Meskipun Imam Ridha as dengan posisi politik yang ia miliki mampu membuat lawan bicaranya diam dengan paksa, namun beliau selalu berusaha untuk rendah hati dan melayani perbincangan dengan penuh hormat sehingga lawan bicaranya pun merasa puas dengan kata-katanya.
Bertepatan dengan peringatan hari kelahiran Imam Ridha as, wartawan Shabestan mewawancarai Hujjatul Islam wal Muslimin Muhammad Ghafuri, anggota dewan ilmiah fakultas Sirah Ahlul Bait di Pusat Kajian Ilmu dan Budaya Islam mengenai keistimewaan Imam Ridha as. Beliau adalah seorang ahli sejarah di pusat kajian itu.
Saat ditanya tentang keilmuan para Ma’shumin as, khususnya Imam Ridha as, beliau menjelaskan, “Ilmu-ilmu yang dimiliki oleh para Imam tersambung dengan wahyu Ilahi, yakni Al-Qur’an sebagai sumber intinya. Banyak sekali ilmu-ilmu yang tersimpan dalam Al-Qur’an. Namun sayangnya kita belum sampai pada inti ilmu-ilmu yang terpendam itu dan kita masih harus terus mencarinya. Para Ma’shumin as menghayati Al-Qur’an sebagai sebuah sumber pengetahuan dan merupakan penafsiran segala perkara kehidupan.”
Kemudian beliau melanjutkan, “Oleh karena itu, sebagian besar pengetahuan yang dimiliki oleh Imam Ridha as bersumber dari Al-Qur’an dan sebagian dari ilmu-ilmu yang telah sampai padanya secara turun temurun dari kakek-kakeknya hingga Rasulullah saw. Namun sayangnya orang-orang yang tidak meyakini Imamah beliau mengira beliau dan juga Imam-imam lainnya sebagai orang biasa dan mereka kira diri mereka lebih pintar dari para Imam.”
Hujjatul Islam Ghafuri menjelaskan, “Terkadang pada momen-momen tertentu, di saat Imam Ridha as memiliki posisi yang kuat dari segi politik, meskipun sang Imam mampu secara paksa membuat diam lawan bicaranya, tapi beliau selalu rendah hati dan melayani mereka berbicara dengan sopan sehingga mereka merasa bahagia mendengar kata-kata beliau.”
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email