Seorang Pengamat media Sosial Denny Siregar kembali bikin surat terbuka heboh yang membuat para penantang ahok ketakutan dan frustasi karena segala cara yang mereka lakukan untuk menjegal ahok gagal total yang ada justru rakyat semakin cinta kepada ahok
Berikut Ini Tulisan Denny Siregar lewat akun facebooknya yang di post tanggal 23 september 2015 pukul 8:35 yang ia tujukan kepada para penantang ahok:
SIAPA LAWAN AHOK ?
Sebenarnya strategi mereka untuk menghantam Ahok dari sisi ke-Cina-an dan ke-Kristenan-nya saat momen hari raya ini, adalah kesalahan besar.
Penghembusan isu bahwa Ahok menekan rakyat kecil dan muslim yang berdagang di trotoar, sungguh jualan yang tidak laku. Masyarakat sudah sangat cerdas dan tidak bisa lagi di provokasi kata2 "rakyat kecil" dan "muslim", karena mereka sudah sangat paham siapa saja yang suka menunggangi isu itu. Isu rasial di masyarakat plural itu seperti asap rokok tertiup angin, wujudnya hanya terlihat sebentar.
Seharusnya penantang Ahok di pilgub nanti, belajar dari kasus
kemenangan Barrack Obama. Obama terus diserang isu rasial pada
pencalonannya sbg Presiden AS. Isu itu malah mengikat semua kulit
berwarna di AS - bukan saja kulit hitam - sebagai bentuk pemberontakan
terhadap dominasi kulit putih. Yang memilih Obama bukan saja mempunyai
keterikatan masalah kulit, tapi juga keterikatan emosi karena minoritas,
seperti kaum gay dan lesbian.
Menariknya, isu2 rasial seperti kaset rusak yang terus menerus diputar pada side yang sama. Sudah jembret, tapi dipaksa untuk didengarkan.
Mereka tidak paham, Ahok itu pemimpin orkestra yang ulung. Ia bisa bermain adagio dan tiba2 berubah menjadi allegro dalam tempo yang tidak lebar. Lihat saja, saat ia dilawan dengan isu menekan muslim, ditempat lain ia malah membangun masjid megah. Cerdas.
Inilah strategi yg tidak dimiliki oleh sejawat Ahok, komunitas sesama tionghoa. Bukan rahasia lagi, bahwa komunitas tionghoa terbelah menyikapi sikap Ahok. Salah satunya menentang apa yg dilakukan Ahok dengan membentur2kan diri dgn "kaum muslim". Kaum muslim disini yg mrk maksud adalah kaum bersorban spt FPI, FUI dan sejenisnya. Mereka mungkin trauma dengan peristiwa Mei 98 dan takut apa yg dilakukan Ahok akan memicu gesekan baru. Mereka lebih baik memepet2 kaum bersorban dan berbaik2 dengannya. Mereka tidak paham, bahwa apa yg dilakukan Ahok adalah membuka pikiran banyak orang bahwa tidak ada sekat ras dan agama dalam memimpin. Semua punya wilayah yang sama.
Melihat "perang" di Jakarta dalam menghadapi Pilkada lebih mengasyikkan daripada daerah lain. Selain keras, juga karena disana Ahok menjadi anomali. Jujur saja, siapa sebenarnya yang patut dan mampu melawan dominasi Ahok sekarang ini ? Belum ada.
Sebenarnya partai2 penantang Ahok sekarang ini bingung berat. Mereka mau menggenggam Ahok spy Ahok mau menjadikan mereka kendaraan, harus gigit jari karena Ahok lebih nyaman masuk melalui jalur independen. Mereka bingung, siapa yang harus diajukan utk melawan Ahok ?
Sandiaga Uno sebenarnya adalah pilihan panik, karena mereka belum mampu mendapatkan lawan sesuai. Yang dikedepankan dari Uno adalah cerdas, santun dan muslim. Duh, strategi basi. Orang sudah sangat melek utk melihat bahwa poin2 itu sekarang tidak bisa dijadikan acuan. Poinnya adalah jujur apa tidak ? Membela rakyat atau konglomerat ?
Track record Uno yang dekat dengan konglomerat berkaitan dengan bidang usahanya di sektor finansial ini saja sudah menunjukkan ke arah mana Uno berpihak. Bagaimana dengan kejujuran ? Bukan rahasia lagi, dalam bidang kapital, kejujuran adalah barang mahal. Jujur disana berarti dimakan.
Yang bisa melawan Ahok cuma Dahlan Iskan, Bu Susi atau Bu Risma. Ridwan Kamil bolehlah. Tapi kan mereka tidak mungkin mau. Sama seperti yang terjadi di Surabaya, pada akhirnya semua memainkan strategi mundur serentak supaya Ahok tidak punya lawan. Dengan begitu, pilkada harus tertunda dan Jakarta bisa krisis sosok kepemimpinan.
Seharusnya lawan Ahok bisa memunculkan sosok seperti Prabowo dan Jokowi yang mempunyai kekuatan massa yang seimbang. Saya saja sempat bingung milih yang mana awalnya, sampai saya menemukan pepatah, "untuk menentukan yang benar dan yang salah, cara yang paling mudah adalah lihat kemana PKS berpihak, dan pilihlah lawannya.."
Kalau bisa memunculkan lawan yang kuat, pasti pilgub Jakarta akan sangat seru. Bisa habis bercangkir2 kopi membahasnya. Tapi, siapa orangnya ?
Sumber: Artikel ini diambil dari akun FB Pengamat Media Sosial " Denny Siregar"
(Islam-Toleran/ABNS)
Menariknya, isu2 rasial seperti kaset rusak yang terus menerus diputar pada side yang sama. Sudah jembret, tapi dipaksa untuk didengarkan.
Mereka tidak paham, Ahok itu pemimpin orkestra yang ulung. Ia bisa bermain adagio dan tiba2 berubah menjadi allegro dalam tempo yang tidak lebar. Lihat saja, saat ia dilawan dengan isu menekan muslim, ditempat lain ia malah membangun masjid megah. Cerdas.
Inilah strategi yg tidak dimiliki oleh sejawat Ahok, komunitas sesama tionghoa. Bukan rahasia lagi, bahwa komunitas tionghoa terbelah menyikapi sikap Ahok. Salah satunya menentang apa yg dilakukan Ahok dengan membentur2kan diri dgn "kaum muslim". Kaum muslim disini yg mrk maksud adalah kaum bersorban spt FPI, FUI dan sejenisnya. Mereka mungkin trauma dengan peristiwa Mei 98 dan takut apa yg dilakukan Ahok akan memicu gesekan baru. Mereka lebih baik memepet2 kaum bersorban dan berbaik2 dengannya. Mereka tidak paham, bahwa apa yg dilakukan Ahok adalah membuka pikiran banyak orang bahwa tidak ada sekat ras dan agama dalam memimpin. Semua punya wilayah yang sama.
Melihat "perang" di Jakarta dalam menghadapi Pilkada lebih mengasyikkan daripada daerah lain. Selain keras, juga karena disana Ahok menjadi anomali. Jujur saja, siapa sebenarnya yang patut dan mampu melawan dominasi Ahok sekarang ini ? Belum ada.
Sebenarnya partai2 penantang Ahok sekarang ini bingung berat. Mereka mau menggenggam Ahok spy Ahok mau menjadikan mereka kendaraan, harus gigit jari karena Ahok lebih nyaman masuk melalui jalur independen. Mereka bingung, siapa yang harus diajukan utk melawan Ahok ?
Sandiaga Uno sebenarnya adalah pilihan panik, karena mereka belum mampu mendapatkan lawan sesuai. Yang dikedepankan dari Uno adalah cerdas, santun dan muslim. Duh, strategi basi. Orang sudah sangat melek utk melihat bahwa poin2 itu sekarang tidak bisa dijadikan acuan. Poinnya adalah jujur apa tidak ? Membela rakyat atau konglomerat ?
Track record Uno yang dekat dengan konglomerat berkaitan dengan bidang usahanya di sektor finansial ini saja sudah menunjukkan ke arah mana Uno berpihak. Bagaimana dengan kejujuran ? Bukan rahasia lagi, dalam bidang kapital, kejujuran adalah barang mahal. Jujur disana berarti dimakan.
Yang bisa melawan Ahok cuma Dahlan Iskan, Bu Susi atau Bu Risma. Ridwan Kamil bolehlah. Tapi kan mereka tidak mungkin mau. Sama seperti yang terjadi di Surabaya, pada akhirnya semua memainkan strategi mundur serentak supaya Ahok tidak punya lawan. Dengan begitu, pilkada harus tertunda dan Jakarta bisa krisis sosok kepemimpinan.
Seharusnya lawan Ahok bisa memunculkan sosok seperti Prabowo dan Jokowi yang mempunyai kekuatan massa yang seimbang. Saya saja sempat bingung milih yang mana awalnya, sampai saya menemukan pepatah, "untuk menentukan yang benar dan yang salah, cara yang paling mudah adalah lihat kemana PKS berpihak, dan pilihlah lawannya.."
Kalau bisa memunculkan lawan yang kuat, pasti pilgub Jakarta akan sangat seru. Bisa habis bercangkir2 kopi membahasnya. Tapi, siapa orangnya ?
Sumber: Artikel ini diambil dari akun FB Pengamat Media Sosial " Denny Siregar"
(Islam-Toleran/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email