Penembakan di gereja bersejarah Afrika-Amerika di Charleston, South Carolina, AS mendorong warga New York menggelar aksi demo. Para demonstran, sebagian bahkan ada yang menangis, menyerukan untuk berhenti membunuh warga kulit hitam.
Aksi unjuk rasa tersebut digelar di Union Square, Manhattan pada Kamis (18/6) waktu setempat, atau sehari setelah penembakan brutal di Charleston pada Rabu (17/6) malam waktu setempat.
Dalam aksinya, para demonstran membawa spanduk-spanduk, termasuk yang bertuliskan "Black lives matter" dan "Stop killing black people". Demikian seperti dilansir kantor berita AFP, Jumat (19/6/2015).
Para demonstran sempat mengheningkan cipta sesaat sebelum membacakan nama-nama sembilan korban, yang tewas dalam insiden penembakan di gereja Emanuel African Methodist Episcopal Church.
Beberapa demonstran tampak membawa lilin-lilin. "Kami muak dengan pembunuhan orang-orang karena warna kulitnya di negara ini. Hati saya hancur," ujar Jen Tullock (31), aktris dan penulis naskah yang ikut dalam aksi tersebut.
Pelaku penembakan, Dylann Roof (21) telah ditangkap polisi. Pemuda berkulit putih itu sempat mengikuti pertemuan pendalaman Alkitab di gereja tersebut sebelum melepas tembakan ke para jemaat lainnya.
Sebelumnya, kepala kepolisian Charleston Gregory Mullen mengkonfirmasi bahwa penembakan yang menewaskan 9 orang itu merupakan kejahatan karena kebencian bermotif rasial.
"Satu-satunya alasan seseorang bisa masuk ke gereja untuk menembak orang-orang yang sedang beribadah adalah karena kebencian," tutur Mullen seperti dikutip kantor berita Reuters.
Gereja Emanuel AME merupakan salah satu gereja terbesar dan tertua bagi warga kulit hitam di wilayah tersebut. Gereja yang selesai dibangun pada tahun 1891 itu dianggap sebagai gedung yang sangat bersejarah. Penembakan ini mengingatkan pada pengeboman di gereja Afrika-Amerika di Birmingham, Alabama, yang menewaskan empat anak perempuan pada tahun 1960-an silam.
(AFP/Shabestan/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email