Iran saat Perang Dunia
Iran, negara yang penuh misteri masa lalu dan kekuatan yang melegenda ini tentu sudah tak asing bagi kita. Iran yang dahulu bernama Persia ini telah benyak melahirkan ilmuan dan pemikir pemikir terkenal dan berpengaruh bagi dunia. Para penerjemah hadist baik dari kalangan Sunni atau Syiah juga banyak di iran, seperti Syeikh Saduq, Syeikh Kulainy, Imam Bukhari, Imam Muslim serta Halim Al Nishaburi.
Ahli agama juga banyak yang berasal dari Iran seperti Syeikh Tusi, Imam Ghazali, Imam Fakhr ar Razi dan lain lain. Orang terkenal lain dari persia juga ada Al Farabi, Avicenna, Rumi serta Abdul Qadir Jaelani.
Penemuan minyak di Iran satu abad yang lalu juga telah membuat adanya kesepakatan Anglo- Russian Convention pada 1907, yang berisi persia dibagi menjadi beberapa wilayah kekuasaan. Negara ini pada PD 1 dikuasai Inggris dan Russia hingga pada 1919 Inggris menetapkan Protectorate di Iran yang menyebabkan Russia terpaksa mundur dari Iran pada 1921. Ditahun yang sama juga telah terjadi kudeta ditengah kekosongan pemerintahan yang melanda Iran. Persian Cossack Brigade yang dipimpin oleh Reza Khan berhasil mengkudeta pemerintahan dan memdeklarasikan diri sebagai Syah ( Raja Iran ) pada 1925 dari Dinasti Pahlevi.
Sebagai salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia, Iran sangat penting peranannya dalam Perang Dunia 2. Dalam perang dunia 2 Iran adalah pemasok bahan bakar ke Uni Soviet, markas Inggris, India serta Soviet. Pada 1943 lahirlah konferensi Tehran yang diperolehlah Tehran Declaration yang isinya menjamin kemerdekaan Iran setelah perang berakhir. Namun fakta berkata lain, setelah perang usai Soviet tidak mau menarik pasukannya dan justru mendirikan negara baru yaitu Pemerintahan Rakyat Azerbaijan dan Republik Kurdistan pada 1941.
Terjadinya Revolusi Terbesar di Dunia
Pada masa pemerintahan Syah Reza Pahlevi, telah terjadi banyak kemerosotan moral di Iran. Diantaranya saat perayaan 2500 tahun berdirinya kerajaan Persia yang diadakan di Persepolis pada Oktober 1971. Perayaan yang diadakan selama 3 hari ini telah menghabiskan biaya 100 hingga 120 juta dolar. Di perayaan ini juga tersaji minuman keras dan makanan yang dibuat oleh koki koki dari Paris. Perayaan besar bagi penduduk asing ini telah banyak menyengsarakan rakyat, banyak terjadi kelaparan dimana mana.
Pada 1976, Syah Reza membuat kemarahan yang sangat sangat besar dari umat islam Iran dengan mengganti kalender Hijriah dengan kalender kerajaan. Perhitungan kalender kerajaan itu dimulai dari tahun 529 SM sehingga dalam semalam, tahun di iran berubah dari tahun 1355 menjadi tahun 2535.
23 Oktober 1977, Ayatullah al Hajj Sayid Mustafa Khomeini syahid secara misterius di Najaf, Irak. Putra sulung imam Khomeini ini telah mendalami banyak ilmu agama sejak berusia 15 tahun. Ia telah banyak berguru pada ulama ulama besar seperti Imam Khomeini, Ayatullah Burujerdi, Sayyid Muhammad Al Damad dan lain lain. Pada 4 November 1964 ia pernah ditangkap dan dipenjara selama 58 hari oleh Syah Reza karena dianggap perjuangannya menegakan Islam terlalu membahayakan kerajaan. Setelah bebas ia terus berusaha memperjuangkan revolusi Islam Iran hingga syahid.
Akhirnya munculah sebuah aritel di koran Ettelaat yang berisi hujatan bagi Imam Khomeini dan ulama ulama islam lain. Sontak artikel ini menuai banyak protes dari kalangan umat islam di Iran. Hingga akhirnya terjadilah demonstrasi berdarah di kota Qom, disana tentara kerajaan membantai demonstran yang menolak koran Ettelaat tersebut. Tak hanya di Qom, di kota kota lain seperti Tabriz, Isfahan, Yazd, Shiraz dan kota kota lain juga terjadi unjuk rasa yang serupa.
Pada 24 September 1978, Rumah Imam Khomeini di Najaf dikepung oleh tentara Irak setelah adanya pertemuan menlu Iran dan Irak di New York. Berita pengepungan ini akhirnya menyulut kemarahan umat islam di Irak, Iran, dan seluruh negara muslim di dunia.
Tahun 1979, Imam Khomeini mendirikan dewan Revolusi Islam, sementara Syah Reza telah kabur dari Iran sejak 16 januari 1979 karena takut oleh unjuk rasa kaum muslim di Iran. Pada pukul 09:30 tanggal 1 Februari 1979 akhirnya pesawat yang ditumpangi Imam Khomeini tiba dan banyak kaum muslim dari berbagai negara datang untuk menyambut revolusi terbesar umat islam di abad modern ini setelah 14 tahun di pengasingan.
Di Behest e Zahra, Imam khomeini menyampaikan pidato paling bersejarah bagi rakyat muslim di Iran. Disaat 10 hari menjelang kemenangan umat muslim atau yang lebih dikenal dengan ‘Asyratu Al Fajri, setiap hari kelompok kelompok yang datang dan menyatakan janji setia pada islam. Yang paling menghebohkan adalah pada 8 Februari 1979 dimana perwira angkatan darat dan angkatan udara menyatakan janji setia yang merupakan tanda berakhirnya kerajaan Syah Reza Pahlevi.
10 Februari 1979, Pemerintah mengumumkan keadaan darurat total dan menurunkan seluruh tank serta persenjataan lainnya untuk menumpas kaum muslim yang ingin mengadakan revolusi islam iran. Imam khomeini kemudian berpidato yang bunyi salah satu penggalan pidatonya adalah sebagai berikut :
Sesungguhnya pengumuman keadaan darurat yang diumumkan hari ini hanyalah tipu muslihat dan bertentangan dengan syariat. Oleh karena itu, hendaklah rakyat tidak mempedulikannya selamanya.
Selama 24 jam setelah pidato itu terjadilah perang bersenjata antara rakyat iran, umat muslim berbagai negara serta tentara yang telah mngucap janji setia pada khomeini melawan tentara syah reza.
Pagi harinya tanggal 11 Februari 1979 kekuasaan Syah Reza resmi berakhir. Pada 30 dan 31 Maret 1979, pemerintahan sementara Imam Khomeini meminta seluruh warga Iran yang berusia diatas 16 tahun untuk memilih dalam referendum untuk memilih apakah negara akan menggunakan sistem pemerintahan repoblik islam iran atau monarki. Hasilnya 98% rakyat memilih sistem Repoblik Islam Iran. 4 Februari 1980 Abolhasan Banisadr resmi terpilih menjadi presiden pertama Repoblik Islam Iran. Setelah revolusi, tanggal 4 November 1979 terjadilah penyadraan 444 hari di kedubes amerika karena Iran menganggap amerika membantu Syah Reza.
Revolusi yang baru saja terjadi di Iran dimanfaatkan Irak untuk melawan Iran. Selama perang Irak – Iran, dua negara besar yaitu Amerika dan Uni Soviet secara terang terangan menyatakan dukungan dan bantuannya pada Irak. demikian juga Mesir, Pakistan dan Arab Saudi, Sementara Iran hanya dibantu oleh Suriah dan Libya. Walaupun secara politik, koalisi, senjata dan jumlah pasukan Iran kalah telak namun pasukan Iran tetap dapat memenangkan perang itu dan menahan gempuran Irak dan sekutunya.
(Teknooksigen/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email