Militer Turki berpatroli area-area mayoritas Kurdi setelah serangkaian serangan tidak lama ini (Dok: BBC)
Amerika Serikat dan Turki akan bekerjasama dalam sebuah rencana militer untuk menumpas teroris ISIS dari beberapa bagian Suriah utara, ungkap seorang pejabat AS.
Menurut mereka, ‘zona bebas ISIS’ dimaksudkan untuk menjamin stabilitas keamanan di sepanjang perbatasan Suriah-Turki.
Namun menurut Kepua Partai Kurdi HDP, Selahattin Demirtas mengatakan operasi Turki terhadap militan Negara Islam di seberang perbatasan hanyalah untuk menutupi target sebenarnya, yaitu untuk memerangi PKK Kurdi.
Demitras mendesak agar Turki dan PKK kembali menjalani proses perdamaian. Ankara sebelumnya mengatakan serangan PKK terhadap Turki membuat perdamaian itu mustahil.
Baru-baru ini terjadi serangkaian bentrokan antara pasukan Turki dan kelompok PKK (Partai Buruh Kurdistan). Turki juga diserang oleh militan terkait dengan ISIS – termasuk satu serangan yang membunuh 32 orang di kota Suruc pekan lalu.
Anehnya Turki menganggap PKK sama dengan ISIS sebagai organisasi teroris.
Mengubah pendekatan
Terpisah dari itu, AS sebelumnya memastikan akan berbicara dengan pihak Ankara mengenai kampanye militer gabungan mereka melawan ISIS di Suriah.
Sejak pekan lalu, menurut pengamat, Turki telah mengubah pendekatan mereka terhadap koalisi yang dipimpin AS melawan ISIS.
Turki yang sebelumnya sekutu yang enggan, sekarang meluncurkan misi serangan dan membuka pangkalan udara mereka bagi pesawat-pesawat jet AS.
Turki dan AS bekerja sama membuat “wilayah aman” di utara Suriah yang direncanakan bebas dari kelompok ISIS.
Menurut laporan wartawan BBC, Mark Lowen, yang berada di Turki mengatkan, area sepanjang 90 km bukan untuk menumpas ISIS namun untuk melatih pemberontak Suriah yang berasal dari kelompok takfiri.
Tujuan pelatihan ini Demitras kepada BBC, maksud asli Turki adalah untuk menyerang wilayah Kurdi di Suriah sehingga tak memungkinkan Kurdi Suriah menguasai wilayah yang berdekatan.
“Jadi, wilayah aman ini dimaksudkan untuk menghentikan suku Kurdi, bukan ISIS. Seharusnya Turki bekerja sama dengan pasukan Kurdi,” kata Demirtas.
Sebelumnya, presiden Erdogan mengatakan “tidak mungkin melanjutkan proses perdamaian dengan mereka yang mengancam kesatuan dan persaudaraan nasional kami”.
Selasa 28 Juli 2015 rencana serangan Turki terhadap militan Kurdi dan ISIS juga dirundingkan oleh NATO. Ke-28 negara anggota bertemu di Brussels membicarakan apa yang mereka sebut “ancaman terhadap Turki”, anggota penting aliansi tersebut.
Walaupun NATO mengungkapkan “solidaritas kuat” dengan Turki, mereka juga memperingatkan Turki agar tidak melakukan serangan berlebih, dan tetap melakukan perundingan perdamaian dengan minoritas Kurdi.
(BBC-Indonesia/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email