Pesan Rahbar

Home » » Yaman yang merupakan Negara Termiskin di Timur Tengah "kembali" diserang Zionis Israel cs dan Arab Saudi Wahabi Salafi Klasik Takfiri cs (Teroris ISIS ikutan ??!!??)

Yaman yang merupakan Negara Termiskin di Timur Tengah "kembali" diserang Zionis Israel cs dan Arab Saudi Wahabi Salafi Klasik Takfiri cs (Teroris ISIS ikutan ??!!??)

Written By Unknown on Tuesday, 26 January 2016 | 16:09:00


Kronologi Kebiadaban Arab Saudi di Yaman


Laporan: Kronologi Kebiadaban Arab Saudi di Yaman

Serangan darat, udara, dan laut militer Arab Saudi terhadap kelompok Al-Houthi, Yaman terus berlanjut. Demi menebus kekalahan dalam pertempuran di darat, militer Arab Saudi lantas menggunakan senjata-senjata inkonvensional termasuk bom fosfor. Kabar terbaru, serangan militer Arab Saudi mengubah acara pernikahan menjadi acara prosesi pemakaman.

Menurut laporan kantor berita Fars, fakta menunjukkan bahwa pemerintah Arab Saudi dan Yaman meski telah mengerahkan seluruh kemampuan, namun gagal menggapai tujuannya.

Dan beberapa waktu terakhir, Amerika Serikat dan Inggris ikut-ikutan dengan membesar-besarkan ancaman Al-Qaeda di Yaman sebagai mukaddimah penempatan pasukan di negeri itu.


Berikut ini rentetan serangan militer Arab Saudi ke Yaman:

30 Oktober 2009, kelompok Al-Houthi menduduki pangkalan militer di Jebel al-Dukhan di perbatasan antara Arab Saudi dan Yaman.

6 November 2009, militer Arab Saudi terlibat perang di perang Yaman dengan memasuki wilayah Yaman dan mebombardir posisi pertahanan Al-Houthi. Pesawat F-15 dan Tornado Angkatan Udara Arab Saudi membombardir posisi Al-Houthi di Propinsi Jazan.

Muhammad Abdussalam, Jurubicara Al-Houthi, menyatakan, "Militer Arab Saudi selain menembakkan roket dan peluru artileri, juga menggunakan bom fosfor. Aksi ini dilakukan dengan alasan bahwa instabilitas di Yaman telah menjalar ke dalam negeri Saudi."

7 November 2009, militer Arab Saudi kalah telak dalam pertempuran darat dengan Al-Houthi. Jubir Al-Houthi menyatakan, "Para pejuang Al-Houthi berhasil memukul mundur pasukan darat dan komando Arab Saudi serta menimbulkan kerugian besar terhadap militer Saudi."

"Pejuang Al-Houthi juga berhasil menyandera sejumlah pasukan Saudi serta menyita berbagai senjata dan perlengkapan militernya."

8 November 2009, Saudi mengerahkan armada darat dan udaranya secara bersamaan.
Kelompok Al-Houthi dalam statemennya menyatakan, pesawat tempur Saudi membombardir wilayah Malahit dan desa-desa sekitar, serta menghantam pangkalan militer Ain al-Harra dengan 30 roket. Jet-jet tempur Saudi juga membombardir kawasan Shadaa, al-Hasama, al-Malahit, dan sejumlah desa lain.

9 November 2009, pesawat tempur Saudi melanggar zona udara Yaman sebanyak 30 kali serta menyerang wilayah al-Malahit, al-Hasama, Shada, al-Qabas, dan al-Raqi.

9 November 2009, makar kolekfit Arab Saudi, Mesir, dan Kuwait untuk memberantas Al-Houthi.
Presiden Mesir, Hosni Mubarak dalam kontak telpon dengan Raja Arab Saudi, Abdullah bin Abdul Aziz, membahas pertempuran antara pasukan pemerintah Yaman dan Al-Houthi. Mubarak mendukung Arab Saudi menumpas Al-Houthi.

Pemeritah Kuwait secara resmi menyatakan bahwa angkatan bersenjata negara ini siap membantu militer Arab Saudi memberangus Al-Houthi.

10 November 2009, Al-Houthi menyatakan bahwa para pejuangnya berhasil menguasai sebagian wilayah Qatabir di Propinsi Saada, Yaman, serta merampas seluruh senjata dan perlengkapan logistik dari komplek militer di kawasan tersebut. Qatabir adalah sebuah wilayah utara Propinsi Saada dan termasuk dalam kawasan Jazan yang juga berbatasan dengan Arab Saudi. Ini adalah wilayah ketiga setelah Munaba dan al-Razih yang jatuh ke tangan Al-Houthi.

11 November 2009, pemerintah Yaman menandatangani kerjasama militer dengan Amerika Serikat.
Demi mencegah apa yang diklaim sebagai terorisme dan dalam rangka mewujudkan stabilitas, pemerintah Yaman menandatangani kerjasama militerdengan AS. Kerjasama ini termasuk pertukaran informasi dan pelatihan pasukan, serta persiapan personil militer Yaman.

11 November 2009, Deputi Menteri Pertahanan Arab Saudi: Riyadh melanjutkan serangannya terhadap Al-Houthi.

Amir Khaled bin Sultan menyatakan, negaranya akan membersihkan kawasan perbatasannya dari para pejuang Al-Houthi.

Di pihak lain, Al-Houthi menyebarkan rekaman video bagaimana anak-anak Yaman mengerang kesakitan hingga mati akibat terkena bom fosfor militer Saudi.

11 November 2009, Al-Houthi mengumumkan persyaratannya untuk gencatan senjata.
Jubir Al-Houthi, Muhammad Abdussalam, mengimbau pemerintah Sanaa untuk tidak bersikap rasis terhadap kelompok ini, serta mencegah keterlibatan Arab Saudi dalam perang saudara di pemerintah ini.

12 November 2009, Arab Saudi berencana mewujudkan wilayah terpisah di Yaman.
Pemimpin Al-Houthi, Abdussalam menyatakan, Arab Saudi tengah berupaya mewujudkan sebuah wilayah terpisah di Yaman.

13 November 2009, serangan darat dan udara militer Arab Saudi ke utara Yaman terus berlanjut.
Serangan udara dan darat militer Arab Saudi ke berbagai wilayah di utara Yaman terus berlanjut dan jet-jet tempur Saudi membombardir kawasan al-Malahit, al-Hasama dan berbagai desa yang terbentang di sepanjang perbatasan dengan Arab Saudi.

Penasehat Negara Arab Saudi menyatakan, negaranya mengerahkan armada udara dan artilerinya untuk memisahkan kawasan utara Yaman dengan kawasan lain hingga radius 10 kilometer.

13 November 2009, Arab Saudi merekrut kembali para veteran perangnya untuk ikut membasmi Al-Houthi.
Panglima Pasukan Penjaga Perbatasan Arab Saudi di wilayah Jizan selatan merekrut kembali seluruh veteran perangnya untuk membantu militer Saudi dalam memerangi Al-Houthi.

Pada saat yang sama, pusat komando militer Saudi menginstruksikan seluruh kapal perangnya untuk memblokade perairan di utara Yaman.

Serangan udara militer Saudi tak kunjung berhenti.

14 November 2009, Angkatan Laut Arab Saudi memblokade perairan utara Yaman.
Penasehat Negara Arab Saudi menyatakan, Riyadh memblokade perairan utara Yaman demi mencegah masuknya suplai persenjataan dari Laut Merah.

Menlu Yaman, Abu Bakar Al-Qirbi, dalam wawancaranya dengan koran Al-Ahram terbitan Kairo mengaku bahwa Sanaa memiliki kerjasama erat dengan Amerika Serikat dalam menumpas Al-Houthi.

15 November 2009, Arab Saudi melipat gandakan personilnya dekat perbatasan Yaman.
Sumber militer Arab Saudi dalam wawancara dengan koran trans-regional Al-Sharq Al-Awsat menyatakan, militer Saudi telah mengerahkan tentaranya dalam jumlah besar ke perbatasan dengan Yaman.

Satuan pasukan terjun payung juga dikerahkan untuk membantu operasi penyisiran di kawasan.
Pesawat tempur Saudi membombardir kawasan Al-Malahit, Shada, dan Haidan.

16 November 2009, Arab Saudi mempersempit blokadenya di perairan utara Yaman.
Angkatan Laut Arab Saudi memblokade pelabuhan Midi dengan alasan mencegah penyelundupan senjata. Kapal-kapal perang Saudi berpatroli di sekitar pelabuhan Midi.

Pemerintah Arab Saudi mengklaim para pejuang Al-Houthi mendapatkan suplai senjata yang disusupkan melalui Eritrea.

17 November 2009, serangan udara Saudi semakin sadis.
Dalam sehari, militer Saudi telah menembakkan 40 roket ke wilayah al-Razih, al-Malahit, dan Shada.

Meski telah dibantu perusahaan satelit mata-mata dari Israel dan Uni Emirat Arab yang menyuplai foto-foto posisi pertahanan Al-Houthi, serangan udara dan artileri militer Arab Saudi menelan korban sipil. Selain itu, pemerintah Riyadh dan Sanaa juga berusaha membendung tersebarnya berita dan fakta dari medan pertempuran di Yaman.

18 November 2009, Arab Saudi menempatkan pasukannya di wilayah pegunungan yang berbatasan dengan Yaman.

Televisi Al-Arabia dari perbatasan Yaman melaporkan, bentrokan di wilayah Mashraf telah merembet ke Jebel al-Dukhan.

Sementara itu, militer Arab Saudi yang berada di wilayah konflik dalam kondisi siaga penuh.
Al-Houthi dalam statemennya mengkonfirmasikan penembakan lebih dari 150 roket Arab Saudi ke wilayah utara Yaman. Kelompok ini juga menyebarkan rekaman video korban serangan roket Arab Saudi. Para korban mayoritas anak-anak dan perempuan.

19 November 2009, serangan ydara militer Arab Saudi ke Jebel al-Dukhan.
Al-Houthi mengkonfirmasikan serangan militer Arab Saudi ke pos-pos pertahanan kelompok ini di wilayah Jebel al-Dukhan, Al-Malahit, Sheda dan sejumlah desa.

Al-Houthi juga menyebarkan rekaman video kejahatan tentara Arab Saudi terhadap warga Yaman utara.
20 November 2009, serangan jet tempur Arab Saudi terhadap warga Yaman di wilayah perbatasan berlanjut.

Jet-jet tempur Arab Saudi membombardir wilayah Jebel al-Dukhan dan al-Doud di perbatasan Yaman utara dengan dalih menggempur milisi Al-Houthi.

Serangan udara ini didukung dengan tembakan mortir dan pasukan infantri.

21 November 2009, 84 kali serangan militer Arab Saudi terhadap posisi Al-Houthi.
Al-Houthi menyatakan, sebuah satuan komando Jordania ikut dalam operasi militer di Saada. Operasi tersebut gagal total dan sebagian besar komando Jordania terpaksa melarikan diri ke Arab Saudi.
Sebuah sumber militer Yaman mengkonfirmasikan dibentuknya "war room" gabungan Yaman dan Arab Saudi guna mencegah bocornya berbagai berita dan fakta perang yang disebarluaskan oleh Al-Houthi.

22 November 2009, sejumlah tentara Arab Saudi disandera Al-Houthi.
Kelompok pejuang Syiah ini menyinggung gerakan maju pasukan Arab Saudi di wilayah Jebel al-Ramih.
Upaya pasukan infantri Arab Saudi menyusup ke wilayah Yaman dihadang oleh 100 pejuang Al-Houthi. Dalam konfrontasi tersebut, militer Saudi menderita kekalahan telak. Selain banyak korban tewas, berbagai persenjataan dan perlengkapan berat juga dirampas oleh pejuang Al-Houthi.

23 November 2009, Al-Houthi memaksa militer Saudi menarik mundur pasukannya.
Gerakan maju militer Saudi ke Yaman berhasil dipatahkan oleh kelompok Al-Houthi dan menyusul kekalahan tersebut, militer Saudi hanya dapat mengerahkan pesawat tempur dan artileri membombardir kawasan Malahit, Shada, al-Haidan, dan al-Razih.

24 November 2009, Arab Saudi bertukar informasi dengan rezim Zionis Israel.
Dalam sebuah kesepakatan dengan perusahaan Israel Amich Sat-pemilik satelit mata-mata-Arab Saudi akan menerima foto-foto posisi Al-Houthi yang diambil dari satelit.

Nahrainnet melaporkan, sejumlah sumber dari Arab Saudi menyebutkan bahwa kontak antara pejabat Saudi dan Israel membahas kerjasama militer menyusul transformasi di Yaman serta mekanisme keterlibatan Saudi dalam perang dengan Al-Houthi, telah berlangsung lama sebelum perang meletus.

Dua pekan sebelum Arab Saudi terjun ke kancah perang di Yaman, perusahaan Israel Amich Sat sepakat menyuplai foto-foto posisi Al-Houthi dari satelit kepada Riyadh dan Sanaa setiap hari.
Di sisi lain, sebuah perusahaan satelit berbasis di Uni Emirat Arab juga membantu operasi teror para pemimpin Al-Houthi.

25 November 2009, militer Saudi kembali gagal menembus wilayah Yaman.
Di wilayah al-Ghawiyah, gerakan maju militer Saudi gagal dan terpaksa mundur ke pangkalannya setelah kehilangan sejumlah panser.

26 November 2009, militer Saudi lancarkan puluhan kali serangan udara.
Dalam lanjutan serangan udara militer Saudi ke berbagai kota dan desa di Yaman, sebuah kamp pengungsi warga Yaman di wilayah Gharib al-Sals, tidak luput dari bombardir pesawat tempur Saudi. Empat anggota keluarga dan seorang lainnya tewas. Serangan jet tempur Saudi ke Propinsi Saad juga menewaskan enam warga.

27 November 2009, tentara Arab Saudi lenyap.
Kementerian Pertahanan Arab Saudi mengkonfirmasikan lenyapnya sembilan personilnya dalam kontak senjata dengan Al-Houthi.

Jubir Dephan Arab Saudi memperkirakan bahwa kesembilan tentara itu disandera oleh Al-Houthi.
28 November 2009, Presiden Yaman ingin berunding dengan Al-Houthi.
Setelah pemerintah Yaman berulangkali gagal mengalahkan Al-Houthi, Presiden Yaman, Ali Abdullah Saleh menginginkan perundingan dengan kelompok tersebut.

29 November 2009, serangan Arab Saudi difokuskan ke wilayah al-Razih.
Bombardir pesawat tempur militer Arab Saudi lebih terkonsentrasikan ke wilayah al-Razih.
Helikopter Apahe Saudi menghujani wilayah Jebel al-Dukhan, Jebel al-Ramih, Jebel al-Madood, dan desa-desa sekitar, dengan roket.

30 November 2009, sebuah pesawat pengintai Arab Saudi ditembak jatuh pejuang Al-Houthi.

1 Desember 2009, Arab Saudi gunakan bom berberat ton.

Militer Arab Saudi berusaha memasuki Yaman melalui wilayah al-Shaba dan melintas di samping Jebel al-Ramih. Namun setelah bergerak maju selama satu setengah jam, pasukan Saudi terpaksa mundur setelah mendapat perlawanan hebat dari pejuang Al-Houthi.

Dalam insiden tersebut, militer Saudi menggunakan bom-bom yang beratnya dalam hitungan ton.

2 Desember 2009, Al-Houthi konfirmasikan gerakan maju militer Saudi di wilayah Jebel al-Madood. Setelah satu setengah jam bentrok, wilayah tersebut berubah menjadi kuburan massal bagi tentara Saudi. Militer Saudi mundur total dari kawasan tersebut.

4 Desember 2009, para pejuang Al-Houthi menghancurkan empat tank Arab Saudi.
Amnesti Internasional menyatakan kekhawatirannya atas penggunaan bom fosfor oleh militer Saudi di Yaman.

5 Desember 2009, pesawat tempur Saudi dalam beberapa kali serangan udara, memporak-porandakan wilayah Majz, Talh, Aali Hamidan, dan Sahar. Lahan pertanian dan kebun milik warga rusak dan terbakar.
7 Desember 2009, jet-jet tempur Saudi menyerang wilayah Tahamah tiga kali dengan menggunakan bom tandan (kluster).

9 Desember 2009, satu jet tempur Arab Saudi ditembak jatuh Al-Houthi.
Militer Saudi melancarkan 76 serangan udara yang 30 di antaranya menghantam wialayh Jebel al-Madood dan al-Ghawiyah.

Seorang tokoh opisisi Yaman, meminta seluruh warga Yaman untuk bangkit melawan dalam rangka mencegah berlanjutnya pembunuhan massa terhadap warga oleh tentara Yaman dan Arab Saudi.
Seif Ali al-Washli, juga mengimbau berbagai partai di selatan Yaman untuk bangkit melawan pemerintah dengan menggunakan berbagai sarana yang ada.

12 Desember 2009, Al-Houthi menduduki sebuah pangkalan militer Arab Saudi.
Dalam rangka membalas aksi penembakan terhadap warga sipil, para pejuang Al-Houthi merebut dan menduduki pangkalan militer Arab Saudi al-Jabir.

Seluruh persenjataan dan perlengkapan logistik di pangkalan tersebut dirampas.

13 Desember 2009, serangan udara Arab Saudi ke sebuah kamp pengungsi di Propinsi Saada menewaskan tiga perempuan dan seorang anak.

14 Desember 2009, perang di Yaman memasuki fase baru.
Setelah kemampuan maksimum militer Arab Saudi terbukti gagal menumpas Al-Houthi. Kini Amerika Serikat ikut terjun dalam perang tersebut.

Dalam langkah pertama, militer AS melancarkan 28 kali serangan udara ke Propinsi Saada, Yaman.
Ditawari perundingan damai, Al-Houthi langsung menyerahkan draf penghentian konflik di Yaman. Pemerintah Arab Saudi juga dituntut meminta maaf secara resmi kepada Yaman dan rakyat negara ini terkait agresi mereka dan berjanji untuk tidak mencampuri lagi urusan dalam negeri Yaman.

14 Desember 2009, menyusul memburuknya kondisi di utara dan selatan Yaman, pembangkangan di militer negara ini terus meningkat, sehingga seorang tentara Yaman secara serampangan menembak satu regu tentara yang mengakibatkan 6 orang tewas dan 6 lainnya cidera.

15 Desember 2009, anggota Dewan Kerjasama Teluk Persia (PGCC) di Kuwait mendukung agresi brutal Arab Saudi terhadap para pejuang Al-Houthi Yaman.

16 Desember 2009, akibat serangan jet-jet tempur Amerika ke sebuah markas penjara di Yaman, 120 tahanan tewas dan 44 lainnya cidera.

Jet-jet tempur Amerika juga membombardir dua masjid di kawasan Al-Thalah di Yaman dan merusak sebagian besar bangunan kedua masjid tersebut. Angkatan Udara Amerika ikut terlibat langsung dalam perang di utara Yaman dan menggunakan pelbagai senjata pemusnah massal dan terlarang terhadap warga daerah ini.

17 Desember 2009, pesawat-pesawat tempur Amerika menewaskan dua keluarga Yaman dan menghancurkan rumah-rumah tempat tinggal warga.

18 Desember 2009, jet-jet tempur Arab Saudi membombardir rakyat Yaman dengan bom kimia.
Gerakan Al-Houthi menyatakan Arab Saudi menggunakan senjata terlarang dan banyak warga sipil yang menjadi korban akibat gas beracun yang keluar dari bom-bom tersebut.

Jet-jet tempur Arab Saudi dalam serangan udaranya ke Provinsi Saada di utara Yaman telah menewaskan 54 penduduk sipil, termasuk sejumlah wanita dan anak-anak.

19 Desember 2009, pasca perintah Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh untuk menyelenggarakan perundingan nasional, gerakan Al-Houthi langsung menyerahkan draf usulan penghentian konflik di Yaman.
Berdasaskan usulan ini, pemerintah Arab Saudi harus meminta maaf secara resmi kepada Yaman dan rakyat terkait agresi mereka dan berjanji untuk tidak mencampuri lagi urusan dalam negeri Yaman.

Yahya Al-Houthi menilai syarat kedua perundingan ini adalah kembalinya kedua pihak ke meja perundingan berdasarkan nota kesepakatan Doha. Ia menyatakan, Ali Abdullah Saleh dalam perundingan menyeluruh harus mengikutsertakan kelompok Al-Houthi, kelompok penentang di selatan dan juga kelompok penentang yang dikenal dengan nama "pertemuan koalisi" guna membicarakan sejumlah masalah seperti konsistensi terhadap undang-undang dasaw, kebebasan sosial dan hak asasi manusia, berupaya untuk menyelenggarakan pemilu yang bebas dan jujur, penyusunan undang-undang yang diperlukan, pembentukan komisi independen pemilu, adanya pengawasan internasional selama setahun mendatang dan ratifikasi undang-undang desentralisasi.

19 Desember 2009, militer Arab Saudi melanjutkan agresinya terhadap rakyat Yaman dan menewaskan 54 warga sipil yang kebanyakan berasal dari wanita dan anak-anak.

23 Desember 2009, kelompok Al-Houthi menyatakan penghentian agresi Arab Saudi sebagai syarat keluarnya militer negara ini dari Yaman.

24 Desember 2009, militer Arab Saudi membombardir pelbagai daerah Yaman dengan 412 rudal.
25 Desember 2009, sebagian sumber parlemen Yaman mengkonfirmasikan koordinasi keamanan Amerika dan Arab Saudi terhadap warga Yaman dan menyatakan bahwa militer Yaman sebagai eksekutor dalam sejumlah serangan udaranya terhadap rakyat negara ini. Di hari ini militer Yaman dan Arab Saudi secara bersamaan menyerang kawasan penduduk di Provinsi Saada.

26 Desember 2009, jet-jet tempur Arab Saudi dalam agresinya ke Yaman 18 kali membombardir sejumlah daerah Saada dengan 450 rudal.

27 Desember 2009, Direktur Badan Intelijen Yaman kepada sebuah surat kabar Arab Saudi menyebut pemerintah Yaman mendapat bantuan dari Amerika.

28 Desember 2009, gerakan Al-Houthi menyebut agresi Arab Saudi terhadap warga Syiah Yaman di hari Asyura dan mengumumkan, dalam serangan ini 34 orang tewas termasuk ank-anak dan wanita sementara 4 lainnya cidera.

29 Desember 2009, para pejuang Al-Houthi menjawab aksi pembantaian warga sipil oleh militer Arab Saudi dan berhasil menguasai tidak pangkalan militer Arab Saudi.

30 Desember 2009, gerakan Al-Houthi mengkonfirmasikan kekalahan militer Arab Saudi di 5 posisi dalam konflik senjata di kelompok ini. Pemerintah Yaman berusaha mencegah tersebarnya informasi mengenai perang ini dan melakukan sensor berita ketat, bahkan dua situs yang berafiliasi ke kelompok Al-Houthi dihack.

31 Desember 2009, pesawat-pesawat tempur Arab Saudi 25 kali melanjutkan serangan ke pelbagai kawasan Saada. Sementara aksi unjuk rasa mengutuk agresi Arab Saudi dan militer Yaman terus meningkat. Ribuan orang di kota Hilla, Irak melakukan demonstrasi mengutuk pembantaian orang-orang Syiah Yaman dan menyatakan dukungannya terhadap kelompok Al-Houthi.

3 Januari 2010, Arab Saudi menyerang kawasan utara Yaman dengan artileri, rudal dan serangan udara. Dalam serangan ini saja mereka menembakkan 350 rudal.

5 Januari 2010, dalam kejahatan terbarunya terhadap rakyat Yaman, militer Arab Saudi tidak tanggung-tanggung menembakkan 480 bom cluster. Pemimpin para pejuang Al-Houthi juga menegaskan bahwa perang akan terus dilanjutkan hingga agresi Arab Saudi dan Yaman berakhir. Ditambahkannya, gerakan Al-Houthi punya kesiapan untuk melanjutkan perang masif dan dalam jangka waktu lama.

6 Januari 2010, gerakan Al-Houthi dalam pernyataannya menyinggung berlanjutnya serangan udara, rudal dan darat Arab Saudi terhadap Yaman, sekaligus mengkonfirmasikan kekalahan dan terperangkapnya militer Arab Saudi dalam strategi para pejuang Al-Houthi.

8 Januari 2010, Arab Saudi melanjutkan serangannya dengan 2.500 peluru dan rudal terhadap pelbagai kawasan di Yaman.

10 Januari 2010, seorang pemimpin gerakan Al-Houthi mengisyaratkan aksi-aksi Arab Saudi yang menggunakan orang-orang bayaran Yaman dan mengatakan, Arab Saudi setiap harinya menyerahkan 200 riyal Arab Saudi kepada tentara-tentara Yaman. Militer Arab Saudi juga menembakkan 1.370 rudal dan mortir ke sejumlah daerah di utara Yaman.

11 Januari 2010, gerakan Al-Houthi berhasil menguasai tiga pos militer Yaman.

12 Januari 2010, operasi heliborne militer Arab Saudi di Jebel al-Dukhan mengalami kekalahan dan kegagalan.

13 Januari 2010, serangan jet-jet tempur Arab Saudi ke kamp pengungsi Al-Khazain di Saada yang menyebabkan sejumlah warga tewas. Seorang pejabat Arab Saudi juga menyatakan bahwa dalam konflik bersenjata antara pasukan negaranya dengan para pejuang Al-houthi, 4 tentara Arab Saudi tewas.

15 Januari 2010, para pejuang Al-Houthi menguasai jalan internasional yang menghubungkan Yaman dan Arab Saudi.

16 Januari 2010, pasukan Arab Saudi menembakkan 2.090 rudal ke pelbagai daerah Saada. Para pejuang Al-Houthi berhasil menembak jatuh sebuah helikopter apache milik Arab Saudi di dekat daerah Al-Khuwiyah, Arab Saudi.

17 Januari 2010, jet-jet tempur Arab Saudi menebarkan pengumuman di atas kota-kota Yaman guna melemahkan semangat juang para pejuang Al-Houthi.

18 Januari 2010, militer Arab Saudi menembakkan 3.000 rudal dan mortir ke sejumlah daerah Yaman.

19 Januari 2010, jet-jet tempur Arab Saudi mengubah sebuah acara perkawinan warga menjadi neraka. Dalam sebuah operasi pengemboman di daerah-daerah penduduk di kota Razih di dekat Saada, 16 orang yang sebagian besar berasal dari anak-nak dan wanita tewas. Saat melakukan pengeboman, jet-jet tempur Arab Saudi melepaskan tembakan ke arah kumpulan orang banyak yang tengah mengikuti acara perkawinan. Pengeboman yang dilakukan mendekat zhuhur itu meluluhlantakkan sejumlah bangunan bertingkat. Arab Saudi juga menyerang sejumlah daerah penduduk Yaman dengan bom suara..

20 Januari 2010, bentrokan senjata sengit terjadi antara militer Yaman dan Arab Saudi di satu pihak dan pasukan Al-Houthi di pihak lain di daerah Jebel al-Dukhan. Dalam konfli bersenjata itu para pejuang Al-Houthi berhasil menguasai pangkalan militer di daerah al-Mujadalah.

21 Januari 2010, Militer Arab Saudi mengkonfirmasikan tewasnya 113 personilnya dalam perang dengan milisi Al-Houthi di Yaman Utara.

Salah satu komandan militer Arab Saudi, Ali Zaid Al-Khawaji menyatakan, sejak bentrokan bersenjata pertama kalinya antara militer Arab Saudi dan Al-Houthi pada November 2009 tercatat 113 tentara negara ini tewas. Salah satu korban tewas terdapat seorang perwira tinggi.

23 Januari 2010, Gerilyawan Al-Houthi menyerang markas komando militer Yaman di ‎Saada dengan peluru mortir. Dalam statemennya Al-Houthi menegaskan ‎bahwa gerilyawan juga menyerang front Al-Qet'ah, di ‎kota Ketaf dan berhasil mencegah gerak laju pasukan pemerintah bahkan ‎memukul mundur mereka. Dalam pertempuran di Al Uqab, gerilayawan Al-‎Houthi berhasil menghancurkan tank tentara Yaman. Militer Yaman juga ‎kehilangan tiga tanknya yang hancur di front Al-Jabiri.‎

Menyusul kekalahan tersebut, militer Yaman mengerahkan pesawat-‎pesawat tempur untuk menggempur wilayah permukiman sipil di Saada, ‎Damaj, Al Ammar, Al-Jabiri, Malahith, dan Ghafirah di utara negara itu.

24 Januari 2010, Pejuang Al-Houthi menyatakan militer Saudi melancarkan 18 serangan udara dalam rangkaian serangan baru ke wilayah perbatasan dengan Yaman utara.

Kelompok Al-Houthi menyatakan sedikitnya 300 roket dan peluru mortir ditembakkan ke berbagai desa Propinsi Saada hingga tengah malam.

Jum'at, Al-Houthi menyatakan berhasil memukul mundur pasukan Yaman dan menghancurkan sejumlah tank.

24 Januari 2010, para pejuang Al-Houthi berhasil menghancurkan 76 tank Arab Saudi sejak konflik meletus.
Militer Arab Saudi 15 kali membombardir kawasan Saada yang mengakibatkan tewasnya 34 orang yang kebanyakan berasal dari anak-anak dan wanita.

24 Januari 2010, Seorang pemimpin oposisi Yaman di Kanada menyebut kontradiksi pernyataan pada pejabat tinggi Arab Saudi terkait al-Houthi sebagai bukti bahwa para pejabat Riyadh telah kehilangan akal menghadapi gerilyawan di Yaman utara itu.

Mohammad Al-Bukhaiti, tokoh oposisi Yaman di Kanada mengatakan, Arab Saudi merasa gagal. Apalagi baru-baru ini 20 tentaranya ditemukan tewas di perbatasan dengan Yaman. Menurutnya, kasus al-Houthi harus dibayar mahal oleh Riyadh karena berimbas pada masalah dalam negeri Arab Saudi. Ditegaskannya bahwa pengalaman al-Houthi membuktikan bahwa kekuatan rakyat jika memiliki tekad kuat pasti akan mengukir kesuksesan.


Dan hingga detik Anda membaca laporan ini, Arab Saudi masih terus melanjutkan kebengisannya di Yaman.

(Banjarku-Umai-Bungasnya/IRIB-Indonesia/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: