Pesan Rahbar

Home » » Din di Tokyo: Watak Islam Indonesia Berbeda dengan Timur Tengah

Din di Tokyo: Watak Islam Indonesia Berbeda dengan Timur Tengah

Written By Unknown on Friday 13 November 2015 | 14:38:00

Din Syamsuddin bersama Mantan PM Jepang Yoshihiko Noda (Foto: Republika)

Di markas Sasakawa Peace Foundation, Tokyo, Rabu 4 November 2015 yang di ihadiri seratusan tokoh masyarakat sipil dari berbagai kalangan, Din Syamsuddin memaparkan, Islam di Indonesia memiliki watak berbeda dengan Islam di negeri-negeri lain, termasuk Timur Tengah.

“Sebagai akibatnya, Islam di Indonesia berwatak damai, moderat, inklusif, toleran, dan anti-kekerasan. Watak ini dianut oleh mayoritas mutlak umat Islam dan telah berlangsung berabad lamanya,” ujar Din Syamsuddin.

Watak Islam Indonesia yang dimaksud Din disebabkan karena modus masuknya Islam secara damai dan merespon latar belakang sosial-budaya masyarakat Indonesia yang cinta damai.

“Sebagai akibatnya, Islam di Indonesia berwatak damai, moderat, inklusif, toleran, dan anti-kekerasan. Watak ini dianut oleh mayoritas mutlak umat Islam dan telah berlangsung berabad lamanya,” papar Din Syamsuddin.

Corak Islam yang demikian telah ada sejak dulu di mana tak ada ketegangan atau pertentangan serius antara Muslim dan non-Muslim. Begitu pula dengan yang terjadi antarsesama Muslim. Umat Islam Indonesia,
Oleh karena itu, lanjut Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini, corak Islam Indonesia dapat diposisikan sebagai salah satu model kerukunan hidup.

Namun akhir-akhir ini, suasana demikian sedikit berubah dengan adanya ketegangan bahkan konflik antar kelompok umat beragama, khsususnya antara kelompok Muslim dan Kristiani, seperti terjadi terakhir di Tolikara, Singkil, dan Manokwari.

“Ini disebabkan oleh bergesernya tata nilai yang dianut oleh sebagian masyarakat Indonesia sejalan dengan modernisasi, globalisasi, dan liberalisasi yang melanda Indonesia sejak satu dua dasawarsa terakhir,” tandasnya.

Maraknya radikalisme keagamaan yang muncul di Indonesia akhir-akhir ini didorong oleh faktor keagamaan dan faktor-faktor non-agama. Yang pertama mengambil bentuk pemahaman yang salah akibat penafsiran sempit teks-teks Kitab Suci dengan mengabaikan misi utama Islam untuk kerahamatan dan kesemestaan.

“Dan yang kedua berupa ketdkadilan sosial, ekonomi dan politik yang sering menjadi faktor picu kekerasan dan sikap radikal dan agama menjadi faktor pembenar sikap tersebut,”jelas Din.

Ceramah Din mendapat sambutan antusias audiens dengan banyaknya pertanyaan. terhadap pertanyaan tentang ISIS, Din tegaskan bahwa ideologi dan perilaku ISIS tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang menekankan kasih sayang dan perdamaian.

“ISIS bukan gerakan Islam tapi gerakan politik yang menyalahgunakan Islam untuk tujuan politik,” tegasnya.
Dalam ceramah tersebut hadir tokoh-tokoh penting seperti, Prof. Nakamura dan istrinya, Prof. Hisae Nakanishi dari Doshisa University, Prof. Khalid Higuchi, mantan Presiden Japanese Muslim Association, sejumlah peminat dan pengamat tentang Indonesia, dan para pejabat Sasakawa Peace Foundation seperti Dr. Chano dan Dr. Akiko Horiba.

Kunjungan Din ke Jepang selama delapan hari atas undangan Sasakawa Peace Foundation (SPF). SPF adalah sebuah yayasan Jepang yang terkenal di mancanegara dan aktif mendorong perdamaian di dunia.

SPF mulai tahun lalu mengundang tokoh-tokoh dari luar Jepang dalam program kunjungan Asia’s Opinion Leaders. Tahun lalu diundang mantan Sekjen Asean Dr. Surin Pitsuwan dari Thailand dan tahun ini tokoh Muslim Indonesia Din Syamsuddin.

Dalam kunjungannya ke Jepang kali ini, Din Syamsuddin yang juga Presiden Asian Conference of Religions for Peace (ACRP) yang berpusat di Tokyo, mengunjungi Horoshima, Miyajima, Kurainiki, Kyoto, Kobe, dan Tokyo.

Di Hiroshima Din berkesempatan meletakkan karangan bunga di Peace Memorial Park, di Kyoto mengunjungi beberapa pusat Agama Shinto dan Agama Budha, Di Kobe dan Tokyo berkunjung ke Jami Mosque (masjid), dan juga berdialog dengan para tokoh agama maupun politik Jepang.

Dari kunjungannya tersebut, Din mengagumi masyarakat Jepang yang dinilainya mengamalkan nilai-nilai Islam seperti kebersihan, kejujuran, kedisiplinan, penghargaan akan waktu, dan kerja keras. Nilai-nilai tersebut justeru sering tidak nyata dalam perilaku sebagian umat Islam di negara-nilai Muslim.

Pada sisi lain, ceramah dan dialog Din Syamsuddin dengan pihak Jepang sedikit banyak dapat mengisi kekosongan pemahaman masyarakat Jepang tentang Islam di Indonesia.

(Satu-Islam/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: