang diplintir, senjata nuklir disajikan sebagai sarana untuk membangun perdamaian dan mencegah “kerusakan kolateral”. Tidak ada senjata nuklir Iran apalagi merupakan ancaman bagi keamanan global, sebaliknya Amerika Serikat dan Israel adalah instrumen perdamaian yang “tidak membahayakan bagi penduduk sipil di sekitarnya”.
“Ibu Dari Semua Bom” “The Mother of All Bombs” (MOAB) Dijadwalkan Digunakan Terhadap Iran
Signifikansi
militer senjata konvensional dalam angkatan bersenjata Amerika adalah
21.500-pon “senjata rakasa” dijuluki “ibu dari semua bom” The GBU-43/B
or Massive Ordnance Air Blast bomb (MOAB) dikategorikan “sebagai
senjata non-nuklir paling kuat yang pernah dirancang” diketahui sebagai
arsenal konvensional terbesar di Amerika Serikat. MOAB diuji pada awal Maret 2003 sebelum dikirim ke medan
perang Irak. Menurut sumber-sumber militer Amerika Serikat, Kepala Staf
Gabungan telah memberitahu pemerintah Saddam Hussein sebelum
diluncurkan tahun 2003 bahwa “ibu dari semua bom” akan digunakan
terhadap Irak. (Ada laporan yang belum dikonfirmasi bahwa MOAB telah digunakan di Irak).
Departemen
Pertahanan Amerika Serikat telah mengkonfirmasi pada bulan Oktober 2009
bahwa bermaksud untuk menggunakan “Ibu dari semua Bom” (MOAB) terhadap Iran. Dikatakannya MOAB “ideal untuk mengubur fasilitas nuklir seperti Natanz atau Qom di Iran” (Jonathan Karl, Is the U.S. Preparing to Bomb Iran? ABC News, October 9, 2009). Kebenaran dari masalah ini adalah bahwa MOAB,
karena mengingat daya ledaknya tersebut, akan mengakibatkan korban
sipil yang sangat besar. Ini adalah “mesin pembunuh” konvensional dengan
jenis awan jamur nuklir.
Pengadaan empat MOAB ditugaskan pada bulan Oktober 2009 dengan biaya yang cukup besar sejumlah US$,58,4 juta ($ 14,6 juta untuk masing-masing bom). Jumlah ini termasuk untuk membiaya pengembangan dan pengujian serta integrasi bom MOAB ke pembom siluman B-2. (ibid). pengadaan ini berkaitan langsung dengan persiapan perang dalam hubungannya dengan Iran. Pemberitahuan dimuat dalam sebuah “reprogramming memo” setebal 93 halaman termasuk instruksi berikut ini:
Pengadaan empat MOAB ditugaskan pada bulan Oktober 2009 dengan biaya yang cukup besar sejumlah US$,58,4 juta ($ 14,6 juta untuk masing-masing bom). Jumlah ini termasuk untuk membiaya pengembangan dan pengujian serta integrasi bom MOAB ke pembom siluman B-2. (ibid). pengadaan ini berkaitan langsung dengan persiapan perang dalam hubungannya dengan Iran. Pemberitahuan dimuat dalam sebuah “reprogramming memo” setebal 93 halaman termasuk instruksi berikut ini:
“Departemen
memiliki sebuah Urgent Operational Need (UON) yang berkemampuan
menyerang sasaran keras di daerah yang tinggi tingkat ancamannya dan
sekaligus menguburkannya. MOP [Ibu Segala Bom] adalah senjata pilihan
yang memenuhi persyaratan UON [Urgent Operational Need].” Dinyatakan
lebih lanjut bahwa permintaan tersebut didukung oleh Komando Pasifik
(yang memiliki tanggung jawab atas Korea Utara) dan Komando Sentral
(yang memiliki tanggung jawab atas Iran). (ABC News, op cit, emphasis added). To consult the reprogramming request (pdf) di sini
Pentagon merencanakan sebuah proses kehancuran infrastruktur Iran dan korban massal sipil melalui penggunaan gabungan nuklir taktis dan bom konvensional raksasa awan jamur, termasuk MOAB dan yang lebih besar lagi yaitu GBU-57a/B atau Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang melampaui MOAB dalam hal kapasitas daya ledaknya.
Pentagon merencanakan sebuah proses kehancuran infrastruktur Iran dan korban massal sipil melalui penggunaan gabungan nuklir taktis dan bom konvensional raksasa awan jamur, termasuk MOAB dan yang lebih besar lagi yaitu GBU-57a/B atau Massive Ordnance Penetrator (MOP), yang melampaui MOAB dalam hal kapasitas daya ledaknya.
MOP digambarkan sebagai “sebuah bom baru yang kuat dan tepat sasaran untuk menghantam fasilitas nuklir bawah tanah Iran
dan Korea Utara. Bom raksasa yang ukuran panjangnya lebih dari 11 orang
duduk berdempetan bahu-ke-bahu [lihat gambar di bawah] atau lebih dari
20 kaki dari lantai ke hidung” (See Edwin Black, “Super Bunker-Buster
Bombs Fast-Tracked for Possible Use Against Iran and North Korea Nuclear
Programs”,
Ini adalah WMD dalam artian yang sebenarnya dari kata tersebut. Tujuannya tidak begitu tersembunyi dari MOAB dan MOP, termasuk penggunaan nama julukan Amerika untuk menggambarkan secara sederhana bahwa MOAB (“ibu dari semua bom’), adalah “pemusnah massal” dan korban sipil secara massal dengan maksud untuk menanamkan rasa takut dan putus asa.
Ini adalah WMD dalam artian yang sebenarnya dari kata tersebut. Tujuannya tidak begitu tersembunyi dari MOAB dan MOP, termasuk penggunaan nama julukan Amerika untuk menggambarkan secara sederhana bahwa MOAB (“ibu dari semua bom’), adalah “pemusnah massal” dan korban sipil secara massal dengan maksud untuk menanamkan rasa takut dan putus asa.
“Mother of All Bombs” (MOAB)
GBU-57A/B Mass Ordnance Penetrator (MOP)
MOAB: screen shots of test: explosion and mushroom cloud
Teknologi Persenjataan Tercanggih:
“Perang Menjadi Mungkin Dengan Teknologi Baru”
Proses pengambilan keputusan militer Amerika Serikat dalam hubungannya dengan Iran
ini didukung oleh Star Wars, militerisasi ruang angkasa dan revolusi
dalam komunikasi serta sistem informasi. Mengingat kemajuan teknologi
militer dan pengembangan sistem senjata baru, serangan terhadap Iran
bisa secara signifikan berbeda dalam hal campuran sistem senjata, bila
dibandingkan dengan Blitzkrieg yang dilancarkan pada bulan Maret 2003
terhadap Irak. Operasi militer terhadap Iran
dijadwalkan untuk menggunakan sistem senjata yang paling canggih untuk
mendukung serangan udara tersebut. Dan dalam semua kemungkinan, sistem
senjata baru akan diuji.
Dokumen The 2000 Project of the New American Century – Proyek Tahun 2000 Abad Baru Amerika yang berjudul Rebuilding American Defenses – Membangun Kembali Pertahanan Amerika, menguraikan mandat militer Amerika Serikat dalam hal medan perang berskala besar, yang akan dilancarkan secara bersamaan di berbagai wilayah Dunia:
Dokumen The 2000 Project of the New American Century – Proyek Tahun 2000 Abad Baru Amerika yang berjudul Rebuilding American Defenses – Membangun Kembali Pertahanan Amerika, menguraikan mandat militer Amerika Serikat dalam hal medan perang berskala besar, yang akan dilancarkan secara bersamaan di berbagai wilayah Dunia:
“Memenangkan Beberapa pertempuran dengan meyakinkan secara simultan dalam beberapa medan perang.”
Formulasi
ini serupa dengan penaklukan perang global oleh kekaisaran adidaya
tunggal. Dokumen PNAC juga menyerukan transformasi pasukan Amerika
Serikat untuk mengeksploitasi “revolusi dalam urusan militer”, yaitu
penerapan “perang yang dimungkinkan melalui teknologi baru” (See Project
for a New American Century, Rebuilding Americas Defenses Washington DC,
September 2000, pdf). Yang terakhir ini terdiri dari pengembangan dan
penyempurnaan kecanggihan mesin pembunuh global berdasarkan gudang
persenjataan baru yang canggih, yang pada akhirnya akan menggantikan
paradigma yang ada.
“Dengan
demikian, dapat diramalkan bahwa proses transformasi justru akan
menjadi proses dua-tahap:. Pertama transisi, yaitu transformasi yang
lebih menyeluruh. Titik nyaman akan datang ketika jumlah yang lebih
besar sistem senjata baru mulai memasuki masa tugasnya, mungkin ketika,
misalnya, pesawat udara tak berawak mulai banyak menjadi biasa seperti
pesawat berawak. Dalam hal ini, Pentagon harus sangat berhati-hati
melakukan investasi besar dalam program-program baru misalnya -. tank,
pesawat, kapal induk, – dimana pasukan Amerika Serikat akan berkomitmen
melakukan paradigma baru untuk berperang selama beberapa dekade yang
akan datang. (ibid, penekanan ditambahkan)
Perang dengan Iran memang bisa menandai breakpoint penting ini, dengan sistem senjata baru yang berpangkalan-di angkasa dipergunakan dengan maksud untuk melumpuhkan musuh yang memiliki kemampuan konvensional militer yang signifikan yang jumlahnya lebih dari setengah juta pasukan darat.
Perang dengan Iran memang bisa menandai breakpoint penting ini, dengan sistem senjata baru yang berpangkalan-di angkasa dipergunakan dengan maksud untuk melumpuhkan musuh yang memiliki kemampuan konvensional militer yang signifikan yang jumlahnya lebih dari setengah juta pasukan darat.
Senjata Elektromagnetik
Senjata
elektromagnetik dapat digunakan untuk mengacaukan sistem komunikasi
Iran, menonaktifkan pembangkit tenaga listrik, merusak dan mengacaukan
komando serta kontrol, infrastruktur pemerintah, transportasi, energi,
dll.
Dalam
keluarga senjata yang sama, teknik modifikasi lingkungan (ENMOD)
(peperangan cuaca) yang dikembangkan berdasarkan program HAARP juga bisa
diterapkan. (Lihat Chossudovsky Michel, “Owning the Weather” for
Military Use,, Global Research, September 27, 2004). Sistem senjata ini
sepenuhnya operasional. Dalam konteks ini, dokumen Angkatan Udara
Amerika Serikat AF 2025 secara eksplisit membenarkan aplikasi militer
dengan teknologi modifikasi cuaca.
“Modifikasi
Cuaca akan menjadi bagian dari keamanan domestik dan internasional dan
bisa dilakukan secara sepihak … Senjata ini bisa aplikasikan baik secara
ofensif maupun defensif dan bahkan dapat digunakan untuk tujuan
pencegahan. Senjata ini berkemampuan untuk menghasilkan curah hujan,
kabut, dan badai di bumi atau mengubah ruang cuaca, meningkatkan
komunikasi melalui modifikasi ionosfir (penggunaan cermin ionosfir),
serta produksi cuaca buatan, yang kesemuanya itu merupakan bagian dari
serangkaian teknologi terpadu yang dapat memberikan peningkatan penting
dalam kemampuan Amerika Serikat atau dalam menundukkan musuh, juga untuk
mencapai kesadaran global, jangkauan, dan kekuasaan. ” (Air Force 2025
Final Report, See also US Air Force: Weather as a Force Multiplier:
Owning the Weather in 2025, AF2025 v3c15-1 | Weather as a Force
Multiplier: Owning… | (Ch 1) at www.fas.org).
Radiasi elektromagnetik memungkinkan melakukan “gangguan kesehatan dari jarak jauh” mungkin juga dipikirkan untuk digunakan dalam medan perang. (See Mojmir Babacek, Electromagnetic and Informational Weapons:, Global Research, August 6, 2004). Pada gilirannya, penggunaan baru senjata biologis oleh militer Amerika Serikat juga mungkin akan dipertimbangkan seperti yang disarankan oleh PNAC: “Lebih lanjut bentuk peperangan biologis dapat “mentargetkan” genotipe tertentu yang mungkin mengubah perang biologis dari dunia teror menjadi alat politik yang berguna.” (PNAC cit, op, hal. 60).
Kemampuan Militer Iran: Misil Jarak Menengah dan Jauh
Kemampuan militer Iran telah maju, termasuk misil jarak menengah dan jauh yang mampu mencapai sasaran di Israel dan negara-negara Teluk. Karena itu perhatian aliansi Amerika Serikat-NATO Israel pada penggunaan senjata nuklir, yang dijadwalkan akan digunakan baik secara pre-emptive maupun sebagai respons pembalasan terhadap serangan rudal Iran.
Radiasi elektromagnetik memungkinkan melakukan “gangguan kesehatan dari jarak jauh” mungkin juga dipikirkan untuk digunakan dalam medan perang. (See Mojmir Babacek, Electromagnetic and Informational Weapons:, Global Research, August 6, 2004). Pada gilirannya, penggunaan baru senjata biologis oleh militer Amerika Serikat juga mungkin akan dipertimbangkan seperti yang disarankan oleh PNAC: “Lebih lanjut bentuk peperangan biologis dapat “mentargetkan” genotipe tertentu yang mungkin mengubah perang biologis dari dunia teror menjadi alat politik yang berguna.” (PNAC cit, op, hal. 60).
Kemampuan Militer Iran: Misil Jarak Menengah dan Jauh
Kemampuan militer Iran telah maju, termasuk misil jarak menengah dan jauh yang mampu mencapai sasaran di Israel dan negara-negara Teluk. Karena itu perhatian aliansi Amerika Serikat-NATO Israel pada penggunaan senjata nuklir, yang dijadwalkan akan digunakan baik secara pre-emptive maupun sebagai respons pembalasan terhadap serangan rudal Iran.
Range of Iran’s Shahab Missiles. Copyright Washington Post
Pada bulan November 2006, Iran menguji-coba rudal permukaan 2 yang diputuskan bertahap dengan operasi perencanaan yang tepat dan hati-hati. Menurut seorang ahli rudal senior Amerika (dikutip oleh Debka), “Iran memperlihatkan up-to-date teknologi peluncur-rudal dimana Barat tidak mengetahui bahwa Iran memilikinya.” (See Michel Chossudovsky, Iran’s “Power of Deterrence” Global Research, November 5, 2006) Israel acknowledged that “the Shehab-3, whose 2,000-km range brings Israel, the Middle East and Europe within reach” (Debka, November 5, 2006)
Pada bulan November 2006, Iran menguji-coba rudal permukaan 2 yang diputuskan bertahap dengan operasi perencanaan yang tepat dan hati-hati. Menurut seorang ahli rudal senior Amerika (dikutip oleh Debka), “Iran memperlihatkan up-to-date teknologi peluncur-rudal dimana Barat tidak mengetahui bahwa Iran memilikinya.” (See Michel Chossudovsky, Iran’s “Power of Deterrence” Global Research, November 5, 2006) Israel acknowledged that “the Shehab-3, whose 2,000-km range brings Israel, the Middle East and Europe within reach” (Debka, November 5, 2006)
Menurut Uzi Rubin, mantan kepala program misil anti-balistik Israel,
bahwa “intensitas latihan militer belum pernah terjadi sebelumnya … Hal
itu dimaksudkan untuk membuat kesan – dan berhasil membuat kesan.”
(www.cnsnews.com 3 November 2006)
Latihan tahun 2006, sekaligus menciptakan sebuah gelora politik di Amerika Serikat dan Israel, dengan cara apa pun tidak mengubah keputusan Amerika Serikat-NATO-Israel untuk melancarkan perang terhadap Iran.
Teheran telah menegaskan dalam beberapa pernyataannya bahwa Iran akan merespon jika diserang. Israel akan menjadi tujuan langsung dari serangan rudal Iran seperti ditegaskan oleh pemerintah Iran. Oleh karena itu persoalan sistem pertahanan udara Israel penting. Amerika Serikat dan fasilitas militer sekutu di negara-negara Teluk seperti Turki, Arab Saudi, Afghanistan dan Irak juga bisa menjadi sasaran target Iran.
Teheran telah menegaskan dalam beberapa pernyataannya bahwa Iran akan merespon jika diserang. Israel akan menjadi tujuan langsung dari serangan rudal Iran seperti ditegaskan oleh pemerintah Iran. Oleh karena itu persoalan sistem pertahanan udara Israel penting. Amerika Serikat dan fasilitas militer sekutu di negara-negara Teluk seperti Turki, Arab Saudi, Afghanistan dan Irak juga bisa menjadi sasaran target Iran.
Angkatan Darat Iran
Sementara wilayah Iran dikelilingi oleh pangkalan militer Amerika Serikat dan sekutu, Republik Islam Iran
memiliki kemampuan militer yang signifikan. (Lihat peta di bawah). Apa
yang penting untuk diakui adalah jumlah kekuatan angkatan bersenjata Iran
yang dilihat semata-mata dari segi jumlah personil (angkatan darat,
angkatan laut dan angkatan udara) jika dibandingkan dengan pasukan
Amerika Serikat dan NATO yang bertugas di Afghanistan dan Irak.
Menghadapi sebuah pemberontakan yang terorganisir, pasukan koalisi sudah kewalahan di Afghanistan dan Irak. Apakah kekuatan ini mampu mengatasi jika pasukan darat Iran memasuki medan perang yang ada di Irak dan Afghanistan? Potensi gerakan perlawanan terhadap Amerika Serikat dan sekutu pendudukan pasti akan terpengaruh.
Pasukan
darat Iran adalah 700.000 orang, sejumlah 130.000 orang adalah tentara
profesional, 220.000 wajib militer dan 350.000 tentara cadangan. (See
Islamic Republic of Iran Army – Wikipedia). Ada 18.000 personil Angkatan Laut dan 52.000 angkatan udara Iran.
Menurut International Institute for Strategic Studies, Iran “memiliki
Pengawal Revolusi yang diperkirakan berjumlah 125.000 personil dalam
lima angkatan: Mereka punya Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Pasukan
Darat sendiri serta Pasukan Quds (Pasukan Khusus)” Menurut CISS, Basij
yaitu sukarelawan paramiliter Iran diperkirakan berkekuatan 90.000 orang
berseragam aktif bertugas dan dikontrol oleh Pengawal Revolusi, 300.000
cadangan, dan total 11 juta orang yang dapat dimobilisasi jika
diperlukan” (Armed Forces of the Islamic Republic of Iran – Wikipedia).
Dengan kata lain, Iran bisa memobilisasi sampai setengah juta pasukan reguler dan beberapa juta milisi. Pasukan khusus Quds sudah beroperasi di Irak.
US Military and Allied Facilties Surrounding Iran
Dalam beberapa tahun ini Iran telah melakukan latihan-latihan perang sendiri. Sementara Angkatan Udaranya memiliki kelemahan, namun rudal jarak menengah dan jauh sepenuhnya operasional. Militer Iran dalam keadaan siap-siaga. Pemusatan pasukan Iran saat ini berada dalam jarak beberapa kilometer dari perbatasan Irak dan Afghanistan, dan dekat perbatasan Kuwait. Angkatan Laut Iran dikerahkan ke Teluk Persia dengan jarak yang dekat kepada fasilitas militer Amerika Serikat dan sekutu di Uni Emirat Arab.
Dalam beberapa tahun ini Iran telah melakukan latihan-latihan perang sendiri. Sementara Angkatan Udaranya memiliki kelemahan, namun rudal jarak menengah dan jauh sepenuhnya operasional. Militer Iran dalam keadaan siap-siaga. Pemusatan pasukan Iran saat ini berada dalam jarak beberapa kilometer dari perbatasan Irak dan Afghanistan, dan dekat perbatasan Kuwait. Angkatan Laut Iran dikerahkan ke Teluk Persia dengan jarak yang dekat kepada fasilitas militer Amerika Serikat dan sekutu di Uni Emirat Arab.
Perlu
dicatat bahwa dalam menanggapi peningkatan jumlah besar militer Iran,
Amerika Serikat telah mengirim senjata kepada sekutu non-anggota NATO di
Teluk Persia termasuk Kuwait dan Arab Saudi.
Sementara senjata canggih Iran tidak sebanding dengan Amerika Serikat dan NATO, pasukan Iran berada dalam posisi untuk menimbulkan kerugian besar terhadap pasukan koalisi dalam sebuah medan perang konvensional, di wilayah Irak atau Afghanistan. Pasukan darat Iran dan tank pada bulan Desember 2009 melintasi perbatasan masuk ke wilayah Irak tanpa dihadapi atau ditantang oleh pasukan sekutu dan menduduki wilayah sengketa di ladang minyak Maysan Timur.
Bahkan di saat terjadi Blitzkrieg yang efektif, dengan menargetkan fasilitas militer Iran, sistem komunikasinya dll melalui pemboman udara besar-besaran, dengan menggunakan rudal jelajah, bom bunker buster konvensional dan senjata nuklir taktis, perang dengan Iran, sekali dimulai, akhirnya bisa mengarah menjadi perang darat. Ini merupakan sesuatu hal dimana perencana militer Amerika Serikat tidak ragu-ragu bahwa hal tersebut seperti yang dimaksudkan dalam skenario simulasi perang mereka.
Sementara senjata canggih Iran tidak sebanding dengan Amerika Serikat dan NATO, pasukan Iran berada dalam posisi untuk menimbulkan kerugian besar terhadap pasukan koalisi dalam sebuah medan perang konvensional, di wilayah Irak atau Afghanistan. Pasukan darat Iran dan tank pada bulan Desember 2009 melintasi perbatasan masuk ke wilayah Irak tanpa dihadapi atau ditantang oleh pasukan sekutu dan menduduki wilayah sengketa di ladang minyak Maysan Timur.
Bahkan di saat terjadi Blitzkrieg yang efektif, dengan menargetkan fasilitas militer Iran, sistem komunikasinya dll melalui pemboman udara besar-besaran, dengan menggunakan rudal jelajah, bom bunker buster konvensional dan senjata nuklir taktis, perang dengan Iran, sekali dimulai, akhirnya bisa mengarah menjadi perang darat. Ini merupakan sesuatu hal dimana perencana militer Amerika Serikat tidak ragu-ragu bahwa hal tersebut seperti yang dimaksudkan dalam skenario simulasi perang mereka.
Jenis operasi ini akan mengakibatkan korban militer dan sipil yang signifikan, terutama jika menggunakan senjata nuklir.
Anggaran yang membengkak untuk membiayai perang di Afghanistan saat ini diperdebatkan di Kongres Amerika Serikat juga dimaksudkan untuk digunakan dalam kemungkinan serangan terhadap Iran.
Dalam skenario eskalasi, pasukan Iran dapat menyeberang ke perbatasan Irak dan Afghanistan.
Pada gilirannya, eskalasi militer dengan menggunakan senjata nuklir bisa membawa kita ke dalam sebuah skenario Perang Dunia III, meluas di luar kawasan Timur Tengah Asia Tengah.
Dalam skenario eskalasi, pasukan Iran dapat menyeberang ke perbatasan Irak dan Afghanistan.
Pada gilirannya, eskalasi militer dengan menggunakan senjata nuklir bisa membawa kita ke dalam sebuah skenario Perang Dunia III, meluas di luar kawasan Timur Tengah Asia Tengah.
Dalam arti yang sangat nyata, proyek militer ini, yang telah di gambarkan Pentagon selama lebih dari lima tahun, mengancam masa depan kemanusiaan.
Sementara kami memfokuskan tulisan ini terhadap persiapan perang. Faktanya bahwa persiapan perang telah sempurna dan dalam keadaan siap, namun tidak berarti bahwa mereka akan melakukannya sesuai dengan rencana.
Sementara kami memfokuskan tulisan ini terhadap persiapan perang. Faktanya bahwa persiapan perang telah sempurna dan dalam keadaan siap, namun tidak berarti bahwa mereka akan melakukannya sesuai dengan rencana.
Aliansi
Amerika Serikat-NATO-Israel menyadari bahwa musuh memiliki kemampuan
yang signifikan untuk merespon dan membalas. Faktor ini sendiri penting
selama lima tahun terakhir dalam mengambil keputusan, baik oleh Amerika Serikat maupun sekutunya untuk menunda serangan terhadap Iran.
Faktor penting lainnya adalah kerangka aliansi militer. Sementara NATO telah menjadi kekuatan yang tangguh, Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), yang merupakan aliansi antara Rusia dan Cina dan sejumlah negara mantan republik Sovyet melemah secara signifikan.
Ancaman militer Amerika Serikat secara terus-menerus yang langsung ditujukan kepada Cina dan Rusia, dimaksudkan untuk melemahkan SCO dan mencegah segala bentuk aksi militer sebagai pihak sekutu yang akan membela Iran, dalam hal terjadinya serangan NATO-Amerika Serikat-Israel.
Faktor penting lainnya adalah kerangka aliansi militer. Sementara NATO telah menjadi kekuatan yang tangguh, Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO), yang merupakan aliansi antara Rusia dan Cina dan sejumlah negara mantan republik Sovyet melemah secara signifikan.
Ancaman militer Amerika Serikat secara terus-menerus yang langsung ditujukan kepada Cina dan Rusia, dimaksudkan untuk melemahkan SCO dan mencegah segala bentuk aksi militer sebagai pihak sekutu yang akan membela Iran, dalam hal terjadinya serangan NATO-Amerika Serikat-Israel.
Kekuatan seimbang apa yang mungkin dapat mencegah perang ini terjadi? Ada
banyak kekuatan-kekuatan di dalam aparatur Negara Amerika Serikat yang
sedang bekerja langsung, baik Kongres maupun Pentagon dan NATO.
Kekuatan sentral dalam mencegah terjadinya perang pada akhirnya secara mendasar datang dari dalam masyarakat yang dengan penuh kekuatan melakukan tindakan menentang antiperang oleh ratusan juta orang di seluruh negeri, baik nasional maupun internasional.
Rakyat harus memobilisir tidak hanya terhadap agenda militer jahat, namun juga harus menentang terhadap otoritas Negara dan para pejabatnya.
Kekuatan sentral dalam mencegah terjadinya perang pada akhirnya secara mendasar datang dari dalam masyarakat yang dengan penuh kekuatan melakukan tindakan menentang antiperang oleh ratusan juta orang di seluruh negeri, baik nasional maupun internasional.
Rakyat harus memobilisir tidak hanya terhadap agenda militer jahat, namun juga harus menentang terhadap otoritas Negara dan para pejabatnya.
This
war can be prevented if people forcefully confront their governments,
pressure their elected representatives, organize at the local level in
towns, villages and municipalities, spread the word, inform their fellow
citizens as to the implications of a nuclear war, initiate debate and
discussion within the armed forces.
Perang ini dapat dicegah jika rakyat bersikap tegas dalam menghadapi pemerintah mereka, memberikan tekanan kepada wakil yang dipilih oleh mereka, mengorganisir di tingkat lokal di perkotaan dan pedesaan, menyebarkan berita, menginformasikan sesama warga mengenai implikasi perang nuklir, memulai debat dan diskusi dalam upaya mencegah perang di dalam angkatan bersenjata.
Perang ini dapat dicegah jika rakyat bersikap tegas dalam menghadapi pemerintah mereka, memberikan tekanan kepada wakil yang dipilih oleh mereka, mengorganisir di tingkat lokal di perkotaan dan pedesaan, menyebarkan berita, menginformasikan sesama warga mengenai implikasi perang nuklir, memulai debat dan diskusi dalam upaya mencegah perang di dalam angkatan bersenjata.
Tidak cukup hanya dengan menyelenggaraan demonstrasi massa
dan protes antiperang. Apa yang diperlukan adalah pengembangan jaringan
akar rumput antiperang yang luas dan terorganisir dengan baik yang
menantang struktur otoritas dan kekuasaan.
Apa yang diperlukan adalah gerakan massa rakyat yang kuat menentang legitimasi perang, gerakan masyarakat global yang menyadari bahwa perang merupakan sebuah kejahatan.
Apa yang diperlukan adalah gerakan massa rakyat yang kuat menentang legitimasi perang, gerakan masyarakat global yang menyadari bahwa perang merupakan sebuah kejahatan.
Michel Chossudovsky seorang penulis pemenang penghargaan, Profesor Ekonomi (Emeritus) pada Universitas Ottawa dan Direktur dari the Centre for Research on Globalization (CRG), Montreal.
Ia menulis buku berjudul The Globalization of Poverty and The New World
Order (2003) dan America’s “War on Terrorism” (2005). Ia juga seorang
kontributor the Encyclopaedia Britannica. Tulisan-tulisannya telah
diterbitkan dalamlebih dari duapuluh bahasa. Ia dapat dihubungi di
globalresearch.ca website
Catatan Penulis: Pembaca budiman, silakan sebarkan tulisan ini secara luas ke teman-teman dan keluarga, forum internet, tempat kerja, di lingkungan Anda, nasional dan internasional, dengan maksud untuk membalikkan gelombang perang.
Catatan Penulis: Pembaca budiman, silakan sebarkan tulisan ini secara luas ke teman-teman dan keluarga, forum internet, tempat kerja, di lingkungan Anda, nasional dan internasional, dengan maksud untuk membalikkan gelombang perang.
Bersiap-siap Menghadapi Perang Dunia III, Sasarannya Iran
Oleh: Michel Chossudovsky
Kemanusiaan berada di persimpangan jalan yang berbahaya. Persiapan perang untuk menyerang Iran berada dalam “keadaan siap-siaga”. Sistem Hi-tech termasuk senjata berhulu ledak nuklir dikerahkan sepenuhnya.
Petualangan militer ini telah digambarkan Pentagon sejak pertengahan tahun 1990-an. Menurut dokumen rahasia 1995 Komando Sentral Amerika Serikat, pertama Irak, berikutnya Iran.
Petualangan militer ini telah digambarkan Pentagon sejak pertengahan tahun 1990-an. Menurut dokumen rahasia 1995 Komando Sentral Amerika Serikat, pertama Irak, berikutnya Iran.
Eskalasi merupakan bagian daripada agenda militer. Sementara Iran adalah target berikutnya bersama-sama dengan Suriah dan Lebanon, penyebaran militer strategis ini juga mengancam Korea Utara, Cina dan Rusia.
Sejak tahun 2005, Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk mitra Amerika, NATO dan Israel, telah terlibat dalam penyebaran luas dan penimbunan sistem senjata mutakhir. Sistem pertahanan udara Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO serta Israel sepenuhnya terintegrasi.
Sejak tahun 2005, Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk mitra Amerika, NATO dan Israel, telah terlibat dalam penyebaran luas dan penimbunan sistem senjata mutakhir. Sistem pertahanan udara Amerika Serikat dan negara-negara anggota NATO serta Israel sepenuhnya terintegrasi.
Ini merupakan sebuah upaya terkoordinasi Pentagon, NATO, Israel Defense Force (IDF),
dengan keterlibatan militer aktif dari beberapa negara mitra non-NATO
termasuk negara-negara Arab garis depan (members of NATO’s Mediterranean
Dialogue and the Istanbul Cooperation Initiative), antara lain Arab
Saudi, Jepang, Korea Selatan, India, Indonesia, Singapura, Australia,
(NATO terdiri dari 28 negara anggota NATO dan 21 negara-negara lainnya
merupakan negara anggota Euro-Atlantic Partnership Council (EAPC),
Dialog Mediterania dan Istanbul Cooperation Initiative termasuk sepuluh
negara Arab ditambah Israel.)
Peran Mesir, negara-negara Teluk dan Arab Saudi (dalam aliansi militer yang luas) hubungannya khusus. Mesir mengontrol transit kapal perang dan kapal tanker minyak melalui Terusan Suez. Arab Saudi dan negara-negara Teluk menempati garis pantai Barat di Selatan Teluk Persia, Selat Hormuz dan Teluk Oman. Pada awal Juni, “Dilaporkan Mesir mengizinkan sebuah kapal Israel dan sebelas kapal Amerika Serikat melewati Terusan Suez …. yang merupakan sinyal jelas kepada Iran …
Peran Mesir, negara-negara Teluk dan Arab Saudi (dalam aliansi militer yang luas) hubungannya khusus. Mesir mengontrol transit kapal perang dan kapal tanker minyak melalui Terusan Suez. Arab Saudi dan negara-negara Teluk menempati garis pantai Barat di Selatan Teluk Persia, Selat Hormuz dan Teluk Oman. Pada awal Juni, “Dilaporkan Mesir mengizinkan sebuah kapal Israel dan sebelas kapal Amerika Serikat melewati Terusan Suez …. yang merupakan sinyal jelas kepada Iran …
Pada
tanggal 12 Juni, sumber pers daerah melaporkan bahwa Saudi telah
memberikan hak kepada Israel untuk terbang di atas wilayah udaranya … ” (Muriel Mirak Weissbach, Israel’s Insane War on Iran Must Be Prevented., Global Research, July 31, 2010)
Doktrin
militer setelah peristiwa serangan 9/11 berupa penyebaran besar-besaran
perangkat keras militer yang dijelaskannya sebagai bagian dari apa yang
disebut “Perang Global Melawan Terorisme”, dengan sasaran
organisasi teroris “non-negara” termasuk al Qaeda dan apa yang disebut
sebagai Negara sponsor “terorisme”, termasuk Iran, Suriah, Libanon,
Sudan.
Amerika Serikat membangun pangkalan militer baru, menimbun sistem persenjataan canggih termasuk senjata nuklir taktis, dsb, sudah diimplementasikan sebagai bagian dari doktrin pertahanan militer pre-emptive di bawah payung “Perang Global Melawan Terorisme”.
Amerika Serikat membangun pangkalan militer baru, menimbun sistem persenjataan canggih termasuk senjata nuklir taktis, dsb, sudah diimplementasikan sebagai bagian dari doktrin pertahanan militer pre-emptive di bawah payung “Perang Global Melawan Terorisme”.
Perang dan Krisis Ekonomi
Implikasi lebih luas dari serangan Amerika Serikat-NATO-Israel terhadap Iran
jauh jangkauannya. Perang dan krisis ekonomi sangat terkait erat.
Ekonomi perang dibiayai oleh Wall Street, yang berdiri sebagai kreditur
pemerintah Amerika Serikat. Produsen senjata Amerika Serikat adalah
penerima kontrak pengadaan sistem senjata mutakhir yang bernilai
miliaran dolar dari Department Pertahanan Amerika Serikat dengan. Pada
gilirannya,
Amerika
Serikat dan sekutunya “memukul genderang perang” di puncak depresi
ekonomi di seluruh dunia, belum lagi bencana lingkungan paling serius
dalam sejarah Dunia. Dalam memutar-balikkan malapetaka yang menyedihkan
salah satu pemain utama (BP) dalam permainan geopolitik Timur Tengah –
Asia Tengah, yang sebelumnya dikenal sebagai Anglo-Persian Oil Company,
adalah penghasut bencana ekologis di Teluk Meksiko.
Media Disinformation
Opini
publik dipengaruhi oleh agitasi media yang secara diam-diam mendukung,
acuh tak acuh atau berpura-pura bodoh mengenai dampak yang mungkin
terjadi, dari apa yang terus-menerus dipropagandakan sebagai sebuah
operasi “hukuman” yang khusus diarahkan terhadap fasilitas nuklir Iran,
sebaliknya tidak memberitakan sebuah peperangan yang bersifat
habis-habisan, termasuk persiapan perang serta penyebaran senjata nuklir
yang diprodukasi Amerika Serikat dan Israel. Dalam konteks ini,
konsekuensi yang menghancurkan dari perang nuklir apakah memang sengaja
tidak disebutkan atau disepelekan.
Menurut
media dan pemerintah “krisis nyata” yang sebenarnya mengancam
kemanusiaan bukan perang nuklir akan tetapi pemanasan global. Media akan
membuat rekayasa krisis walaupun sebenarnya tidak ada krisis:
“menakut-nakuti dunia” – dengan pandemi global H1N1 – tapi tidak seorang
pun tampak takut terhadap perang nuklir yang disponsori Amerika
Serikat.
Rencana perang terhadap Iran disajikan untuk opini publik antara lain sebagai sebuah isu. Hal ini tidak dipandang sebagai sebuah ancaman atas “Tanah Air” seperti dalam kasus pemanasan global. Perang terhadap Iran bukan berita yang pantas dimuat di halaman depan. Fakta bahwa serangan terhadap Iran bisa menimbulkan eskalasi dan berpotensi memicu “perang global” yang tidak terkendali bukanlah masalah yang menjadi perhatian.
Rencana perang terhadap Iran disajikan untuk opini publik antara lain sebagai sebuah isu. Hal ini tidak dipandang sebagai sebuah ancaman atas “Tanah Air” seperti dalam kasus pemanasan global. Perang terhadap Iran bukan berita yang pantas dimuat di halaman depan. Fakta bahwa serangan terhadap Iran bisa menimbulkan eskalasi dan berpotensi memicu “perang global” yang tidak terkendali bukanlah masalah yang menjadi perhatian.
Klenik Pembunuhan dan Pembinasaan
Mesin
pembunuh global juga menyokong klenik yang merupakan bagian penting
dalam pembunuhan dan pembinasaan yang disebarkan melalui film-film Hollywood,
belum lagi Radio dan TV, perang dan kejahatan serial TV di jaringan
televisi. Ilmu klenik pembunuh ini didukung oleh CIA dan Pentagon yang
juga mendukung produksi (keuangan) Hollywood sebagai alat propaganda perang.
“Mantan agen CIA Bob Baer mengatakan kepada kami,” Ada simbiosis antara CIA dan Hollywood “dan mengungkapkan bahwa mantan direktur CIA, George Tenet sekarang ini,” keluar-masuk Hollywood, berbicara dengan orang-orang studio. ” (Matthew Alford and Robbie Graham, Lights, Camera… Covert Action: The Deep Politics of Hollywood, Global Research, January 31, 2009)
Mesin
pembunuh ini disebarkan pada tingkat global, dalam kerangka struktur
komando tempur terpadu. Hal ini secara rutin dikuatkan oleh instansi
pemerintah, pemilik media dan birokrat serta intelektual dari the New
World Order dan think-tank di Washington
serta lembaga penelitian studi strategis sebagai sebuah instrumen yang
tidak diragukan lagi dari perdamaian dan kemakmuran global.
Budaya pembunuhan dan kekerasan telah menjadi bagian penting dalam kesadaran manusia.
Perang secara luas diterima sebagai bagian dari proses sosial: Tanah air harus “dibela” dan dilindungi.
“Kekerasan yang dilegitimasi” dan pembunuhan di luar hukum yang ditujukan kepada “teroris” dijunjung tinggi dalam demokrasi barat, sebagai instrumen penting dari keamanan nasional.
Perang secara luas diterima sebagai bagian dari proses sosial: Tanah air harus “dibela” dan dilindungi.
“Kekerasan yang dilegitimasi” dan pembunuhan di luar hukum yang ditujukan kepada “teroris” dijunjung tinggi dalam demokrasi barat, sebagai instrumen penting dari keamanan nasional.
Sebuah
“perang kemanusiaan” ditegakkan oleh mereka yang menyebut dirinya
sebagai masyarakat internasional. Namun hal ini tidak dikutuk sebagai
tindak pidana. Arsitek utamanya dihargai atas kontribusi mereka bagi
perdamaian dunia.
Sehubungan dengan Iran, apa yang diungkapkan adalah legitimasi langsung perang atas nama suatu gagasan ilusi keamanan global.
Sebuah “Pre-emptive” berupa serangan udara yang ditujukan terhadap Iran akan mengakibatkan Eskalasi perang.
Saat ini secara terpisah terdapat tiga medan perang Timur Tengah – Asia Tengah: Irak, Afghanistan-Pakistan dan Palestina.
Dimana
Iran menjadi objek serangan udara “pre-emptive” oleh pasukan sekutu,
maka seluruh kawasan, dari Mediterania Timur ke perbatasan barat Cina
dengan Afghanistan dan Pakistan, akan bergejolak, yang secara potensial
akan menggiring kita kepada sebuah skenario Perang Dunia III.
Perang juga akan meluas ke Lebanon dan Suriah.
Hal ini sangat tidak mungkin bahwa pemboman, jika mereka laksanakan, hanya akan membatasi terhadap fasilitas nuklir Iran sebagaimana pernyataan resmi yang diklaim oleh Amerika Serikat-NATO. Apa yang lebih mungkin adalah sebuah serangan udara habis-habisan, baik terhadap infrastruktur militer maupun sipil termasuk sistem transportasi, pabrik, gedung-gedung publik.
Hal ini sangat tidak mungkin bahwa pemboman, jika mereka laksanakan, hanya akan membatasi terhadap fasilitas nuklir Iran sebagaimana pernyataan resmi yang diklaim oleh Amerika Serikat-NATO. Apa yang lebih mungkin adalah sebuah serangan udara habis-habisan, baik terhadap infrastruktur militer maupun sipil termasuk sistem transportasi, pabrik, gedung-gedung publik.
Iran diperkirakan memiliki cadangan minyak dan gas sebesar sepuluh persen, menduduki peringkat ketiga setelah Saudi Arabia
(25%) dan Irak (11%) dalam ukuran cadangannya. Sebagai perbandingan,
Amerika Serikat memiliki kurang dari 2,8% dari cadangan minyak dunia.
Cadangan minyak Amerika Serikat diperkirakan kurang dari 20 milyar
barel. Daerah yang lebih luas di Timur Tengah dan Asia Tengah memiliki
cadangan minyak lebih dari tiga puluh kali yang dimiliki Amerika
Serikat, yang mewakili lebih dari 60% dari total cadangan minyak dunia.
(Lihat Waddell Eric, The Battle for Oil, Global Research, Desember 2004).
Signifikansinya adalah penemuan baru-baru ini di Iran
mengenai cadangan kedua terbesar yang diketahui berupa gas alam di
Soumar dan Halgan dan diperkirakan mencapai 12,4 triliun kubik kaki.
Penargetan atas Iran unsur utamanya tidak hanya sekedar menyatakan kembali kontrol Anglo-Amerika atas minyak Iran dan gas murah, termasuk juga rute pipa dan menantang kehadiran pengaruh Cina serta Rusia di kawasan itu.
Penargetan atas Iran unsur utamanya tidak hanya sekedar menyatakan kembali kontrol Anglo-Amerika atas minyak Iran dan gas murah, termasuk juga rute pipa dan menantang kehadiran pengaruh Cina serta Rusia di kawasan itu.
Serangan yang direncanakan terhadap Iran
merupakan bagian dari peta jalan militer global yang terkoordinasi. Ini
adalah bagian dari “perang yang berlangsung lama” Pentagon, perang yang
didorong oleh keuntungan ekonomi tanpa batas, sebuah proyek dominasi
Dunia, yang diwujudkan dalam rangkaian operasi militer.
Perencana militer Amerika Serikat-NATO telah memikirkan berbagai skenario eskalasi militer. Mereka juga menyadari akan implikasi geopolitiknya, yaitu bahwa perang bisa melampaui kawasan Timur Tengah – Asia Tengah. Termasuk dampak ekonomi di pasar minyak serta yang lain-lainnya juga telah dianalisis.
Sementara Iran, Suriah dan Libanon merupakan target langsung, Cina, Rusia, Korea Utara, belum lagi Venezuela dan Kuba juga merupakan tujuan yang di ancam oleh Amerika Serikat.
Perencana militer Amerika Serikat-NATO telah memikirkan berbagai skenario eskalasi militer. Mereka juga menyadari akan implikasi geopolitiknya, yaitu bahwa perang bisa melampaui kawasan Timur Tengah – Asia Tengah. Termasuk dampak ekonomi di pasar minyak serta yang lain-lainnya juga telah dianalisis.
Sementara Iran, Suriah dan Libanon merupakan target langsung, Cina, Rusia, Korea Utara, belum lagi Venezuela dan Kuba juga merupakan tujuan yang di ancam oleh Amerika Serikat.
Taruhannya
adalah struktur aliansi militer. Penyebaran militer Amerika
Serikat-NATO-Israel termasuk latihan militer dan latihan yang dilakukan
di perbatasan Rusia dan Cina segera membuahkan hubungan langsung dengan
perang yang diusulkan terhadap Iran.
Ancaman terselubung, termasuk pengaturan waktu mereka, merupakan suatu
petunjuk yang jelas terhadap kekuasaan semasa era Perang Dingin untuk
tidak campur tangan dalam cara apapun yang dapat mengganggu terhadap
serangan yang dipimpin Amerika Serikat terhadap Iran.
Peperangan Global
Tujuan strategis jangka menengah adalah untuk mentargetkan Iran dan menetralisir sekutu Iran, melalui diplomasi kapal perang – gunboat diplomacy. Tujuan militer jangka panjang adalah langsung menargetkan Cina dan Rusia.
Sementara Iran
adalah target langsung, penyebaran militer tidak terbatas dilakukan ke
Timur Tengah dan Asia Tengah. Agenda militer global telah dirumuskan.
Penggelaran pasukan koalisi dan sistem persenjataan maju oleh Amerika Serikat, NATO dan mitra-mitranya yang berlangsung secara bersamaan di seluruh wilayah utama Dunia.
Penggelaran pasukan koalisi dan sistem persenjataan maju oleh Amerika Serikat, NATO dan mitra-mitranya yang berlangsung secara bersamaan di seluruh wilayah utama Dunia.
Tindakan
militer Amerika Serikat baru-baru ini di lepas pantai Korea Utara
termasuk melakukan permainan perang-perangan adalah bagian dari desain
global.
Diarahkan terutama terhadap Rusia dan Cina, Amerika Serikat, sekutu NATO dan latihan militer, latihan perang, penyebaran senjata, dll sedang dilakukan secara simultan di hotspot geopolitik utama.
Diarahkan terutama terhadap Rusia dan Cina, Amerika Serikat, sekutu NATO dan latihan militer, latihan perang, penyebaran senjata, dll sedang dilakukan secara simultan di hotspot geopolitik utama.
- Semenanjung Korea, Laut Jepang, Selat Taiwan, Laut Cina Selatan mengancam Cina.
- Penggelaran rudal Patriot di Polandia, pusat peringatan dini di Republik Ceko mengancam Rusia.
- Penyebaran Angkatan Laut di Bulgaria, Rumania di Laut Hitam, mengancam Rusia.
- Penyebaran pasukan Amerika Serikat dan NATO di Georgia.
- Penyebaran angkatan laut yang tangguh di Teluk Persia termasuk kapal selam Israel diarahkan terhadap Iran.
Serentak
di Timur Mediterania, Laut Hitam, Karibia, Amerika Tengah dan wilayah
Andean di Amerika Selatan adalah wilayah-wilayah yang sedang berlangsung
militerisasi. Di Amerika Latin dan Karibia, ancaman diarahkan terhadap Venezuela dan Kuba.
“Bantuan Militer” Amerika Serikat
“Bantuan Militer” Amerika Serikat
Pada
gilirannya, senjata berskala besar telah ditransfer dilakukan di bawah
bendera “bantuan militer” Amerika Serikat ke negara-negara yang
terpilih, termasuk kesepakatan persenjataan sebesar 5 miliar dolar
dengan India yang dimaksudkan untuk membangun kemampuan militer India
yang diarahkan terhadap Cina. (Huge U.S.-India Arms Deal To Contain China, Global Times, July 13, 2010).
“Penjualan senjata akan meningkatkan hubungan antara Washington dengan New Delhi, dan disengaja atau tidak, akan memiliki efek yang menahan terhadap pengaruh China di wilayah tersebut.” Dikutip dalam Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010)
Amerika
Serikat memiliki perjanjian kerjasama militer dengan sejumlah
negara-negara Asia Tenggara, termasuk Singapura, Vietnam dan Indonesia,
meliputi “bantuan militer” serta partisipasi dalam latihan perang
pimpinan Amerika di Pacific Rim (Juli-Agustus 2010). Perjanjian ini
mendukung penyebaran senjata yang ditujukan terhadap Republik Rakyat
Cina. (Lihat Rick Rozoff, Confronting both China and Russia: U.S. Risks Military Clash With China In Yellow Sea, Global Research, July 16, 2010).
Demikian
pula dan lebih langsung berkaitan dengan serangan yang direncanakan
terhadap Iran, Amerika Serikat mempersenjatai negara-negara Teluk
(Bahrain, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab) dengan rudal pencegat
darat, Patriot Advanced Capability-3 dan Terminal High Altitude Area
Defense (THAAD) serta yang berpangkalan di laut yaitu pencegat Rudal
Standar-3 yang terpasang pada kapal perang kelas Aegis di Teluk Persia.
(Lihat Rozoff Rick, NATO’s Role In The Military Encirclement Of Iran,
Global Research, February 10, 2010).
Jadwal Penimbunan dan Penyebaran Militer
Apa yang penting dalam hal transfer senjata Amerika Serikat ke negara-negara mitra dan sekutunya adalah pemilihan waktu saat pengiriman dan penyebarannya. Melancarkan operasi militer yang disponsori Amerika Serikat biasanya akan dilakukan setelah sistem persenjataan ini berada di tempat, dengan efektif dikerahkan melalui pelaksanaan pelatihan personil. (India e.g).
Apa yang penting dalam hal transfer senjata Amerika Serikat ke negara-negara mitra dan sekutunya adalah pemilihan waktu saat pengiriman dan penyebarannya. Melancarkan operasi militer yang disponsori Amerika Serikat biasanya akan dilakukan setelah sistem persenjataan ini berada di tempat, dengan efektif dikerahkan melalui pelaksanaan pelatihan personil. (India e.g).
Apa
yang kita pahami adalah desain militer global yang teliti dan
terkoordinasi yang dikontrol oleh Pentagon, melibatkan angkatan
bersenjata gabungan lebih dari empat puluh negara. Ini merupakan
penyebaran militer multinasional global, dan sejauh ini merupakan
pertunjukkan terbesar sistem senjata mutakhir dalam sejarah Dunia.
Pada
gilirannya, Amerika Serikat dan sekutunya telah mendirikan pangkalan
militer baru di berbagai belahan dunia. “Permukaan Bumi Disusun sebagai
sebuah Medan Perang yang Luas – The Surface of the Earth is Structured
as a Wide Battlefield”. (See Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007).
The
Unified Command susunannya dibagi menjadi Combatant Command geografis
berdasarkan pada strategi militerisasi tingkat global. “Militer
Amerika Serikat memiliki pangkalan di 63 negara. Pangkalan militer baru
telah dibangun sejak 11 September 2001 di tujuh negara. Secara total
terdapat 255.065 personel militer Amerika Serikat yang ditempatkan di
seluruh dunia.”
(Lihat Jules Dufour, The Worldwide Network of US Military Bases , Global Research, July 1, 2007
Source:
DefenseLINK-Unified Command Plan –
Skenario Perang Dunia III
“Tanggung
Jawab Wilayah Komandan Dunia” (Lihat peta di atas) mendefinisikan
rancangan militer global Pentagon, yang merupakan salah satu penaklukan
Dunia. Penyebaran militer ini terjadi di beberapa wilayah secara
bersamaan di bawah koordinasi Komando regional Amerika Serikat, yang
melibatkan penimbunan sistem persenjataan buatan Amerika Serikat oleh
pasukan Amerika Serikat dan negara-negara mitra, beberapa di antaranya
mantan musuh, termasuk Vietnam dan Jepang.
Keadaan
sekarang ditandai dengan pembangunan militer global yang dikontrol oleh
sebuah negara adidaya Dunia, yang menggunakan banyak sekutunya untuk
memicu perang regional.
Sebaliknya, sewaktu terjadi Perang Dunia Kedua merupakan gabungan yang terpisah dari medan
perang regional. Mengingat teknologi komunikasi dan sistem senjata
tahun 1940-an, belum ada strategi yang koordinasi selama “waktu aktual
proses berlangsung” dalam aksi militer antara wilayah geografis yang
luas.
Perang
global didasarkan pada penyebaran terkoordinasi kekuatan militer
tunggal dominan, yang mengawasi tindakan sekutu-sekutu dan mitranya.
Dengan pengecualian Hiroshima dan Nagasaki, Perang Dunia Kedua ditandai dengan penggunaan senjata konvensional. Perencanaan perang global bergantung pada militerisasi ruang angkasa. Apakah perang yang diarahkan terhadap Iran yang akan diluncurkan tidak hanya akan menggunakan senjata nuklir, tapi juga seluruh gamut baru sistem persenjataan canggih, termasuk senjata elektrometrik dan teknik modifikasi lingkungan (ENMOD) akan digunakan.
Dengan pengecualian Hiroshima dan Nagasaki, Perang Dunia Kedua ditandai dengan penggunaan senjata konvensional. Perencanaan perang global bergantung pada militerisasi ruang angkasa. Apakah perang yang diarahkan terhadap Iran yang akan diluncurkan tidak hanya akan menggunakan senjata nuklir, tapi juga seluruh gamut baru sistem persenjataan canggih, termasuk senjata elektrometrik dan teknik modifikasi lingkungan (ENMOD) akan digunakan.
Dewan Keamanan PBB
Dewan Keamanan PBB pada awal Juni mengadopsi putaran keempat sanksi sweeping terhadap Republik Islam Iran,
termasuk embargo senjata yang diperluas dan juga “kontrol keuangan yang
lebih ketat”. Hal tersebut merupakan sebuah ironi yang pahit, karena
resolusi ini disahkan oleh Dewan Keamanan PBB yang dalam beberapa hari
sebelumnya secara tegas Dewan Keamanan PBB menolak untuk mengadopsi
sebuah mosi yang mengutuk Israel atas serangannya terhadap Freedom Flotilla di Gaza, armada di perairan internasional.
Baik
Cina maupun Rusia, ditekan oleh Amerika Serikat, yang telah mendukung
sanksi DK PBB yang merugikan mereka. Keputusan mereka dalam DK PBB
berkontribusi melemahkan aliansi militer mereka, yaitu organisasi
Kerjasama Shanghai (SCO), di mana Iran memiliki status pengamat. Resolusi Dewan Keamanan membekukan kerjasama militer bilateral masing-masing China dan Rusia dan perjanjian dagang dengan Iran. Hal ini berakibat serius pada sistem pertahanan udara Iran yang sebagian bergantung pada teknologi dan keahlian Rusia.
Resolusi Dewan Keamanan memberi “lampu hijau” secara de facto untuk melancarkan perang pre-emptive terhadap Iran.
Inquisi Amerika: Membangun Sebuah Konsensus Politik Untuk Perang
Secara serempak media Barat telah mencap Iran
sebagai ancaman terhadap keamanan global mengingat dugaan (tidak ada)
program senjata nuklir. Bergemanya pernyataan resmi, media kini menuntut
pelaksanaan hukuman pemboman yang diarahkan terhadap Iran dalam rangka menjaga keamanan Israel.
Media
Barat memukul genderang perang. Tujuannya adalah untuk menanamkan
secara diam-diam, melalui pengulangan laporan media, yang menurut
kesadaran batin orang sampai memuakkan, karena semata-mata berdasarkan
dugaan bahwa ancaman Iran adalah nyata dan bahwa Republik Islam harus
“dihancurkan”.
Dalam membangun sebuah konsensus proses untuk berperang mirip dengan inkuisisi Spanyol. Hal ini mengharuskan dan menuntut ketundukkan terhadap gagasan bahwa perang adalah usaha kemanusiaan.
Dalam membangun sebuah konsensus proses untuk berperang mirip dengan inkuisisi Spanyol. Hal ini mengharuskan dan menuntut ketundukkan terhadap gagasan bahwa perang adalah usaha kemanusiaan.
Dikenal
dan didokumentasikan, ancaman nyata terhadap keamanan global berasal
dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel, sekalipun demikian relitasnya
dalam lingkungan inquisitorial adalah terbalik: para penghasut perang
berkomitmen untuk perdamaian, para korban perang diperkenalkan sebagai
tokoh utama perang. Padahal pada tahun 2006, hampir dua pertiga orang
Amerika menentang tindakan militer terhadap Iran, baru-baru ini jajak
pendapat Reuter-Zogby pada Februari 2010 menunjukkan bahwa 56% orang
Amerika mendukung aksi militer Amerika Serikat-NATO terhadap Iran.
Membangun
sebuah konsensus politik yang didasarkan pada sesuatu yang sama sekali
bohong, bagaimanapun juga hanya mengandalkan posisi resmi mereka yang
merupakan sumber kebohongan.
Gerakan
anti-perang di Amerika Serikat, yang sebagian telah diinfiltrasi dan
dikooptasi, berasumsi pada posisi yang lemah berkaitan dengan Iran. Gerakan antiperang terpecah. Penekanannya hanya terhadap perang yang telah terjadi (Afghanistan,
Irak) daripada tegas menentang perang yang sedang dipersiapkan dan yang
saat ini dirancang Pentagon. Sejak pelantikan pemerintahan Obama,
gerakan antiperang telah kehilangan beberapa daya pendorongnya.
Selain
itu, mereka yang aktif menentang perang di Afghanistan dan Irak, tidak
menentang pelaksanaan “pemboman hukuman” yang diarahkan kepada Iran,
juga tidak mengkategorikan pengeboman tersebut sebagai tindakan perang
yang berpotensi bisa menjadi awal Perang Dunia III.
Skala protes anti-perang dalam kaitannya dengan Iran sangat minim dibandingkan dengan demonstrasi rakyat yang mendahului pemboman dan invasi Irak tahun 2003.
Ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel.
Ancaman nyata terhadap keamanan global berasal dari aliansi Amerika Serikat-NATO-Israel.
Operasi Iran
tidak ditentang di arena diplomatik oleh Cina dan Rusia, mendapat
dukungan dari pemerintah negara-negara Arab garis depan yang
terintegrasikan ke dalam NATO yang disponsori dialog Mediterania. Hal
ini juga mendapat dukungan diam-diam opini publik Barat.
Kami menyerukan kepada orang-orang di seluruh wilayah Amerika, Eropa Barat, Israel, Turki dan di seluruh dunia untuk bangkit menentang rencana militer, melawan pemerintah mereka yang mendukung tindakan militer terhadap Iran, terhadap media yang berfungsi untuk menutupi implikasi menghancurkan dari perang terhadap Iran.
Kami menyerukan kepada orang-orang di seluruh wilayah Amerika, Eropa Barat, Israel, Turki dan di seluruh dunia untuk bangkit menentang rencana militer, melawan pemerintah mereka yang mendukung tindakan militer terhadap Iran, terhadap media yang berfungsi untuk menutupi implikasi menghancurkan dari perang terhadap Iran.
Agenda militer mendukung keuntungan yang mendorong merusak sistem ekonomi global yang memiskinkan kawasan besar penduduk dunia.
Perang ini kegilaan belaka.
Perang ini kegilaan belaka.
Perang Dunia III adalah terminal.
Albert
Einstein memahami bahaya perang nuklir dan kepunahan kehidupan di bumi,
yang telah dimulai dengan kontaminasi radioaktif yang dihasilkan
depleted uranium. “Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III
akan dipertarungkan, tetapi Perang Dunia IV akan dipertarungkan dengan
tongkat dan batu.”
Media, kaum intelektual, para ilmuwan dan para politisi, serempak, mengaburkan kebenaran yang tidak diceriterakan, bahwa perang dengan menggunakan hulu ledak nuklir akan menghancurkan kemanusiaan, dan bahwa proses keaneka-ragaman kerusakan yang secara bertahap telah dimulai.
Media, kaum intelektual, para ilmuwan dan para politisi, serempak, mengaburkan kebenaran yang tidak diceriterakan, bahwa perang dengan menggunakan hulu ledak nuklir akan menghancurkan kemanusiaan, dan bahwa proses keaneka-ragaman kerusakan yang secara bertahap telah dimulai.
Ketika kebohongan menjadi kebenaran maka tidak akan berbalik kembali.
Ketika
perang ditegakkan sebagai upaya kemanusiaan, Keadilan dan seluruh
sistem hukum internasional terbalik: maka pasifisme dan gerakan
antiperang dianggap kriminal. Menentang perang menjadi tindak pidana.
Kebohongan
harus disingkapkan untuk apa itu dan apa yang dilakukannya. Ini sanksi
pembunuhan tanpa pandang bulu pria, wanita dan anak-anak.
Ia bisa menghancurkan keluarga dan masyarakat. Ia bisa menghancurkan komitmen masyarakat terhadap sesama manusia.
Perang
mencegah orang untuk mengekspresikan solidaritasnya kepada mereka yang
menderita. Menjunjung tinggi perang dan negara polisi hanya satu-satunya
jalan.
Ia menghancurkan baik nasionalisme maupun internasionalisme.
Menghentikan
kebohongan berarti menghentikan proyek kejahatan kehancuran global, di
mana pencarian keuntungan yang merupakan kekuatan utamanya.
Keuntungan yang mendorong agenda militer ini akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan mengubah orang tidak sadar menjadi zombie.
Keuntungan yang mendorong agenda militer ini akan menghancurkan nilai-nilai kemanusiaan dan mengubah orang tidak sadar menjadi zombie.
Mari Kita Membalikkan Arus.
Menentang penjahat perang yang berkedudukan tinggi dan termasuk kelompok pelobi yang kuat yang mendukung mereka.
Pecahkan inkuisisi Amerika.
Rusak usaha perang pembasmian militer Amerika Serikat-NATO-Israel.
Tutup pabrik-pabrik senjata dan pangkalan militer.
Bawa pulang pasukan.
Bawa pulang pasukan.
Personel angkatan bersenjata harus menentang perintah dan menolak untuk berpartisipasi dalam perang kriminal.
Michel Chossudovsky seorang penulis pemenang penghargaan, Profesor Ekonomi (Emeritus) pada Universitas Ottawa dan Direktur dari the Centre for Research on Globalization (CRG), Montreal.
Ia menulis buku berjudul The Globalization of Poverty and The New World
Order (2003) dan America’s “War on Terrorism” (2005). Ia juga seorang
kontributor the Encyclopaedia Britannica. Tulisan-tulisannya telah
diterbitkan dalamlebih dari duapuluh bahasa. Ia dapat dihubungi di
globalresearch.ca website
Syria: Prahara di Negeri Kaum Pengungsi
©Dina Y. Sulaeman
©Dina Y. Sulaeman
Ada satu tesis yang pernah saya dapat dari seorang ulama Iran:
dalam menganalisis konflik di dunia ini, lihat siapa yang berada di
sisi AS, maka itulah pihak yang salah (atau lebih salah). Silahkan saja
untuk tidak percaya. Tetapi, tesis ini berkali-kali terbukti dalam
berbagai analisis politik, bahkan yang ditulis analis Barat sekalipun.
Di manapun AS berada, maka yang berada di barisan AS-lah yang terbukti
berbuat makar. Tak perlu jauh-jauh, kita masyarakat Indonesia hari ini
bisa melihat, siapa saja yang berada satu kubu dengan AS (lewat
tangan-tangannya, semisal IMF atau Bank Dunia, atau LSM-LSM asing, atau
dalam berbagai bentuk ‘tangan’ lainnya), pastilah dia melakukan
aksi-aksi yang anti-rakyat. Contoh konkritnya, mantan Menkeu kita yang
rajin menambah hutang negara ke Bank Dunia itu. Sudah banyak analis
ekonomi yang memperingatkan bahaya hutang, tapi mantan menkeu kita yang
anak emasnya AS itu tetap saja berhutang. Tak heran ketika dia
tersandung kasus Century yang merampok uang rakyat 6,7 T, induk
semangnya menyelamatkannya dengan cara mengangkatnya sebagai salah satu
Direktur Bank Dunia.
Tesis ini kembali terbukti di Libya dan Syria. Libya,
betapapun Qaddafi adalah diktator bagi rakyatnya, tapi ketika AS ikut
campur, bisa dipastikan di antara kedua pihak, Qaddafi atau AS, maka
yang lebih salah adalah AS. Qaddafi adalah pemimpin yang kejam terhadap
lawan politiknya, tapi dia juga pemimpin sebuah negara dengan cadangan
minyak terbanyak di Afrika; minyak yang diincar oleh serigala-serigala
rakus di belakang NATO. Lebih-lebih lagi, Qaddafi sedang merintis
gerakan ‘pertukaran minyak dengan emas’. Qaddafi tahu bahwa Dollar dan
Euro adalah uang semu; dia menyerukan agar Afrika menjual minyak dengan
emas. Bila gagasan Qaddafi terlaksana, Euro dan Dollar akan langsung
kolaps. Serigala-serigala rakus (para kapitalis top dunia) tidak akan
rela menukar emas mereka dengan emas. Mereka ingin sistem dunia tetap
berjalan sebagaimana hari ini: mereka bebas membeli emas dengan uang
kertas yang harganya hanya setara dengan harga cetak uang kertas itu
(=selembar kertas yang dicetak angka-angka tertentu di atasnya). Gagasan
perlawanan dari Qaddafi adalah gagasan berbahaya, dan untuk itu dia
harus disingkirkan. Untuk menutupi belangnya, mereka menamakan aksi
mereka dengan istilah ‘humanitarian intervention’, melakukan operasi
militer demi kemanusiaan. Bahkan mengebom rumah Qaddafi dan menewaskan
anak-cucunya pun dianggap sah.
Sekali lagi, kita tidak sedang membela Qaddafi, tapi dalam kasus ini, AS jauh, jauh, jauh lebih kotor dari Qaddafi.
Bagaimana dengan Syria? Bashir Al Asad bukan pemimpin suci yang harus dibela sampai mati. Tapi, Syria selama 60 tahun terakhir berada di kubu yang berbeda dengan AS. Syria berada di kubu yang sama dengan Hizbullah, Hamas, dan Iran untuk menentang Israel, ‘anak emas’ AS. Mari kita pakai lagi tesis di atas, maka akan terbukti bahwa sekalipun Asad bukan pemimpin suci, tapi AS jauh,jauh, jauh lebih kotor.
Syria adalah sebuah negeri dengan tingkat pengangguran yang semakin hari semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh sikap Asad sendiri yang mau saja dibodoh-bodohi IMF. Syria adalah negara penerima petunjuk IMF: berusaha memperbaiki ekonomi dengan deregulasi keuangan, reformasi perdagangan, dan privatisasi, yang ujung-ujungnya hanya memperkaya yang kaya, dan memperbanyak kelas miskin dan pengagguran. Maka, memang wajar bila ada demo-demo menentang Asad.
Bagaimana dengan Syria? Bashir Al Asad bukan pemimpin suci yang harus dibela sampai mati. Tapi, Syria selama 60 tahun terakhir berada di kubu yang berbeda dengan AS. Syria berada di kubu yang sama dengan Hizbullah, Hamas, dan Iran untuk menentang Israel, ‘anak emas’ AS. Mari kita pakai lagi tesis di atas, maka akan terbukti bahwa sekalipun Asad bukan pemimpin suci, tapi AS jauh,jauh, jauh lebih kotor.
Syria adalah sebuah negeri dengan tingkat pengangguran yang semakin hari semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh sikap Asad sendiri yang mau saja dibodoh-bodohi IMF. Syria adalah negara penerima petunjuk IMF: berusaha memperbaiki ekonomi dengan deregulasi keuangan, reformasi perdagangan, dan privatisasi, yang ujung-ujungnya hanya memperkaya yang kaya, dan memperbanyak kelas miskin dan pengagguran. Maka, memang wajar bila ada demo-demo menentang Asad.
Namun,
ketika AS berkeras ingin menyingkirkan Asad dengan alasan demokrasi
(padahal pada saat yang sama melindungi raja-raja Arab yang sudah
jelas-jelas monarkhi dan despotik), maka, AS-lah yang jauh, jauh, jauh
lebih salah.
Benar bahwa ada sebagian rakyat Syria
yang demo menentang Asad, tapi siapa mereka? Mengapa mereka juga
bersenjata militer? Darimana senjata mereka? Mereka menembaki demonstran
dan polisi, lalu mengapa media Barat tidak mengupas hal ini?
Pakar
Timur Tengah, Michel Choosudovsky menulis bahwa ada banyak bukti yang
menunjukkan bahwa manipulasi dalam pemberitaan aksi demo di Syria.
Bahkan media tidak memberitakan adanya demo besar-besaran pro Asad,
dengan jumlah peserta yang jauh lebih besar daripada demo anti-Asad.
Kenyataan bahwa Asad minta maaf kepada rakyatnya karena ada tentara yang
bersikap keras menghadapi demonstran, menujukkan kualitas Asad: dia
dengan segala kekurangannya sesungguhnya cinta kemanusiaan.
Asad adalah ‘bapak’ bagi jutaan pengungsi Palestina dan Irak. Sejak 63 tahun yang lalu, Syria adalah tempat berlindung bagi orang-orang Palestina yang terusir dari tanah air mereka sendiri. Syria bahkan menjadi markas perjuangan Hamas untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Kondisi 500.000 pengungsi Palestina di Syria jauh lebih baik daripada kondisi pengungsi Palestina di Lebanon atau Jordan. Para pengungsi itu mendapat layanan kesehatan dan perumahan yang sama sebagaimana rakyat Syria.
Asad adalah ‘bapak’ bagi jutaan pengungsi Palestina dan Irak. Sejak 63 tahun yang lalu, Syria adalah tempat berlindung bagi orang-orang Palestina yang terusir dari tanah air mereka sendiri. Syria bahkan menjadi markas perjuangan Hamas untuk membebaskan Palestina dari penjajahan Israel. Kondisi 500.000 pengungsi Palestina di Syria jauh lebih baik daripada kondisi pengungsi Palestina di Lebanon atau Jordan. Para pengungsi itu mendapat layanan kesehatan dan perumahan yang sama sebagaimana rakyat Syria.
Masih belum cukup, perang Irak pun membawa dampak membanjirnya pengungsi ke Syria.
AS yang konon datang ke Irak untuk menyelamatkan rakyat Irak, justru
telah menyebabkan 1,5 juta warga Irak terpaksa mengungsi, menjauhkan
diri dari berbagai aksi kekerasan di Irak. Bagi Syria
yang berpenduduk 18 juta jiwa itu, kedatangan 2000 pengungsi per hari
(data tahun 2007), jelas memerlukan sebuah kelapangan hati yang luar
biasa. Bandingkan dengan Mesir era Mubarak yang dengan bengis menutup
pintu perbatasan Rafah, menghalangi pengungsi Palestina, yang sekarat
sekalipun, untuk mendapatkan pertolongan.
Menurut UNHCR, kedatangan pengungsi dalam jumlah sangat besar itu menambah berat beban Syria karena mereka diberi layanan sebagaimana warga Syria: pendidikan, kesehatan, rumah, dan subsidi minyak. Tak heran bila Syria disebut sebagai negara yang terbaik di kawasan Timur Tengah dalam memberikan layanan sosial dan ekonomi bagi para pengungsi.
Dan kini, AS dan sekutu-sekutunya berupaya menggulingkan Assad dengan alasan demokrasi. Namun, alasan sesungguhnya adalah jelas: Asad adalah satu-satunya pemimpin Arab yang hingga hari ini tetap teguh menolak berdamai dengan Israel, Asad bahkan membantu Hizbullah untuk melawan invasi Israel ke Lebanon selatan, bahkan Asad menyediakan perlindungan bagi aktivis-aktivis top Hamas. Bagi Israel, Asad adalah duri dalam daging. Dan kepada AS-lah Israel meminta bantuan untuk menyingkirkan Asad. AS, lagi-lagi, menggunakan cara lama, membiayai kelompok-kelompok oposan di Syria untuk melawan Asad. Media pun digunakan untuk membesar-besarkan demo di Syria (bahkan dengan cara curang sekalipun, dengan menggunakan kamuflase gambar-gambar dan video). Bahkan, untuk kasus Libya dan Syria, justru Al Jazeera (yang sering dicitrakan sebagai media non-Barat) yang menjadi ujung tombak untuk menggalang opini dunia agar AS diberi hak untuk melakukan ‘humanitarian intervention’: menyerbu Libya dan Syria, menggulingkan Qaddafi dan Asad, dan mengganti keduanya dengan pemimpin yang bisa ‘diatur’.
Menurut UNHCR, kedatangan pengungsi dalam jumlah sangat besar itu menambah berat beban Syria karena mereka diberi layanan sebagaimana warga Syria: pendidikan, kesehatan, rumah, dan subsidi minyak. Tak heran bila Syria disebut sebagai negara yang terbaik di kawasan Timur Tengah dalam memberikan layanan sosial dan ekonomi bagi para pengungsi.
Dan kini, AS dan sekutu-sekutunya berupaya menggulingkan Assad dengan alasan demokrasi. Namun, alasan sesungguhnya adalah jelas: Asad adalah satu-satunya pemimpin Arab yang hingga hari ini tetap teguh menolak berdamai dengan Israel, Asad bahkan membantu Hizbullah untuk melawan invasi Israel ke Lebanon selatan, bahkan Asad menyediakan perlindungan bagi aktivis-aktivis top Hamas. Bagi Israel, Asad adalah duri dalam daging. Dan kepada AS-lah Israel meminta bantuan untuk menyingkirkan Asad. AS, lagi-lagi, menggunakan cara lama, membiayai kelompok-kelompok oposan di Syria untuk melawan Asad. Media pun digunakan untuk membesar-besarkan demo di Syria (bahkan dengan cara curang sekalipun, dengan menggunakan kamuflase gambar-gambar dan video). Bahkan, untuk kasus Libya dan Syria, justru Al Jazeera (yang sering dicitrakan sebagai media non-Barat) yang menjadi ujung tombak untuk menggalang opini dunia agar AS diberi hak untuk melakukan ‘humanitarian intervention’: menyerbu Libya dan Syria, menggulingkan Qaddafi dan Asad, dan mengganti keduanya dengan pemimpin yang bisa ‘diatur’.
(Written by Dina Y. Sulaeman, based on article written by GRTV, Sara Flounders, and Michel Chossudovsky) (IRIB)
Libya Soal Minyak atau Soal Perbankan
-
Fakta ganjil mengenai konflik Libya
-
Fakta ganjil mengenai konflik Libya
Beberapa penulis telah mencatat fakta ganjil bahwa para pemberontak Libya
mengambil waktu rehat dari pemberontakan mereka pada bulan Maret untuk
mendirikan bank sentral mereka sendiri – ini bahkan sebelum mereka punya
pemerintahan. Robert Wenzel menulis di Jurnal Economic Policy:
‘Saya
belum pernah mendengar tentang bank sentral yang diciptakan hanya dalam
hitungan minggu dari pemberontakan populis. Hal ini menunjukkan kita
memiliki lebih dari sekadar sekelompok pemberontak yang berlari-lari dan
bahwa ada sejumlah pengaruh yang cukup canggih.’
Alex Newman menulis dalam the New American:
‘Dalam
sebuah pernyataan yang dirilis pekan lalu, para pemberontak melaporkan
hasil pertemuan yang diselenggarakan pada tanggal 19 Maret. Antara lain,
para pejuang revolusioner mengumumkan ‘pendirian Bank Sentral Benghazi
sebagai otoritas moneter kompeten dalam kebijakan moneter di Libya dan pengangkatan Gubernur Bank Sentral Libya, dengan markas sementara Benghazi.’
Newman
mengutip editor senior CNBC, John Carney, yang bertanya, ‘Apakah ini
pertama kalinya sebuah kelompok revolusioner telah menciptakan sebuah
bank sentral saat masih di tengah-tengah pertempuran kekuasaan politik?
Hal ini tentu tampaknya menunjukkan bagaimana luar biasanya kekuatan
para gubernur bank sentral di zaman kita.’
Ada anomali lain pembenaran resmi untuk mengangkat senjata melawan Libya.
Seharusnya itu merupakan pelanggaran tentang hak asasi manusia, tapi
buktinya bertentangan. Menurut sebuah artikel di situs Fox News pada
tanggal 28 Februari:
Saat
Perserikatan Bangsa-Bangsa bekerja keras untuk mengutuk pemimpin Libya
Muammar al-Qaddafi dalam menindak pengunjuk rasa, Dewan Hak Asasi
Manusia PBB justru mengadopsi laporan penuh pujian bagi catatan hak
asasi manusia Libya.
Laporan itu memuji Libya
karena meningkatkan kesempatan pendidikan, membuat hak asasi manusia
sebagai ‘prioritas’ dan memperbaiki ‘kerangka konstitusional’nya.
Beberapa negara, termasuk Iran, Venezuela, Korea Utara, dan Arab Saudi
tetapi juga Kanada, memberikan tanda positif Libya bagi perlindungan
hukum yang diberikan kepada warga negaranya – yang sekarang memberontak
terhadap rezim itu dan menghadapi pembalasan berdarah.
Apa pun yang dapat dikatakan dari Gaddafi, orang-orang Libya
tampaknya akan berkembang. Sebuah delegasi dari profesional medis
Rusia, Ukraina dan Belarus menulis dalam sebuah laporan ke Presiden
Rusia Medvedev dan Perdana Menteri Putin bahwa setelah berkenalan dengan
kehidupan Libya, pandangan mereka menyatakan hanya di beberapa negara
orang hidup dengan kenyamanan seperti:
[Warga Libya] berhak atas pengobatan gratis, dan rumah sakit mereka memberikan yang terbaik dalam dunia peralatan medis. Pendidikan di Libya gratis, orang muda mampu memiliki kesempatan untuk belajar di luar negeri dengan biaya pemerintah. Ketika menikah, pasangan muda menerima 60.000 dinar Libya (sekitar 50.000 dolar AS) bantuan keuangan. Pinjaman Negara tanpa bunga, dan sebagian, tidak bertanggal. Karena subsidi pemerintah harga mobil jauh lebih rendah daripada di Eropa, dan sangat terjangkau bagi setiap keluarga. Bensin dan haga roti satu sen, tidak ada pajak bagi pertanian. Orang-orang Libya tenang dan damai, tidak cenderung untuk minum, dan sangat religius.
[Warga Libya] berhak atas pengobatan gratis, dan rumah sakit mereka memberikan yang terbaik dalam dunia peralatan medis. Pendidikan di Libya gratis, orang muda mampu memiliki kesempatan untuk belajar di luar negeri dengan biaya pemerintah. Ketika menikah, pasangan muda menerima 60.000 dinar Libya (sekitar 50.000 dolar AS) bantuan keuangan. Pinjaman Negara tanpa bunga, dan sebagian, tidak bertanggal. Karena subsidi pemerintah harga mobil jauh lebih rendah daripada di Eropa, dan sangat terjangkau bagi setiap keluarga. Bensin dan haga roti satu sen, tidak ada pajak bagi pertanian. Orang-orang Libya tenang dan damai, tidak cenderung untuk minum, dan sangat religius.
Mereka
menyatakan bahwa masyarakat internasional telah salah informasi tentang
perjuangan melawan rezim itu . “Beritahu kami,” kata mereka, “siapa
yang tidak suka sebuah rezim seperti itu?”
Bahkan jika itu hanya propaganda, tidak ada yang menyangkal setidaknya satu prestasi yang sangat populer dari pemerintah Libya: air dibawa ke padang
pasir melalui proyek irigasi terbesar dan paling mahal dalam sejarah,
proyek GMMR (Great Man-Made River) senilai 33 milyar USD. Bahkan lebih
dari minyak, air sangat penting untuk kehidupan di Libya.
GMMR ini menyediakan 70 persen dari populasi dengan air untuk minum dan
irigasi, pemompaan dilakukan dari Libya Sandstone System, akuifer bawah
tanah Nubia di selatan ke daerah-daerah pesisir berpenduduk, 4.000
kilometer ke arah utara. Pemerintah Libya telah melakukan setidaknya beberapa hal yang tepat.
Penjelasan
lain untuk serangan di Libya adalah bahwa hal itu ‘urusan minyak’, tapi
teori itu juga bermasalah. Sebagaimana dicatat di Jurnal National,
Negara ini hanya menghasilkan sekitar 2 persen dari minyak dunia. Arab
Saudi sendiri memiliki kapasitas yang cukup untuk membuat cadangan untuk
setiap produksi yang hilang jika minyak Libya menghilang dari pasar. Dan jika itu semua tentang minyak, mengapa buru-buru untuk mendirikan sebuah bank sentral yang baru?
Data
provokatif lain yang beredar di Internet adalah ‘Democracy Now’ ,
wawancara pejabat AS, Jenderal Wesley Clark (Purn), tahun 2007. Di
dalamnya ia mengatakan bahwa sekitar 10 hari setelah 11 September 2001,
ia diberitahu oleh seorang jenderal bahwa keputusan telah dibuat untuk
berperang dengan Irak. Clark terkejut
dan bertanya mengapa. ‘Aku tidak tahu!’ adalah responnya. Saya kira
mereka tidak tahu harus berbuat apa lagi.’ Selanjutnya, jenderal yang
sama mengatakan mereka berencana untuk mengambil tujuh negara lain dalam
lima tahun: Irak, Suriah, Libanon, Libya, Somalia, Sudan, dan Iran.
Apa
tujuh negara ini memiliki kesamaan? Dalam konteks perbankan, salah satu
yang menonjol adalah bahwa tidak satupun dari mereka terdaftar di
antara 56 bank anggota Bank for International Settlements (BIS). Yang
menempatkan mereka di luar jangkauan peraturan bank sentral para bankir
sentral di Swiss.
Yang paling nyempal adalah Libya
dan Irak, dua negara yang telah benar-benar diserang. Kenneth Schortgen
Jr, menulis di Examiner.com, mencatat bahwa “enam bulan sebelum AS
bergerak ke Irak untuk menghancurkan Saddam Hussein, negara minyak ini
telah membuat langkah untuk menerima Euro bukan dolar untuk minyak, dan
ini menjadi ancaman bagi dominasi global dolar sebagai mata uang
cadangan, dan kekuasaan petrodollar itu.”
Menurut sebuah artikel Rusia berjudul ‘Pemboman di Libya – Hukuman untuk Ghaddafi untuk Mencoba Menolak Dolar AS,’
Gadaffi mengambil langkah yang sama beraninya: ia memulai gerakan untuk
menolak dolar dan euro, dan mengimbau negara-negara Arab dan Afrika
untuk menggunakan mata uang baru sebagai gantinya, dinar emas. Gadaffi
menyarankan membentuk benua Afrika Bersatu, dengan 200 juta penduduknya
menggunakan mata uang tunggal. Selama tahun terakhir, gagasan itu
disetujui oleh banyak negara-negara Arab dan sebagian besar negara
Afrika. Penentangnya hanya Republik Afrika Selatan dan Liga Arab.
Inisiatif ini dipandang negatif oleh AS dan Uni Eropa, dengan Presiden
Perancis Nicolas Sarkozy menyebut Libya sebagai ancaman terhadap
keamanan keuangan manusia, tetapi Gaddafi tidak bergoyang dan terus
mendorong untuk menciptakan sebuah Afrika Bersatu.
Dan itu membawa kita kembali ke teka-teki bank sentral Libya. Dalam sebuah artikel di Market Oracle, Eric Encina mengatakan:
“Salah satu fakta yang jarang disebutkan oleh para politisi barat dan pakar media: Bank Sentral Libya adalah 100% Milik Negara. Saat ini, pemerintah Libya menciptakan uang sendiri, Dinar Libya, melalui fasilitas bank sentral sendiri. Beberapa dapat menyatakan bahwa Libya
adalah negara berdaulat dengan sumber daya sendiri yang besar, mampu
mempertahankan ekonomi sendiri. Salah satu masalah utama bagi kartel
perbankan globalis adalah bahwa dalam rangka untuk melakukan bisnis
dengan Libya, mereka harus melalui Bank Sentral Libya dan mata uang
nasional, tempat di mana mereka benar-benar tak memiliki kekuasaan atau
kemampuan bermakelar. Oleh karena itu, soal Bank Sentral Libya (CBL)
mungkin tidak muncul dalam pidato Obama, Cameron dan Sarkozy tapi ini
tentu di bagian atas agenda globalisasi untuk menyerap Libya ke dalam
sarang bangsa-bangsa tunduk-patuh.”
Libya
tidak hanya memiliki minyak. Menurut IMF, bank sentralnya memiliki
hampir 144 ton emas di brankasnya. Dengan kekuatan aset begitu, siapa
yang membutuhkan BIS, IMF dan segala aturan mereka?
Kita
lihat lebih dekat aturan BIS dan efeknya pada ekonomi lokal. Sebuah
artikel pada website BIS menyatakan bahwa bank sentral seharusnya berada
dalam Central Bank Governance Network yang memiliki tujuan mereka
tunggal atau utama. Mereka harus tetap independen dari pemerintah untuk
memastikan bahwa tidak ada pertimbangan politik ‘untuk menjaga
stabilitas harga’ yang mengganggu mandat ini. “Stabilitas harga” berarti
menjaga pasokan uang yang stabil, bahkan jika itu berarti membebani
rakyat dengan utang luar negeri yang berat. Bank-bank sentral disarankan
untuk meningkatkan jumlah uang beredar dengan mencetak uang dan
menggunakannya untuk kepentingan negara, baik secara langsung atau
sebagai pinjaman.
Dalam sebuah artikel tahun 2002 di Asia Times berjudul ” BIS vs Bank Nasional,” Henry Liu menyatakan:
‘Peraturan
BIS hanya melayani satu tujuan yaitu memperkuat sistem perbankan
internasional swasta, bahkan bila itu membahayakan ekonomi nasional. BIS
melakukan sesuatu untuk sistem perbankan nasional sebagaimana IMF
melakukan untuk rezim moneter nasional. Perekonomian nasional di bawah
globalisasi keuangan tidak lagi melayani kepentingan nasional.
FDI
[investasi asing langsung] dalam mata uang asing, terutama dolar, telah
mengutuk ekonomi nasional membawanya ke dalam pembangunan yang timpang
terhadap ekspor, hanya untuk pembayaran bunga dalam mata uang dolar
untuk PMA, dengan keuntungan bersih sangat sedikit untuk ekonomi
domestik.’
Dia
menambahkan, ‘Menerapkan Teori Uang Negara, pemerintah apapun bisa
memperoleh dana untuk semua kebutuhan dalam negeri dengan uang sendiri
untuk pembangunan dan mempertahankan pekerjaan penuh tanpa inflasi.’
‘Teori uang negara’ adalah uang yang dicetak sendiri oleh pemerintah dan
bukan oleh bank swasta.
Anggapan
yang ada adalah pinjaman dari bank sentral sendiri oleh pemerintah akan
menimbulkan inflasi, sementara pinjaman uang dari bank asing atau IMF
tidak. Tapi semua bank menciptakan uang yang mereka pinjamkan
semata-mata dalam pembukuan mereka, baik itu bank milik umum atau milik
swasta. Kebanyakan uang baru hari ini berasal dari pinjaman bank.
Pinjaman dari bank sentral pemerintah sendiri memiliki keuntungan bahwa
pinjaman bebas bunga efektif. Menghilangkan bunga telah terbukti
mengurangi biaya proyek publik dengan rata-rata 50%.
Dan itu tampaknya cara kerja sistem Libya. Menurut Wikipedia, fungsi Bank Sentral Libya termasuk ‘menerbitkan dan mengatur uang kertas dan uang logam di Libya’ dan ‘mengelola dan menerbitkan semua pinjaman negara.’ Bank Libya sepenuhnya milik Negara dan tidak menerbitkan mata uang nasional dan meminjamkannya untuk keperluan negara.
Itu akan menjelaskan sumber Libya
mendapatkan uang untuk menyediakan pendidikan gratis dan perawatan
medis cuma-cuma, dan setiap pasangan muda mendapat santunan $ 50.000
pinjaman bebas bunga. Hal ini juga akan menjelaskan dari mana negara
mendapatkan 33 milyar dolar untuk membangun proyek Man-Made Great River.
Warga Libya khawatir bahwa serangan udara yang dipimpin NATO akan datang makin mendekati pipa ini, mengancam bencana kemanusiaan lain.
Jadi
ini perang baru adalah soal minyak atau perbankan? Mungkin keduanya –
dan air juga. Dengan energi, air, dan kredit yang cukup untuk
mengembangkan infrastruktur untuk mengaksesnya, suatu bangsa bisa bebas
dari cengkeraman kreditur asing. Dan yang mungkin menjadi ancaman nyata Libya:
bisa menunjukkan kepada dunia apa yang mungkin. Sebagian besar negara
tidak memiliki minyak, tapi teknologi baru yang dikembangkan yang bisa
membuat negara-negara non-minyak memproduksi energi-independen, terutama
jika biaya infrastruktur yang dibelah dua dengan meminjam dari bank
negara milik publik sendiri. Energi kemerdekaan akan membebaskan
pemerintah dari jerat para bankir internasional, dan kebutuhan untuk
pergeseran produksi dari dalam negeri ke pasar luar negeri ke layanan
kredit.
Jika
pemerintah Gaddafi runtuh, maka akan menarik untuk melihat apakah bank
sentral yang baru bergabung dengan BIS, apakah industri minyak nasional
akan dijual kepada investor asing, dan apakah pendidikan dan perawatan
kesehatan akan terus digratiskan.
*)
Ellen Brown adalah seorang pengacara dan presiden Public Banking
Institute. Website nya adalah http://webofdebt.com dan
http://ellenbrown.com.
Presiden Paling Miskin diDunia Patut Dijadikan Teladan
Rabu 8 September, 2010 Jam 12:14 WITE Katagori :Artikel Ditulis Oleh
Presiden Paling Miskin diDunia Patut Dijadikan Teladan
Rabu 8 September, 2010 Jam 12:14 WITE Katagori :Artikel Ditulis Oleh
Mahmoud Ahmadinejad, Presiden Paling Miskin di Dunia dan Patut Dijadikan Teladan.
Presiden Iran
saat ini: Mahmoud Ahmadinejad, ketika di wawancara oleh TV Fox (AS)
soal kehidupan pribadinya: “Saat anda melihat di cermin setiap pagi, apa
yang anda katakan pada diri anda?”
Jawabnya: “Saya
melihat orang di cermin itu dan mengatakan padanya: “Ingat, kau tak
lebih dari seorang pelayan, hari di depanmu penuh dengan tanggung jawab
yang berat, yaitu melayani bangsa Iran .”
Berikut adalah gambaran Ahmadinejad, yang membuat orang ternganga dan terheran-heran :
1. Saat pertama kali menduduki kantor kepresidenan Ia menyumbangkan seluruh karpet Istana Iran yang sangat tinggi nilainya itu kepada masjid2 di Teheran dan menggantikannya dengan karpet biasa yang mudah dibersihkan.
2.
Ia mengamati bahwa ada ruangan yang sangat besar untuk menerima dan
menghormati tamu VIP, lalu ia memerintahkan untuk menutup ruang tersebut
dan menanyakan pada protokoler untuk menggantinya dengan ruangan biasa
dengan 2 kursi kayu, meski sederhana tetap terlihat impresive.
3. Di banyak kesempatan ia bercengkerama dengan petugas kebersihan di sekitar rumah dan kantor kepresidenannya.
4.
Di bawah kepemimpinannya, saat ia meminta menteri2 nya untuk datang
kepadanya dan menteri2 tsb akan menerima sebuah dokumen yang
ditandatangani yang berisikan arahan2 darinya, arahan tersebut terutama
sekali menekankan para menteri2nya untuk tetap hidup sederhana dan
disebutkan bahwa rekening pribadi maupun kerabat dekatnya akan diawasi,
sehingga pada saat menteri2 tsb berakhir masa jabatannya dapat
meninggalkan kantornya dengan kepala tegak.
5.
Langkah pertamanya adalah ia mengumumkan kekayaan dan propertinya yang
terdiri dari Peugeot 504 tahun 1977, sebuah rumah sederhana warisan
ayahnya 40 tahun yang lalu di sebuah daerah kumuh di Teheran.
Rekening banknya bersaldo minimum, dan satu2nya uang masuk adalah uang gaji bulanannya.
6. Gajinya sebagai dosen di sebuah universitas hanya senilai US$ 250.
7. Sebagai tambahan informasi, Presiden masih tinggal di rumahnya.
Hanya
itulah yang dimilikinya seorang presiden dari negara yang penting baik
secara strategis, ekonomis, politis, belum lagi secara minyak dan
pertahanan.
Bahkan
ia tidak mengambil gajinya, alasannya adalah bahwa semua kesejahteraan
adalah milik negara dan ia bertugas untuk menjaganya.
8.
Satu hal yang membuat kagum staf kepresidenan adalah tas yg selalu
dibawa sang presiden tiap hari selalu berisikan sarapan roti isi atau
roti keju yang disiapkan istrinya dan memakannya dengan gembira, ia juga
menghentikan kebiasaan menyediakan makanan yang dikhususkan untuk
presiden.
9.
Hal lain yang ia ubah adalah kebijakan Pesawat Terbang Kepresidenan, ia
mengubahnya menjadi pesawat kargo sehingga dapat menghemat pajak
masyarakat dan untuk dirinya, ia meminta terbang dengan pesawat terbang
biasa dengan kelas ekonomi.
10.
Ia kerap mengadakan rapat dengan menteri2 nya untuk mendapatkan info
tentang kegiatan dan efisiensi yang sdh dilakukan, dan ia memotong
protokoler istana sehingga menteri2 nya dapat masuk langsung ke
ruangannya tanpa ada hambatan.
Ia
juga menghentikan kebiasaan upacara2 seperti karpet merah, sesi foto,
atau publikasi pribadi, atau hal2 spt itu saat mengunjungi berbagai
tempat di negaranya.
11.
Saat harus menginap di hotel, ia meminta diberikan kamar tanpa tempat
tidur yg tidak terlalu besar karena ia tidak suka tidur di atas kasur,
tetapi lebih suka tidur di lantai beralaskan karpet dan selimut.
Apakah perilaku tersebut merendahkan posisi presiden?
Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal2nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi.
Presiden Iran tidur di ruang tamu rumahnya sesudah lepas dari pengawal2nya yg selalu mengikuti kemanapun ia pergi.
Menurut
koran Wifaq, foto2 yg diambil oleh adiknya tersebut, kemudian
dipublikasikan oleh media masa di seluruh dunia, termasuk amerika.
12. Sepanjang sholat, anda dapat melihat bahwa ia tidak duduk di baris paling muka
13.
Bahkan ketika suara azan berkumandang, ia langsung mengerjakan sholat
dimanapun ia berada meskipun hanya beralaskan karpet biasa
14.
baru-baru ini dia baru saja mempunyai Hajatan Besar Yaitu Menikahkan
Puteranya. Tapi pernikahan putra Presiden ini hanya layaknya pernikahan
kaum Buruh. Berikut dokumentasi pernikahan Putra Seorang Presiden
Lihat aja makanannya cuman ada Pisang, Jeruk, Apel
Mari mewaspadai dan TOLAK — IIPAC(Indonesia Israel Public Affairs Committee)
12/04/2010 Sekna Nenava Tinggalkan komentar Go to comments
12/04/2010 Sekna Nenava Tinggalkan komentar Go to comments
Benjamin Ketang (Direktur Eksekutif IIPAC)
Bisa dipastikan IIPAC turut berperan dalam Pemilu dan Pilpres di Indonesia. Persis seperti AIPAC di Amerika. Sehingga, untuk menjadi Presiden RI harus “Israel First”. Pantas bila negeri kita terus mengekor AS.
Bisa dipastikan IIPAC turut berperan dalam Pemilu dan Pilpres di Indonesia. Persis seperti AIPAC di Amerika. Sehingga, untuk menjadi Presiden RI harus “Israel First”. Pantas bila negeri kita terus mengekor AS.
——————
Jum’at, 29 Januari 2010 | 17:54 WIB
Jum’at, 29 Januari 2010 | 17:54 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta
– Komite urusan publik Indonesia-Israel (Indonesia Israel Public
Affairs Committee – IIPAC) hari ini, Jumat (29/1) meresmikan peluncuran
Indonesia Business Lobby. Lembaga di bawah IIPAC itu bertujuan
memfasilitasi para investor yahudi di seluruh dunia untuk menanamkan
modalnya di Indonesia.
Menurut
Direktur Eksekutif IIPAC, Benjamin Ketang, lembaganya akan bekerja sama
dengan Komite Urusan Publik Amerika Isreal (AIPAC) di Amerika Serikat
dan Komite Urusan Australia – Yahudi – Isreal AIJAC di Australia. Sejauh
ini, kata dia, sudah ada 19 pengusaha baik dari Indonesia maupun dari Isreal yang masuk dalam forum lobi itu.
Benjamin menegaskan bahwa pihaknya tidak khawatir soal hubungan bisnis dengan Isreal yang merupakan isu sangat sensitif di Indonesia. “Nggak masalah, kita sudah siap,” katanya kepada Tempo, saat ditanya soal kemungkinan protes yang akan dilakukan umat Islam.
IIPAC didirikan pada 2002 dan berkantor di sebuah tempat di Jakarta Selatan.
Jakarta,
15 Desember, 2009 Benjamin Ketang The Indonesia-Israel Public Affairs
Committee (IIPAC) Jl. Kyai Haji Wahid HASYEM, 28 Jakarta Pusat 11000
phone: +62 21 93442874 Mobile: +62 81288834728 E-mail:
ben.ketang@gmail.com
Alamat jl kramat raya 164
Alamat jl kramat raya 164
SITUS IIPAC: http://iipac.wordpress.com/
LAMBANG IIPAC:
LAMBANG IIPAC:
EKONOMI-POLITIK GLOBAL (Dominasi dollar-penjajahan The Fed-penjajahan Israel atas Palestina)
I. Pengantar (khususnya untuk teman2 penstudi HI, yang tidak tertarik silahkan langsung saja ke bagian II)
Seorang
profesor yang mengajari kami matakuliah EPG (Ekonomi Politik Global),
mengatakan bahwa EPG adalah jantung dari HI. Bila Anda menguasai EPG,
maka Anda akan menguasai esensi studi HI. Sebabnya, hubungan
antarnegara, baik konflik maupun kerjasama ujung-ujungnya adalah
hubungan ekonomi, upaya satu aktor (baik aktor negara maupun non-negara)
untuk meraup sumber daya sebanyak-banyaknya dari aktor lain. Tapi,
dalam pandangan EPG, tak ada aktivitas ekonomi yang terjadi di ruang
kosong (pure economic), melainkan pasti ada frame politiknya.
Selanjutnya, untuk mempelajari EPG, kita pun harus merunut jauh ke
kajian-kajian filsafat mengenai sifat-sifat manusia, lalu
ideologi-ideologi yang melandasi aktivitas ekonomi-politik manusia,
mulai dari liberalisme, merkantilisme, strukturalisme (marxisme), dan
Islam (ini tambahan dari saya saja; setau saya, sejauh ini Islam belum
dianggap sebagai ideologi yang melandasi aktivitas ekonomi-politik dalam
kajian EPG). Dan masih banyak lagi aspek lain, yang sangat luas
spektrumnya.
Menurut
saya sendiri, inti dari EPG di zaman ini adalah distribusi uang (saya
pribadi punya keyakinan, suatu saat keadilan akan tegak di muka bumi,
jadi pada saat itu inti EPG tentunya bukan lagi uang). Uang-lah yang
menjadi pangkal kekisruhan (atau kerjasama) global. Problemnya terletak
pada kekacauan fungsi uang. Seharusnya, uang adalah barang berharga yang
layak untuk untuk dijadikan alat tukar bagi barang dan jasa. Bila Anda
sudah berpeluh mengangkat barang ratusan kilo, sudah selayaknya Anda
dibayar dengan benda berharga, semisal emas atau perak dengan jumlah
tertentu. Tapi, dewasa ini, upah diberikan dalam bentuk uang kertas,
yang dicetak di percetakan, diberi nominal angka tertentu dan
ditandatangani oleh pejabat bank. Di sini, ada perubahan proses: uang
yang seharusnya didistribusikan, kini malah diciptakan oleh pihak-pihak
tertentu. Sesungguhnya, uang diciptakan sekali saja, oleh Tuhan, dalam
bentuk logam mulia yang terbatas jumlahnya, dan tidak bisa diciptakan
ulang oleh manusia. Ketika jumlahnya terbatas, proses ekonomi adalah
proses pendistribusian uang. Pemilik jasa akan mendapat uang, pemakai
jasa menyerahkan uang. Pemilik minyak meraup uang, pembeli minyak
memberikan uang.
Ketika uang diciptakan di mesin cetak, yang terjadi adalah chaos (kekacauan). Krisis moneter yang melanda Indonesia
tahun 1997-1998 adalah salah satu bukti yang kita rasakan bersama,
betapa pahitnya. Tapi negara-negara dunia masih mampu bertahan dengan
terus-menerus mencetak uang di mesin-mesin percetakan. Namun, semua
tipuan ini akan ada ujungnya, pasti. Bahkan ada ekonom yang meramalkan
tahun 2011 bank-bank global akan kolaps karena sistem uang kertas sudah
tak mampu lagi mendukung aktivitas ekonomi manusia. Namun, pertanyaan
pentingnya, siapa yang menciptakan sistem uang kertas ini? Tidakkah
mereka dulu memperkirakan adanya kemungkinan chaos (kekacauan) ini?
Jawabnya, karena memang semua ini adalah proses penjajahan era baru. Para
pencipta sistem keuangan kertas ini memang ingin menjajah manusia di
dunia tanpa perlu senjata dan darah. Dan ironisnya, negara yang paling
awal terjajah melalui sistem ini justru AS. Berikut ini uraiannya.
II. Sejarah Dominasi Dollar di AS dan Dunia
Awalnya, semua negara di dunia menggunakan emas dan perak ketika bertransaksi satu sama lain. Bahkan AS pun dalam UUD-nya mencantumkan bahwa negara menggunakan koin emas dan perak sebagai alat pembayaran. Pada tahun 1800-an hingga 1900-an, orang-orang AS menggunakan uang koin emas dan perak.
Lalu pada 1862, Presiden Lincoln perlu uang untuk membiayai perang saudara (pertanyaan klasik yang hingga kini bisa terus dipertanyakan: siapakah pemicu perang? siapakah yang meraup uang dari perang?). Parlemen AS mengizinkan Lincoln untuk meminjam uang dari bank negara (saat itu masih benar-benar bank milik pemerintah AS) sebesar 150 juta dollar (dalam bentuk koin emas/perak). Seharusnya, pemerintahan Lincoln mengembalikan uang itu dengan uang lagi, namun karena tidak mampu, diperkenalkanlah uang kertas yang berisi ‘janji’ untuk membayar kelak di lain waktu. Ketika itulah pemerintah AS memperkenalkan uang kertas dalam bentuk ‘sertifikat emas/perak’. Para pemilik uang menyimpan uangnya di bank pemerintah, pemerintah akan memberikan sertifikat bukti simpanan itu. Sertifikat itu kemudian bisa dijadikan alat tukar. Si A bisa membeli barang kepada si B dengan menggunakan sertifikat ini, lalu ketika si B butuh uang, dia bisa menyerahkan sertifikat ke bank dan menukarnya dengan koin emas/perak sesuai yang tertera di sertifikat.
Uang kertas ini secara bertahap diperkenalkan ke masyarakat dan dicetak terus-menerus untuk membiayai pengeluaran negara. Awalnya, saat itu ada cadangan emas di bank yang menjadi penjamin uang kertas itu, namun kelak, lama kelamaan, emas cadangan pun habis, sehingga pada akhirnya, uang kertas hanya uang kertas, bukan lagi ‘bukti’ penyimpanan cadangan emas di bank.
II. Sejarah Dominasi Dollar di AS dan Dunia
Awalnya, semua negara di dunia menggunakan emas dan perak ketika bertransaksi satu sama lain. Bahkan AS pun dalam UUD-nya mencantumkan bahwa negara menggunakan koin emas dan perak sebagai alat pembayaran. Pada tahun 1800-an hingga 1900-an, orang-orang AS menggunakan uang koin emas dan perak.
Lalu pada 1862, Presiden Lincoln perlu uang untuk membiayai perang saudara (pertanyaan klasik yang hingga kini bisa terus dipertanyakan: siapakah pemicu perang? siapakah yang meraup uang dari perang?). Parlemen AS mengizinkan Lincoln untuk meminjam uang dari bank negara (saat itu masih benar-benar bank milik pemerintah AS) sebesar 150 juta dollar (dalam bentuk koin emas/perak). Seharusnya, pemerintahan Lincoln mengembalikan uang itu dengan uang lagi, namun karena tidak mampu, diperkenalkanlah uang kertas yang berisi ‘janji’ untuk membayar kelak di lain waktu. Ketika itulah pemerintah AS memperkenalkan uang kertas dalam bentuk ‘sertifikat emas/perak’. Para pemilik uang menyimpan uangnya di bank pemerintah, pemerintah akan memberikan sertifikat bukti simpanan itu. Sertifikat itu kemudian bisa dijadikan alat tukar. Si A bisa membeli barang kepada si B dengan menggunakan sertifikat ini, lalu ketika si B butuh uang, dia bisa menyerahkan sertifikat ke bank dan menukarnya dengan koin emas/perak sesuai yang tertera di sertifikat.
Uang kertas ini secara bertahap diperkenalkan ke masyarakat dan dicetak terus-menerus untuk membiayai pengeluaran negara. Awalnya, saat itu ada cadangan emas di bank yang menjadi penjamin uang kertas itu, namun kelak, lama kelamaan, emas cadangan pun habis, sehingga pada akhirnya, uang kertas hanya uang kertas, bukan lagi ‘bukti’ penyimpanan cadangan emas di bank.
[Pertanyaan: mengapa uang kertas yang dijadikan jalan keluar?
Jawabnya:
1)
karena dgn uang kertas, segelintir orang bisa melakukan apa saja;
misalnya, pemerintah bisa hidup mewah, yang tak mungkin bisa dilakukan
bila hanya uang emas yang beredar; uang emas sangat terbatas dan hanya
orang yang benar-benar bekerja dan punya sumber daya yang bisa
memilikinya. Pemerintah korup tentu tak bisa bermewah-mewah dalam sistem
uang emas, kecuali bila dengan terang-terangan menindas rakyat.
Padahal, di era modern, penindasan dan perbudakan terang-terangan
seperti zaman feodal dulu sudah tidak mungkin lagi dilakukan.
2)
karena ada segelintir orang kaya yang bisa meraup kekayaan yang
sangat-sangat-super banyak melalui sistem ini; selanjutnya akan
dijelaskan pada bagian III “Sejarah The Fed”]
Tentu saja, prosesnya tidak mudah dan memakan waktu sangat panjang. Rakyat AS
zaman itu sudah pasti tidak mau begitu saja dibodoh-bodohi: menyerahkan
emas perak mereka untuk ditukar dengan kertas cetakan. Akhirnya pada
1933, dengan alasan untuk menyelamatkan perekonomian negara, Presiden
Roosevelt menggunakan cara kekerasan: penyitaan emas-perak. Siapa saja
yang menyimpan emas-perang dianggap kriminal dan terancam penjara dan
denda. Transaksi harus menggunakan uang kertas. Semua kontrak bisnis
yang menggunakan uang emas harus dikonversi ke uang kertas. Semua
pemilik uang emas-perak harus datang ke bank untuk ditukar dengan
sejumlah uang kertas. [Proses penyitaan emas ini juga dibarengi dengan
indoktrinasi di sekolah-sekolah/universitas, karena pada era itu,
sekolah di AS sudah dibawah kendali pemerintah. Rakyat AS didoktrin bahwa uang kertas sama baiknya dengan uang emas dan bahwa penyitaan emas adalah demi kebaikan rakyat.]
Setelah SEMUA uang emas ditarik, dan rakyat menggenggam uang kertas, bank pun melakukan devaluasi mata uang. Pemerintah AS lalu menjual sebagian emas yang disita dari rakyatnya itu kepada pasar internasional (tentu dengan melalui bank), dengan harga yang lebih mahal daripada harga beli dari rakyat. Pemerintah AS menerima uang kertas sebagai ganti emas yang ‘dirampok’ dari rakyat itu, lalu digunakan untuk membiayai roda pemerintahan (atau tepatnya, untuk membiayai kehidupan mewah para pejabat negara). Jelas ini adalah perampokan uang rakyat besar-besaran.
Setelah SEMUA uang emas ditarik, dan rakyat menggenggam uang kertas, bank pun melakukan devaluasi mata uang. Pemerintah AS lalu menjual sebagian emas yang disita dari rakyatnya itu kepada pasar internasional (tentu dengan melalui bank), dengan harga yang lebih mahal daripada harga beli dari rakyat. Pemerintah AS menerima uang kertas sebagai ganti emas yang ‘dirampok’ dari rakyat itu, lalu digunakan untuk membiayai roda pemerintahan (atau tepatnya, untuk membiayai kehidupan mewah para pejabat negara). Jelas ini adalah perampokan uang rakyat besar-besaran.
Makanya
dikatakan: sejak saat itu, rakyat AS dijajah oleh bank. Mereka harus
bekerja keras, dibayar dengan uang kertas. Sumber daya alam –yang
sejatinya milik rakyat- dieksplorasi (misalnya, emas dan minyak digali)
lalu ditukar dengan uang kertas.
Pertanyaannya: siapa bank yang sedemikian berkuasa itu? Apakah benar-benar bank milik pemerintah AS?
Jawabnya:
baca di bagian III : Sejarah The Fed]
Selanjutnya, pada tahun 1944, AS menggagas sistem keuangan internasional yang disebut Perjanjian Bretton Woods.
Perjanjian
ini dihadiri 44 negara Barat ini sepakat bahwa negara-negara tidak lagi
menggunakan emas sebagai alat transaksi internasional, melainkan dengan
dollar yang di-back up oleh emas. Artinya, AS
menjamin bahwa setiap uang kertas dollar yang dicetaknya, ada cadangan
emas di bank dalam jumlah tertentu. Lalu, mengapa negara-negara adikuasa
macam Inggris, Perancis, dll, mau menerima perjanjian ini? Pertama,
karena saat itu mereka sedang dalam posisi lemah akibat Perang Dunia
I-II. Kedua, karena bank AS saat itu memiliki cadangan emas terbanyak.
Dengan demikian, negara-negara lain diminta percaya pada uang dollar
karena bank AS menyimpan 2/3 emas dunia.
Kenyataannya,
akhirnya AS tak mampu lagi (atau, saya curiganya, sudah didesain
demikian oleh para penggagas uang kertas) mem-back up semua dollar hasil
cetakan pabrik dengan uang (seperti dikatakan tadi, emas itu terbatas,
uang kertas bisa dicetak semau pemilik percetakan). Akibatnya,
pertukaran dolar dengan emas tidak lagi setara dengan harga pertukaran
emas resmi yang disepakati di Bretton Woods. Pada tahun 1971, AS sepihak
mengumumkan tidak lagi terikat pada Bretton Woods dan tidak lagi
melakukan back-up emas terhadap dollar yang dicetaknya. Namun terlambat
bagi dunia, dollar sudah merasuk ke seluruh penjuru dunia dan menjadi
alat tukar utama transaksi internasional. Dunia sudah dicengkeram oleh
penjajahan bank AS yang bisa seenaknya mencetak dollar. Pertanyaannya,
siapakah sebenarnya bank yang mencetak dollar itu?
III. Sejarah The Fed
Satu-satunya
lembaga yang ‘berhak’ mencetak dollar adalah bank bernama The Fed
(Federal Reserve Bank). Ironisnya, ternyata bank ini bukan bagian/milik
pemerintah AS. Bank
itu murni bank swasta, bahkan dimiliki bukan oleh orang AS, melainkan
klan konglomerat Yahudi-Zionis, bernama Rothschild dan rekan-rekannya
(antara lain: Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of Berlin,
Warburg Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam, Israel Moses Seif
Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman & Sach of
New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan Bank of
New York, dan Kuhn & Loeb Bank of New York.)
Awalnya
pada 1837-1862 AS punya bank pemerintah yang mencetak uang (sertifikat
emas/perak, seperti sudah diceritakan sebelumnya). Secara bertahap, uang
kertas diperkenalkan kepada masyarakat dan menjadi alat tukar pengganti
koin emas/perak.
Lalu, pada tahun 1913,
Rothschild dkk membentuk The Fed. The Fed memiliki cadangan emas yang
sangat banyak, sehingga mampu meminjamkan uang yang sangat besar kepada
pemerintah AS. Kandidat-kandidat presiden AS dibiayai kampanye mereka
oleh The Fed, dan setelah berkuasa, para presiden itu mengeluarkan
keputusan/UU yang menguntungkan The Fed. Dimulai dari Presiden Woodrow
Wilson, pada tahun 1914 menandatangani keputusan memberikan hak cetak
mata uang AS kepada The Fed. Pemerintah mendapatkan uang kertas produksi
The Fed dalam bentuk hutang yang harus dibayar kembali beserta
bunganya. Rakyat AS dipaksa membayar pajak untuk membayar bunga tersebut.
Kelak
Wilson menyesali keputusannya ini dan berkata, “Saya adalah orang yang
paling tidak bahagia. Saya telah menghancurkan negara saya. Sebuah
bangsa industri yang besar ini dikontrol oleh sistem kredit.
Sistem
kredit kita terkonsentrasi. Pertumbuhan bangsa ini dan seluruh
aktivitas kita berada di tangan segelintir orang. Kita telah menjadi
pemerintah yang paling diatur, dikontrol, dan didominasi di dunia
modern. [Kita] tidak lagi pemerintah yang memiliki pandangan yang bebas,
pemerintah yang diakui, yang dipilih oleh suara mayoritas, melainkan
pemerintah yang dikontrol oleh opini dan paksaan sekelompok kecil orang
yang mendominasi.”
(“I
am a most unhappy man. I have unwittingly ruined my country. A great
industrial nation is controlled by its system of credit. Our system of
credit is concentrated. The growth of the nation, therefore, and all our
activities are in the hands of a few men. We have come to be one of the
worst ruled, one of the most completely controlled and dominated
governments in the civilized world. No longer a government by free
opinion, no longer a government by conviction and the vote of the
majority, but a government by the opinion and duress of a small group of
dominant men.”)
Pada
tahun 1933, menyusul terjadinya krisis moneter, Presiden Roosevelt yang
juga kampanyenya didanai The Fed, melakukan aksi penyitaan emas rakyat
dan menyerahkannya kepada The Fed sehingga dollar benar-benar menjadi
mata uang AS dan uang emas/perak tidak digunakan lagi.
Tentu tidak semua presiden AS sebodoh Wilson atau Roosevelt, sehingga mau menukar kedaulatan negara dengan uang bantuan kampanye.
Presiden F Kennedy pernah berusaha melepaskan AS dari jeratan The Fed dengan membuat rencana penerbitan mata uang sendiri.
Namun,
sebelum rencananya terlaksana, dia sudah mati dibunuh.
Presiden-presiden sebelumnya, dan para politisi dan ekonom AS pun sudah
banyak yang memperingatkan bahaya penyerahan hak cetak dollar dan hak
pendistribusiannya kepada bankir swasta; namun suara-suara itu
lenyap begitu saja, seiring dengan terus berlanjutnya proses
indoktrinasi sistem ekonomi uang kertas di kalangan akademisi seluruh
dunia.
Situasi
ini dijelaskan sendiri oleh Rothschild pada tahun 1863, “Sedikit orang
yang memahami sistem ini sangat tertarik pada keuntungan sistem ini atau
sangat memiliki ketergantungan pada sistem ini, sehingga tidak akan ada
perlawanan dari mereka” (“The few who understand the system, will
either be so interested from it’s profits or so dependant on it’s
favours, that there will be no opposition from that class.”)
Meluasnya penggunaan dollar di dunia, dan dijadikannya dollar sebagai standar mata uang dunia (contoh: harga2 di Indonesia selalui dikaitkan dengan dollar, dollar naik, harga barang di Indonesia
juga naik) membuat The Fed kini pada hakikatnya adalah penjajah dunia,
termasuk rakyat AS sendiri. The Fed leluasa mencetak dollar, dan rakyat
sedunia memberikan kekayaan alam dan keringat mereka untuk ditukar
dengan dollar. Contohnya Indonesia, karena pemerintah Indonesia
mau saja dibodoh-bodohi menerima hutang dollar; untuk membayarnya,
digunakanlah uang pajak hasil keringat rakyat dan dengan menjual sumber
daya alam.
IV. Kemana Uang The Fed Mengalir?
Pertanyaan
akhir, buat apa klan Rothschild dan kroni-kroninya itu mengeruk
kekayaan dari seluruh penjuru dunia? Masih kurang kayakah mereka?
Kapankah mereka akan bisa terpuaskan?
Jawabnya:
1. Kalau
kita kembali pada Al Quran (AlHumazah:2-3), mereka inilah yang disebut
“orang yang mengumpulkan uang dan menghitung-hitungnya; dan mengira
bahwa hartanya itu akan mengekalkan dirinya.”
Mereka
terus-menerus mengumpulkan uang, dengan menghalalkan segala cara,
termasuk dengan menjajah secara terang-terangan, atau menjajah melalui
sistem uang kertas, demi mempertahankan keabadian diri dan keluarga
mereka di muka bumi. Dan inilah ujian bagi manusia yang beriman: mau
terus tunduk di bawah penjajahan manusia-manusia jenis ini, atau
bergerak, bergerak, bergerak, berjuang membebaskan diri dan menciptakan
keadilan di muka bumi.
2. Kalau mau diperdalam lagi pembahasannya: Rothschild adalah Yahudi-Zionis yang punya impian untuk membangun Israel Raya. Israel
mengenang Baron Edmond James (Avrahim Binyamin) de Rothschild
(1845-1934) sebagai “Father of the Settlement”. Dialah yang pertama kali
memulai proyek permukiman Israel
dengan membeli tanah-tanah di Palestina untuk kemudian dihuni oleh
imigran-imigran Yahudi dari berbagai penjuru dunia. Impian Edmond
Rothschild ini diteruskan oleh keturunannya (bahkan, darah klan
Rothschild tetap ‘murni’ hingga sekarang karena ada aturan ketat tentang
pernikahan dalam keluarga itu). Ketika jumlah penduduk Yahudi sudah
cukup signifikan, dengan uangnya, klan Rothschild menggunakan segala
macam cara untuk menekan wakil-wakil negara-negara anggota PBB sampai
mereka akhirnya pada tahun 1947 menyetujui Resolusi 181 yang merampas
56,5% wilayah Palestina untuk dijadikan negara Israel. Hingga kini,
biaya operasional Israel
masih terus disuplai oleh AS (dan siapa sesungguhnya pemilik uang di
AS, dan bagaimana uang itu dikeruk, sudah terjawab di uraian di atas).
Oya,
ingat juga fakta bahwa Deklarasi Balfour 1917 -yang berisi kesepakatan
Inggris untuk menyiapkan tanah air bagi bangsa Yahudi- disampaikan
secara resmi oleh Menlu Inggris kepada Walter Rothschild (anak Edmon
Rothschild).
Jasa Edmond Rothschild diabadikan dalam uang koin emas Israel yang dimanai “Koin Hari Kemerdekaan” berikut ini:
Bagian depan:
foto Baron Rothschild bertulisan aksara Hebrew “Father of the Jewish Settlement”.
Bagian belakang:
lambang negara Israel dengan tulisan di bawahnya “Baron Edmond de Rothschild”, “1845-1934″ (masa hidup Edmond Rothschild), “Centenary of His First Settlement Activities in Eretz Israel”. Kata “Israel” ditulis dalam huruf Hebrew, Inggris, dan Arab. Tahun penerbitan mata uang ini adalah 1982.
V. Penutup
Jadi
menurut pendapat pribadi saya, inilah esensi Hubungan Internasional
yang sesungguhnya: dunia ini berjalin berkelindan, tak ada
manusia/bangsa yang benar-benar hidup sendirian, semua saling terkait
dan terpaut, dan karenanya umat manusia seharusnya berjalan bersama,
berjuang bersama mencapai kesadaran diri (emansipasi), dan memandang
dunia secara jernih supaya bisa melihat bahwa sebagian besar penduduk
dunia ini saat ini sedang ditindas oleh segelintir lainnya. Dan
karenanya, masihkah ada lagi yang harus bertanya: mengapa kita orang Indonesia
musti membela Palestina, bukankah lebih baik mengurusi korban Lapindo?
Lihatlah, siapa yang ada di balik semua ini dan bergeraklah! Minimalnya,
bergeraklah dengan cara menyebarluaskan penyadaran dan pencerahan,
melalui sikap sehari-hari (misalnya, mulai bersikap independen dan tidak
lagi selalu berorientasi uang dalam menjalani hidup), kata-kata, atau
tulisan.[Dina Y. Sulaeman]
Catatan:
-Bila berkenan, silahkan disebarkan, tak perlu pakai izin
-Bila berkenan, silahkan disebarkan, tak perlu pakai izin
The Fed: Penguasa Amerika yang Sebenarnya
Ditulis oleh: Sufyan al Jawi – Numismatik Indonesia
Prof. Richard Claproth dalam kertas kerja berjudul “U.S Government Bankruptcy Proceedings” menerangkan dengan detail bagaimana konspirasi Yahudi menguasai Amerika Serikat. Inilah salinannya:
Ditulis oleh: Sufyan al Jawi – Numismatik Indonesia
Prof. Richard Claproth dalam kertas kerja berjudul “U.S Government Bankruptcy Proceedings” menerangkan dengan detail bagaimana konspirasi Yahudi menguasai Amerika Serikat. Inilah salinannya:
Sebelum 1913, Pemerintah AS
memperoleh dana dari tarif impor. Saat itu belum ada pajak terhadap
warga AS. Mata uang Amerika dibuat dari logam asli (koin emas &
perak) atau uang kertas dolar yang dihargai dan bisa dikembalikan
sebagai logam (gold dolar notes dan silver dolar notes).
Pada tahun 1913,
para bankir memutuskan bahwa telah terjadi kekurangan mata uang di AS,
dan pemerintah tidak bisa menerbitkan mata uang lagi karena semua emas
cadangannya telah terpakai. Agar ada sirkulasi tambahan uang, sekelompok
orang mendirikan satu bank yang dinamakan “The Federal Reserve Bank of New York”
yang kemudian hari populer disingkat The Fed. Kemudian The Fed menjual
stok emas yang dimiliki, dan dibeli oleh mereka sendiri senilai US$ 450
juta lewat Rothschild Bank of London, Rothschild Bank of Berlin, Warburg
Bank of Hamburg, Warburg Bank of Amsterdam (milik keluarga Warburg yang
mengontrol German Reichsbank bersama keluarga Rothschild), Israel Moses
Seif Bank of Italy, Lazard Brothers of Paris, Citibank, Goldman &
Sach of New York, Lehman & Brothers of New York, Chase Manhattan
Bank of New York, dan Kuhn & Loeb Bank of New York.
Karena
bank-bank tersebut memiliki cadangan emas yang besar, maka kelompok
bank tersebut dapat menerbitkan mata uang dengan jaminan emas yang
mereka miliki. Dan mata uang kelompok ini disebut “Federal Reserve
Notes”. Bentuknya sama dengan mata uang Amerika dan masing-masing dapat
saling tukar.
Untuk membayar bunga atas utang negara, pemerintah AS menciptakan pajak pendapatan – income tax.
Dengan
kaitan ini, sebenarnya warga negara AS membayar bunga kepada The Fed,
yang secara de facto sejak 1913 mereka sudah tidak merdeka lagi. Karena
seluruh income tax yang terkumpul dibayarkan ke Federal Reserve sebagai
bunga atas pinjaman.
Awal
tahun 1929, The Fed berhenti menerima uang emas sebagai pembayaran.
Yang berlaku hanya ‘uang resmi’. The Fed mulai menarik uang kertas yang
dijamin emas dari sirkulasi, dan menggantinya dengan ‘uang resmi’.
Sebelum tahun 1929 berakhir, ekonomi Amerika mengalami malapetaka
depresi besar ‘The Great Depression. Tahun 1931, Presiden AS, Hoover mengumumkan kekurangan budget sebesar US$ 920 juta.
Tahun 1932, Amerika menjual emas senilai US$ 750 juta yang digunakan untuk menjamin mata uang Amerika.
Ini sama dengan ‘penjualan likuidasi sebuah perusahaan bermasalah. Emas
yang dijual ini dibeli dengan diskon oleh bank internasional (asing),
dan pembelinya adalah para pemilik The Fed di New York. Pada sisi lain, secara diam-diam, Roosevelt mendapat sokongan dana besar dari para bankir Yahudi untuk biaya kampanye presiden.
Roosevelt mengalahkan Hoover dalam pemilu Presiden tahun 1932. dalam sambutannya, Roosevelt
mengatakan: “satu-satunya hal yang harus kita takutkan adalah ketakutan
itu sendiri”. Roosevelt melakukan serangkaian keputusan untuk melakukan
reorganisasi pemerintah AS sebagai suatu perusahaan.
Perusahaan ini [USA] kemudian mengalami kebangkrutan. AS bangkrut karena tidak mampu membayar bunga akibat berhutang kepada Federal Reserve. Akibat
bangkrutnya AS, maka bank-bank yang merupakan pemilik The Fed sekarang
memiliki SELURUH Amerika, termasuk warga negaranya dan aset-asetnya!
Amerika mengalami bentuk penjajahan yang sempurna. Negara USA
adalah anak perusahaan Federal Reserve. Sehingga tidaklah mengherankan
bila pemerintah AS selalu membela kepentingan Yahudi di tanah jajahan
mereka di Palestina.
Seminggu kemudian, di Parlemen, dilakukan tuntutan impeachment terhadap anggota-anggota dari Dewan Federal Reserve. Mereka, agen-agen Federal Reserve dan para manajer dari Departemen Keuangan AS dituduh telah melakukan kejahatan luar biasa dan penyalahgunaan wewenang, termasuk pencurian lebih dari US$ 80 juta pertahun selama lima tahun (total US$ 400 juta). Namun impeachment ini kandas di tengah jalan, mirip seperti kandasnya kasus Bank Century di negara kita.
Perampasan Harta Warga Negara
Tahun 1934, Presiden Roosevelt memerintahkan
seluruh bank di Amerika untuk tutup selama satu minggu, dan menarik
emas juga uang kertas yang di back up emas dari masyarakat, lalu
menggantinya dengan uang kertas yang dicetak Federal Reserve. Tahun itu
dikenang sebagai ‘Libur Bank Nasional. Rakyat mulai menahan emasnya,
karena mereka tidak mau menggunakan kertas tak bernilai yang dipaksakan
‘seolah-olah uang. Karena hal itu Roosevelt
murka, dan mengeluarkan perintah bahwa setiap warga negara dilarang
memiliki emas, karena ilegal. Emas dan perak dicantumkan sebagai barang
haram seperti narkotika! Para hamba
hukum melakukan razia besar-besaran, dan menggeledah orang-orang yang
memiliki emas dan perak, yang diperlakukan laiknya kriminal. Mereka
menyita emas dan perak yang ditemukan di masyarakat.
Pada
saat itu, rakyat yang ketakutan, berbondong-bondong menukar emasnya
dengan sertifikat (bond) bertuliskan I.O.U yang ditanda tangani oleh
Morgenthau, Menteri Keuangan Amerika. Setiap warga AS yang menukarkan
emasnya menerima kompensasi $ 20,67 / troy ons. Dalam waktu singkat
Pemerintah Federal berhasil meraup 5 juta troy ons emas (155,5 ton),
yang segera dilebur menjadi batangan. Taklama kemudian, The Fed
mendevaluasi uang kertas menjadi $ 35 / troy ons emas. Hal ini merupakan
perampokan emas terbesar yang terjadi dalam sejarah umat manusia. Pada
tahun 1976, Presiden Jimmy Carter mencabut aturan ini.
Tahun
1963, Presiden John F Kennedy memerintahkan Departemen Keuangan AS
untuk mencetak uang koin perak. Langkah ini mengakhiri kekuasaan Federal
Reserve dengan memiliki uang sendiri, maka rakyat Amerika tak perlu
membayar bunga atas uangnya sendiri. Lima
bulan setelah perintah itu dikeluarkan, Presiden Kennedy mati dibunuh!
Presiden Johnson yang ketakutan, membatalkan keputusan Presiden Kennedy,
kemudian menarik mata uang perak dari peredaran untuk dimusnahkan. Pada
hari yang sama ketika Kennedy dimakamkan, The Fed mengeluarkan uang ‘no
promise yang pertama. Dalam teks yang tercantum pada uang kertas, The
Fed tidak menjanjikan bahwa mereka akan membayar apapun, kecuali kertas
itu sendiri. Uang kertas dolar adalah murni alat tanda pembayaran, dan
nilai tukarnya tidak dijamin oleh The Fed.
Presiden Ronald Reagen merencanakan memperbaiki pemerintahan AS sesuai aturan konstitusi. Ia di tembak beberapa bulan kemudian di tahun 1981 oleh anak dari teman dekatnya, Wakil Presiden George Bush. Namun Reagen luput dari maut. Akhirnya Ia menunda keinginannya tersebut, baru pada masa pemerintahannya yang kedua, Reagen di tahun 1987 mulai merealisasikan perbaikan pemerintahan, namun tidak didukung oleh pejabat pemerintah AS lainnya.
Henry Ford pernah berkata: “Barangkali ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui asal-usul uang, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok pagi akan timbul revolusi” Pada hari ini rakyat Amerika sudah tidak lagi mempercayai uang kertas dolar. Diantara mereka ada yang telah paham bagaimana konspirasi Yahudi telah menguasai Amerika. Lalu orang-orang yang telah paham ini membangun Liberty dollar, yaitu uang dolar berupa koin emas yang diedarkan sebagai ‘uang sungguhan’. Langkah mereka ini coba diredam oleh FBI dengan memberangus markas Liberty dollar, namun pengadilan memenangkan pihak Liberty dollar. Dampak dari serbuan ini, pengguna Liberty dollar menjadi surut nyalinya.[]
Presiden Ronald Reagen merencanakan memperbaiki pemerintahan AS sesuai aturan konstitusi. Ia di tembak beberapa bulan kemudian di tahun 1981 oleh anak dari teman dekatnya, Wakil Presiden George Bush. Namun Reagen luput dari maut. Akhirnya Ia menunda keinginannya tersebut, baru pada masa pemerintahannya yang kedua, Reagen di tahun 1987 mulai merealisasikan perbaikan pemerintahan, namun tidak didukung oleh pejabat pemerintah AS lainnya.
Henry Ford pernah berkata: “Barangkali ada bagusnya rakyat Amerika pada umumnya tidak mengetahui asal-usul uang, karena jika mereka mengetahuinya, saya yakin esok pagi akan timbul revolusi” Pada hari ini rakyat Amerika sudah tidak lagi mempercayai uang kertas dolar. Diantara mereka ada yang telah paham bagaimana konspirasi Yahudi telah menguasai Amerika. Lalu orang-orang yang telah paham ini membangun Liberty dollar, yaitu uang dolar berupa koin emas yang diedarkan sebagai ‘uang sungguhan’. Langkah mereka ini coba diredam oleh FBI dengan memberangus markas Liberty dollar, namun pengadilan memenangkan pihak Liberty dollar. Dampak dari serbuan ini, pengguna Liberty dollar menjadi surut nyalinya.[]
Peran Bank Dunia dalam Kemunduran Perekonomian Indonesia
©Dina Y. Sulaeman
Sejarah Bank Dunia
Bank
Dunia adalah sebuah lembaga keuangan global yang secara struktural
berada di bawah PBB dan diistilahkan sebagai “specialized agency”. Bank
Dunia dibentuk tahun 1944 sebagai hasil dari Konferensi Bretton Woods
yang berlangsung di AS. Konferensi itu diikuti oleh delegasi dari 44
negara, namun yang paling berperan dalam negosiasi pembentukan Bank
Dunia adalah AS dan Inggris. Tujuan awal dari dibentuknya Bank Dunia
adalah untuk mengatur keuangan dunia pasca PD II dan membantu
negara-negara korban perang untuk membangun kembali perekonomiannya.
Sejak tahun 1960-an, pemberian pinjaman difokuskan kepada negara-negara non-Eropa untuk membiayai proyek-proyek yang bisa menghasilkan uang, supaya negara yang bersangkutan bisa membayar kembali hutangnya, misalnya proyek pembangunan pelabuhan, jalan tol, atau pembangkit listrik. Era 1968-1980, pinjaman Bank Dunia banyak dikucurkan kepada negara-negara Dunia Ketiga, dengan tujuan ideal untuk mengentaskan kemiskinan di negara-negara tersebut. Pada era itu, pinjaman negara-negara Dunia Ketiga kepada Bank Dunia meningkat 20% setiap tahunnya.
Peran Bank Dunia dalam Ekonomi dan Politik Global
Rittberger dan Zangl (2006: 172) menulis, sejak tahun 1970-an Bank Dunia mengubah konsentrasinya karena situasi semakin meningkatnya jurang perekonomian antara negara berkembang dan negara maju. Pada era itu, seiring dengan merdekanya negara-negara yang semula terjajah, jumlah negara berkembang semakin meningkat. Negara-negara berkembang menuntut distribusi kemakmuran (distribution of welfare) yang lebih merata dan negara-negara maju memenuhi tuntutan ini dengan cara menyuplai dana pembangunan di negara-negara berkembang.
Sejak tahun 1960-an, pemberian pinjaman difokuskan kepada negara-negara non-Eropa untuk membiayai proyek-proyek yang bisa menghasilkan uang, supaya negara yang bersangkutan bisa membayar kembali hutangnya, misalnya proyek pembangunan pelabuhan, jalan tol, atau pembangkit listrik. Era 1968-1980, pinjaman Bank Dunia banyak dikucurkan kepada negara-negara Dunia Ketiga, dengan tujuan ideal untuk mengentaskan kemiskinan di negara-negara tersebut. Pada era itu, pinjaman negara-negara Dunia Ketiga kepada Bank Dunia meningkat 20% setiap tahunnya.
Peran Bank Dunia dalam Ekonomi dan Politik Global
Rittberger dan Zangl (2006: 172) menulis, sejak tahun 1970-an Bank Dunia mengubah konsentrasinya karena situasi semakin meningkatnya jurang perekonomian antara negara berkembang dan negara maju. Pada era itu, seiring dengan merdekanya negara-negara yang semula terjajah, jumlah negara berkembang semakin meningkat. Negara-negara berkembang menuntut distribusi kemakmuran (distribution of welfare) yang lebih merata dan negara-negara maju memenuhi tuntutan ini dengan cara menyuplai dana pembangunan di negara-negara berkembang.
Basis keuangan Bank Dunia adalah modal yang diinvestasikan oleh negara anggota bank ini yang berjumlah 186 negara. Lima pemegang saham terbesar di Bank Dunia adalah AS, Perancis, Jerman, Inggris, dan Jepang. Kelima
negara itu berhak menempatkan masing-masing satu Direktur Eksekutif dan
merekalah yang akan memilih Presiden Bank Dunia. Secara tradisi,
Presiden Bank Dunia adalah orang AS karena AS adalah pemegang saham
terbesar. Sementara itu, 181 negara lain diwakili oleh 19 Direktur
Eksekutif (satu Direktur Eksekutif akan menjadi wakil dari beberapa
negara).
Bank
Dunia berperan besar dalam membangun kembali tatanan ekonomi liberal
pasca Perang Dunia II (Rittberger dan Zangl, 2006: 41). Pembangunan
kembali tatanan ekonomi liberal itu dipimpin oleh AS dengan rancangan
utama mendirikan sebuah tatanan perdagangan dunia liberal. Untuk
mencapai tujuan ini, perlu dibentuk tatanan moneter yang berlandaskan
mata uang yang bebas untuk dikonversi. Rittberger dan Zangl (2006: 43)
menulis, “Perjanjian Bretton Woods mewajibkan negara-negara untuk
menjamin kebebasan mata uang mereka untuk dikonversi dan mempertahankan
standar pertukaran yang stabil terhadap Dollar AS.”
Lembaga
yang bertugas untuk menjaga kestabilan moneter itu adalah IMF
(International Monetary Funds) dan IBRD (International Bank for
Reconstruction dan Development). IBRD inilah yang kemudian sering
disebut “Bank Dunia”. Pendirian Bank Dunia dan IMF tahun 1944 diikuti
oleh pembentukan tatanan perdagangan dunia melalui lembaga bernama GATT
(General Agreement on Tariffs and Trade) pada tahun 1947. Pada tahun
1995, GATT berevolusi menjadi WTO (World Trade Organization).
Meskipun
tugas Bank Dunia adalah mengatur kestabilan moneter, namun dalam
prakteknya, Bank Dunia sangat mempengaruhi politik global karena hampir
semua negara di dunia menjadi penerima hutang dari Bank Dunia. Sejak
awal beroperasinya, Bank Dunia sudah mempengaruhi politik dalam negeri
negara yang menjadi penghutangnya. Penerima hutang pertama Bank Dunia
adalah Perancis, yaitu pada tahun 1947, dengan pinjaman sebesar $ 987
juta. Pinjaman itu diberikan dengan syarat yang ketat, antara lain staf
dari Bank Dunia mengawasi penggunaan dana itu dan menjaga agar Perancis
mendahulukan membayar hutang kepada Bank Dunia daripada hutangnya kepada
negara lain. AS juga ikut campur dalam proses pencairan hutang ini.
Kementerian Dalam Negeri AS meminta Perancis agar mengeluarkan kelompok
komunis dari koalisi pemerintahan. Hanya beberapa jam setelah Perancis
menuruti permintaan itu, pinjaman pun cair.
Kebijakan yang diterapkan Bank Dunia yang mempengaruhi kebijakan politik dan ekonomi suatu negara, disebut SAP (Structural Adjustment Program). Bila negara-negara ingin meminta tambahan hutang, Bank Dunia memerintahkan agar negara penerima hutang melakukan “perubahan kebijakan” (yang diatur dalam SAP). Bila negara tersebut gagal menerapkan SAP, Bank Dunia akan memberi sanksi fiskal. Perubahan kebijakan yang diatur dalam SAP antara lain, program pasar bebas, privatisasi, dan deregulasi.
Kebijakan yang diterapkan Bank Dunia yang mempengaruhi kebijakan politik dan ekonomi suatu negara, disebut SAP (Structural Adjustment Program). Bila negara-negara ingin meminta tambahan hutang, Bank Dunia memerintahkan agar negara penerima hutang melakukan “perubahan kebijakan” (yang diatur dalam SAP). Bila negara tersebut gagal menerapkan SAP, Bank Dunia akan memberi sanksi fiskal. Perubahan kebijakan yang diatur dalam SAP antara lain, program pasar bebas, privatisasi, dan deregulasi.
Karena
adanya SAP ini, tak dapat dipungkiri, pengaruh Bank Dunia terhadap
politik dan ekonomi dalam negeri Indonesia juga sangat besar,
sebagaimana akan diuraikan berikut ini.
Kinerja Bank Dunia di Indonesia
Bank Dunia telah aktif di Indonesia
sejak 1967. Sejak saat itu hingga saat ini, Bank Dunia telah membiayai
lebih dari 280 proyek dan program pembangunan senilai 26,2 milyar dollar
atau setara dengan Rp243,725 triliun (dengan kurs Rp9.302 per USD).
Menurut Managing Director The World Bank Group, Ngozi Okonjo
(30/1/2008), pinjaman tersebut telah digunakan pemerintah Indonesia
untuk mendukung pengembangan energi, industri, dan pertanian. Sementara
yang sektor yang paling mendominasi selama 20 tahun pertama yakni
infrastruktur yang pemberiannya kepada masyarakat miskin. Total hutang Indonesia kepada Bank Dunia adalah 243,7 Trilyun rupiah dan total hutang pemerintah Indonesia kepada berbagai pihak mencapai 1600 Trilyun rupiah.
Anggoro (2008) menulis, ada beberapa tugas Bank Dunia di Indonesia. Pertama, memimpin Forum CGI. Aggota CGI (Consultative Group meeting on Indonesia) adalah 33 negara dan lembaga-lembaga donor yang dikoordinasikan oleh Bank Dunia. CGI “membantu” pembangunan di Indonesia dengan cara memberikan pinjaman uang serta bantuan teknik untuk menciptakan aturan-aturan pasar dan aktivitas ekonomi liberal. Dalam hal ini, Bank Dunia bertugas menciptakan pasar yang kuat bagi kepentingan negara-negara dan lembaga donor.
Anggoro (2008) menulis, ada beberapa tugas Bank Dunia di Indonesia. Pertama, memimpin Forum CGI. Aggota CGI (Consultative Group meeting on Indonesia) adalah 33 negara dan lembaga-lembaga donor yang dikoordinasikan oleh Bank Dunia. CGI “membantu” pembangunan di Indonesia dengan cara memberikan pinjaman uang serta bantuan teknik untuk menciptakan aturan-aturan pasar dan aktivitas ekonomi liberal. Dalam hal ini, Bank Dunia bertugas menciptakan pasar yang kuat bagi kepentingan negara-negara dan lembaga donor.
Tugas
kedua Bank Dunia adalah menyediakan hutang dalam jumlah besar,
bekerjasama dengan Jepang dan ADB (Asian Development Bank). Tugas Bank
Dunia yang lain adalah mendorong pemerintah Indonesia untuk melakukan privatisasi dan kebijakan yang memihak pada perusahaan-perusahaan besar.
Dana hutang yang diberikan kepada Indonesia, antara lain dalam bentuk hutang proyek dan hutang dana segar.
a. Hutang Proyek
Hutang
proyek adalah hutang dalam bentuk fasilitas berbelanja barang dan jasa
secara kredit. Namun, sayangnya, hutang ini justru menjadi alat bagi
Bank Dunia untuk memasarkan barang dan jasa dari negara-negara pemegang
saham utama, seperti Amerika, Inggris, Jepang dan lainnya kepada
Indonesia.
b. Hutang Dana Segar
Hutang dana segar bisa dicairkan bila Indonesia menerima Program Penyesuaian Struktural (SAP). SAP mensyaratkan pemerintah untuk melakukan perubahan kebijakan yang bentuknya, antara lain:
1. swastanisasi (Privatisasi) BUMN dan lembaga-lembaga pendidikan
2. deregulasi dan pembukaan peluang bagi investor asing untuk memasuki semua sektor
3. pengurangan subsidi kebutuhan-kebutuhan pokok, seperti: beras, listrik, pupuk dan rokok
4. menaikkan tarif telepon dan pos
5. menaikkan harga bahan bakar (BBM)
Besarnya
jumlah hutang (yang terus bertambah) membuat pemerintah juga harus
terus mengalokasikan dana APBN untuk membayar hutang dan bunganya.
Sebagai illustrasi, dapat kita lihat data APBN 2004 dimana pemerintah
mengalokasikan Rp 114.8 trilyun (28% dari total anggaran) untuk belanja
daerah, Rp 113.3 trilyun untuk pembayaran utang dalam dan luar negeri
(27% dari total anggaran), dan subsidi hanya Rp 23.3 trilyun (5% dari
total anggaran). Dari ketiga komponen anggaran belanja tersebut,
anggaran belanja daerah dan subsidi masing-masing mengalami penurunan
sebesar Rp 2 trilyun dan Rp 2.1 trilyun. Sedangkan alokasi untuk
pembayaran utang mengalami kenaikan sebesar Rp 14.1 trilyun.
Komposisi
dalam anggaran belanja negara tersebut mencerminkan besarnya beban
utang tidak saja menguras sumber-sumber pendapatan negara, tetapi juga
mengorbankan kepentingan rakyat berupa pemotongan subsidi dan belanja
daerah. Karena itu, meski Bank Dunia memiliki semboyan “working for a
world free of poverty”, namun meski telah lebih dari 60 tahun beroperasi
di Indonesia, angka kemiskinan masih tetap tinggi. Data dari Badan Pusat Statistik tahun 2009, ada 31,5 juta penduduk miskin di Indonesia.
Anggoro (2008), peneliti dari Institute of Global Justice, menulis, kerugian yang diderita Indonesia karena menerima pinjaman dari Bank Dunia adalah sebagai berikut.
Anggoro (2008), peneliti dari Institute of Global Justice, menulis, kerugian yang diderita Indonesia karena menerima pinjaman dari Bank Dunia adalah sebagai berikut.
1. Kerugian dalam bidang ekonomi
-Indonesia kehilangan hasil dari pengilangan minyak dan penambangan mineral (karena
diberikan untuk membayar hutang dan karena proses pengilangan dan
penambangan itu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan transnational
partner Bank Dunia)
-Jebakan hutang yang semakin membesar, karena mayoritas hutang diberikan dengan konsesi pembebasan pajak bagi perusahaan-perusahaan AS dan negara donor lainnya.
-Hutang
yang diberikan akhirnya kembali dinikmati negara donor karena Indonesia
harus membayar “biaya konsultasi” kepada para pakar asing, yang
sebenarnya bisa dilakukan oleh para ahli Indonesia sendiri.
-Hutang juga dipakai untuk membiayai penelitian-penelitian yang tidak bermanfaat bagi Indonesia melalui kerjasama-kerjasama dengan lembaga penelitian dan universitas-universitas.
-Bahkan, sebagian
hutang dipakai untuk membangun infrastuktur demi kepentingan
perusahaan-perusahaan asing, seperti membangun fasilitas pengeboran di
ladang minyak Caltex atau Exxon Mobil. Pembangunan infrastruktur itu dilakukan bukan di bawah kontrol pemerintah Indonesia, tetapi langsung dilakukan oleh Caltex dan Exxon.
2. Kerugian dalam bidang politik
-
Keterikatan pada hutang membuat pemerintah menjadi sangat bergantung
kepada Bank Dunia dan mempengaruhi keputusan-keputusan politik yang
dibuat pemerintah. Pemerintah harus berkali-kali membuat reformasi hukum
yang sesuai dengan kepentingan Bank Dunia.
Hal
ini juga diungkapkan ekonom Rizal Ramli (2009), ”Lembaga-lembaga
keuangan internasional, seperti Bank Dunia, IMF, ADB, dan sebagainya
dalam memberikan pinjaman, biasanya memesan dan menuntut UU ataupun
peraturan pemerintah negara yang menerima pinjaman, tidak hanya dalam
bidang ekonomi, tetapi juga di bidang sosial.
Misalnya, pinjaman sebesar 300 juta dolar AS dari ADB yang ditukar
dengan UU Privatisasi BUMN, sejalan dengan kebijakan Neoliberal. UU
Migas ditukar dengan pinjaman 400 juta dolar AS dari Bank Dunia.”
Cara kerja Bank Dunia (dan lembaga-lembaga donor lainnya) dalam menyeret Indonesia
(dan negara-negara berkembang lain) ke dalam jebakan hutang,
diceritakan secara detil oleh John Perkins dalam bukunya, “Economic Hit
Men”. Perkins adalah mantan konsultan keuangan yang bekerja pada
perusahaan bernama Chas T. Main, yaitu perusahaan konsultan teknik.
Perusahaan ini memberikan konsultasi pembangunan proyek-proyek
insfrastruktur di negara-negara berkembang yang dananya berasal dari
hutang kepada Bank Dunia, IMF, dll.
Mengenai pekerjaannya itu, Perkins (2004: 13-16) menulis, “…saya mempunyai dua tujuan penting. Pertama, saya harus membenarkan (justify) kredit dari dunia internasional yang sangat besar jumlahnya, yang akan disalurkan melalui Main dan perusahaan-perusahaan Amerika lainnya (seperti Bechtel, Halliburton, Stone & Webster) melalui proyek-proyek engineering dan konstruksi raksasa. Kedua, saya harus bekerja untuk membangkrutkan negara-negara yang menerima pinjaman raksasa tersebut (tentunya setelah mereka membayar Main dan kontraktor Amerika lainnya), sehingga mereka untuk selamanya akan dicengkeram oleh para kreditornya, dan dengan demikian negara-negara penerima utang itu akan menjadi target yang mudah ketika kita memerlukan yang kita kehendaki seperti pangkalan-pangkalan militer, suaranya di PBB, atau akses pada minyak dan sumber daya alam lainnya.”
Dalam wawancaranya dengan Democracy Now! Perkins mengatakan, “Pekerjaan utama saya adalah membuat kesepakatan (deal-making) dalam pemberian hutang kepada negara-negara lain, hutang yang sangat besar, jauh lebih besar daripada kemampuan mereka untuk membayarnya. Salah satu syarat dari hutang itu adalah—contohnya, hutang 1 milyar dolar untuk negara seperti Indonesia atau Ecuador—negara ini harus memberikan 90% dari hutang itu kepada perusahaan AS untuk membangun infrastruktur, misalnya perusahaan Halliburton atau Bechtel. Ini adalah perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini kemudian akan membangun jaringan listrik, pelabuhan, atau jalan tol, dan ini hanya akan melayani segelintir keluarga kaya di negara-negara itu. Orang-orang miskin di sana akan terjebak dalam hutang yang luar biasa yang tidak mungkin bisa mereka bayar.”
Untuk kasus Ekuador, Perkins menulis, negara itu kini harus memberikan lebih dari 50% pendapatannya untuk membayar hutang. Hal itu tentu tak mungkin dilakukan Ekuador. Sebagai kompensasinya, AS meminta Ekuador agar memberikan ladang-ladang minyaknya kepada perusahaan-perusahaan minyak AS yang kini beroperasi di kawasan Amazon yang kaya minyak.
Tak heran bila kemudian ekonom Joseph Stiglitz pada tahun 2002 mengkritik keras Bank Dunia dan menyebutnya “institusi yang tidak bekerja untuk orang miskin, lingkungan, atau bahkan stabilitas ekonomi”. Dengan demikian, menurut Stiglitz, Bank Dunia pada prakteknya menyalahi tujuan didirikannya bank tersebut, sebagaimana disebutkan di awal tulisan ini, yaitu untuk membantu mengentaskan kemiskinan dan menjaga kestabilan ekonomi.
Melihat kinerja seperti ini, menurut Anggoro (2008), Bank Dunia sesungguhnya telah melanggar Piagam PBB yang menyebutkan, “to employ international machinery for the promotion of the economic and social advancement of all peoples”. Dengan kata lain, Bank Dunia sebagai salah satu organ PBB mendapatkan mandat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan bangsa-bangsa. Bank Dunia malah memfokuskan operasinya pada penguatan pasar dan keuangan melalui ekspansi ekonomi perusahaan multinasional, dan membiarkan Indonesia selalu berada dalam jeratan hutang tak berkesudahan.[]
Mengenai pekerjaannya itu, Perkins (2004: 13-16) menulis, “…saya mempunyai dua tujuan penting. Pertama, saya harus membenarkan (justify) kredit dari dunia internasional yang sangat besar jumlahnya, yang akan disalurkan melalui Main dan perusahaan-perusahaan Amerika lainnya (seperti Bechtel, Halliburton, Stone & Webster) melalui proyek-proyek engineering dan konstruksi raksasa. Kedua, saya harus bekerja untuk membangkrutkan negara-negara yang menerima pinjaman raksasa tersebut (tentunya setelah mereka membayar Main dan kontraktor Amerika lainnya), sehingga mereka untuk selamanya akan dicengkeram oleh para kreditornya, dan dengan demikian negara-negara penerima utang itu akan menjadi target yang mudah ketika kita memerlukan yang kita kehendaki seperti pangkalan-pangkalan militer, suaranya di PBB, atau akses pada minyak dan sumber daya alam lainnya.”
Dalam wawancaranya dengan Democracy Now! Perkins mengatakan, “Pekerjaan utama saya adalah membuat kesepakatan (deal-making) dalam pemberian hutang kepada negara-negara lain, hutang yang sangat besar, jauh lebih besar daripada kemampuan mereka untuk membayarnya. Salah satu syarat dari hutang itu adalah—contohnya, hutang 1 milyar dolar untuk negara seperti Indonesia atau Ecuador—negara ini harus memberikan 90% dari hutang itu kepada perusahaan AS untuk membangun infrastruktur, misalnya perusahaan Halliburton atau Bechtel. Ini adalah perusahaan-perusahaan besar. Perusahaan ini kemudian akan membangun jaringan listrik, pelabuhan, atau jalan tol, dan ini hanya akan melayani segelintir keluarga kaya di negara-negara itu. Orang-orang miskin di sana akan terjebak dalam hutang yang luar biasa yang tidak mungkin bisa mereka bayar.”
Untuk kasus Ekuador, Perkins menulis, negara itu kini harus memberikan lebih dari 50% pendapatannya untuk membayar hutang. Hal itu tentu tak mungkin dilakukan Ekuador. Sebagai kompensasinya, AS meminta Ekuador agar memberikan ladang-ladang minyaknya kepada perusahaan-perusahaan minyak AS yang kini beroperasi di kawasan Amazon yang kaya minyak.
Tak heran bila kemudian ekonom Joseph Stiglitz pada tahun 2002 mengkritik keras Bank Dunia dan menyebutnya “institusi yang tidak bekerja untuk orang miskin, lingkungan, atau bahkan stabilitas ekonomi”. Dengan demikian, menurut Stiglitz, Bank Dunia pada prakteknya menyalahi tujuan didirikannya bank tersebut, sebagaimana disebutkan di awal tulisan ini, yaitu untuk membantu mengentaskan kemiskinan dan menjaga kestabilan ekonomi.
Melihat kinerja seperti ini, menurut Anggoro (2008), Bank Dunia sesungguhnya telah melanggar Piagam PBB yang menyebutkan, “to employ international machinery for the promotion of the economic and social advancement of all peoples”. Dengan kata lain, Bank Dunia sebagai salah satu organ PBB mendapatkan mandat untuk membantu meningkatkan kesejahteraan bangsa-bangsa. Bank Dunia malah memfokuskan operasinya pada penguatan pasar dan keuangan melalui ekspansi ekonomi perusahaan multinasional, dan membiarkan Indonesia selalu berada dalam jeratan hutang tak berkesudahan.[]
Perang Gaza, Perang Gas
Tulisan ini saya sarikan dari tulisan Chossudovsky (penulis buku America’s War on Terrorism’). Chossudovsky menulisnya Januari 2009, saat Israel tengah melancarkan invasi ke Gaza. Tulisan ini menyingkap fakta bahwa ada ladang gas di balik invasi tersebut. Detil laporan Chossudovsky mengenai ladang gas, termasuk petanya, bisa dilihat di sini. Tulisan ini saya posting krn ada kaitannya dengan posting sblmnya “Kritik untuk Era Muslim: Mengapa AS Menyerang Irak”.
–
Pada 27 Desember 2008, Israel melancarkan invasi ke Gaza dalam operasi militer “Menuang Timah” (Cast Lead Operation). Tujuan utama Israel adalah menumbangkan Hamas. Namun, meski 1200 warga Gaza syahid dan ribuan lainnya terluka Hamas tetap tegak hingga sekarang. Padahal, Israel telah mengerahkan segenap senjata canggihnya. Menurut, Michael Chassudovsky invasi militer Israel tersebut memiliki kaitan langsung dengan kontrol dan kepemilikan cadangan gas strategis di lepas pantai Gaza.
Tulisan ini saya sarikan dari tulisan Chossudovsky (penulis buku America’s War on Terrorism’). Chossudovsky menulisnya Januari 2009, saat Israel tengah melancarkan invasi ke Gaza. Tulisan ini menyingkap fakta bahwa ada ladang gas di balik invasi tersebut. Detil laporan Chossudovsky mengenai ladang gas, termasuk petanya, bisa dilihat di sini. Tulisan ini saya posting krn ada kaitannya dengan posting sblmnya “Kritik untuk Era Muslim: Mengapa AS Menyerang Irak”.
–
Pada 27 Desember 2008, Israel melancarkan invasi ke Gaza dalam operasi militer “Menuang Timah” (Cast Lead Operation). Tujuan utama Israel adalah menumbangkan Hamas. Namun, meski 1200 warga Gaza syahid dan ribuan lainnya terluka Hamas tetap tegak hingga sekarang. Padahal, Israel telah mengerahkan segenap senjata canggihnya. Menurut, Michael Chassudovsky invasi militer Israel tersebut memiliki kaitan langsung dengan kontrol dan kepemilikan cadangan gas strategis di lepas pantai Gaza.
Mendiang
Yasser Arafat telah meneken kontrak konsesi ekplorasi gas Gaza selama
25 tahun pada November 1999 dengan British Gas (yang mendapat bagian 60
persen) dan Consolidated Contractors (mendapat jatah 30 persen).
Otoritas Palestina sendiri kebagian 10%. Menurut British Gas (BG),
cadangan gas Gaza bernilai 4 milyar dollar (dan sangat mungkin, angka sesungguhnya lebih besar lagi).
Terpilihnya
PM Ariel Sharon pada 2001 menjadi titik balik kruisial dalam masalah
ini. Kedaulatan Palestina atas ladang gas itu digugat dalam Mahkamah
Tinggi Israel oleh Sharon. Sharon meyatakan bahwa “Israel tidak akan membeli gas dari Palestina dan ladang gas itu milik Israel.”
Pada 2003, Sharon memveto perjanjian Israel-BG yang mengizinkan BG menyuplai gas ke Israel
dari sumur gas di Gaza (The Independent, August 19, 2003). Tahun 2004,
Yasser Arafat meninggal, kemudian disusul dengan menangnya Hamas dalam
pemilu sehingga menguasai tampuk pemerintahan. Otoritas Palestina dan
rezim Mahmoud Abbas pun semakin lemah dan terjadi friksi internal
Hamas-Fatah. Pada saat yang sama, Hamas gencar dicitrakan sebagai
teroris dan terus ditekan oleh Barat.
Situasi ini memberi peluang kepada Israel untuk menguasai cadangan gas Gaza secara de facto. BG Group pun melanjutkan perundingan atas ladang gas Gaza dengan pemerintahan Tel Aviv, bukan dengan Hamas. Berbagai upaya dilakukan Israel
untuk membatalkan perjanjian BG sebelumnya dengan Otoritas Palestina.
Akhirnya December 2007, BG memutuskan keluar dari ladang gas Gaza. Pada Juni 2008 Israel menyusun rencana invasi ke Gaza
(Cast Lead Operation). Bersamaan dengan itu, Olmert kembali membuka
negosiasi dengan BG, sehingga terlihat bahwa selain menyusun rencana
invasi Gaza, Israel juga menyusun rencana pasca-invasi; yaitu eksplorasi gas Gaza.
Selanjutnya, bila melihat jalur gas yang dibangun oleh Israel, ternyata memanjang dari Eilat, Ashkelon,
hingga ke Ceyhan (Turki). Ceyhan adalah terminal gas dari jalur
“Baku-Tbilisi-Ceyhan” (BTC), sehingga terciptalah link antara jalur BTC
dengan Trans-Israel Eilat-Ashkelon, yang disebut dengan “Israel
Tipline”. Dan ternyata… realisasi “Israel Tipline” pun melibatkan
Lebanon, sehingga aksi-aksi militer Israel di Lebanon pun rupanya tak
jauh-jauh dari urusan gas dan minyak (insya Allah lain waktu akan
dikupas). []
Bisnis Opium AS di Afghanistan
Pertanyaan
besar: mengapa mengapa AS sedemikian ngotot menduduki Afghanistan,
mengirim pasukan 70.000 pasukan (dan terus akan ditambah dengan target
10.000 pasukan), dan menghabiskan 30 milyar dollar pertahun untuk
membiayai perang? Benarkah alasannya karena ada teroris di sana? Prof. Peter Scott Dale memberikan jawabannya: bisnis opium.
Berikut ini ringkasan dari artikel yang ditulis Dale (diterjemahkan oleh tim Global Future Institute). Versi lengkap terjemahan artikel ini bisa dibaca di The Global Review.
Berikut ini ringkasan dari artikel yang ditulis Dale (diterjemahkan oleh tim Global Future Institute). Versi lengkap terjemahan artikel ini bisa dibaca di The Global Review.
Sejarah Kehancuran Afghanistan
Sejak masa kekuasaan Kerajaan Dinasti Durani di abad 18, Afghanistan sudah masuk kategori negara yang menjadi obyek rampasan dan jarahan berbagai kepentingan negara-negara asing.
Meski secara teknis Afghanistan bukan negara yang jadi jajahan suatu negara asing, namun Afghanistan
praktis berada dalam orbit pengaruh Kerajaan Inggris dan Rusia. Yang
ketika itu Inggris dan Rusia bersaing keras untuk berebut pengaruh di Afghanistan. Sehingga, netralitas Afghanistan masa itu, bukan karena kemauan dari kerajaan Afghanistan itu sendiri, melainkan karena kesepakatan antara Inggris dan Rusia.
Dengan begitu praktis Afghanistan disepakati sebagai wilayah jajahan Inggris dan Rusia sama-sama meraup keuntungan dari Afghanistan. Selain itu, stabilitas politik yang terbangun di Afghanistan
di era Dinasti Durani, sejatinya merupakan koalisi longgar dari
berbagai pemimpin suku. Jadi bukan merupakan monopoli kekuasaan oleh
pusat kekuasaan. Salah satu simptom dari setting politik semacam ini,
tak ada satu kekuatan pun di Afghanistan untuk membangun rel kereta api. Padahal ini salah satu aspek yang mengindikasikan adanya pembangunan nasional.
Inggris, yang takut dengan pengaruh Rusia di Afghanistan, senantiasa ikut campur dalam menentukan keseimbangan politik dari berbagai pemimpin suku di negara tersebut. Inilah yang terjadi pada 1839, ketika Inggris ikut campur mendukung klaim salah satu anggota keluarga Dinasti Durani yang bernama Shuja Shah.
Shuja Shah karena kedekatannya dengan Inggris, mendapat dukungan Inggris untuk merebut kekuasaan kerajaan. Namun upaya ini berakhir tragis dengan tewasnya 12000 tentara Inggris. Bahkan ketika Inggris mundur dari keterlibatannya dalam pertarungan internal anggota kerajaan, Shuja Shah pun akhirnya mati terbunuh.
Kondisi sosial Afghanistan, yang bermula dengan adanya jaringan berbagai suku yang rumit, akhirnya sempat berantakan akibat campur tangan asing pada setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua. Di era perang dingin, kesenjangan antara Kabul dan daerah-daerah pedesaan semakin lebar.
Daerah perkotaan Afghanistan, umumnya dipengaruhi oleh budaya dan gaya hidup perkotaan yang kebarat-baratan.Beberapa generasi kelas birokrat dilatih di Moskow. Alhasil, kelas birokrat perkotaan Afghanistan semakin terasing dari budaya tradisional pedesaan. Mereka menganggap warga pedesaan sebagai tidak beradab, ketinggalan zaman dan reaksioner.
Sementara itu, memasuki era 1980-an, para tokoh Islam sufi (Kyai) di daerah pedesaan secara drastis tergusur dan diambil-alih oleh kelompok-kelompok Islam radikal berkat besarnya kucuran dana bantuan dari agen-agen Intelijen Pakistan (Inter-Service Intelligence). Sumber dana keuangan yang mengucur drastis kepada kelompok-kelompok Islam radikal tersebut, berasal dari Saudi Arabia dan Amerika Serikat.
Alhasil, perang saudara meletus, yang berujung pada invasi Uni Soviet pada 1980, praktis merupakan refleksi dari pertarungan antar kekuatan-kekuatan global dari luar Afghanistan itu sendiri. Afghanistan pada perkembangannya, telah terpecah-belah sedemikian rupa akibat konflik yang dipicu oleh pertarungan antar negara adidaya. Lebih tragisnya lagi, bahkan hingga kini pun keterpecahan Afghanistan pun kian menjadi-jadi akibat kehadiran militer Amerika sejak invasi militernya pada 2001.
Bisnis Opium di Afghanistan
Sesudah Pakistan melarang penanaman opium pada Februari 1979 dan diikuti oleh Iran pada April 1979, tidak adanya pengawasan dari para penegak hukum di wilayah kekuasaan Suku Pastun yang berlokasi di Pakistan dan Afghanistan, telah menarik minat para kartel pedagang obat bius untuk mengadu untung dalam perdagangan barang haram ini. Bahkan para pengejar kekayaan asal Eropa dan Amerika, dengan tanpa ragu kemudian mendirikan fasilitas pemrosesan heroin di wilayah kekuasaan suku Pastun tersebut.
Pada 1976, laboratorium dibuka di provinsi North-West frontier. Fakta ini bersumberkan dari Majalah Canadian Maclean’s pada April 1979. Menurut Alfred McCoy, pada 1980 para pedagang opium dan obat bius dari Pakistan dan Afghanistan sepenuhnya menguasai pasar Eropa. Bahkan berhasil menguasai 60 persen kebutuhan pengguna opium di Amerika.
90 persen perdagangan narkoba dunia berasal Afghanistan. Itupun yang menikmati keuntungannya bukan Afghanistan. Karena Afghanistan sendiri sebagai bagian dari jaringan global perdagangan obat bius, jika dihitung dalam nilai dolar, hanya mendapat keuntungan 10 persen dari total keuntungan perdagangan global obat bius.
Pada 2007, Afghanistan memasok 93 persen dari opium ke seluruh dunia, begitu menurut laporan Departemen Luar Negeri. Dengan begitu, Afghanistan mendapat perolehan hasil perdagangan obat bius sebesar 4 miliar dolar AS. Berarti mencapai setengah dari total ekonomi Afghanistan yang diperkirakan sebesar 7,5 miliar dollar AS. Demikian menurut data dari United Nations Office of Drug Control (UNODC).
Inggris, yang takut dengan pengaruh Rusia di Afghanistan, senantiasa ikut campur dalam menentukan keseimbangan politik dari berbagai pemimpin suku di negara tersebut. Inilah yang terjadi pada 1839, ketika Inggris ikut campur mendukung klaim salah satu anggota keluarga Dinasti Durani yang bernama Shuja Shah.
Shuja Shah karena kedekatannya dengan Inggris, mendapat dukungan Inggris untuk merebut kekuasaan kerajaan. Namun upaya ini berakhir tragis dengan tewasnya 12000 tentara Inggris. Bahkan ketika Inggris mundur dari keterlibatannya dalam pertarungan internal anggota kerajaan, Shuja Shah pun akhirnya mati terbunuh.
Kondisi sosial Afghanistan, yang bermula dengan adanya jaringan berbagai suku yang rumit, akhirnya sempat berantakan akibat campur tangan asing pada setelah berakhirnya Perang Dunia Kedua. Di era perang dingin, kesenjangan antara Kabul dan daerah-daerah pedesaan semakin lebar.
Daerah perkotaan Afghanistan, umumnya dipengaruhi oleh budaya dan gaya hidup perkotaan yang kebarat-baratan.Beberapa generasi kelas birokrat dilatih di Moskow. Alhasil, kelas birokrat perkotaan Afghanistan semakin terasing dari budaya tradisional pedesaan. Mereka menganggap warga pedesaan sebagai tidak beradab, ketinggalan zaman dan reaksioner.
Sementara itu, memasuki era 1980-an, para tokoh Islam sufi (Kyai) di daerah pedesaan secara drastis tergusur dan diambil-alih oleh kelompok-kelompok Islam radikal berkat besarnya kucuran dana bantuan dari agen-agen Intelijen Pakistan (Inter-Service Intelligence). Sumber dana keuangan yang mengucur drastis kepada kelompok-kelompok Islam radikal tersebut, berasal dari Saudi Arabia dan Amerika Serikat.
Alhasil, perang saudara meletus, yang berujung pada invasi Uni Soviet pada 1980, praktis merupakan refleksi dari pertarungan antar kekuatan-kekuatan global dari luar Afghanistan itu sendiri. Afghanistan pada perkembangannya, telah terpecah-belah sedemikian rupa akibat konflik yang dipicu oleh pertarungan antar negara adidaya. Lebih tragisnya lagi, bahkan hingga kini pun keterpecahan Afghanistan pun kian menjadi-jadi akibat kehadiran militer Amerika sejak invasi militernya pada 2001.
Bisnis Opium di Afghanistan
Sesudah Pakistan melarang penanaman opium pada Februari 1979 dan diikuti oleh Iran pada April 1979, tidak adanya pengawasan dari para penegak hukum di wilayah kekuasaan Suku Pastun yang berlokasi di Pakistan dan Afghanistan, telah menarik minat para kartel pedagang obat bius untuk mengadu untung dalam perdagangan barang haram ini. Bahkan para pengejar kekayaan asal Eropa dan Amerika, dengan tanpa ragu kemudian mendirikan fasilitas pemrosesan heroin di wilayah kekuasaan suku Pastun tersebut.
Pada 1976, laboratorium dibuka di provinsi North-West frontier. Fakta ini bersumberkan dari Majalah Canadian Maclean’s pada April 1979. Menurut Alfred McCoy, pada 1980 para pedagang opium dan obat bius dari Pakistan dan Afghanistan sepenuhnya menguasai pasar Eropa. Bahkan berhasil menguasai 60 persen kebutuhan pengguna opium di Amerika.
90 persen perdagangan narkoba dunia berasal Afghanistan. Itupun yang menikmati keuntungannya bukan Afghanistan. Karena Afghanistan sendiri sebagai bagian dari jaringan global perdagangan obat bius, jika dihitung dalam nilai dolar, hanya mendapat keuntungan 10 persen dari total keuntungan perdagangan global obat bius.
Pada 2007, Afghanistan memasok 93 persen dari opium ke seluruh dunia, begitu menurut laporan Departemen Luar Negeri. Dengan begitu, Afghanistan mendapat perolehan hasil perdagangan obat bius sebesar 4 miliar dolar AS. Berarti mencapai setengah dari total ekonomi Afghanistan yang diperkirakan sebesar 7,5 miliar dollar AS. Demikian menurut data dari United Nations Office of Drug Control (UNODC).
CIA dan Opium
Ketika
Amerika melancarkan serangan militer pertama kali ke Afghanistan pada
2001, menurut Ahmad Rashid, Pentagon memiliki daftar sekitar 25
laboratorium pemrosesan dan gudang obat bius di Afghanistan.
Namun pihak Amerika, khususnya Pentagon, menolak membom tempat-tempat
tersebut. Alasannya, itu merupakan aset bisnis milik CIA dan sekutu
lokalnya the North Alliance (Aliansi Utara).
Rashid
ketika itu mendapat keterangan dari beberapa pejabat UNDODC, bahwa
Amerika sebenarnya tahu lebih banyak tentang keberadaan lokasi beberapa
laboratorium obat bius tersebut. Sehingga penolakan Pentagon untuk
membom laboratorium obat bius tersebut, pada perkembangannya merupakan
sebuah kemunduran bagi upaya kontra perdagangan narkotika dan obat bius.
Bahkan
James Risen melaporkan bahwa penolakan pihak Amerika untuk
menghancurkan laboratorium narkotika dan obat bius, berasal dari para
pentolan Neo-Konservatif yang menguasai birokrasi keamnanan nasoonal
Amerika. Mereka adalah Douglas Feith, Paul Wolfowitz, Zalmay Khalilzad,
dan patron mereka Donald Rumsfeld.
Ketika Hamid Karzai kembali ke Afghanistan dari pengasingannya di Amerika Serikat, sebagai presiden dia bertekad akan memerangi para pengedar narkoba. Namun kini, teman-temannya dan bahkan keluarganya serta sekutu-sekutu politikmya, justru terlibat dalam perdagangan barang haram tersebut.
Uang
hasil perdagangan narkoba ini, ternyata digunakan untuk mengamankan
dunia perbankan Amerika dan Eropa dari hantaman krisis keuangan global.
Selain itu, 80 persen hasil keuntungan perdagangan barang haram ini
sepenuhnya dimanfaatkan negara-negara pengguna komoditas haram ini.
Perdagangan Narkoba: Buah Dari Campur Tangan Amerika
Sekadar
informasi, sejak berakhirnya Perang Dunia II, sudah jadi rahasia umum
bahwa para agen CIA telah menggunakan dan mendayagunakan para pedagang
narkoba sebagai aset mereka dalam menjalankan berbagai operasi
terselubungnya di beberapa negara di berbagai kawasan dunia.
Akibat
parah yang ditimbulkan gara-gara CIA menggunakan jaringan pengedar
narkoba sekaligus melindungi mereka dari jeratan penegak hukum, bisa
dilihat dengan jelas melalui adanya keterkaitan langsung antara
meningkatnya produksi dan arus perdagangan narkoba dengan campur tangan
Amerika di suatu negara. Artinya, ketika Amerika melancarkan intervensi
ke sebuah negara atau kawasan tertentu, maka ketika itu pula produksi
dan arus perdagangan narkoba semakin meningkat.
Begitu juga ketika intervensi Amerika ke sebuah negara atau kawasan menurun, prodoksi dan arus perdagangan narkoba pun menurun.
Sebagai
misal, begitu Amerika campur tangan di Afghanistan pada 1979 dengan
mendukung berbagai kelompok Islam radikal yang melawan Uni Soviet,
produksi obat bius (Opium) di Afghanistan pun semakin meningkat secara
drastis.
Pola
yang sama juga berulang ketika pada 2001 Amerika di bawah kepresidenan
Goerge W. Bush memutuskan menyerbu Afghanistan untuk menumpas Kelompok
radikal Taliban dan Al-Qaeda. Pada 1999, penanaman opium di negara ini
memerlukan lahan sekitar 91.000 hektar. Ini terjadi karena semasa
kekuasaan Taliban di Afghanistan, ternyata produksi opium berhasil
dikurangi hingga mencapai 8000 di tahun 2001.
Namun
pada 2001 bersamaan dengan serbuan Amerika ke Afghanistan menyusul
pemboman gedung WTC dan Pentagon, produksi opium meningkat secara
drastis mencapai 165.000 pada 2006. Dan 193.000 pada tahun 2007.
Kalaupun pada 2008 mengalami penurunan sehingga hanya mencapai 157.000,
itupun lebih dikarenakan over-produksi, sehingga tidak terserap oleh
pasar.
Tak seorangpun harus terkejut dengan peningkatan drastis dari produksi dan arus perdagangan narkoba ini. Ketika Amerika melancarkan campur tangannya baik secara militer maupun politis, maka peningkatan produksi dan arus perdagangan narkoba tersebut meningkat drastis.
Mari
kita simak beberapa catatan berikut ini. Pada 1950, berkat campur
tangan CIA di Birma, negara ini mengalami peningkatan produksi narkoba
dari 40 ton pada 1939 menjadi 600 ton pada 1970.
Di Thailand, meningkat dari 7 ton di tahun 1939 menjadi 200 ton pada tahun 1968. Di Laos, hal serupa juga terjadi. Dari 15 ton di tahun 1939 meningkat menjadi 50 ton pada tahun 1973.
Kasus paling dramits terjadi di Kolombia, ketika Amerika Latin, ketika Amerika campur tangan melalui keterlibatan militer Amerika di negara ini sejak 1980-an, dengan dalih perang memberantas perdagangan narkoba.
Di Thailand, meningkat dari 7 ton di tahun 1939 menjadi 200 ton pada tahun 1968. Di Laos, hal serupa juga terjadi. Dari 15 ton di tahun 1939 meningkat menjadi 50 ton pada tahun 1973.
Kasus paling dramits terjadi di Kolombia, ketika Amerika Latin, ketika Amerika campur tangan melalui keterlibatan militer Amerika di negara ini sejak 1980-an, dengan dalih perang memberantas perdagangan narkoba.
Pada
konferensi internasional di tahun 1990, saya memprediksi bahwa campur
tangan Amerika dengan dalih perang memberantas narkoba ini, justru akan
terjadi peningkatan produksi dan arus perdagangan obat narkoba. Bukannya
malah semakin berkurang.
Fakta yang muncul kemudian, justru membuat saya terkejut dengan jumlah peningkatannya yang cukup drastis. Produksi kokain meningkat tiga kali lipat antara 1991 dan 1999, yaitu dari 3,8 menjadi 12,3 ribu. Sedangkan dalam penanamn ganja, meningkat drastis dari 13 ribu menjadi 75 ribu hektar.
Fakta yang muncul kemudian, justru membuat saya terkejut dengan jumlah peningkatannya yang cukup drastis. Produksi kokain meningkat tiga kali lipat antara 1991 dan 1999, yaitu dari 3,8 menjadi 12,3 ribu. Sedangkan dalam penanamn ganja, meningkat drastis dari 13 ribu menjadi 75 ribu hektar.
Karena
itu saya berani berkesimpulan, intevensi dan keterlibatan Amerika baik
militer ataupun politik pada suatu negara, justru merupakan bagian dari
masalah dibandingkan pemecahan masalah.
Sudah menjadi kesepakatan umum di Washington bahwa produksi narkoba merupakan sumber masalah pokok yang harus dihadapi Amerika di Afghanistan
saat ini. Bahkan Richard Hallbrooke, utusan khusus Presiden obama ke
Pakistan dan Afghanistan, menulis pada 2008 bahwa perdagangan narkoba
merupakan akar persoalan yang harus dihadapi Amerika di Afghanistan.
Sehingga memberantas dan memutus mata-rantai perdaganan narkoba tersebut
merupakan masalah yang cukup esensial. Kalau tidak, maka semua ini akan
gagal total.
Karena itu, menarik mengamati tetap diberlakukannya kebijakan penambahan pasukan militer Amerika di Afghanistan pada skala mencapai 30 ribu personil pasukan. Menariknya lagi, Lawrance Korb, penasehat Obama, bahkan mengusulkan keberhasilan kampanye memberantas Taliban dan Al Qaeda mensyaratkan penambahan pasukan mencapai 100 ribu personil militer.
Ini bertentangan dengan laporan Rand Corporation yang menilai bahwa kekuatan militer hanya mampu mengurangi sekitar 7 persen kasus yang melibatkan kelompok-kelompok teroris tersebut. Sementara itu, sebuah think-thank Amerika, Carnegie Endowment, menyimpulkan dalam laporannya, bahwa kehadiran militer Amerika atau pasukan asing dalam operasi yang dilancarkan terhadap Taliban, justru merupakan elemen utama bangkitnya kembali Taliban. Hal ini diperkuat oleh Ivan Eland dari Independent Institute, bahwa kegiatan militer Amerika di Afghanistan telah memberi kontribusi terhadap bangkitnya kembali Taliban dan berbagai kegiatan kelompok-kelompok pemberontak di Pakistan.
Alhasil, keberlangsungan perdagangan narkoba tetap terjamin dengan perlindungan dari CIA dan di bawah tirai perlindungan dari konflik yang tidak bekesudahan di Afghanistan.Dan saya khawatir bahwa aset-aset intelijen CIA telah mengorganisasikan sebuah gerakan peredaran jaringan narkoba hingga melalui kawasan Asia Tengah dan sekitarnya. Sehingga, tanpa perubahan kebijakan yang jelas dari pemerintahan Amerika, maka perdagangan narkoba akan tetap berlangsung terus dengan perlindungan dari CIA.*
Karena itu, menarik mengamati tetap diberlakukannya kebijakan penambahan pasukan militer Amerika di Afghanistan pada skala mencapai 30 ribu personil pasukan. Menariknya lagi, Lawrance Korb, penasehat Obama, bahkan mengusulkan keberhasilan kampanye memberantas Taliban dan Al Qaeda mensyaratkan penambahan pasukan mencapai 100 ribu personil militer.
Ini bertentangan dengan laporan Rand Corporation yang menilai bahwa kekuatan militer hanya mampu mengurangi sekitar 7 persen kasus yang melibatkan kelompok-kelompok teroris tersebut. Sementara itu, sebuah think-thank Amerika, Carnegie Endowment, menyimpulkan dalam laporannya, bahwa kehadiran militer Amerika atau pasukan asing dalam operasi yang dilancarkan terhadap Taliban, justru merupakan elemen utama bangkitnya kembali Taliban. Hal ini diperkuat oleh Ivan Eland dari Independent Institute, bahwa kegiatan militer Amerika di Afghanistan telah memberi kontribusi terhadap bangkitnya kembali Taliban dan berbagai kegiatan kelompok-kelompok pemberontak di Pakistan.
Alhasil, keberlangsungan perdagangan narkoba tetap terjamin dengan perlindungan dari CIA dan di bawah tirai perlindungan dari konflik yang tidak bekesudahan di Afghanistan.Dan saya khawatir bahwa aset-aset intelijen CIA telah mengorganisasikan sebuah gerakan peredaran jaringan narkoba hingga melalui kawasan Asia Tengah dan sekitarnya. Sehingga, tanpa perubahan kebijakan yang jelas dari pemerintahan Amerika, maka perdagangan narkoba akan tetap berlangsung terus dengan perlindungan dari CIA.*
Menariknya,
hari ini AS menjadi rumah bagi aneka-ragam dosa yang dikumpulkan dari
berbagai umat yang pernah hadir sebelum kita: sifat keras kepala umat
Nabi Nuh; kesombongan kaum ’Aad; pengingkaran tanda-tanda Allah oleh
kaum Tsamud; sodomi kaum Lut; penyimpangan keuangan umat Nabi Syu’aib
(sebagaimana kita ketahui) Amerika menjadi pelaksana dan promotor utama
ekonomi berbasis bunga; penindasan Abu Jahal dan kawan-kawannya;
ketamakan, penipuan, cinta kehidupan fana, kemunafikan Bani Israil;
bersama dengan arogansi Fir’aun yang tersesat hanya karena merasa
dirinya pemimpin bangsa terkuat di muka bumi dan memiliki armada perang
paling digdaya pada masanya, maka ia merasa yakin mampu mengungguli
segenap hamba-hamba Allah.
Melawan Strategi –”Makan Gratis”– Amerika Penulis : M Arief Pranoto – Pemerhati Masalah-Masalah Internasional
Dalam kelaziman politik, melihat hegemoni –kekuasaan tertinggi dan pengaruh kuat– suatu negara terhadap negara-negara lain di dunia, setidak-tidaknya dari dua indikator, yaitu (1) nilai kurs mata uang dan intensitas pertukarannya di dunia; dan (2) produk negara dan bangsa tersebut baik bersifat materi maupun non materi dikonsumsi dimana-mana.
Dalam kelaziman politik, melihat hegemoni –kekuasaan tertinggi dan pengaruh kuat– suatu negara terhadap negara-negara lain di dunia, setidak-tidaknya dari dua indikator, yaitu (1) nilai kurs mata uang dan intensitas pertukarannya di dunia; dan (2) produk negara dan bangsa tersebut baik bersifat materi maupun non materi dikonsumsi dimana-mana.
Dari
dua hal di atas terlihat bahwa Amerika Serikat (AS) atas nama Barat
adalah juaranya. Sedang hegemoni budaya (peradaban), lagi-lagi AS
merupakan rajanya. Dari orang tua hingga anak-anak niscaya pernah
merasakan kentucky
fried chicken, coca cola dsb. Atau mengenal popeye, spiderman, superman
dan tokoh-tokoh rekaan lainnya. Itulah penitrasi budaya. Siapa yang
tidak kenal Rambo, James Bond, atau Tom and Jerry dst lambang
keheroikan, kecerdikan sekaligus untuk promosi kecanggihan teknologinya?
Bagi
orang dan golongan tak pernah merasakan atau tidak mengenal hal diatas,
segera koor publik akan terdengar: ketinggalan zaman! Kampungan loe!
Itulah hegemoni Amerika. Penetrasi nilai-nilai Barat, tanpa disadari
masuk di lorong politis, sosiologis dan bahkan menyelinap pada ruang
privacy dimana-mana.
Sekitar
tahun 2000-an, tatkala Saddam Hussein berkuasa. Ia minta kepada PBB
agar semua transaksi minyak dibayar euro, bukan dollar seperti
sebelumnya. Termasuk simpanan negara sebesar 10 bilyun diubahnya ke
euro. Hal itu membuat Amerika Serikat (AS) gerah. Ketika di era George
Bush maka AS dan sekutu menyerbu Iraq
berdalih macam-macam. Sejatinya, selain minyak, alasan utama invasi
militer Bush Jr adalah agar “gerakan anti dollar”-nya Saddam tidak
menjalar dan padam.
Cina yang mempunyai cadangan emas terbesar kedua dunia pun meniru Iraq,
rencana mengubah cadangan devisa (dollar) ke bentuk/portofolio lain.
Maunya tidak tergantung negara manapun, tapi masih “malu-malu” sebab
banyak produknya diekspor ke Eropa, AS
dsb. Ia belum total fight melawan kapitalis AS. Dan kemarin (25/1,
2009) Hamas “unjuk gigi” di mata dunia. Yakni membagikan bantuan uang
–hasil sumbangan beberapa negara– dalam bentuk uero (bukan dollar)
kepada para korban perang Gaza.
Sesungguhnya.
Ini merupakan “tamparan” bagi negara, bangsa dan/atau kelompok lain
yang selama ini meringkuk dalam “penjara” dollar US. Dengan kata lain, Hamas yang cuma faksi di Palestina berani menentang hegemoni AS, bagaimana nyali negara berdaulat lainnya?
Pasca
gerakan Saddam yang gagal total dan mengakibatkan negeri 1001 malam itu
luluh-lantak, tidak satupun negara berani coba-coba. Sudan
memang “tak suka” terhadap AS, ini terlihat sikap pemerintah maupun
masyarakat atas kehadiran pasukan peacekeeping PBB –tetapi dollar
menjadi nilai tukar utama– selain Sudan Pound (nama uang Sudan). Mungkin Omar el- Basyir takut digantung seperti halnya Saddam Hussein doeloe.
Fenomena “anti dollar”-nya Hamas di Jalur Gaza
adalah titik awal. Atau sekurang-kurangnya menjadi inspirasi dan bahkan
spirit bagi kebangkitan diri, kelompok, golongan bahkan bangsa dan
negara-negara dimana selama ini “bersimpuh” atas hegemoni AS. Sebulan
setelah fenonena diatas, ternyata snowball process dari Gaza menjalar ke Venezuela dan Brazil
(19/2, 09, presstv. ir.). Kedua negara bersiap menggunakan mata uang
sendiri, terinspirasi oleh Amerika Utara yang sudah menggunakan mata
uang nasional tanpa pertolongan dollar US. Semoga spirit itu teralisir
terus membentuk bola salju kemana-mana.
Merontokkan
kedigdayaan AS dan sekutu, lebih efektif melalui boikot dollar, produk
materi serta budayanya, niscaya bakal melunturkan hegemoninya. Hal itu
membutuhkan persatuan negara non Barat (terutama jajaran OKI) untuk
pengubahan penggunaan dollar tiap-tiap negara di tengah krisis ekonomi
global. Itulah awal perlawanan.
Ketika kaum ibu melarang anaknya memakan pizza, kentucky,
coca cola dst lalu membiasakan anak mengkonsumsi pecel lele, nasi uduk,
dawet dll maka ibu sudah melangkah kearah itu. Tatkala pemerintah
melarang edar filem-filem made in AS sesungguhnya ia telah masuk domain
juang perlawanan. Manakala bapak melarang anak meniru gaya-gaya punk,
metal, underground dsb itu langkah selanjutnya.
Ruang
perlawanan hendaknya terus bergulir membentuk bola salju yang semakin
lama membesar mulai dari individu, keluarga, golongan,bahkan
bangsa-bangsa di dunia. Betapa tidak. AS telah menipu dunia. Sudah
berapa dollar berseri-seri ganda ditebar pada belahan bumi lain demi
ambisi buta kapitalis. Beredar dollar-dollar “bodong”. Bahkan sekutunya
(NATO) di Afghanistan mulai meninggalkan satu persatu. Dari 36 anggota
NATO, hanya 6 negara tetap bertahan, itupun cuma sampai tahun (2010).
Tempatkan
dollar ke asal negara. Itulah jawabannya. Gunakan mata uang lain, agar
“utang-utang” membanjir kembali ke negeri asalnya. Bukankah ketika
seseorang menyimpan 1 dollar US, sesungguhnya Bank Central AS (The Fed)
“berhutang” 1 dollar kepada orang tersebut? Tetapi selama ini, karena
kuatnya hegemoni, utang-utang itu justru dibayar oleh masyarakat dunia
dan negara pemegang dollar. Tanpa disadari. Sesuka-hati ia mencetak
dollar ganda. Entah hingga seri keberapa. Itulah strategi “makan gratis”
AS dimana-mana. Alangkah canggih modus penipuan yang dilakukan.
Mengakhiri
tulisan sederhana ini, ada retorika menarik: musnahkah nyali
bangsa-bangsa dan negara berdaulat, sedangkan Hamas tegak di antara
puing-puing reruntuhan Gaza; tegakah membiarkan Brazil dan Venezuela sendirian berjuang melawan hegemoni AS?
Mengakhiri Kediktatoran Dollar?
Minggu, 15 Mei 2011 00:40
Minggu, 15 Mei 2011 00:40
Mantan
Menteri Koordinator Bidang Kebijakan Ekonomi Ekuador, Prof. Dr. Pedro
Paez Perez, dalam kunjungannya ke Jakarta baru-baru ini, mengatakan
bahwa dunia tidak dapat lagi menerima kekuatan ekonomi unilateral.
Kekuatan unilateral yang dimaksudkan Pedro Paez di sini adalah
imperialisme AS.
Pedro
Paes, yang juga anggota Komisi Stiglitz untuk penanganan krisis ekonomi
dan finansial global, menyimpulkan bahwa sistem kuno itu sudah terbukti
rawan, memicu ketidakpastian dan ketidakstabilan, serta menyimpan
resiko finansial.
Salah
satu bentuk dari sistim tua itu, dari sekian banyak contoh lainnya,
adalah dominasi imperialisme AS melalui mata uang bernama dollar. Tidak
dapat dipungkiri bahwa sebagian besar keuntungan ekonomi AS, terutama
dari sektor keuangan, adalah karena peranan dollar sebagai mata uang
cadangan dunia.
Dengan
keberhasilan memaksakan apa yang disebut “standard dollar”, Amerika
Serikat telah berhasil mengambil keuntungan dari aktivitas perdagangan
dunia, dapat membiayai defisit kembarnya ( anggaran dan transaksi
berjalan), dan menjadikan politik dollar untuk mengontrol perekonomian
negara-negara lain.
Sejak
dua dekade yang lalu, menurut Matthias Chang, seorang kontributor di
Global Research, elit keuangan global telah membagi dua kerangka kerja
perekonomian dunia, yaitu: (1) derivatif global—berbasiskan sistem
keuangan, dikendalikan oleh US Federal Reserve Bank dan asosiasi
bank-bank negara maju, (2) relokasi produksi barang dari barat ke timur,
khususnya produksi barang, terutama ke China, India, Asia timur, dan
lain-lain.
Ketika
industri manufaktur AS tidak lagi berjaya seperti di “era keemasan”,
tetapi sektor pasar finansial telah sedikit menyelamatkan dan
mempertahankan hegemoni negeri tersebut, yang disokong pula oleh peranan
dollar sebagai “mata uang cadangan”.
Negara-negara dunia ketiga, seperti Indonesia,
meskipun punya banyak cadangan dalam bentuk dollar, tetapi tidak bisa
menggunakannya karena kita harus tetap mempertahankan diri dari resiko
serangan spekulasi (finansial). Jadinya, uang yang sejatinya didapatkan
dari keuntungan ekspor itu, karena dipaksa untuk menjaga stabilitas
moneter, tidak bisa dipergunakan untuk menciptakan lapangan pekerjaan,
membiayai pendidikan, dan lain-lain.
Selain
itu, dengan penggunaan dollar, AS punya kesempatan untuk mengekspor
krisis kepada negara-negara berkembang. Utang luar negeri dunia ketiga
juga berlipat ganda karena politik dollar ini.
Akan
tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, keperkasaan dollar Amerika yang
sudah berkuasa 60-an tahun makin mengarah pada kontradiksi internal:
penggunaan dollar AS oleh kebanyakan bank sentral dalam memegang
cadangan devisa telah jauh melebihi rasio produksi AS terhadap produksi
dunia. Selain itu, penggunaan dollar AS dalam transaksi perdagangan
dunia tidak seimbang dengan rasio volume perdagangan AS terhadap
perdagangan dunia.
Sekarang
ini, ide untuk menggantikan kediktatoran dollar semakin meluas, seperti
kelompok negara-negara Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO),
negara-negara Amerika Selatan, dan sejumlah negara bekas Uni-Soviet.
Seruan untuk bergeser dari mata uang dollar ke mata uang regional atau
kawasan juga semakin meningkat. Iran, misalnya, mulai menuntut Jepang membayar minyaknya dalam bentuk yen, bukan dengan dollar.
Indonesia,
sebagai salah satu negara yang selama ini menjadi korban paling buruk
dari imperialisme, termasuk spekulasi dan beban utang luar negeri, sudah
saatnya meninggalkan mata uang dollar dan mulai mendorong penggunaan
mata uang alternatif.
Kita
tidak bisa lagi membiarkan sebuah sistim ekonomi membunuh mata uang
kita, lalu memaksa kita menganut “dolarisme”. Kami sepakat dengan Prof.
Pedro Paez, bahwa “Kini tiba waktunya bagi kita untuk menjamin masa
depan kita sendiri. Kita harus menciptakan stabilitas finansial,
stabilitas ekonomi, stabilitas pangan, dan stabilitas pasar, dengan
tangan kita sendiri. Kita tidak dapat lagi terus mengorbankan diri kita
sendiri, dan mengorbankan banyak sumber daya internasional karena
ketakutan kita akan oligarki ekonomi yang kini telah basi.”(BO)
Saya ulangi sekali lagi paragraf yang sangat relevan dan krusial, yaitu yang berbunyi:
“Their
power derives largely from an unrepayable debt that forces the poorest
countries….” atau “Kekuatan negara-negara penghisap didasarkan atas
utang besar yang tidak mampu dibayar oleh negara-negara target
penghisapan.”
Indonesia
dan dunia Barat yang baru saja menjadi tidak rahasia, karena masa
kerahasiaannya menjadi kadaluwarsa. John Pilger mengutip temuan,
pernyataan dan wawancara dengan Jeffrey Winters maupun Brad Simpson.
Jeffrey Winters dalam bukunya yang berjudul “Power in Motion” dan Brad
Simpson dalam disertasinya mempelajari dokumen-dokumen tentang hubungan
Saya
kutip halaman 37 yang mengatakan : “Dalam bulan November 1967, menyusul
tertangkapnya ‘hadiah terbesar’, hasil tangkapannya dibagi. The
Time-Life Corporation mensponsori konferensi istimewa di Jenewa yang
dalam waktu tiga hari merancang pengambilalihan Indonesia. Para
pesertanya meliputi para kapitalis yang paling berkuasa di dunia,
orang-orang seperti David Rockefeller. Semua raksasa korporasi Barat
diwakili : perusahaan-perusahaan minyak dan bank, General Motors,
Imperial Chemical Industries, British Leyland, British American Tobacco,
American Express, Siemens, Goodyear, The International Paper
Corporation, US Steel. Di seberang meja adalah orang-orangnya Soeharto
yang oleh Rockefeller disebut “ekonom-ekonom Indonesia yang top”.
“Di
Jenewa, Tim Sultan terkenal dengan sebutan ‘the Berkeley Mafia’, karena
beberapa di antaranya pernah menikmati beasiswa dari pemerintah Amerika
Serikat untuk belajar di Universitas California di Berkeley. Mereka
datang sebagai peminta-minta yang menyuarakan hal-hal yang diinginkan
oleh para majikan yang hadir. Menyodorkan butir-butir yang dijual dari
negara dan bangsanya, Sultan menawarkan : …… buruh murah yang
melimpah….cadangan besar dari sumber daya alam ….. pasar yang besar.”
Di halaman 39 ditulis : “Pada hari kedua, ekonomi Indonesia
telah dibagi, sektor demi sektor. ‘Ini dilakukan dengan cara yang
spektakuler’ kata Jeffrey Winters, guru besar pada Northwestern
University, Chicago, yang dengan mahasiwanya yang sedang bekerja untuk
gelar doktornya, Brad Simpson telah mempelajari dokumen-dokumen
konferensi. ‘Mereka membaginya ke dalam lima
seksi : pertambangan di satu kamar, jasa-jasa di kamar lain, industri
ringan di kamar lain, perbankan dan keuangan di kamar lain lagi; yang
dilakukan oleh Chase Manhattan duduk dengan sebuah delegasi yang
mendiktekan kebijakan-kebijakan yang dapat diterima oleh mereka dan para
investor lainnya. Kita saksikan para pemimpin korporasi besar ini
berkeliling dari satu meja ke meja yang lain, mengatakan : “ini yang
kami inginkan : ini, ini dan ini”, dan mereka pada dasarnya merancang
infrastruktur hukum untuk berinvestasi di Indonesia.
Saya tidak pernah mendengar situasi seperti itu sebelumnya, di mana
modal global duduk dengan para wakil dari negara yang diasumsikan
sebagai negara berdaulat dan merancang persyaratan buat masuknya
investasi mereka ke dalam negaranya sendiri.
Freeport
mendapatkan bukit (mountain) dengan tembaga di Papua Barat (Henry
Kissinger duduk dalam board). Sebuah konsorsium Eropa mendapat nikel
Papua Barat. Sang raksasa Alcoa mendapat bagian terbesar dari bauksit Indonesia. Sekelompok perusahaan-perusahaan Amerika, Jepang dan Perancis mendapat hutan-hutan tropis di Sumatra, Papua Barat dan Kalimantan.
Sebuah undang-undang tentang penanaman modal asing yang dengan
buru-buru disodorkan kepada Soeharto membuat perampokan ini bebas pajak
untuk lima
tahun lamanya. Nyata dan secara rahasia, kendali dari ekonomi Indonesia
pergi ke Inter Governmental Group on Indonesia (IGGI), yang
anggota-anggota intinya adalah Amerika Serikat, Canada, Eropa, Australia
dan, yang terpenting, Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia.
Jadi
kalau kita percaya John Pilger, Bradley Simpson dan Jeffry Winters,
sejak tahun 1967 Indonesia sudah mulai dihabisi (plundered) dengan
tuntunan oleh para elit bangsa Indonesia sendiri yang ketika itu
berkuasa.
Oleh Kwik Kian Gie
PARA PERUSAK EKONOMI NEGARA-NEGARA MANGSA
Benarkah
sinyalemen John Pilger, Joseph Stiglitz dan masih banyak ekonom AS
kenamaan lainnya bahwa utanglah yang dijadikan instrumen untuk
mencengkeram Indonesia ?
Dalam
rangka ini, kami kutip buku yang menggemparkan. Buku ini ditulis oleh
John Perkins dengan judul : “The Confessions of an Economic Hit man”,
atau “Pengakuan oleh seorang Perusak Ekonomi”. Buku ini tercantum dalam
New York Times bestseller list selama 7 minggu.
Saya kutip sambil menterjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia sebagai berikut.
Halaman 12 : “Saya hanya mengetahui bahwa penugasan pertama saya di Indonesia, dan saya salah seorang dari sebuah tim yang terdiri dari 11 orang yang dikirim untuk menciptakan cetak biru rencana pembangunan pembangkit listrik buat pulau Jawa.”
Halaman 13 : “Saya tahu bahwa saya harus menghasilkan model ekonometrik untuk Indonesia
dan Jawa”. “Saya mengetahui bahwa statistik dapat dimanipulasi untuk
menghasilkan banyak kesimpulan, termasuk apa yang dikehendaki oleh
analis atas dasar statistik yang dibuatnya.”
Halaman 15
: “Pertama-tama saya harus memberikan pembenaran (justification) untuk
memberikan utang yang sangat besar jumlahnya yang akan disalurkan
kembali ke MAIN (perusahaan konsultan di mana John Perkins bekerja) dan
perusahan-perusahaan Amerika lainnya (seperti Bechtel, Halliburton,
Stone & Webster, dan Brown & Root) melalui penjualan
proyek-proyek raksasa dalam bidang rekayasa dan konstruksi. Kedua, saya
harus membangkrutkan negara yang menerima pinjaman tersebut (tentunya
setelah MAIN dan kontraktor Amerika lainnya telah dibayar), agar negara
target itu untuk selamanya tercengkeram oleh kreditornya, sehingga
negara pengutang (baca : Indonesia)
menjadi target yang empuk kalau kami membutuhkan favours, termasuk
basis-basis militer, suara di PBB, atau akses pada minyak dan sumber
daya alam lainnya.”
Halaman 15-16
: “Aspek yang harus disembunyikan dari semua proyek tersebut ialah
membuat laba sangat besar buat para kontraktor, dan membuat bahagia
beberapa gelintir keluarga dari negara-negara penerima utang yang sudah
kaya dan berpengaruh di negaranya masing-masing. Dengan demikian
ketergantungan keuangan negara penerima utang menjadi permanen sebagai
instrumen untuk memperoleh kesetiaan dari pemerintah-pemerintah penerima
utang. Maka semakin besar jumlah utang semakin baik. Kenyataan bahwa
beban utang yang sangat besar menyengsarakan bagian termiskin dari
bangsanya dalam bidang kesehatan, pendidikan dan jasa-jasa sosial
lainnya selama berpuluh-puluh tahun tidak perlu masuk dalam
pertimbangan.”
Halaman 15
: “Faktor yang paling menentukan adalah Pendapatan Domestik Bruto
(PDB). Proyek yang memberi kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan PDB
harus dimenangkan. Walaupun hanya satu proyek yang harus dimenangkan,
saya harus menunjukkan bahwa membangun proyek yang bersangkutan akan
membawa manfaat yang unggul pada pertumbuhan PDB.”
Halaman 16 :
“Claudia dan saya mendiskusikan karakteristik dari PDB yang
menyesatkan. Misalnya pertumbuhan PDB bisa terjadi walaupun hanya
menguntungkan satu orang saja, yaitu yang memiliki perusahaan jasa
publik, dengan membebani utang yang sangat berat buat rakyatnya. Yang
kaya menjadi semakin kaya dan yang miskin menjadi semakin miskin.
Statistik akan mencatatnya sebagai kemajuan ekonomi.”
Halaman 19
: “Sangat menguntungkan buat para penyusun strategi karena di
tahun-tahun enam puluhan terjadi revolusi lainnya, yaitu pemberdayaan
perusahaan-perusahaan internasional dan organisasi-organisasi
multinasional seperti Bank Dunia dan IMF.”
Namun
sayang bahwa sejak Ibu Megawati menjabat sebagai Presiden, kendali
ekonomi jatuh ke tangan Berkeley Mafia lagi, yang sekarang kendali serta
kekuasaannya bertambah mutlak.
Konsekuensinya
adalah semakin kokohnya liberalisme dan mekanisme pasar primitif, dan
semakin kokohnya pengaruh asing dalam menentukan kebijakan-kebijakan
ekonomi kita.
Tingkat kerusakannya sudah sangat parah. Jumlah manusia Indonesia
yang menderita kemiskinan sudah melampaui batas-batas yang wajar. Infra
struktur dan barang dan jasa publik yang krusial buat tingkat kehidupan
yang wajar sudah merosot jauh di bawah yang dibutuhkan secara minimal.
Elit bangsa yang sedang berkuasa dengan dukungan dari pembentukan opini publik di dunia semakin gencar menggambarkan bangsa Indonesia
yang semakin maju dan sejahtera. Indikator-indikator yang
dikemukakannya adalah stabilitas nilai tukar rupiah, PDB yang meningkat,
inflasi yang terkendali dan sejenisnya.
Bahwa
kesemuanya itu menyesatkan dapat kita pahami kalau kita
membandingkannya dengan indikator-indikator yang sama selama penjajahan
oleh Belanda selama berabad-abad. Dalam zaman penjajahan segala
sesuatunya serba teratur dan stabil. PDB Hindia Belanda meningkat terus.
Itulah sebabnya sampai sekarang kita menyaksikan Wassenaar dengan
vila-vila yang besar dan mewah dan disebut sebagai daerah pemukimannya
oud Indische gasten. Ciri khas Amsterdam
sebagai pusat perdagangan ketika itu ialah rumah-rumah besar sepanjang
sungai-sungai buatan. Kebanyakan dari gedung-gedung itu sekarang
berfungsi sebagai perkantoran. Dalam zaman penjajahan adalah rumah-rumah
tinggalnya para keluarga yang memperoleh kekayaannya dari Hindia
Belanda. Tetapi rakyat Indonesia hidup dengan segobang sehari.
Sekarang juga begitu, kota-kota besar, terutama Jakarta
berlimpah-ruah dengan kemewahan. Indikator-indikator yang selalu
didengung-dengungkan serba stabil, walaupun ketertiban dan kebersihannya
masih kalah dibandingkan dengan zaman penjajahan Belanda. Pesawat udara
penuh penumpang, mal-mal mewah padat pengunjung dan jalan-jalan raya
macet dengan mobil-mobil mewah. Tetapi ketika Bank Dunia mengumumkan
bahwa garis kemiskinan sekarang ditetapkan US$ 2 per hari per orang, 50 %
dari rakyat Indonesia miskin.
Dari
semua tonggak-tonggak kehidupan berbangsa dan bernegara yang
dikemukakan pada serial tulisan ini yang terdahulu, sangatlah jelas
bahwa gejala kemerosotan seluruh bangsa dalam semua aspek kehidupannya
bersifat struktural, dengan elit yang berkuasa yang menari-nari di atas
penderitaan rakyatnya sendiri, bagaikan rezim kolonial dahulu.
Kondisi
ini tidak dapat dibiarkan oleh golongan kemapanan yang masih mempunyai
hati nurani. Mengapa golongan kemapanan yang harus membalikkan proses
yang menjuruskan bangsa kita ke dalam jurang penderitaan, kemiskinan dan
kenistaan? Karena mereka yang miskin dan menderita tidak mempunyai
kekuatan apapun untuk memperbaiki nasibnya. Mereka hanya mampu
menerawang ke langit dengan wajah tanpa ekspresi sambil menerima
kematiannya karena kekurangan makanan dan pelayanan kesehatan yang
paling mendasar.
Golongan
kemapanan yang dirinya sendiri tidak mempunyai persoalan untuk hidup
serba kecukupan, tetapi hatinya terusik, tidak tega menyaksikan
penderitaan sesama anak bangsanya itulah yang harus bergerak membela
sesama anak bangsanya yang terinjak, terpinggirkan dan ternistakan oleh
elit bangsanya sendiri yang sedang berkuasa, dan lebih senang menjadi
kroni dan kompradornya para penghisap bangsa-bangsa lain. Kelompok
seperti inilah yang berhasil memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Para
pendiri negara kita adalah orang-orang berpendidikan tinggi, yang kalau
mau menjadi pegawai negeri (ambtenaar) pada pemerintahan Hindia Belanda
menikmati gaji yang sangat tinggi. Tetapi mereka memilih keluar masuk
penjara ketimbang menjadi pegawai negeri yang menjadi bagian dari
birokrasi yang menghisap bangsanya sendiri.
JOHN PERKINS SEORANG PEMBUAL ATAU FIKTIF
Para
ekonom kelompok mazhab tertentu yang berfungsi sebagai agen pelaksana
dari korporatokrasi dan prinsip-prinsip Washington Concensus serta merta
mengatakan bahwa John Perkins itu tidak ada. Itu adalah orang yang
fiktif. Kalaupun ada orangnya, dia seorang pemimpi dan pembual
(fantast).
Kalau
memang demikian, bagaimana mungkin bahwa bukunya tercantum dalam best
seller list selama enam minggu di New York Times. Seminggu setelah
dijual di toko-toko buku, sudah tercantum sebagai buku terlaris nomor 4
di Amazon.com. Dalam waktu kurang dari 14 bulan, bukunya telah
diterjemahkan ke dalam 25 bahasa. Copyright-nya telah dibeli oleh
perusahaan film utama di Hollywood.
John
Perkins mengakui bahwa sangatlah sulit menemukan penerbit, walaupun
setiap kali para penerbit itu menunjukkan perhatian yang sangat besar.
Tetapi pada akhirnya menolak. Baru penerbit yang ke 26 menyetujui
menerbitkannya.
Apa
alasannya diceriterakan dalam kata pengantarnya dalam buku terbaru yang
ditulis oleh 12 para perusak ekonomi. Judul bukunya “A Game As Old As
Empire”, dan sub judulnya “The Secret World of Economic Hit Men and the
Web of Global Corruption.”
Saya bertemu dengan seorang insinyur Indonesia
yang sampai sekarang masih bekerja di BUMN. Tidak etis buat saya
menyebutkan namanya. Beliau menceriterakan kepada saya bahwa beliaulah
yang menjadi partnernya John Perkins di Bandung di tahun 1970. Ketika
itu beliau tidak mengetahui bahwa Perkins sedang melakukan perusakan
ekonomi. Ketika beliau membaca bukunya, begitu marahnya, sehingga segera
membuat sangat banyak copy yang dibagi-bagikan.
Mereka
yang menyebut John Perkins seorang pembual sekarang ini banyak sekali
yang memegang kekuasaan dalam bidang ekonomi. Mengapa tidak ada
kebutuhan berkenalan dan menanyakan kepadanya?
Oleh Kwik Kian Gie
PROSES PENJAJAHAN DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DAN KEBIJAKAN-KEBIJAKAN OLEH ELIT BANGSA INDONESIA SENDIRI
Menuju ke arah liberalisasi mutlak. Sejak Republik Indonesia berdiri sampai tahun 1967 tidak pernah ada rincian konkret dari ketentuan pasal 33 UUD 1945 yang bunyinya :
“Barang yang penting bagi negara dan cabang-cabang produksi yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan dipergunakan
untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.”
Penjabaran
yang konkret sampai bisa menjadi peraturan tidak pernah ada sampai
tahun 1967. Dalam tahun itu terbit UU no. 1 tahun 1967 tentang Penanaman
Modal Asing. Terbitnya UU tersebut sebagai tindak lanjut dari
Konferensi Jenewa bulan November 1967.
Saya kutip pasal 6 ayat 1 yang berbunyi:
“Bidang-bidang usaha yang tertutup untuk penanaman modal asing secara
pengusahaan penuh ialah bidang-bidang yang penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup rakyat banyak sebagai berikut:
a. pelabuhan-pelabuhan;
b. produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum;
c. telekomunikasi;
d. pelayaran;
e. penerbangan;
f. air minum;
g. kereta api umum;
h. pembangkitan tenaga atom;
i. mass media. “
b. produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum;
c. telekomunikasi;
d. pelayaran;
e. penerbangan;
f. air minum;
g. kereta api umum;
h. pembangkitan tenaga atom;
i. mass media. “
UU tentang Penanaman Modal Dalam Negeri di tahun 1968
Undang-undang
nomor 6 tahun 1968 mengenai Penanaman Modal Dalam Negeri pasal 3 ayat 1
sudah mengizinkan investor asing memasuki cabang-cabang produksi yang
jelas disebut “menguasai hajat hidup orang banyak” itu asalkan porsinya
modal asing tidak melampaui 49%. Namun ada ketentuan bahwa porsi
investor Indonesia yang 51% itu harus ditingkatkan menjadi 75% tidak
lebih lambat dari tahun 1974.
Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 1994
Di
tahun 1994 terbit peraturan pemerintah nomor 20 dengan pasal 5 ayat 1
yang isinya membolehkan perusahaan asing melakukan kegiatan usaha yang
tergolong penting bagi negara dan menguasai hajat hidup rakyat banyak,
yaitu pelabuhan, produksi dan transmisi serta distribusi tenaga listrik
umum, telekomunikasi, pelayaran, penerbangan, air minum, kereta api
umum, pembangkitan tenaga atom dan mass media.”
Pasal
6 ayat 1 mengatakan : “Saham peserta Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam pasal 2 ayat (1) huruf a sekurang-kurangnya 5% (lima perseratus)
dari seluruh modal disetor perusahaan pada waktu pendirian.”
Apa
artinya ini? Artinya adalah bahwa pasal 6 ayat 1 UU no. 1/1967
mengatakan bahwa perusahaan asing tidak boleh memasuki bidang usaha yang
tergolong penting bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak
beserta perinciannya. UU no. 6/1968 pasal 3 ayat 1 secara implisit
mengatakan bahwa asing boleh memiliki dan menguasai sampai 49%. UU no.
4/1982 melarang asing sama sekali masuk di dalam bidang usaha pers. PP
20/1994 lalu dengan enaknya mengatakan bahwa kalau di dalam perusahaan
kandungan Indonesianya adalah 5% sudah dianggap perusahaan Indonesia
yang dapat melakukan kegiatan usaha yang tergolong penting bagi negara
dan menguasai hajat hidup rakyat banyak beserta perinciannya, termasuk
media massa Jadi PP no. 20/1994 menentang UU no. 1/1967, menentang UU
no. 6/1968, menentang UU no. 4/1982 dan menentang jiwa pasal 33 UUD
1945.
Dalam
aspek lain PP 20/1994 juga menentang UU no. 6/1968 pasal 6 yang
berbunyi : “Waktu berusaha bagi perusahaan asing, baik perusahaan baru
maupun lama, dibatasi sebagai berikut :
a. Dalam bidang perdagangan berakhir pada tanggal 31 Desember 1997;
b. Dalam bidang industri berakhir pada tanggal 31 Desember 1997;
c. Dalam bidang-bidang usaha lainnya akan ditentukan lebih lanjut oleh Pemerintah dengan batas waktu antara 10 dan 30 tahun.”
a. Dalam bidang perdagangan berakhir pada tanggal 31 Desember 1997;
b. Dalam bidang industri berakhir pada tanggal 31 Desember 1997;
c. Dalam bidang-bidang usaha lainnya akan ditentukan lebih lanjut oleh Pemerintah dengan batas waktu antara 10 dan 30 tahun.”
PP no. 20/1994 menentukan bahwa batas antara boleh oleh asing atau tidaknya adalah kepemilikan oleh pihak Indonesia dengan 5% saja. Tidak ada lagi pembatasan waktu tentang dikuranginya porsi modal asing.
Yang
sangat menyakitkan juga ialah diambilnya rumusan pasal 33 UUD 1945
secara mentah-mentah, dirinci bidang-bidangnya persis seperti yang
dilarang oleh UU no. 1 tahun 1967, yang lalu dikatakan bahwa semuanya
itu sekarang boleh ada di tangan asing dengan kandungan Indonesia 5%.
Jadi seperti menantang atau meremehkan UUD 1945.
Infra Struktur Summit I
Posisinya
hari ini ialah yang dikumandangkan di Infra Struktur Summit oleh Menko
Perekonomian ketika dijabat oleh Aburizal Bakrie di Hotel Shangrilla.
Intinya mengumumkan kepada masyarakat bisnis dan korporasi di dunia
bahwa Indonesia
membuka pintunya lebar-lebar buat investor asing untuk berinvestasi
dengan motif memperoleh laba dalam bidang infra struktur dan
barang-barang publik lainnya. Kepada masyarakat bisnis dan korporasi
diberitahukan bahwa tidak ada cabang produksi yang biasanya disebut
public goods yang tertutup bagi investor swasta, termasuk investor
asing.
Infra Struktur Summit II
Dalam
Infra Struktur Summit II yang Menko Perekonomiannya dijabat oleh
Boediono, pengumuman pendahulunya diulangi lagi. Namun sekarang ditambah
dengan penegasan bahwa tidak akan ada perbedaan perlakuan sedikitpun
antara investor asing dan investor Indonesia.
Undang-Undang tentang Penanaman Modal nomor 25 tahun 2007
Undang-Undang
tersebut menggantikan semua perundangan dan peraturan dalam bidang
penanaman modal. Butir-butir pokoknya dapat dikemukakan sebagai berikut.
Pasal
1 yang mendefinisikan “Ketentuan Umum” dan yang mempunyai banyak ayat
itu intinya menyatakan tidak ada perbedaan antara modal asing dan modal
dalam negeri.
Pasal
6 mengatakan : “Pemerintah memberikan perlakuan yang sama kepada semua
penanam modal yang berasal dari negara manapun yang melakukan kegiatan
penanaman modal di Indonesia…..”
Pasal
7 menegaskan bahwa “Pemerintah tidak akan melakukan tindakan
nasionalisasi atau pengambilalihan hak kepemilikan penanaman modal,
kecuali dengan undang-undang.”
Pasal
8 ayat 3 mengatakan “Penanam modal diberi hak untuk melakukan transfer
dan repatriasi dalam valuta asing”, yang dilanjutkan dengan perincian
tentang apa semua yang boleh ditransfer, yaitu sebanyak 12 jenis, dari a
sampai dengan l, yang praktis tidak ada yang tidak boleh ditransfer
kembali ke negara asalnya.
Pasal
12 mengatakan bahwa semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi
kegiatan penanaman modal, kecuali produksi senjata dan bidang usaha yang
secara eksplisit dinyatakan tertutup berdasarkan undang-undang.
Hak atas tanah menjadi 95 tahun untuk Hak Guna Usaha, 80 tahun untuk Hak Guna Bangunan dan 70 tahun untuk Hak Pakai.
LIBERALISASI PENUH DAN SURVIVAL OF THE FITTEST
Dengan
seluruh rangkaian kebijakan yang telah dikemukakan tadi, menjadi sangat
jelas garis kebijakan yang konsisten sejak tahun 1967. Kebijakan itu
ialah semakin mengecilnya peran pemerintah dalam bidang pengadaan barang
dan jasa yang tergolong barang dan jasa publik, atau barang dan jasa
yang pengadaannya membutuhkan dana sangat besar, tetapi merupakan
kebutuhan pokok manusia. Karena kebutuhan dana yang sangat besar itu,
sifatnya selalu menjadi monopolistik. Karena sifat monopolistik itu
dipegang sepenuhnya oleh perusahaan swasta yang motifnya mencari laba,
maka rakyat yang sangat membutuhkannya harus membayar dengan harga yang
tingginya mencukupi untuk memberi laba yang menarik bagi investor
swasta. Karena itu, yang mampu menggunakan barang dan jasa publik ialah
perusahaan-perusahaan besar dan perorangan yang tergolong kaya.
Tidak
ada lagi kewajiban pemerintah untuk mengadakannya secara gotong royong
melalui instrumen pajak. Kalau toh pemerintah mempunyai anggaran
pembangunan, yang dibangun oleh pemerintah juga boleh dibangun oleh
swasta dengan motif laba. Semuanya adalah obyek mencari laba, dan
dalam berlomba mencari laba itu tidak ada lagi perbedaan antara investor
asing dan investor Indonesia.
Jalan
raya bebas hambatan yang di seluruh dunia dibiayai oleh pemerintah
untuk dipergunakan dengan cuma-cuma oleh rakyatnya, di Indonesia
diserahkan kepada pengusaha swasta apakah mereka tertarik dan mau
membangunnya dengan motif laba.
Semuanya
didahului dengan mempengaruhi pikiran dan pembentukan opini publik
dalam bidang mekanisme pasar, liberalisasi, swastanisasi dan globalisasi
yang cakupannya sebanyak mungkin dan tingkat keterbukaannya sejauh
mungkin, yang harus memusnahkan nasionalisme dan patriotisme. Elit
negara-negara mangsa harus diyakinkan dan diberi pemahaman bahwa
nasionalisme dan patriotisme sudah sangat ketinggalan zaman. Orang
modern harus memahami globalisasi yang merupakan the borderless world.
Nasionalisme dan patriotisme bagaikan katak dalam tempurung dengan
wawasan yang sangat sempit. Demikianlah pikiran, paham, penghayatan yang
berlaku pada elit bangsa yang memegang kekuasaan ekonomi sejak tahun
1967 sampai sekarang.
Pusat
dari indoktrinasi paham seperti dikemukakan di atas adalah Amerika
Serikat. Namun tengoklah apa semua yang dilakukan oleh Amerika Serikat
dalam bidang proteksi, melindungi warga negaranya sendiri. Tidak saja
defensif dengan menutup pintu masuk negaranya dalam bidang apa saja dan
dengan tarif setinggi berapa saja kalau dirasa perlu. Tetapi kalau perlu
melakukan agresi, menangkap Presiden Noriega di negaranya sendiri yang
lantas dipenjarakan di AS. Irak dihancur leburkan dengan dalih mempunyai
senjata pemusnah massal yang akan dipakai untuk memusnahkan umat
manusia. Tidak kurang dari Tim Ahli Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
diketuai oleh Hans Blik, yang sebelum invasi AS ke Irak menyatakan bahwa
di Irak tidak ada senjata pemusnah massal.
Toh Irak diserbu, Presiden
Saddam Husein dihukum gantung, semua peninggalan sejarah yang begitu
pentingnya untuk peradaban umat manusia dimusnahkan, manusia dalam
jumlah sangat besar terbunuh, dan yang sangat penting, bagaimana nasib
minyak yang bersumber dari bawah tanah bumi Irak sangatlah tidak jelas.
Kami menyebutkan yang terakhir ini, ialah faktor minyak secara
eksplisit, karena fokus tulisan ini aspek ekonomi dari kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kalau karena minyak Irak dan Presiden Saddam
Hussein dihancurkan dan diporak porandakan, itu disebabkan karena
pendirian Presiden Saddam Hussein yang demikian kuatnya dalam
mempertahankan kemandiriannya.
Lain
halnya dengan bangsa kita. Sudah sejak lama sampai sekarang, 92% dari
minyak kita dieksploitasi oleh perusahaan-perusahaan minyak asing.
Tambang kita dikeduk oleh pemodal asing, dan hasil yang milik mereka itu
dicatat oleh Biro Pusat Statistik kita sebagai Produk Domestik Bruto Indonesia. Bangsa Indonesia
kebagian royalti dan pajak yang relatif sangat kecil. Hasil tambang dan
mineral sangat mahal yang milik pemodal asing itu ketika diekspor
dicatat oleh Biro Pusat Statistik sebagai Ekspor Indonesia yang meningkat.
Sejak tahun 1967, tanpa membunuh siapapun, elit bangsa Indonesia sendiri telah menyerahkan segala-galanya kepada kekuatan-kekuatan non Indonesia yang lebih kuat dan lebih raksasa.
Apakah
itu karena kebodohan, karena pengkhianatan, ataukah karena keyakinan
bahwa liberalisme, dan fundamentalisme pasar dihayatinya bagaikan agama
adalah hal yang tidak jelas.
LIBERALISASI YANG JELAS MELANGGAR KONSTITUSI
Liberalisasi dan mekanisme pasar yang dihayatinya bagaikan “agama”
telah diberlakukan sedemikian jauhnya, sehingga terang-terangan
melanggar Konstitusi, memberlakukan kebijakan yang menyesatkan dan
membuat rakyat sangat sengsara.
Mahkamah
Konstitusi (MK) telah menyatakan bahwa Undang-Undang nomor 22 tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi bertentangan dengan Konstitusi.
Pemerintah dan DPR sama sekali tidak menghiraukannya.
Bahkan seolah-olah menantang, harga BBM dinaikkan dengan mengacu
pada pasal 28 di dalam undang-undang nomor 22 tahun 2001 tersebut, yang
oleh MK dianggap paling krusial dalam menentang amanat Konstitusi. Ketua MK menulis surat
kepada Presiden bahwa kebijakan menaikkan harga BBM sampai 126%, karena
harus ekuivalen dengan harga minyak mentah yang terbentuk melalui
mekanisme pasar di New York Mercantile Exchange (NYMEX) bertentangan dengan Konstitusi kita. Surat tersebut tidak dihiraukan tanpa konsekuensi buat Pemerintah, maupun DPR maupun DPD.
Demi
mekanisme pasar yang mutlak tanpa pandang bulu, caranya memberi argumen
dan penjelasan kepada rakyat juga melalui penyesatan dan kebohongan.
Dikatakan bahwa kalau harga BBM tidak disamakan dengan ekuivalennya
harga minyak mentah yang terbentuk di NYMEX, pemerintah harus
mengeluarkan uang Rp 115 trilyun untuk mensubsidi. Uang itu tidak ada.
Maka harga BBM dinaikkan. Sebagai contoh, harga bensin premium dinaikkan
dari Rp 2.700 per liter menjadi Rp 4.500 per liter. Ketika itu, harga
minyak mentah di New York US$ 60 per barrel. Dengan kenyataan bahwa biaya-biaya untuk penyedotan, pengilangan dan transportasi sebesar US 10 per barrel atau Rp 630 per liter (dengan asumsi kurs US
1 = Rp 10.000), harga bensin premium yang Rp 4.500 per liter sama
dengan harga minyak mentah sebesar Rp 61,5 per barrel (1 barrel = 159
liter). Harga minyak mentah di pasar internasional ketika itu US$ 60 per
barrel.
Kita
membaca dan menyaksikan betapa bagian terbesar dari rakyat serta merta
menjadi miskin dan sangat menderita. Bersamaan dengan itu kita saksikan
bermunculannya stasiun-stasiun penjualan bensin oleh Shell, Petronas,
yang akan disusul dengan perusahaan-perusahaan minyak asing lainnya.
Ketika harga minyak mentah di pasar internasional naik lagi, harga BBM dinaikkan lagi, walaupun masyarakat di seluruh Indonesia minta-minta supaya harga tidak dinaikkan.
Dalam
menaikkan harga BBM, Pemerintah mengemukakan dan menjelaskannya kepada
publik menggunakan istilah “subsidi” yang disamakan dengan pengeluaran
uang tunai, padahal tidak demikian kenyataannya. Kalau kita mengambil
bensin premium sebagai contoh, uang tunai yang dikeluarkan Rp 630 per
liter. Itupun dengan nilai tukar rupiah yang berlaku ketika itu, yaitu
US$ 1 = Rp 10.000. Sebelum dinaikkan, harga bensin premium Rp 2.700 per
liternya, sehingga untuk setiap liternya, pemerintah kelebihan uang
tunai sebanyak Rp 2.070. Tetapi kepada rakyat dikatakan bahwa uang yang
dikeluarkan sama dengan “subsidi” yang bukan pengeluaran uang tunai,
tetapi perbedaan antara harga Rp 2.700 dengan Rp 4.500 per liter (yang
sama dengan US $ 61,5 per barrel). Maka belum lama berselang IMF
menyatakan bahwa Pemerintah Indonesia sangat kaya uang tunai, karena ketambahan Rp 15 trilyun sebagai hasil menaikkan harga BBM.
Harga
BBM, antara lain bensin premium dinaikkan lagi menjadi Rp 6.000 per
liter atas dasar prinsip yang sama, yaitu membabi buta mengikuti apa
yang terjadi di NYMEX. Dalam kebijakannya itu, pemerintah mengatakan hal
yang tidak benar, yaitu subsidi yang perbedaan antara harga minyak
mentah di pasar internasional dengan ekuivalennya harga BBM di dalam
negeri dijelaskan sebagai pengeluaran uang tunai.
Demikian
tidak mandirinya elit bangsa yang memimpin dan memerintah kita, yang
membiarkan diri didikte untuk kepentingan perusahaan-perusahaan minyak
asing.Oleh : Kwik Kian Gie
(ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email