Peristiwa 11 September 2001 telah mengubah tatanan global dengan dampak yang sangat besar dan bersifat jangka panjang. Namun, sejarah tidak dimulai pada tanggal 11 September 2001. Ini adalah sebuah peristiwa yang menandai fase baru dalam sebuah konflik yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Sederhananya, ini adalah sebuah pertempuran baru dalam lingkup perang yang lebih besar. Ada banyak faktor yang membuat kita menyadari fakta ini, yang konsekuensinya akan sampai pada alur sejarah yang memunculkan konsep benturan peradaban tak berujung antar ideologi yang saling berlawanan.
Bila kita bisa memahami faktor-faktor ini, kita akan memiliki pandangan yang lebih komprehensif tentang apa yang terjadi sejak 11 September 2001, dan dengan demikian kita akan mampu menempatkan semua peristiwa yang terjadi dalam konteks yang benar.
Pertarungan antar Peradaban?
Untuk memahami keseluruhan diskusi ini, pertama-tama kita harus memahami apa yang tersirat dalam benturan peradaban. Benturan peradaban mengacu pada dinamika hubungan antar ideologi yang berlawanan. Ideologi adalah sistem komprehensif yang memiliki gagasan tunggal sebagai dasarnya, dan memiliki metode yang harus diterapkan dan dipaksakan terhadap penganutnya.
Ideologi akan selalu menuntut untuk diimplementasikan, dan bila ada ideologi yang berlawanan, bisa dipastikan akan saling bersaing untuk mendapatkan dominasinya.
Jadi ketika ideologi saling bersinggungan, mereka akan saling menentang. Sejarah membuktikan fakta ini. Saat Islam diwahyukan 1400 tahun yang lalu, Islam menentang segala sistem yang ada pada saat itu, dan karena itulah orang Quraisy (suku Arab yang dominan saat itu) pun menentang Islam. Begitu pula Komunisme dan kapitalisme pun saling berhadapan dalam usaha untuk mendapatkan dominasi selama periode Perang Dingin.
Dengan jatuhnya komunisme, kini Islam adalah ideologi yang diperhitungkan dan berhadapan dengan kapitalis Barat. Sebelum 11 September, pertarungan ini dilakukan dengan cara yang tak kasat mata, namun setelah 11 September, pertentangan ideologi ini telah menjadi perang terbuka antara Islam dan Barat kapitalis.
Inilah sebabnya mengapa kita melihat fokus global tertuju pada Islam, dan perlawanan Barat tertuju pada segala hal yang berkaitan dengan Islam, termasuk melawan umat Islam sendiri.
Pertarungan Saat Ini
Pesristiwa 11 September membawa tujuan yang sangat khusus dalam pertempuran ideologi ini, momen ini membawa pertempuran ke tempat terbuka. Seperti pernyataan terkenal Presiden Amerika George W. Bush saat itu: “Anda bersama Kami atau melawan Kami”. Meskipun kata-kata itu diucapkan untuk mengumpulkan dukungan dalam “Perang Melawan Teror” yang dipimpin Amerika, ungkapan itu sendiri secara akurat menjelaskan bahwa ada konflik ideologis yang sedang berlangsung antara pihak Islam dan kapitalis Barat, dan dunia yang semakin terpolarisasi harus memilih antara dua sisi tersebut.
Netralitas bukan lagi pilihan ketika telah terjadi benturan ini, sebab, tidak memilih salah satu sisi akan berarti memperkuat sisi yang lain.
Pertarungan peradaban hari ini berjalan dengan cara yang berbeda, dan secara luas dapat digolongkan menjadi dua kategori: internal dan eksternal.
1. Internal
Dunia Barat mengakui bahwa Islam adalah lawan ideologisnya, dan dengan demikian, Muslim (orang-orang yang membawa Islam) merupakan ancaman potensial, terutama yang berada di dalam negeri mereka sendiri. Barat memilih untuk menangani ancaman ini dalam beberapa cara, meliputi:
Pertama, memberi label buruk terhadap Islam dan Muslim. Muslim diberi label “ekstrim”, dan agama Islam dicap “terbelakang” dan beberapa sebutan buruk lainnya. Tujuannya adalah untuk menciptakan opini buruk publik terhadap Islam, sehingga mereka bisa mendukung dan membenarkan tindakan internal dan eksternal yang dipilih oleh pemerintah Barat dalam bentrokan antara Islam dengan Barat ini.
Kedua, melunakkan dan mengubah Islam itu sendiri. Barat telah mengidentifikasi bagian-bagian Islam yang bisa mengancam mereka, dan berusaha untuk menyingkirkan bagian itu dengan cara menciptakan Islam yang moderat, non politik, dan sekuler. Barat menginginkan Islam yang hanya berada di dalam rumah-rumah Muslim namun tidak berani menantang sistem yang ada. Cara ini akan menekan umat Islam untuk menerima cita-cita Barat, seperti demokrasi dan nasionalisme, dan meninggalkan konsep-konsep Islam seperti Jihad, kesatuan Ummat dan Khilafah sehingga Muslim akan meninggalkan identitas Islam mereka dan tidak lagi menjadi ancaman.
Ketiga, kebijakan anti-teror/anti-radikalisasi. Setelah 11 September 2001, Barat telah menerapkan kebijakan yang semakin kejam dan menindas yang secara langsung ditujukan pada umat Islam. Jika tidak dapat mengubah Islam dan umat Islam menjadi Islam versi barat (seperti yang disebutkan di atas), maka Barat akan berusaha untuk membungkam perbedaan pendapat dan membungkam Muslim yang menunjukkan sikap politik yang mengancam.
Bila dipahami dalam konteks “pertempuran” yang lebih luas, jelas terlihat melalui cara-cara diatas bahwa Barat berusaha untuk menentang Islam sebagai sebuah ideologi.
2. Eksternal
Seiring dengan langkah-langkah internal yang diambil oleh Barat, ada upaya eksternal yang dilakukan Barat secara langsung di dunia Muslim dengan tujuan untuk menguasai kendali nasib politik umat Islam. Seperti misalnya:
Pertama, Perang Melawan Terorisme. Peristiwa 11 September digunakan sebagai alasan yang tepat untuk meluncurkan serangan militer baru melawan dunia Muslim. Alasan sebenarnya dari “Perang Melawan Terorisme” bukanlah seperti alasan ringan yang dinarasikan oleh media dan pemerintah mereka, misal senjata pemusnah massal atau Al-Qaeda. Alasan sebenarnya dari perang ini telah dijelaskan dengan rapi dalam pernyataan Jenderal Richard Dannatt, Pimpinan Tentara Inggris yang baru saja pensiun. Ketika ditanya tentang pendudukan Inggris atas Afghanistan sebagai bagian dari “War on Terror”.
Dia mengatakan bahwa ada “agenda besar Islam, yang jika kita tidak menghadang dan menghadapinya di Afghanistan Selatan, atau Afghanistan atau bahkan di Asia Selatan, maka pengaruh itu pasti akan terus tumbuh dan membesar. Dan inilah poin pentingnya. Kita bisa melihat pertumbuhannya terus bergerak, mulai dari Asia Selatan ke Timur Tengah kemudian ke Afrika Utara, dan akhirnya ke tanda yang semakin jelas, yaitu menuju ke arah tegaknya khilafah Islam seperti di abad ke 14 dan 15.”
Kedua, mendukung pemerintah represif dan sistem mereka. Barat memiliki sejarah menopang dan mendukung para diktator dan tirani di dunia Muslim yang secara brutal membungkam semua bentuk oposisi demi mempertahankan kepentingan mereka di tanah Muslim. Mereka mewakilkan kepentingannya kepada para rezim boneka untuk mempertahankan kontrol dan berjaga-jaga dari jarak jauh, sehingga Barat nampak tidak memiliki hubungan langsung, dan mencuci tangannya dari darah.
Ketiga, membajak Arab Spring. Arab Spring adalah peristiwa monumental yang menandakan bangkitnya umat Islam melawan belenggu rasa takut dan penindasan. Ini adalah indikasi besar bahwa umat Islam akan segera memiliki kemampuan untuk membangun kekuasaan dan mendukung kebangkitan Islam sebagai kekuatan ideologis. Inilah ketakutan terbesar kapitalis Barat, karena kekuasaan, ideologi dan persatuan dunia Islam akan mengakhiri hegemoni kapitalis global.
Karena alasan tersebut, Barat mencoba membajak hasil perlawanan Arab Spring, dengan menyerukan demokrasi dan berusaha keras untuk mewarnai mereka dengan kuas sekuler. Jika saat ini Barat tidak dapat mengubah arus perlawanan ke arah yang sesuai dengan mereka, mereka akan mengalami kerugian besar dalam benturan peradaban ini dan membuka jalan bagi kematian mereka sendiri.
Masa Depan, ke Arah Manakah?
Dalam memetakan masa depan, pelajaran bisa diambil dari masa lalu. Di dunia pasca 11 September, umat Islam mengalami masa di mana musuh mereka sama antagonisnya seperti kafir Quraisy, sama sombongnya seperti pasukan Mongol, dan sama semangatnya seperti Tentara Salib. Namun dalam semua kasus ini, hanya ada satu ideologi tunggal yang terbukti telah menang, yaitu Islam.
Pertentangan antara Islam dan kapitalisme, antara Muslim dan kapitalis Barat, semakin meluas dari hari ke hari. Pilihan harus dibuat. Satu sisi harus dipilih. Akankah umat Islam tergoda oleh Barat dan berpihak pada mereka dalam benturan peradaban ini dengan menerima persyaratan Islam versi mereka, dan kebijakan luar negeri mereka?
Atau akankah umat Islam memilih untuk berpihak pada Islam dan tetap teguh dengan keyakinan dan iman mereka, hanya menerima ideologi Islam sebagai solusi lengkap dalam menghadapi mereka yang berusaha untuk mendominasi, memanipulasi dan mengubah Islam?
Tidak ada pilihan untuk pura-pura tidak memihak, karena sekarang adalah waktunya untuk memutuskan pendirian. Baik berdiri bersama Islam dan kaum Muslimin atau berdiri bersama kapitalis Barat dalam benturan peradaban ini.
(Seraa-Media/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email