Sudah sering ditekankan oleh Rahbar Revolusi Islam Iran Ayatullah Khamenei, sekarang jahiliah modern sedang berkembang biak bak jamur di musim hujan.
Lalu apakah jahiliah modern ini sama dengan kebodohan? Artinya, mereka yang hidup di era jahiliah ini adalah orang-orang yang bodoh dan tidak tahu apa-apa.
Ternyata tidak harus demikian. Mungkin saja seorang alim masih bersifat bodoh. Dalam sebuah hadis, Imam Ali bin Abi Thalib as pernah berkata, “Alangkah banyak alim yang dibunuh oleh kebodohannya.”
Untuk itu, tidak menutup kemungkinan seseorang memiliki ijazah doktoral dan senantiasa beranjak bersama teknologi dan kemajuan paling mutakhir, tapi ia masih bodoh.
Kebodohan (jahiliah) ini sebagai lawan akal, bukan ilmu pengetahuan. Untuk itu, ilmu pengetahuan dan kebodohan sekaligus bisa dimiliki oleh seseorang.
Untuk itu, dunia masa kini memiliki kemajuan dan teknologi yang super canggih. Tetapi, tidak sedikit dunia ini terjerambab dalam kebodohan.
Sebagai contoh gamblang, kita bisa melihat aksi yang dilakukan oleh kelompok teroris ISIL/ISIS, kelompok freemasonri, dan Zionis. Mungkin mereka memiliki kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, tetapi mereka masih bodoh.
Jika kita menelaah ayat-ayat al-Quran, kita bisa menyibak faktor-faktor yang menyebabkan seseorang terjeramba dalam jurang kebodohan. Kelalaian, takabur, kesombongan, cinta dunia, dan lain-lain adalah faktor yang sangat berpengaruh untuk kejahilan. Allah berfirman, “Dan sesungguhnya Kami ciptakan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari bangsa jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi mereka tidak mempergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) mereka tidak mempergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) mereka tidak mempergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai,” (QS. Al-A‘rāf 7:179).
Dalam ayat ini ditegaskan, seorang yang jahil lebih buruk dibandingkan binatang, karena ia memiliki mata tetapi tidak melihat dan memiliki telinga tetapi tidak mendengar. Hal ini lantaran ia lalai.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email