Pesan Rahbar

Home » » Setara Institute: Intoleransi Pintu Masuk Radikalisme

Setara Institute: Intoleransi Pintu Masuk Radikalisme

Written By Unknown on Monday 18 April 2016 | 21:52:00

Konferensi pers Setara Institute (Foto: Antara)

Direktur Riset Setara Institute, Ismail Hasani mengatakan intoleransi menjadi titik masuknya radikalisme dan terorisme. Bila pemerintah tidak bisa menyelesaikan seluruh aksi intoleransi yang belakangan marak terjadi di Indonesia, maka radikalisme dan terorisme bisa tumbuh subur di negeri majemuk ini.

“Intoleransi ini titik masuk tindakan radikalisme dan terorisme,” kata Ismail pada acara ‘Pemparan Indek Kota Toleran’, di Jakarta, Senin 16 November 2015.

Setara Institut merangkum beberapa peristiwa intoleransi berkeyakinan dan kebebasan dalam beragama dalam kurun waktu delapan tahun mulai dari tahun 2007 hingga tahun 2014 sekitar 1600 peristiwa. Intoleransi ini pintu masuk tindakan radikalisme dan terorisme.

Hasilnya, dari 1600 peristiwa, sebanyak 316 tempat ibadah dilaporkan mengalami perusakan. Makanya, perlu dibangun pendidikan karakter agar virus intoleransi tidak menyebar di kalangan masyrakat Indonesia.

Cara yang dilakukan, lanjut Ismail, dengan peran serta dari pemerintah lebih proaktif mensosilisasikan bahanya intoleransi. Jadi, pemerintah lewat menteri pendidikan dengan memasukkan pendidikan toleransi dan sopan santun. Dengan hal itu nantinya diharapkan bisa menekan bibit-bibit intoleransi.

Wakil Ketua Setara Institute, Bonar Tigor Naipospos, mengatakan Indonesia merupakan negara berkonflik laten yang bisa dimanfaatkan oleh kelompok-kelompok radikal dan teroris untuk mendapatkan dukungan atau pengikut lebih banyak. Menurut dia, momentum itu sebenarnya sedang dinantikan kembali terjadi di Indonesia.

“Ini seperti bom waktu saja, negara berkonflik laten seperti Indonesia bisa dimanfaatkan oleh kelompok radikal dan teroris untuk membuat berbagai macam provokasi dan konflik lebih terbuka. Seperti yang pernah terjadi di Kota Ambon dan Poso tahun 1999, kelompok jihad sangat suka lihat itu terjadi, mereka jadi bisa lebih mudah mendapatkan dukungan,” ucap Bonar.

“Saat ini mereka sedang menunggu, daerah mana yang akan berkonflik seperti Kota Ambon dan Poso itu,” dia menambahkan.

(Antara-News/Satu-Islam/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: