Pesan Rahbar

Home » » Kesultanan Cirebon Tolak Permintaan FPI Cegah Dedi Mulyadi

Kesultanan Cirebon Tolak Permintaan FPI Cegah Dedi Mulyadi

Written By Unknown on Thursday 26 May 2016 | 20:03:00

FPI tengah beraudiensi dengan famili keraton Kanoman dan Ketua Pelaksana Acara Nada dan Dzikir, Rabu 13 April 2016 (Foto: Liputan6.com)

Sejumlah ulama dan tokoh Islam Cirebon menolak kedatangan Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi ke Kota Cirebon. Salah satunya Front Pembela Islam (FPI) Cirebon.

Mereka mendatangi Keraton Kanoman menegaskan penolakannya atas rencana kedatangan Dedi. yang dianggap telah menistakan agama Islam dan Dedi telah dilaporkan ke Polda Jabar.

Kedatangan Dedi ke Cirebon sendiri untuk menghadiri undangan Keraton Kanoman bertajuk “Lesehan Nada Dzikir Cinta Kasih”, pada Rabu 13 April 2016 malam yang juga menghadirkan musisi Charly Van Houten, vokalis ST-12 Band.

Koordinator Wilayah III FPI Jawa Barat Dede Irawan menuding Dedi Mulyadi sering menistakan agama. Dede juga mengklaim seluruh ulama di Jawa Barat tahu yang dilakukan oleh Dedi Mulyadi.

“Bagi kami semua, Dedi Mulyadi itu sudah melakukan penistaan terhadap agama Islam, semua alim ulama se-Jawa Barat dan Purwakarta tahu dan sudah melaporkannya ke Polda Jabar,” tegasnya usai menggelar pertemuan di kediaman Patih Keraton Kanoman Cirebon Pangeran Raja Moch Qodiran.

Dia menjelaskan, penistaan agama yang telah dilakukan Dedi di antaranya mengganti ucapan salam Islam dari “assalamualaikum menjadi sampurasun”.

Selain itu, Dedi diangga keterlaluan karena mengganti doa “bismillahirrahmannirrahiim” dengan “sambat Prabu Siliwangi” saat hendak masuk pintu Tol Cipali. Dedi bahkan dituding telah menikahi salah satu sosok mitos Nyi Roro Kidul.

Menurut Dede, penolakan terhadap kehadiran Dedi Mulyadi bukan untuk menggagalkan kegiatan yang diselenggarakan di Keraton Kanoman. Bahkan, FPI mengaku siap menjaga kelancaran kegiatan tersebut dengan syarat tidak menghadirkan Bupati Purwakarta tersebut.

“Kami akan melakukan dengan berbagai cara, untuk mencegah kehadiran Dedi Mulyadi,” kata Dede.

Sementara itu, Patih Keraton Kanoman Cirebon Pangeran Raja Moch Qodiran menolak permintaan FPI. Ia justru menyesalkan sikap ormas tersebut.

Menurutnya, Keraton sangat terbuka untuk siapapun, termasuk Dedi Mulyadi. Apalagi, Qodiran menganggap kegiatan yang akan diselenggarakan di Keratonnya tersebut merupakan hal positif.

“Ini kegiatan positif. Kami memanggil Bapak Dedi Mulyadi, harusnya dihargai bukan dicegah. Persoalan FPI yang menganggap Dedi Mulyadi menistakan agama Islam itu urusan pribadi mereka jangan dibawa-bawa ke Keraton,” kata Patih Qodiran.

Dalam kesempatan itu, panitia acara yang juga seniman Cirebon Dedi Kampleng meyakinkan, secara prinsip kepolisian telah mengizinkan kegiatan tersebut. Dengan kata lain, tak ada persoalan hukum yang membelenggu Dedi Mulyadi untuk hadir.

“Kita hidup di negara hukum, tak bisa menjustifikasi begitu saja. Kalau memang Dedi buruk, serahkan pada lembaga hukum. Dalam agama pun, ada lembaga tertinggi yakni MUI,” tegasnya.

Dia memastikan, Keraton Kanoman milik semua kalangan. Keraton merupakan ruang kebudayaan, bukan religi. Dia pun mengharapkan, mereka yang tak menyukai Dedi tak perlu hadir dalam kegiatan itu.

“Kalau ada yang tidak suka dengan acara ini, tinggal jangan datang saja,” kata Dedi.

(Liputan-6/Satu-Islam/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: