Militer Amerika Serikat (AS) menerjunkan bantuan 50 ton amunisi untuk pemberontak Suriah di wilayah Suriah utara. Bantuan senjata besar-besaran itu dilakukan AS setelah serangan Rusia untuk mendukung rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad semakin ganas.
“(Bantuan) senjata AS yang didrop dari udara mencapai ke kelompok Arab Suriah, yang para pemimpinnya sudah diverifikasi AS dan telah berjuang menumpas ISIS,” kata juru bicara militer AS yang memimpin koalisi anti-ISIS, Kolonel Steve Warre, seperti dikutip Voice of America, Selasa (13/10/2015).
Warre menolak menjelaskan secara detail tentang kelompok pemberontak Suriah yang dibantu senjata secara besar-besaran itu. Alasannya, keamanan operasional kelompok pemberontak Suriah dan lokasinya harus dijamin.
Kebijakan AS ini terkesan janggal, sebab pekan lalu Pentagon memutuskan untuk berhenti melatih pemberontak Suriah. Alasannya, para pemberontak Suriah menolak melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan hanya fokus melawan tentara rezim Suriah.
Warren mengklaim bantuan 50 ton amunisi ke pemberontak Suriah itu terinspirasi keberhasilan pasukan Kurdi Suriah yang sukses mengusir militan ISIS dari kota mereka. ”(Bantuan senjata) yang didrop dari udara ini berusaha untuk membangun keberhasilan pasukan mereka yang telah membersihkan ISIS dari wilayah Suriah,” ujar Warren.
Sebelumnya New York Times dalam laporannya menyatakan, AS dan Rusia sejatinya sudah di ambang perang proxy habis-habisan di Suriah. Sebab, AS diam-diam memasok senjata secara besar-besaran kepada pemberontak Suriah. Sedangkan serangan Rusia untuk mendukung rezim Suriah juga semakin gencar.
Laporan itu juga menyebut, bahwa solusi diplomatik untuk penyelesaian krisis Suriah hampir mustahil setelah AS dan Rusia sama-sama menggunakan senjata terhadap dua kubu yang bermusuhan di Suriah.
(Sindo-News/Shabestan/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email