Pesan Rahbar

Home » » Ratusan Rohingya Tiba Lagi di Aceh

Ratusan Rohingya Tiba Lagi di Aceh

Written By Unknown on Monday, 18 May 2015 | 06:41:00

Imigran asal Myanmar saling berbicara saat berada dalam penampungan sementara di Pelabuhan Kuala Langsa, Jumat (15/5). Sebanyak 790 imigran asal Myanmar dan Bangladesh ditemukan nelayan dan diangkut ke Pelabuhan Kula Langsa. Kondisi mereka sangat lemah akibat dehidrasi selama terombang-ambing di laut. (Foto: SERAMBI/YUSMADI YUSUF)

* Merapat di Parairan Tamiang dan Langsa

Ratusan imigran gelap asal Burma atau Myanmar dan Bangladesh kembali terdampar di peraian Aceh. Data terbaru, ada 47 etnis Rohingya diselamatkan di Laut Tamiang dan 677 lainnya di perairan Langsa. Sedangkan seminggu lalu, lebih 500 Rohingya terdampar di peraian Desa Meunasah Sagoe, Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara.

Dari Aceh Tamiang dilaporkan, sebanyak 47 etnis Rohingnya (dari Myanmar) dan Banglades ditemukan terombang-ambing di perairan Tamiang, Jumat (15/5) pagi. Manusia perahu itu diselamatkan nelayan setempat dan dibawa ke Desa Sungai Kurok Tiga, Kecamatan Seruway, Aceh Tamiang.

Usai shalat Jumat, mereka dibawa ke Kota Langsa untuk maksud disatukan dengan rekan mereka yang terdampar di Kuala Langsa, namun ditolak sehingga dibawa kembali ke Aceh Tamiang dan dikumpulkan di Mes Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Karang Baru.

Pantauan Serambi, Sabtu (16/5), etnis Rohingnya di SKB Karang Baru banyak yang mengeluhkan sakit dan berobat di posko kesehatan yang dibuka Dinas Kesehatan Aceh Tamiang. Ada yang mengeluhkan pusing atau nyeri akibat pukulan di bagian dada dan perut. “Rata-rata pusing dan mengeluhkan nyeri akibat pukulan di dada dan perut,” kata petugas medis dari Pukesmas Kota Kuala Simpang, Siti Rahmah didampingi rekannya, Yuyun Safriani.

Salah seorang etnis Rohingnya, Muhammad Amin (21) yang fasih berbahasa Melayu kepada Serambi, mengatakan, sebenarnya jumlah rombongan mereka mencapai 1.200 orang. Namun, 102 orang ditembak aparat Thailand, sedangkan yang diselamatkan nelayan Tamiang 47 orang (12 perempuan dan 35 laki-laki termasuk anak-anak).

Menurut Amin, tujuan mereka adalah ke Malaysia untuk bekerja dan sudah 18 hari perjalanan di tengah laut sebelum akhirnya diselamatkan nelayan Tamiang. Selama di dalam kapal, menurut Amin, antara etnis Rohingnya dan warga Banglades tidak akur, selalu berkelahi.

Laporan lainnya menyebutkan, sebanyak 677 imigran dari Myanmar dan Bangladesh diselamatkan nelayan dan pihak keamanan ketika tongkang yang mereka tumpangi terdampar di Perairan Langsa, Selat Malaka, Jumat (15/5) pagi. Kini mereka ditampung di posko pengungsian sementara yang didirikan Pemko Langsa, di kawasan Pelabuhan Kuala Langsa.

Menurut data, dari 677 warga negara asing tersebut, 421 di antaranya asal Bangladesh dan 256 Myanmar (Rohingya). Mereka ditemukan sekitar pukul 04.00 WIB pada jarak 20 mile dari Pulau Pusong, Gampong Teulaga Tujoh, Kecamatan Langsa Barat. Dengan menggunakan enam boat katrol nelayan dikawal Polair Mabes Polri dan Polair Polres Langsa, seluruh imigran dibawa ke Pelabuhan Kuala Langsa.

Saat tiba di darat, puluhan imigran sakit karena dehidrasi berat. 11 di antaranya berstatus darurat sehingga dirawat di RSUD Langsa. Puluhan lainnya bisa ditangani di pos medis Pelabuhan Kuala Langsa karena dehidrasi ringan. Belasan imigran juga mengalami luka sobek akibat benturan benda tajam dan tumpul, karena imigran Miyanmar dan Banglades terlibat perkelahian di tongkang ketika masih terkatung-katung di laut.

Muspida termasuk Basarnas dan lainnya yang dikoordinir Pemko Langsa, sejak Jumat pagi bekerja ekstra menyediakan makanan dan minuman untuk imigran yang sudah berhari-hari menahan lapar.

Di lokasi penampungan yaitu di gudang barang Pelabuhan Kuala Langsa, imigran asal Myanmar dan Bangladesh tidak disatukan karena dikhawatirkan terjadi perkelahian lanjutan.

Puluhan aparat kepolisian dikoordinir Kapolres Langsa, AKBP Sunarya SIK didampingi Wakapolres Kompol Hadi Saepul Rahman, sejak Jumat pagi sibuk mengatur para imigran sebelum mereka diarahkan dengan tertib masuk ke penampungan. Makanan, minuman, dan pakaian layak pakai yang bersumber dari Pemko Langsa maupun masyarakat dibagikan kepada imigran. Pemko Langsa juga mendirikan dapur umum lapangan. Pada hari kedua, Sabtu (16/5) kondisi imigran mulai stabil, meski masih ada puluhan imigran yang menjalani perawatan termasuk di RSUD Langsa.

Pemantauan Serambi pada Sabtu kemarin, Wali Kota Langsa Usman Abdullah, Dandim 0104/Atim, Kajari Langsa, dan sejumlah pejabat lainnya melihat kondisi imigran di penampungan. Pihak UNHCR dan IOM juga sudah tiba ke lokasi melakukan pendataan.

Kasi Lantaskim Imigrasi Kelas II Langsa, Fauzi SH mengatakan, jumlah total imigran gelap tersebut sebanyak 677 orang, terdiri warga Myanmar atau Rohingya 256 orang (laki-laki 117 orang, perempuan 76 orang, dan anak-anak 63 orang). Sedangkan warga Bangladesh sebanyak 421 orang seluruhnya laki-laki.

Menurut Fauzi, pihak imigrasi terus melakukan pemantauan keberadaan imigran gelap itu dan berkoordinasi dengan pemerintah setempat. “Setiap orang asing tanpa dokumen yang sah/berlaku tidak dibenarkan masuk ke Indonesia. Terkait penampungan baik makanan dan tempat ditanggung oleh pemda dan selanjutnya kewajiban IOM maupun UNHCR,” kata Fauzi.

(Serambi-News/Tribun-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: