Pesan Rahbar

Home » , » Inilah 2 Presiden Republik Indonesia Yang Namanya Tak Tercatat Dalam Sejarah Bangsa

Inilah 2 Presiden Republik Indonesia Yang Namanya Tak Tercatat Dalam Sejarah Bangsa

Written By Unknown on Wednesday, 16 March 2016 | 02:45:00


Hingga detik ini, sejarah mencatat bahwa rakyat Indonesia hanya mengenal 7 presiden yang pernah memimpin Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Ir. Soekarno (Bung Karno) sebagai Presiden pertama dan Ir. Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden terkini.

Namun apabila kita meneliti sejarah, ternyata ada 2 nama lagi yang pernah memimpin negeri ini. Mereka luput dan terlupakan dari sejarah, bahkan bisa dibilang tidak ada yang mengenal mereka.

Kedua orang nomor satu tersebut adalah Mr. Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat yang pernah memimpin Indonesia pada masa-masa genting. Sayangnya durasi kepemimpinan mereka yang singkat membuat nama mereka tidak dikenal. Padahal tanpa mereka, Republik Indonesia mungkin akan bubar ditengah jalan dan bakalan kembali dikuasai oleh penjajah Belanda karena kondisi pemerintahan dalam keadaaan kosong.

Mr. Sjafruddin Prawiranegara memimpin saat Presiden Soekarno dan Mohammad Hatta diasingkan oleh Belanda karena ditangkap di Yogyakarta pada Agresi Militer Belanda yang kedua. Saat itu Belanda habis-habisan menggempur Yogyakarta dibawah pimpinan Jenderal Spoor. Selain dua tokoh nasional tersebut, Belanda juga menangkap pemimpin Indonesia lainnya untuk diasingkan ke Pulau Bangka. Belanda menyiarkan kabar bahwa Indonesia sudah bubar, karena pemimpin-pemimpinnya sudah mereka tawan.

Beruntung Sjafruddin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran sedang berada di Bukittinggi, Sumatera Barat sehingga terhindar dari pengasingan. Ia lantas mengusulkan untuk pembentukan pemerintahan darurat demi meneruskan pemerintahan RI. Hal ini senada dengan telegraf yang dikirmkan Ir Soekarno yang memberi kuasa kepada Sjafruddin Prawiranegara untuk memimpin pemerintahan.

Mr. Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat, 2 tokoh yang pernah menjadi Presiden Republik Indonesia

Mr. Sjafruddin Prawiranegara kemudian menggelar rapat pada 19 Desember 1948 yang bertempat di sebuah rumah dekat Ngarai Sianok, Bukittinggi. Rapat tersebut dihadiri oleh Gubernur Sumatera Mr. T. M. Hasan yang langsung menyetujui pembentukan suatu Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI). Hal ini semata-mata dilakukan demi keutuhan dan keberlangsungan NKRI agar tidak mengalami kekosongan kekuasaan.

Akhirnya pada 22 Desember 1948, PDRI diproklamirkan dan Sjafruddin menjadi pemimpinnya. Ia dibantu oleh kabinetnya diantaranya T.M. Hasan, S.M. Rasjid, Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Sementara Jenderal Sudirman tetap menjadi Panglima Besar Angkatan Perang.

PDRI saat itu menjadi satu-satunya musuh Belanda. Semua tokoh-tokohnya terus bergerak mengusir penjajah. Bahkan hingga sampai harus bermalam di hutan rimba untuk menghindar dari serangan. Rombongan ini kerap tidur di semak belukar di pinggiran sungai Batanghari dan kekurangan pasokan bahan makanan. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat mereka untuk mempertahankan kemerdekaan.

Perjuangan mereka tak sia-sia. Pada pertengahan tahun 1949, posisi Belanda semakin terjepit karena agresi besar-besaran yang diluncurkan ke Indonesia mendapat kecaman internasional. Mereka tidak pernah berkuasa penuh dan akhirnya memilih berunding dengan utusan Soekarno-Hatta yang saat itu masih berstatus tawanan.

Akhirnya perundingan menghasilkan Perjanjian Roem-Royen. Setelah perjanjian ini, Mr. Sjafruddin Prawiranegara kemudian mengembalikan pemerintahan kembali kepada Ir Soekarno pada 13 Juli 1949. Ini berarti masanya menjabat sebagai presiden selama kurang lebih 8 bulan untuk melanjutkan eksistensi Republik Indonesia.

Sedangkan, Mr Assaat pernah menjadi pemimpin Indonesia saat Indonesia mengalami gejolak yang sama. Tepatnya pada tahun 1949. Ia terpilih menjadi presiden saat republik ini menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS merupakan negara boneka yang dibuat oleh Belanda dan terpisah dari NKRI.

Tepatnya setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) dimana Belanda menetapkan Ir. Soekarno dan Hatta menjadi presiden dan Perdana Menteri RIS. Itu berarti terjadi kekosongan kekuasaan di Republik Indonesia sendiri.

Para pemimpin Republik saat itu sudah membaca kelicikan Belanda yang akan menguasai Indonesia jika negeri ini mengalami kekosongan kekuasaan. Akhirnya dipilihlah Mr. Assaat sebagai Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Alasannya, jika beliau tidak berkuasa, maka akan mudah bagi Belanda untuk kembali menguasai Indonesia.

Dalam perjalanannya, akhirnya pada tanggal 15 Agustus 1950 RI dan RIS kembali bersatu menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Artinya masa jabatan Assaat sebagai presiden RI, hanya sekitar 9 bulan. Jabatan Presiden kemudian dikembalikan lagi kepada Ir. Soekarno.

Perjuangan mereka tentu saja tidak bisa dipandang sebelah mata. Jika tidak ada keduanya, mungkin saja sejarah kemerdekaan Indonesia tidak seperti dalam buku sejarah yang kita baca di sekolah kini.

Sayangnya, nama Sjafruddin Prawiranegara dan Mr. Assaat seolah hilang dan tidak diabadikan. Padahal jasa mereka tidak kalah hebat dengan presiden yang memiliki masa jabatan selama 5 tahun atau lebih lebih.

Jasmerah, Jangan sekali-sekali melupakan sejarah.

(istimewa/Memobee/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: