Dalam sebuah blog yang memuat riwayat Cut Nyak Dhien, ada semacam forum diskusi dari para folowernya, kebanyakan dari mereka sangat kagum dengan tindak tanduk perjuangan perempuan bernyali baja ini, doa-doa, puja-puji dan sanjungan mengundang rasa haru saya, entah lah hari ini benar-benar saya peringati dengan khidmat, segala sesuatu tentang dirinya.
Ada satu ungkapan yang menggelitik perasaan terdalam saya, dalam forum tersebut seseorang menuliskan opininya sebagai berikut: "Andai semua perempuan Indonesia memiliki semangat baja seperti Cut Nyak.. terutama istri-istri pejabat, pasti uang negara tidak habis berhamburan di pusat perbelanjaan luar negeri.
Namun ada keheranan saya, sejak SD mengenal tokoh-tokoh pahlawan lewat potret yang ada dalam buku sejarah, seperti kita ketahui Cut Nyak Dien itu seorang muslimah, kenapa dalam gambar dan baju kebesaran pahlawan-nya, beliau tak menggunakan kerudung?", dan yang lain menjawab, sebagai berikut: "Tidak memperhatikan dengan jelas ya, yang membuat lukisan potret Cut Nyak Dien bukan orang Aceh, lalu perhatikan kembali, wajah semua pahlawan perempuan Indonesia disamakan dengan wajah R.A Kartini..", dan saya hanya tersenyum kecut menyimak diskusi forum di blog ini, dua opini ini benar adanya, jawaban dan pertanyaan saling melengkapi sejumlah cerita yang bisa dikembangkan sendiri.
Tidak! saya tidak mempermasalahkan ras, atau pemerintah orde baru yang telah membelokkan sejarah, dan hanya mengunggulkan satu sosok perempuan diantara barisan pahlawan di tanah air ini, dan kebetulan pemimpin orde baru kan.. he he sudah lah.. semua orang juga tahu kok.. Yang ingin saya garis bawahi adalah, KERUDUNG.. Benar! Cut Nyak Dien itu seorang muslimah, sebagai orang yang berpendidikan agama dia tahu cara memelihara auratnya, dia tahu kerudung adalah identitas seorang muslimah, dan dia salah satu pemilik 'maqom' para syuhada, tidak diragukan lagi.
Kawan, bagi seorang berjiwa besar dan berahlak mulia bukan lagi nafsu yang dia pikirkan, kerudung bukan lagi hiasan untuk mempercantik penampilannya, kerudung bukanlah suatu benda riil yang menjadi polemik berkepanjangan antara halal dan haram, Cut Nyak Dien adalah pilihan Allah, dia pejuang yang mampu menginspirasi banyak perempuan, dan secara luas lagi, perjuangannya yang tak kenal lelah, lihatlah.. kenapa akhirnya dia memutuskan untuk turun ke medan laga..
SUMPAH SETIA! Cut NYak Dien meneriakkan sumpah nya pada langit yang memerah darah.. DIA HANYA AKAN MENIKAH DENGAN LELAKI YANG SANGGUP MENEMANINYA DI MEDAN TEMPUR! Membalas dendam atas kematian suami yang dicintainya, imam sejatinya gugur ketika menentang para kafir, lalu ketika melihat pembakaran Mesjid yang dilakukan oleh kompeni.. kembali sumpah yang lantang dia terikakan.. “Hai sekalian mukmin yang bernama orang Aceh! Lihatlah! Saksikan sendiri dengan matamu mesjid kita dibakarnya! Mereka menentang Allah Subhanahuwataala, tempatmu beribadah dibinasakannya! Nama Allah dicemarkannya! Camkanlah itu! Janganlah kita melupakan budi si kafir yang serupa itu! Masih adakah orang Aceh yang suka mengampuni dosa si kafir yang serupa itu? Masih adakah orang Aceh yang suka menjadi budak Belanda?” (Szekely Lulofs, 1951:59).
Dan Allah menjawab do'a nya.. mengirimkan seorang syuhada kedua, suami yang mampu memberikan kebahagiaan padanya, suami yang bersedia turun ke medan tempur bersamanya. Cut Nyak Dien, puteri asli Tanah Aceh, puteri seorang bangsawan Uleebalang VI Mukim, Teuku Nata Seutia.
Jelas bukan seorang perempuan pesolek, dia berpendidikan agama, dan terbukti kesetiaannya pada Islam agama yang dia anutnya, yang mampu mengobarkan semangat juangnya, sampai akhir hayat hidupnya di pengasingan, jauh dari tanah yang dia bela, tanah yang dia perjuangkan, tanah yang dia jaga dari keserakahan para kafir yang mengangkangi kekayaan tanah leluhurnya. Suami pertamanya Teuku Ibrahim dan suami keduanya Teuku Umar adalah pahlawan besar kemerdekaan Indonesia.
Potret Cut Nyak Dien saat akhirnya ditangkap fihak Belanda. sisa umurnya dihabiskan di pembuangan, Sumedang - Tanah Jawa. Cut Nyak Dien wafat pada tanggal 6 Nopember 1908 Cut Nyak Dien berada di daerah Sumedang sampai akhirnya wafat dan dimakamkan di Gunung Puyuh Sumedang, tempat pemakaman para ningrat, keluarga kerajaan.
Dan baru beberapa tahun kemudian diketahui bahwa makam di daerah Sumedang itu makam dari seorang pahlawan besar, untuk mengenangnya, di dekat makam dibangun sebuah mesjid kecil.
*Berbahagialah dewi.. surga abadi menyambutmu penuh suka cita. Bahagia lah engkau jiwa pemberani! Dua imam-mu adalah pahlawan nan gagah berani, jodoh yang Allah kirimkan adalah jawaban atas doa'mu, atas kesetiaanmu menjaga sumpah pada perjuangan keyakinanmu. Kerudungmu adalah sumpah setiamu, tekad bulat untuk berjuang sampai titik darah penghabisan.
(Kompasiana/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email