Film sejarah “Muhammad Rasulullah saw” telah ditayangkan untuk umum dari sejak minggu lalu. Penayangan film terbesar Iran ini menuai pujian dan cercaan dari lembaga-lembaga resmi di negara-negara Arab.
Penentangan-penentangan ini tetap muncul sekalipun Majid Majidi, sutradara film “Muhammad Rasulullah” berkali-kali menegaskan telah menggunakan banyak buku referensi yang diakui oleh seluruh Muslimin dunia, bukan hanya riwayat Syiah.
Sekalipun demikian, ada juga sebagian media Arab yang memuji karya dan jerih payah Majid Majidi ini sebagai sebuah karya besar. Saluran televisi al-Manar, al-‘Ahd, dan al-Mayadin termasuk media-media ini.
Yang sangat mengherankan dalam hal ini adalah penentangan yang dilakukan oleh sebagian negara Arab terhadap karya seni sangat berharga yang menurut pembuatnya bertujuan ingin memperkokoh persatuan umat Islam ini.
Serangan kelompok-kelompok radikal takfiri memang sudah dilancarkan dari sejak delapan tahun lalu ketika film besar ini mulai produksi. Teriakan-teriakan protes terhadap produksi film historis ini banyak santer terdengar dari beberapa negara Arab seperti Arab Saudi, Mesir, dan Kuwait.
Penampakan wajah Rasulullah saw dijadikan oleh kelompok-kelompok radikal takfiri sebagai alasan menyerang film ini. Padahal para pembuat ini sudah berkali-kali menegaskan tidak akan menampakkan wajah Rasulullah saw.
Abbas Syuman, wakil Syaikh Al-Azhar, termasuk tokoh yang menyatakan penentangan terhadap film “Muhammad Rasulullah”. Dalam sebuah wawancara dengan koran Al-Mihsri Al-Yawm, ia menyatakan, usaha Iran untuk menayangkan film yang menayangkan Rasulullah bertentangan dengan prinsip dan akidah Ahli Sunnah.
Arab Saudi termasuk negara yang sangat keras menentang film ini. Para petinggi Saudi yang ingin menebarkan pemikiran Wahabi berusaha untuk mencegah warga mereka mengenal kesucian Rasulullah saw dari sejak kecil melalui film ini.
(Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email