Baca:
1. Demi Membantai Sunni dan Syiah Sebenarnya, Syiah Yasir Londoni Sok Sunnati dan Sok Ngaku Syiah
2. Syiah Yasir Menuduh Iran Dibilang Sesat dan Melaknat Ulama Iran, Sekarang Yang Terbaru Giliran Arab Saudi Menuduh Iran
3. Ibaratnya, saudara sendiri (Sunni & Syi'ah) saja kalian (wahabi salafi takfiri teroris isis) habisi, apalagi tetangga, kan? Hacker dan Blogger Indonesia Perangi Radikalisme..!!!!
4. Syiah Kloningan Yahudi Yang Sebenarnya Berasal Dari Yasir Al-Habib Dari Inggris (Syiah Versi Amerika). Berikut Jawaban Dari Kami Untuk Voa-Islam, Syiah Indonesia Dll
Siapa Sih Yasir Al-Habib????
Sheikh Yasser Al-Habib
Tanggal lahir : 1979
Tempat tinggal: Kuwait
Nama lain : Yasser Yehia Abdulla Al-Habib
Agama : Syi'ah Islam (Syiah Yasiriah / Syiah Israeliyah)
Situs web : website resmi
Yasser Al-Habib (bahasa Arab: ياسر الحبيب) dilahirkan pada tahun 1977 yang berasal dari Kuwait. Dia adalah lulusan Ilmu Politik Universitas Kuwait. Pandangannya dalam beberapa isu mengenai agama Islam tergolong ekstrem, termasuk mengenai sejarah wafatnya Fatimah putri Nabi Muhammad. Dia kerap kali melayangkan kecaman kepada Abu Bakar, Umar serta Aisyah. Hujatan yang dilakukannya dalam sebuah ceramah tertutup ternyata tersebar dan membuatnya dipenjarakan oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003.
Belum setahun, ia dibebaskan, namun beberapa hari kemudian ditangkap lagi. Sebelum dijatuhi hukum inabsensia selama 25 tahun, ia meninggalkan Kuwait. Oleh karena tidak mendapat izin dari pemerintah Kuwait untuk pergi ke Irak dan Iran, dia mendapat suaka dari pemerintah Inggris.
Sejak berada di Kuwait, ia sudah memimpin organisasi Khaddam Al-Mahdi. Di Inggris, organisasi yang dia pimpin semakin berkembang; memiliki punya koran sendiri yang bernama Shia Newspaper, hauzah bernama Al-Imamain Al-Askariyin, majelis sendiri bernama Husainiah Sayid asy-Syuhada, yayasan dan juga website sendiri.
Hubungannya dengan Mesir dan Iran juga kurang harmonis. Dia kerap kali mengecam ulama rujukan sekelas Ayatullah Ali Khamenei bahkan tidak menganggapnya sebagai mujtahid dan marja’.[1]
Jawaban AHLUL BAIT NABI SAW untuk umat Islam sebagai berikut:
Sunni dan Syi'ah mau diadu domba, namun Persatuan Islam lah yang mampu menepisnya!!!
Lalu, Siapa Yasser al-Habib?
Saya ingat! Dulu seorang pengunjung blog memberi komentar mengenai tidak mungkinnya persatuan Syiah dan suni karena masih adanya caci-maki terhadap sahabat dan istri Nabi. Dalam komentarnya, dia juga memberi link sebuah video di YouTube untuk “membuktikan” klaim tersebut. Saya buka video tersebut dan judul awalnya adalah “YASIR AL-HABIB, di antara ulama Syiah yang terkemuka di abad 20.”
Saya sempat membalas komentarnya, begini, “Yasir Al-Habib? Ulama terkemuka abad 20? Terlalu berlebihan. Saya kasih contoh yang terkemuka: Ayatullah Khamenei, Ayatullah Sistani, Syekh Subhani, Husein Fadhlullah, dll.” Jadi siapa sih orang ini?
Yasser al-Habib, begitu ejaan dalam bahasa Inggrisnya, dilahirkan pada tahun 1979—masih muda untuk jadi ukuran ulama “terkemuka”—yang berasal dari Kuwait. Dia adalah lulusan Ilmu Politik Universitas Kuwait. Pandangannya dalam hal agama sangat ekstrim, termasuk mengenai sejarah wafatnya Fatimah putri Nabi saw. yang kerap kali kecaman dialamatkan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar serta Ummulmukminin Aisyah ra. Makiannya yang dilakukan dalam sebuah ceramah tertutup ternyata tersebar dan membuatnya dipenjarakan oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003.
Belum setahun, ia dibebaskan di bawah pengampunan Amir Kuwait (menurut pengakuannya dia bertawasul kepada Abul Fadhl Abbas), namun beberapa hari kemudian ditangkap lagi. Sebelum dijatuhi hukum inabsensia selama 25 tahun, ia pergi meninggalkan Kuwait. Karena tidak mendapat izin dari pemerintahan untuk pergi ke Irak dan Iran, ia mendapat suaka dari pemerintah Inggris.
Sejak berada di Kuwait, ia sudah memimpin Organisasi Khaddam Al-Mahdi. Setelah mendapat suaka dari pemerintah Inggris, entah bagaimana organisasi semakin “makmur”. Punya kantor sendiri, punya koran sendiri yang bernama Shia Newspaper, hauzah (semacam pesantren) sendiri bernama Al-Imamain Al-Askariyin, majelis sendiri bernama Husainiah Sayid asy-Syuhada, yayasan dan juga website sendiri. Baru masuk Inggris udah hebat kan? Nah, karena hal semacam inilah beredar kabar bahwa ia mendapat dana dari pemerintah Inggris, tentu untuk menyebarkan pemikirannya yang bisa berdampak pada permusuhan umat muslim. Kita semakin curiga, karena pemerintah Kuwait berulang kali meminta agar Yasser al-Habib ditangkap tapi ditolak oleh Interpol.
Hubungannya dengan Mesir dan Iran juga sangat tidak harmonis. Kerap kali mengecam ulama rujukan sekelas Ayatullah Ali Khamenei bahkan tidak menganggapnya sebagai mujtahid dan marja’! Ia juga dituduh merusak makam Ayatullah Husaini Syirazi. Jadi bisa dikatakan bahwa Yasser al-Habib sangat tidak merepresentasikan pengikut mazhab Syiah apalagi ulamanya! Lalu, siapa Yasser al-Habib? Bukan siapa-siapa dan bukan orang penting.
Artikel lain yang patut dibaca mengenai rancangan CIA dalam menciptakan “ulama-ulama” palsu, baca di sini.
Konspirasi Anti-Syiah dan Adu Domba CIA
Oleh: M. Anis Maulachela
Sebuah buku berjudul “A Plan to Divide and Destroy the Theology” telah terbit di AS. Buku ini berisi wawancara detail dengan Dr. Michael Brant, mantan tangan kanan direktur CIA.
Dalam wawancara ini diungkapkan hal-hal yang sangat mengejutkan. Dikatakan bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta US dollar untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Dr. Michael Brant sendiri telah lama bertugas di bagian tersebut, akan tetapi ia kemudian dipecat dengan tuduhan korupsi dan penyelewengan jabatan.
Tampaknya dalam rangka balas dendam, ia membongkar rencana-rencana rahasia CIA ini. Brant berkata bahwa sejak beberapa abad silam dunia Islam berada di bawah kekuasaan negara-negara Barat. Meskipun kemudian sebagian besar negara-negara Islam ini sudah merdeka, akan tetapi negara-negara Barat tetap menguasai kebebasan, politik, pendidikan, dan budaya mereka, terutama sistem politik dan ekonomi mereka. Oleh sebab itu, meski telah merdeka dari penjajahan fisik, mereka masih banyak terikat kepada Barat.
Pada tahun 1979, kemenangan Revolusi Islam telah menggagalkan politik-politik kami. Pada mulanya Revolusi Islam ini dianggap hanya sebagai reaksi wajar dari politik-politik Syah Iran. Dan setelah Syah tersingkir, kami (AS) akan menempatkan lagi orang-orang kami di dalam pemerintahan Iran yang baru, sehingga kami akan dapat melanjutkan politik-politik kami di Iran.
Setelah kegagalan besar AS dalam dua tahun pertama (dikuasainya Kedubes AS di Teheran dan hancurnya pesawat-pesawat tempur AS di Tabas) dan setelah semakin meningkatnya kebangkitan Islam dan kebencian terhadap Barat, juga setelah munculnya pengaruh-pengaruh Revolusi Islam Iran di kalangan Syiah di berbagai negara–terutama Libanon, Irak, Kuwait, Bahrain, dan Pakistan–akhirnya para pejabat tinggi CIA menggelar pertemuan besar yang disertai pula oleh wakil-wakil dari Badan Intelijen Inggris. Inggris dikenal telah memiliki pengalaman luas dalam berurusan dengan negara-negara ini.
Dalam pertemuan tersebut, kami sampai pada beberapa kesimpulan, di antaranya bahwa Revolusi Islam Iran bukan sekadar reaksi alami dari politik Syah Iran. Tetapi, terdapat berbagai faktor dan hakikat lain, di mana faktor terkuatnya adalah adanya kepemimpinan politik marja’iyah (kepemimpinan agama) dan syahidnya Husain, cucu Rasulullah, 1400 tahun lalu, yang hingga kini masih tetap diperingati oleh kaum Syiah melalui upacara-upacara kesedihan secara luas. Sesungguhnya dua faktor ini yang membuat Syiah lebih aktif dibanding Muslimin lainnya.
Dalam pertemuan CIA itu, telah diputuskan bahwa sebuah lembaga independen akan didirikan untuk mempelajari Islam Syiah secara khusus dan menyusun strategi dalam menghadapi Syiah. Bujet awal sebesar 40 juta US dolar juga telah disediakan. Untuk penyempurnaan proyek ini, ada tiga tahap program:
Pengumpulan informasi tentang Syiah, markas-markas dan jumlah lengkap pengikutnya.
Program-program jangka pendek: propaganda anti-Syiah, mencetuskan permusuhan dan bentrokan besar antara Syiah dan Sunni dalam rangka membenturkan Syiah dengan Sunni yang merupakan mayoritas Muslim, lalu menarik mereka (kaum Syiah) kepada AS.
Program-program jangka panjang: demi merealisasikan tahap pertama, CIA telah mengutus para peneliti ke seluruh dunia, di mana enam orang dari mereka telah diutus ke Pakistan, untuk mengadakan penelitian tentang upacara kesedihan bulan Muharram. Para peneliti CIA ini harus mendapatkan jawaban bagi soal-soal berikut:
1. Di kawasan dunia manakah kaum Syiah tinggal, dan berapa jumlah mereka?
2. Bagaimanakah status sosial-ekonomi kaum Syiah, dan apa perbedaan-perbedaan di antara mereka?
3. Bagaimanakah cara untuk menciptakan pertentangan internal di kalangan Syiah?
4. Bagaimanakah cara memperbesar perpecahan antara Syiah dan Sunni?
5. Mengapa mereka kuatir terhadap Syiah?
Dr. Michael Brant berkata bahwa setelah melalui berbagai polling tahap pertama dan setelah terkumpulnya informasi tentang pengikut Syiah di berbagai negara, didapat poin-poin yang disepakati, sebagai berikut:
Para marja’ Syiah adalah sumber utama kekuatan mazhab ini, yang di setiap zaman selalu melindungi mazhab Syiah dan menjaga sendi-sendinya. Dalam sejarah panjang Syiah, kaum ulama (para marja’) tidak pernah menyatakan baiat (kesetiaan) kepada penguasa yang tidak Islami. Akibat fatwa Ayatullah Syirazi, marja’ Syiah saat itu, Inggris tidak mampu bertahan di Iran.
Di Irak yang merupakan pusat terbesar ilmu-ilmu Syiah, Saddam dengan segala kekuatan dan segenap usaha tidak mampu membasmi Syiah. Pada akhirnya, ia terpaksa mengakhiri usahanya itu.
Ketika semua pusat ilmu lain di dunia selalu mengambil langkah beriringan dengan para penguasa, Hauzah Ilmiyah Qom justru menggulung singgasana kerajaan tirani Syah.
Di Libanon, Ayatullah Musa Shadr memaksa pasukan militer Inggris, Perancis, dan Israel melarikan diri. Keberadaan Israel juga terancam oleh sang Ayatullah dalam bentuk Hizbullah.
Setelah semua penelitian ini, kami sampai pada kesimpulan bahwa berbenturan langsung dengan Syiah akan banyak menimbulkan kerugian, dan kemungkinan menang atas mereka sangat kecil.
Oleh sebab itu, kami mesti bekerja di balik layar. Sebagai ganti slogan lama Inggris: “Pecah-belah dan Kuasai” (Divide and Rule), kami memiliki slogan baru: “Pecah-belah dan Musnahkan” (Divide and Annihilate).
Rencana mereka sebagai berikut:
1. Mendorong kelompok-kelompok yang membenci Syiah untuk melancarkan aksi-aksi anti-Syiah.
2. Memanfaatkan propaganda negatif terhadap Syiah, untuk mengisolasi mereka dari masyarakat Muslim lainnya.
3. Mencetak buku-buku yang menghasut Syiah.
4. Ketika kuantitas kelompok anti-Syiah meningkat, gunakan mereka sebagai senjata melawan Syiah (contohnya: Taliban di Afghanistan dan Sipah-e Sahabah di Pakistan).
5. Menyebarkan propaganda palsu tentang para Marja dan ulama Syiah.
Orang-orang Syiah selalu berkumpul untuk memperingati tragedi Karbala. Dalam peringatan itu, seorang akan berceramah dan menguraikan sejarah tragedi Karbala, dan hadirin pun mendengarkannya. Lalu mereka akan memukul dada dan melakukan ‘upacara kesedihan’ (azadari). Penceramah dan para pendengar ini sangat penting bagi kita. Karena, azadari-azadari seperti inilah yang selalu menciptakan semangat menggelora kaum Syiah dan mendorong mereka untuk selalu siap memerangi kebatilan demi menegakkan kebenaran. Untuk itu:
Kita harus mendapatkan orang-orang Syiah yang materialistis dan memiliki akidah lemah, tetapi memiliki kemasyhuran dan kata-kata yang berpengaruh. Karena, melalui orang-orang inilah kita bisa menyusup ke dalam upacara-upacara azadari (wafat para Imam Ahlul Bait).
Mencetak atau menguasai para penceramah yang tidak begitu banyak mengetahui akidah Syiah.
Mencari sejumlah orang Syiah yang butuh duit, lalu memanfaatkan mereka untuk kampanye anti-Syiah. Sehingga, melalui tulisan-tulisan, mereka akan melemahkan fondasi-fondasi Syiah dan melemparkan kesalahan kepada para Marja dan ulama Syiah.
Memunculkan praktik-praktik azadari yang tidak sesuai dan bertentangan dengan ajaran Syiah yang sebenarnya.
Tampilkan praktik azadari (seburuk mungkin), sehingga muncul kesan bahwa orang-orang Syiah ini adalah sekelompok orang dungu, penuh khurafat, yang di bulan Muharram melakukan hal-hal yang mengganggu orang lain.
Untuk menyukseskan semua rencana itu harus disediakan dana besar, termasuk mencetak penceramah-penceram ah yang dapat menistakan praktik azadari. Sehingga, mazhab Syiah yang berbasis logika itu dapat ditampilkan sebagai sesuatu yang tidak logis dan palsu. Hal ini akan memunculkan kesulitan dan perpecahan di antara mereka.
Jika sudah demikian, tinggal kita kerahkan sedikit kekuatan untuk membasmi mereka secara tuntas.
Kucurkan dana besar untuk mempropagandakan informasi palsu.
Berbagai topik anti-Marjaiyah harus disusun, lalu diserahkan kepada para penulis bayaran untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Marja’iyah, yang merupakan pusat kekuatan Syiah, harus dimusnahkan. Akibatnya, para pengikut Syiah akan bertebaran tanpa arah, sehingga mudah untuk menghancurkan mereka.
Lihat: Victory News Magazine
Tidak boleh saling meng-kafirkan karena perbedaan
Dosen Sosiologi Peneliti Syiah di Indonesia dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Dr. Zulkifli, mengatakan sulit memberikan fatwa haram kepada Syiah di Indonesia. “Paham Syiah tidak bisa dibuat fatwa haram karena tidak menyentuh sisi fundamental keislaman di indonesia,” kata doktor lulusan Leiden University itu kepada sebuah media di Jakarta, Rabu, (25/1), dalam seminar “Membincang Syiah di Indonesia”. Karena itu, ia meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat harus berhati-hati dalam memutuskan fatwa Syiah. Karena kecenderungan paham syiah terus dipolitisasi untuk memenangkan dominasi sunni. (REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta, Rabu, 25 Januari 2012 14:40 WIB). Perbedaan keagamaan dalam tubuh umat Islam, seperti antara Sunni dan Syiah merupakan keniscayaan yang tidak perlu menjadi konflik dengan kekerasan. “Keberagaman pandangan merupakan cermin bagi dinamika intelektualitas dan rasionalitas Islam sebagai agama yang bersifat universal dan responsif terhadap berbagai perkembangan”, kata KH Dr Muchlis M Hanafi MA dalam seminar “Mutiara-mutiara Al Qur’an dalam Kemelut Kekinian” yang berlangsung pada Selasa (31/1/2012) di Jakarta Islamic Centre (JIC).
Jauh sebelumnya, sudah ada deklarasi yang dikeluarkan oleh Konferensi Islam Internasional di Amman dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern” yang mengundang 200 ulama terkemuka dunia dari 50 negara, di antaranya Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buthi, Prof. Dr. Syaik Yusuf Qardhawi, Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syeikh Ali Jum’ah, dan KH Ahmad Hasyim Muzadi, di Yordania pada 4-6 Juni 2005 (http://www.kingabdullah.jo/ main2.php?page_id=464), dan ditegaskan kembali dalam keputusan dan rekomendasi Sidang ke-17 Majma al-Fiqh al-Islam (lembaga di bawah Organisasi Konferensi Islam/OKI) di Yordania 24-26 Juni 2006, yang menyatakan tidak mengkafirkan setiap Muslim yang mengikuti salah satu dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali (empat mazhab Ahlussunah wal Jamaah), Ja’fari, Zaidiyah (dua mazhab Syiah), Ibadhiyah, dan Zhahiriyah. Demikian pula tidak boleh mengafirkan kelompok Muslim lain yang beriman kepada Allah, Rasul-Nya, rukun iman, menghormati rukun Islam, dan tidak mengingkari pokok-pokok ajaran agama (al-ma’lum min al-din bi al-dharurah). Penyatuan mazhab-mazhab tersebut mengingat sangat banyak persamaannya dalam segi prinsipil, dibandingkan dengan perbedaannya yang hanya menyangkut segi hal teknis (furu’iyyah). (http://sunnisyiah.blogspot.com/2011/03/risalah-amman.html)
Dalam sebuah situs webnya (www.fpi.or.id), Senin, 15 Februari 2010 lalu, DPP Front Pembela Islam (FPI), yang menempatkan diri sebagai ‘polisi’ agama di Indonesia, telah mengeluarkan pernyataan sikapnya terkait paham Syiah di Indonesia. FPI mengkafirkan dua golongan Syiah yang sudah menyimpang dari Ushuluddin yang disepakati semua Mazhab Islam, yaitu: (1) Syiah Ghulat yang menuhankan, maupun menabikan, Ali bin Abi Thalib dan meyakini Al-Qur’an sudah di-tahrif (dirubah, ditambah dan dikurangi), dan (2) Syiah Rafidhah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka, baik lisan atau pun tulisan, terhadap para Sahabat Nabi SAW (Abu Bakar dan Umar), atau terhadap para isteri Nabi Muhammad SAW (Aisyah dan Hafshah).
Sedangkan Syiah Mu’tadilah yang tidak berkeyakinan Ghulat, dan tidak bersikap Rafidhah, mereka hanya mengutamakan Ali bin Abi Thalib di atas sahabat yang lain, dan lebih mengutamakan riwayat ahlul bait (keturunan Nabi SAW) daripada riwayat yang lain, mereka tetap menghormati para sahabat Nabi SAW, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan. Kelompok Syiah golongan ketiga inilah yang disebut oleh Prof. DR. Muhammad Sa’id Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syeikh Ali Jum’ah dan lainnya, sebagai salah satu Mazhab Islam yang diakui dan mesti dihormati, dihadapi dengan da’wah, dan dialog, bukan dimusuhi (http://www.voa-islam.com/ news/indonesiana/2012 /01/03/17280/fpi-syiah-yang-sesat-menuhankan-ali-meyakini-quran-palsu-dan-mengafirkan-shahabat/).
Masalahnya, tidak jelas apakah Syiah yang diserang di Sampang itu memang pasti sesat? Kalau anggota IJABI, menurut pengamatan intelijen, gerakan Syiah di Indonesia tersebut berusaha mengkonsolidasikan semua yayasan Syiah untuk meminimalisir perbedaan agar keberadaannya diterima oleh kalangan Muslim Indonesia untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Memang ada program lain dari mereka yang membuat bisa dicurigai pihak intelijen, yaitu berupaya mendirikan Marja al Taqlid, sebuah institusi agama yang sangat terpusat (marjaiyah, kepemimpinan agama), yang diisi oleh ulama-ulama syiah terkemuka, dan memiliki otoritas penuh untuk pembentukan pemerintah dan konstitusi Islam (Gerakan Islam Transnasional dan Pengaruhnya di Indonesia, di-release dan diedarkan oleh BIN). Hampir sama nadanya, fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang ditetapkan di Jakarta tanggal 7 Maret 1984 M (4 Jumadil Akhir 1404 H) mengingatkan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah, karena adanya perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah” (pemerintahan). (http://www.voa-islam.com/ news/indonesiana/2012/ 01/04/17291/ waspadai-para-tokoh-pembela-sekte-sesat-syiah-ini/)
Hal itu diterima, karena gerakan Syiah politik melawan penguasa otoriter yang pro Barat di kawasan Timur Tengah sedang marak berlangsung. Terakhir demo di Arab Saudi, negara dengan sistem monarki yang sangat kuat, telah berlangsung sejak Februari 2011 diawali dengan kelompok Syiah, minoritas di Saudi, menuntut kebebasan lebih bagi warga Syiah dalam menjalankan hak-hak beragama mereka. Aksi demo yang terjadi di tengah maraknya seruan melalui facebook, bisa jadi sebagai kelanjutan dari Musim Semi Arab (Arab Spring). Dua pemerintahan di Timur Tengah, Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Al dan Presiden Mesir Hosni Mubarak, sudah tumbang di tangan rakyatnya sendiri (http://makassar.tribunnews.com/2011/03/06/rakyat-arab-saudi-demo-raja).
Siapa di balik perpecahan Sunni-Syiah ini?
Karena itu, siapa sebenarnya yang mengambil keuntungan dari perpecahan Sunni-Syiah di Indonesia sekarang ini? Dalam sebuah kesempatan di Sekretariat IJABI, Kemang, Jakarta, Sabtu (31/11/2011), Jalaluddin Rakhmat menyebutkan Amerika Serikat (AS) berada dibalik kerusuhan Syiah di Madura. Kepentingan Amerika Serikat ikut andil dalam beberapa konflik agama di dunia, termasuk di Indonesia, muncul pasca revolusi Iran yang selalu menentang negara adikuasa tersebut.“Jadi dalam hal ini Amerika berperan dalam konflik agama di Indonesia,” ungkap Kang Jalal –sapaan akrab Jalaluddin Rakhmat– seperti dikutip Liputan.com (http://www.fimadani.com/tokoh-syiah-amerika-berperan-dalam-konflik-sunni-syiah/)
Pendapat lain, muncul dari pengamat intelejen AC Manullang, yang mengatakan bahwa konflik di Sampang, yang mengakibatkan terbakarnya pesantren milik Syiah, tidak bisa dilepaskan dari persaingan Amerika Serikat dan China dalam memperebutkan gas di Madura. “Saya menduga, konflik ini bukan hanya faktor perselisihan Sunni-Syiah, tetapi ada kepentingan besar yang menginginkan Madura menjadi tempat konflik, karena saat ini, China sudah menguasai kawasan ini terutama sektor gas,” kata pengamat intelijen, AC Manullang seperti diwartakan sebuah situs berita, Selasa, 3 Januari 2012 (www.itoday.co.id). AC Manullang mensinyalir Amerika tidak suka keberadaan Cina yang sudah menguasai sumber gas di Madura. Selain itu, pada kesempatan lain Manullang mengatakan berdasarkan pengamatannya, intelijen asing Amerika, yakni Central Intelligence Agency (CIA), selalu memainkan isu-isu yang berbau Islam untuk menguji panas dinginnya politik di Indonesia (https://www.arrahmah.com/%20read/2012/01/09/%2017324-ac-manullang-dari-pertarungan-faksi-gam-%20hingga-keterlibatan-cia.html).
Dr. Michael Brant, mantan tangan kanan direktur CIA Bob Woodwards, mengungkapkan dalam sebuah buku berjudul “A Plan to Divide and Destroy the Theology”, bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta USD untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Brant sendiri telah lama bertugas di bagian tersebut, akan tetapi ia kemudian dipecat dengan tuduhan korupsi dan penyelewengan jabatan. Menurut Brant, kemenangan Revolusi Iran tahun 1979 telah menggagalkan politik-politik Barat yang sebelumnya menguasai kawasan negara Islam. Pada mulanya Revolusi Iran itu dianggap hanya sebagai reaksi wajar terhadap politik Syah Iran. Dan setelah Syah tersingkir, Amerika berusaha lagi untuk menempatkan orang-orang mereka di dalam pemerintahan Iran yang baru agar dapat melanjutkan politiknya di negara salah satu penghasil minyak terbesar, setelah Saudi Arabia, Rusia, dan Libya.
Setelah kegagalan besar yang dialami Amerika dalam dua tahun pertama, dikuasainya Kedubes di Teheran dan hancurnya pesawat-pesawat tempur AS di Tabas, dan setelah semakin meningkatnya kebangkitan Islam dan kebencian terhadap Barat, juga setelah munculnya pengaruh-pengaruh Revolusi Iran di kalangan Syiah di berbagai negara –terutama Libanon, Irak, Kuwait, Bahrain, dan Pakistan– akhirnya para pejabat tinggi CIA menggelar pertemuan besar yang disertai pula oleh wakil-wakil dari Badan Intelijen Inggris. Inggris dikenal telah memiliki pengalaman luas dalam berurusan dengan negara-negara Arab itu.
Dalam pertemuan tersebut, Amerika sampai pada beberapa kesimpulan, di antaranya, bahwa Revolusi Iran bukan sekadar reaksi alami dari politik Syah Iran. Tetapi, terdapat berbagai faktor dan hakikat lain, di mana faktor terkuatnya adalah adanya sistem kepemimpinan politik berdasarkan agama (marjaiyah) dan ikatan melalui peringatan syahidnya Husein, cucu Rasulullah SAW, 1400 tahun lalu, yang diperingati oleh kaum Syiah secara meluas melalui upacara-upacara kesedihan. Sesungguhnya dua faktor ini yang membuat Syiah lebih aktif dibanding Muslimin lainnya. Dalam pertemuan CIA itu, telah diputuskan bahwa sebuah lembaga independen akan didirikan untuk mempelajari Islam Syiah secara khusus dan menyusun strategi dalam menghadapinya (http://www.victorynewsmagazine.com/ConspiracyAgainstJaffariSchoolofThoughtRevealed.htm).
Dengan itu, bisakah disimpulkan ada konspirasi global yang dipandu oleh Amerika, sebagai negara adikuasa yang merasa menjadi polisi dunia, untuk menghancurkan Islam secara sistematis dan terorganisir di seluruh dunia, termasuk Indonesia, agar bisa menguasai sepenuhnya kawasan yang mempunyai aset ekonomi berupa minyak dan gas, seperti Aceh, Madura dan Papua?
Masalahnya, kita memang mudah dihasut dengan menyebarkan perbedaan kecil yang bisa menjadi sumber kesalahpahaman penyulut kerusuhan massa. Seperti kata pepatah, “Tungau (kutu yang sangat kecil) di seberang laut nampak, gajah di pelupuk mata tidak nampak”. Banyak sekali persamaannya antara Sunni dan Syiah, walaupun ada perbedaannya, mengapa harus menjadi masalah? Mungkin, karena kita senang berdebat yang cenderung menegakkan benang basah, untuk membenarkan pendapat sendiri selalu berusaha mencari kesalahan orang lain. Sebaiknya hentikan polemik antara tokoh-tokoh Sunni dengan Syiah mengenai kehebatan paham mereka masing-masing. Lebih baik berlomba dalam kebaikan memperbaiki kondisi umat yang sedang terpuruk sekarang ini, setelah ditinggalkan oleh para penjabat yang lebih senang memperhatikan kepentingan partainya sendiri.
-Tulisan ini disusun untuk sociopolitica, oleh Syamsir Alam, mantan aktivis mahasiswa era Orde Baru yang sudah lama mengubur ‘kapak perperangan’, tergerak untuk menggalinya kembali setelah melihat karut-marut situasi politik sekarang.
Selanjutnya Wahabi sebagai berikut:
TERBONGKAR ! Achmad Zein Alkaf albayyinat Tuduh MUI, NU, Muhamadiyyah, FPI, satu islam, Said Agil Siraj, Gus Dur, syiahali Kafir. GERAKAN ANTI SYIAH ITU ADA KAITANNYA DENGAN DANA YANG DIKUCURKAN DARI PUSAT WAHABI/SALAFI, SAUDI ARABIA
Kita lihat Sejenak Video ini:
Pandangan Prof. DR. KH. Aqil Siradj Tentang Syiah
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai aliran Islam Syiah secara umum bukan merupakan aliran sesat. “Tidak sesat, hanya berbeda dengan kita,” kata Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, di kantor kepresidenan, Jakarta, Selasa 28 Agustus 2012.Menurut dia, Syiah merupakan salah satu sekte Islam yang sudah ada sejak 14 abad lalu. Sekte ini pun ada di berbagai belahan bumi, termasuk Indonesia. “Pusatnya memang di Iran,” ujar Said.
Dalam pertemuan-pertemuan resminya KH. Aqil Siradj sering mengutip pernyataan pendahulunya Al-Marhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur): “NU (Nahdhatul Ulama itu Syiah minus Imamah, dan Syiah itu NU plus Imamah.” Terlalu banyak kesamaan NU dan Syiah. Bahkan peran dan posisi kiyai dalam tradisi NU sangat mirip dengan peran dan posisi Imam dalam tradisi Syiah. Hanya, di NU konsep itu hadir dalam wujud budaya, sementara di Syiah dalam bentuk teologi. Ini substansi pernyataan Gus Dur di atas
Tetapi yang sangat memprihatinkan, adalah tindak kekerasan terhadap muslim syiah di Sampang Madura, salah satu basis NU. Sebuah pesantren Syiah dibakar massa karena aliran itu dinilai sebagai ajaran sesat. Tindak serupa ini bukan yang pertama, baik di Madura maupun di daerah lain di provinsi yang sama, Jawa Timur. Sebelumnya, di Bondowoso, dan Bangil (Pasuruan) pernah terjadi penyerangan terhadap muslim Syiah. (rakyatmerdeka.co.id/news)
ANALISA DAN PERTANYAAN
Jika pernyataan Gus Dur itu salah tentu Aqil Siradj sebagai seorang Ulama dan tokoh Muslim yang menyandang gelar akademis Prof. DR, tidak akan mengutipnya dalam pertemuan-pertemuan resminya.
Mengapa sebagian kiyai NU bahkan yang bergelar Habib yang mengatas namakan ulama NU dan Ahlussunnah wal-Jama’ah, misalnya Tohir Alkaf dan Zen Alkaf, mereka anti syiah, dan menyatakan bahwa Syiah itu sesat bukan mazhab dalam Islam?
Kita mengetahui umumnya alumni dari Saudi Arabia, mereka anti Syiah. Beda halnya Prof. DR. KH. Aqil Siradj, beliau juga alumni Saudi, gelar doktornya ia raih dari Universitas Ummul Qura Saudi. Dengan keluasan ilmunya beliau tidak anti Syiah, bahkan beliau menginginkan persatuan Sunni dan Syiah. Beda halnya alumni yang lain anti Syiah. Itu menunjukkan kesempitan wawasan dan kedangkalan ilmunya.
Secara logis, rasional dan akademis jelas bahwa kiyai NU yang anti Syiah, wawasan dan ilmu keislaman jauh berada di bawah Prof. DR. KH. Aqil Siradj. Semoga Allah SWT merahmati dan memanjang umurnya, amin ya Rabbal ‘alamin.
Sebenarnya apa motif yang mendorong mereka anti Syiah, khususnya Tohir Al-Kaf dan Zen Alkaf dengan yayasan Al-Bayyinatnya? Sungguh memalukan dan membuat sedih Rasulullah SAW, seorang yang mengaku keturunan Nabi SAW dan menyandang gelar “Habib” menbenci para pengikut daduk-datuknya. Layakkah mereka menyandang gelar “Habib” (kekasih Allah)?
Apakah semangat anti syiah itu ada kaitannya dengan dana yang dikucurkan dari pusat wahabi/Salafi, Saudi Arabia?
Jawabannya yang jelas searching di GOOGLE: “Saudi Gelontorkan Dana Besar Dukung Wahabi Lawan Revolusi Mesir”.
SUNNI DAN SYIAH BERSAUDARA
Topik ini penting kita renungkan baik-baik.Prof. DR KH. Said Agil Siradj, Ketua Umum PB NU, menegaskan bahwa selama ini Madura memiliki preseden positif soal hubungan antara muslim Sunni dan Syiah. Ia mensinyalir kejadian ini diletupkan pihak ketiga yang ingin merusak keharmonisan tersebut.
Sunni-Syiah bersaudara Secara substansial, hubungan antara muslim Sunni dan Syiah tidak memiliki rintangan signifikan bagi terjalinnya keharmonisan. Karena dua mazhab dalam Islam ini justru memiliki banyak titik kesamaan ketimbang perbedaan. Teologi Syiah dan Sunni tidak memiliki perbedaan mendasar
Baik dalam hal konsep ketuhanan (tauhid), kenabian, kitab suci Al-Quran, maupun kepercayaan akan hari akhir dan persoalan teologis lainnya. Ini bisa dirujuk pada literatur teologi dan juga filsafat dari keduanya. Bahkan keduanya sering dipertemukan pada tokoh yang sama dengan pemikiran yang sepaham.
“Nahdlatul Ulama (NU) itu Syiah minus Imamah. Syiah itu NU plus Imamah.” Demikian pernyataan populer almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur), cendekiawan NU. Terlalu banyak kesamaan antara NU dan Syiah. Bahkan peran dan posisi kiai dalam tradisi NU sangat mirip dengan peran dan posisi Imam dalam tradisi Syiah. Hanya, di NU konsep itu hadir dalam wujud budaya, sementara di Syiah dalam bentuk teologi. Ini substansi pernyataan Gus Dur di atas.
Tentu bukan tanpa alasan steatment di atas dilontarkan, karena NU dan Syiah secara budaya memiliki banyak kesamaan. Di Indonesia sendiri tak dapat dipastikan apakah Sunni atau Syiah yang datang terlebih dahulu, sebagaimana madzhab leluhur para habaib di Hadramaut yang masih diperdebatkan, apakah Sunni atau Syiah.Tapi, yang pasti, kajian tentang Syiah di Indonesia telah dilakukan oleh para ahli dan pengamat sejarah. Dan sebagian besar di antaranya bahwa orang2 Persia -yang pernah tinggal di Gujarat- yang berpaham Syiah-lah yang pertama kali menyebarkan Islam di Indonesia.
Pimpinan besar Nahdlatul Ulama dinilai lebih berwibawa
Sehingga tak heran jika tradisi serta budaya Syiah demikian kental terasa di daerah Aceh dan sekitarnya (baca: sebagian Sumatera). Sebagai contoh adalah perayaan Hoyak Tabuik di daerah Pariaman Sumatera Barat. Konon perayaan ini pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Burhanudin Ulakan atau yang terkenal dengan Imam Senggolo pada tahun 1685 M. Perayaan ini dimulai dari hari pertama bulan Muharram hingga hari yang kesepuluh. Dan puncak dari perayaan tersebut ialah prosesi mengarak usungan (tabut) yang dilambangkan sebagai keranda Imam Husain, cucu Nabi yang gugur di Padang Karbala.
Tradisi Syiah di Indonesia tidak hanya kita temukan di daerah Sumatera dan sekitarnya, melainkan juga di tanah Jawa. Di Jogjakarta, misalnya, kita menemukan tradisi “grebek suro”. Menurut sebagian masyarakat Jawa, bulan Suro (Muharram) adalah bulan yang penuh dengan kenahasan, karenanya mereka enderung berpantang untuk menggelar perayaan nikah atau membangun rumah pada bulan tersebut. Dan untuk menebus segala kesialan itu, mereka mengadakan upacara Grebeg Suro. Semua itu sebagai bias langsung dari gugurnya Imam Husain di Padang Karbala.
Sedangkan di daerah saya sendiri, Sunda/Priangan, pada bulan Suro masyarakat biasanya menyambut kedatangan bulan Suro dengan tradisi “Asyura’an” (10 Muharram). Dan dalam tradisi tersebut, biasanya dihidangkan bubur “beureum” (merah) dan bubur “bodas” (putih), sebagai perlambang darah dan kesucian Imam Husain yang terbunuh di Padang Karbala. Bahkan orang tua penulis berpuasa sunnah pada hari tersebut.
Belum lagi tradisi2 keagamaan di Indonesia, seperti Marhaba, Shalawatan, Tahlil Arwah, Haul, Kenduri, yang sangat terasa adanya unsur budaya Syiah di sana. Kenduri, misalnya, adalah tradisi khas Campa yang jelas-jelas terpengaruh faham Syi`ah. Bahkan, katanya, istilah kenduri itu sendiri jelas-jelas menunjuk kepada pengaruh Syi`ah karena dipungut dari bahasa Persia, yakni Kanduri yang berarti upacara makan-makan memperingati Fatimah Az Zahroh, puteri Nabi Muhammad SAW.
Agaknya masih banyak tradisi khas syiah yang diadopsi oleh masyarakat Indonesia, seperti dari cerita2 kepahlawan Nabi atau di Sunda terkenal cerita tentang Tongkat Ali dan Rumput Fatimah, namun karena keterbatasan ruang, waktu serta literatur yang terbatas sehingga saya mencukupkan hingga di sini. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak tradisi Syiah yang tak tercatat atau belum terlacak oleh para pakar sejarah.
Diketemukannya beberapa tradisi Syiah sekaligus pertanda bahwa Syiah bukanlah hal yang baru di Nusantara. Walaupun kita boleh tidak menyepakati fikih dan teologi Syiah, tetapi tradisi keberagamaan di Indonesia mempunyai kesamaan dengan tradisi yang sering dilakukan oleh Muslim Syiah. Dan itu kiranya menambah kaya ragam khazanah budaya Indonesia.
saat dipimpin Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Aura kepemimpinan Gus Dur terasa betul. Sepatah kata yang diucapkannya terkait keberadaan minoritas, termasuk terhadap keberadaan Syiah, langsung diikuti oleh Nahdliyin. Hal tersebut beda dengan pimpinan NU setelahnya.
Demikian disampaikan Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (Ijabi) Jalaludin Rahmat saat konferensi pers terkait penyerangan jamaah Syiah di Sampang, Madura, di Kantor Ijabi, Kemang, Jakarta Selatan (Sabtu, 31/12).
“Tanpa mencoba merendahkan pimpinan setelah Gus Dur, sekali Gus Dur mengatakan A, seluruh Nahdliyin di daerah mengikutnya,” beber Jalal.
Jalal menuturkan, pengkut Syiah aman betul di zaman Gus Dur memimpin NU. Di zaman itu, Gus Dur mengatakan bahwa Syiah tidak sesat. Bahkan ia memerintahkan agar Nahdliyin menjaga dan melindungi pengikut Syiah. GP Anshor diperintahkan Gus Dur melindungi jamaah Syiah.
“Yang terjadi setelah Gus Dur, NU beraksi hanya setelah ada kekerasan terjadi, dan hanya mengatakan mengecam dan menyesalkan atas kejadian. Tidak beraksi riil secara organisasi sampai ke jenjang bawah,” kata dia.
Jalal mengimbau agar pimpinan NU sekarang bisa membuat semua Nahdliyin turut mengikuti bagaiman keputusan NU yang mengatakan Syiah tidak sesat dan menghormati minoritas
Sangat menarik bahwa ternyata, secara kultural, banyak tradisi keislaman yang dipraktekkan di Indonesia memiliki akar pada ajaran dan tradisi Syiah. Tradisi Tabok dan peringatan bulan Muharam adalah salah satu contohnya. Tradisi ini sudah berkolaborasi dalam berbagai budaya: Jawa, Sulawesi, maupun Sumatera. Pada tanggal 10 Muharam, kita bisa melihat gelaran tradisi tersebut dalam berbagai wajah budaya, namun satu substansi. Artinya, secara kultural masyarakat Indonesia memiliki ikatan sosiologis dan historis yang kuat dengan ajaran Syiah.
Tradisi-tradisi tersebut menunjukkan: pertama, bahwa di Indonesia pada dasarnya sudah terjalin harmoni yang kuat dan berlangsung berabad-abad antara Sunni dan Syiah. Demikian kuatnya hingga menyatu dalam sebuah tradisi bersama. Kedua, budaya adalah medium yang paling efektif sebagai pintu dialog dan harmoni.
Sejauh ini, jalinan dialog dan harmoni Syiah-Sunni kurang memaksimalkan perangkat budaya sebagai mediumnya. Padahal dalam budayalah kita menemukan jejak-jejak harmoni antara muslim Sunni dan Syiah Indonesia.
KESIMPULAN
1. Jika Sunni dan Syiah secara berabad hidup rukun dan damai, mengapa belakangan ini terjadi serangan yang tajam terhadap Syiah? Menyesatkan, mengkafirkan, ada apa sebenarnya?
2. Jika kita searching di Google, kita akan dapatkan banyak sekali informasi bahwa pihak-pihak wahabi/salafi dan antek-anteknya ingin memporak-porandakan hubungan harmonis Sunni dan Syiah.
3. Selain faktor karena dana yang mengucur dari Saudi Arabia, ada scenario besar yang ingin memecah-belah hubungan Sunni dan Syiah. Mengapa? Karena, jika Sunni dan Syiah, Islam akan jaya. Ini sesuai dengan Pernyataan Prof. DR. Din Syamsuddin Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
WAHABI ADALAH KHAWARIJ MASA KINI
Ibnu Mas'ud
Imam Ibn Abidin adalah seorang ulama’ yang sangat terkenal dalam dunia Islam sebagai pentahqiq mazhab Hanafi dan mufti besar kerajaan ‘Utsmaniyah. Beliau sempat menyaksikan kebangkitan gerakan Wahabi di zamannya. [Dalam sejarah Islam, gerakan ini telah menaklukkan al-Haramain sebanyak dua atau tiga kali sebelum runtuhnya Turki.
Beliau menggambarkan kedudukan gerakan Wahabi sebagai satu gerakan Khawarij yang mudah mengkafirkan umat Islam dan membunuh Ulama’ Ahli Sunnah dan Jama’ah. Siapa pun yang mengetahui konsep tauhid Wahabi secara terperinci, maka dia akan sedar kenapa tindakan menghukumi orang lain sebagai syirik atau kafir mudah berlaku dalam gerakan ini.
Kitab yang berjilid-jilid ini bertajuk “Radd al-Muhtar ‘ala al-durr al-mukhtar’ yang bermaksud “Mengembalikan Orang Yang Keliru ke atas Mutiara Terpilih”, dan dikarang oleh Imam Ibn Abidin. Kitab ini merupakan antara kitab fiqh mu’tamad dalam mazhab Hanafi.
Sedikit Terjemahan pada scan kitab yang bergaris merah sbb:
Bab: Berkenaan Pengikut-pengikut [Muhammad] Ibn Abdul Wahhab, Golongan Khawarij Dalam Zaman Kita.
…sebagaimana yang berlaku pada masa kita ini pada pengikut [Muhammad] Ibn Abdul Wahhab yang keluar dari Najd dan menaklukkan al-Haramain (Mekah dan Madinah) dan mereka bermazhab dengan mazhab al-Hanbali tetapi mereka beri’tikad bahwa hanya mereka sajalah orang Islam dan orang-orang yang bertentangan akidah dengan mereka adalah kaum Musyrik. Dengan ini mereka pun menghalalkan pembunuhan Ahli Sunnah dan pembunuhan ulama-ulama mereka sehingga Allah SWT mematahkan kekuatan mereka dan memusnahkan negeri mereka dan tentara Muslim berjaya menawan mereka pada tahun 1233 H..
Teka-teki
Walaupun nama penyebar paham Wahabi adalah Muhammad Ibn Abdul Wahhab, namun para ulama’ menamakan gerakan mereka sebagai Wahabiyah kerana istilah Muhammadiyah adalah untuk umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun begitu ada juga pengikut gerakan paham Wahabi yang menggunakan istilah Muhammadiyah, negara mana ya? Indonesia kah, dan apakah mungkin istillah Wahabiyah bertukar menjadi Salafiyah? Wallahu a’lam
GERAKAN SALAFI WAHABI – DANA ARAB SAUDI MENGALIR DERAS UNTUK TERORISME
Gerakan Wahabi di Indonesia dicurigai membawa misi untuk menghancurkan dan menguasai, baik teritori maupun ekonomi.
Di Indonesia tak hanya tanahnya yang subur, berbagai ideologi juga tumbuh subur, termasuk ideologi Wahabi. Apalagi gerakan Wahabi masuk dengan pola yang terorganisir rapi. Dana mereka juga cukup banyak. Simpati dari para pemilik dana itu mengalir sangat pesat dari Timur Tengah (Saudi).
“Mereka bekerjasama dengan percetakan, media, dan radio. Itu modal bagi paham apapun untuk bisa masuk dan tumbuh berkembang di sini,” ujar Habib Ali Hasan Bahar, mantan Ketua Habaib DKI Jakarta, kepada Moh Anshari dari Indonesia Monitor, Kamis (20/8).
Berikut ini petikan wawancara dengan alumunus Universitas Kerajaan Yordania yang kini aktif di Islamic Centre Kwitang dan UIN Jakarta itu.
Bagaimana awal kemunculan aliran Wahabi?
Wahabi itu diidentifikasi sebagai satu kelompok yang mengaku sebagai pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Kemunculannya di Jazirah Arab dimaksudkan untuk membersihkan akidah dari perilaku-perilaku syirik. Pencetusnya adalah Muhammad bin Abdul Wahab.
Bagaimana perkembangan Wahabi di Jazirah Arab?
Wahabi menguasai Mekah dan Madinah dengan berbagai cara, termasuk kekerasan melalui peperangan. Banyak ulama yang menjadi korban. Di Indonesia, sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama juga dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menyelamatkan Mekah dan Madinah dari penguasaan Wahabi yang ekstrem itu. Sampai-sampai NU mengutus Komite Hijaz ke Mekah untuk memrotes gerakan Wahabi yang hendak menghilangkan makam Nabi Muhammad SAW yang dianggap oleh Wahabi sebagai tempat syirik.
Jadi, sejak awal kemunculannya, gerakan Wahabi sudah radikal dan ekstrem?
Kalau dibaca dari buku-buku sejarah Arab modern, memang para pengikut Wahabi memakai cara-cara yang disebut dengan istilah ‘Badui-Wahabi’, yakni cara-cara barbar, kekerasan, dan agresif. Seperti di Indonesia juga ada penghancuran kuburan dan diratakan dengan tanah. Karena menurut keyakinan mereka, itu sesat, bid’ah, dan syrik.
Kabarnya Wahabi dilahirkan oleh imprealis Inggris untuk memecah-belah kekuatan Islam?
Ya. Indikasinya memang kuat dugaan demikian itu. Seperti dimuat dalam Islam Online berbahasa Arab, edisi hari ini, Kamis (20 / 8), ada laporan sebuah pemyataan dari seorang da’i terkenal di Aljazair yang mengatakan bahwa gerakan Wahabi atau menurut penyebutan mereka Salafi-Wahabi merupakan buatan intelijen asing yang dibuat untuk menghancurkan madzab-madzab yang lain. Mereka menganggap orang yang berbeda dengan mereka sebagai kafir.
Mengapa mereka bisa begitu ekstrem dan radikal?
Mungkin karena Wahabi dilahirkan di tempat yang keras, maka kata-kata dan doktrin-doktrin yang digunakan juga keras. Banyak pemikiran-pemikiran yang dihasilkan oleh ulama-ulama mereka itu sangat keras, model pemikiran yang keras, mudah menuduh bid’ah, bahkan mudah mengafirkan, tidak toleran, kaku, dan literalis. Tidak menutup kemungkinan itu dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu, termasuk asing, untuk memojokkan Islam.
Bila awal kemunculan Wahabi diwarnai aksi-aksi perebutan dan penguasaan di Semenanjung Saudi Arabia, berarti lahirnya Wahabi bermotif politis-kekuasaan?
Kalau dibilang sejak awal kemunculan Wahabi bermotif politis-kekuasaan, bisa saja. Namun, kita husnu-zhon (berbaik sangka) saja bahwa lahirnya aliran ini bermotif keagamaan. Hanya saja ada kepentingan-kepentingan yang memanfaatkan gerakan tersebut, termasuk kepentingan asing. Saya rasa, bukan hanya di Arab Saudi, di mana pun juga sama, baik pihak asing maupun dalam negeri pasti akan memanfaatkan setiap kesempatan.
Kabarnya, di balik kemunculan Wahabi juga ada motif adanya motif untuk menguasai minyak?
Dugaan itu tidak sepenuhnya salah tapi juga tidak benar seratus persen. Artinya, dugaan itu memang ada benarnya. Bahwa kemudian kemunculan Wahabi itu membuat umat Islam terpecah itu dapat kita rasakan. Saya masih teringat satu buku yang ditulis oleh Sholeh Al-Wardani asal Mesir berjudul ‘Fatwa-fatwa bin Baz’. Buku itu mengritisi fatwa-fatwa Grand Mufti (Juru Fatwa Agung) Saudi Arabia Abdul Aziz bin Baz yang mengeluarkan fatwa untuk berjihad ke Afghanistan.
Apanya yang aneh dari fatwa itu ?
Kenapa fatwa itu memerintahkan berjihad ke Afghanistan, kenapa tidak ke Palestina? Itu menjadi tanda tanya besar. Nah, di buku itu dianalisa dan diduga bahwa di balik fatwa itu ada dikte dan intervensi atau arahan dari kepentingan tertentu (asing).
Menurut Anda, ada kepentingan apa di balik fatwa itu?
Kader-kader Wahabi yang berjihad ke Afghanistan itu sebenarnya hasil rekayasa intelijen Eropa Barat untuk menghabisi pengaruh komunisme Eropa Timur di Afghanistan. Afghanistan menjadi lahan pertempuran dua ideologi; ideologi Barat dan ideologi Timur. Sepertiya betul kesimpulan Sholeh Al-Wardani yang mengatakan bahwa sepertinya ada tangan-tangan tertentu yang menunjuk dan mengarahkan fatwa jihad Wahabi itu.
Bagaimana pola aliran Wahabi yang berkembang di Indonesia?
Indonesia adalah negara yang wilayahnya subur. Ditanami apa saja tumbuh. Gerakan apa pun yang masuk ke Indonesia bisa cepat tumbuh, apalagi gerakan tersebut masuk dengan pola yang baik dan rapi. Dana mereka juga cukup banyak. Simpati dari para pemilik dana itu mengalir dari Timur Tengah (Saudi Arabia) dan mengalir sangat pesat, sehingga itu cukup memudahkan kerja keras mereka. Mereka bekerja sama dengan percetakan, media, dan radio. Itu modal bagi paham apapun untuk bisa masuk dan tumbuh berkembang di sini.
Muhammadiyah sering di identikkan dengan Wahabi. Apakah berdirinya Muhammadiyah juga bagian dari proyek Wahabi di Indonesia?
Kita tidak bisa mengatakan seratus persen seperti itu. Tapi yang bisa kita buktikan memang kiblat dari mayoritas pengikut Muhammadiyah itu adalah mazhab Ahmad bin Hambal, sebagaimana Wahabi. Dan madzab ini pusatnya di Arab Saudi. Tapi saya melihat tokoh Muhammadiyah seperti Ahmad Dahlan itu masih belum sampai bercorak Wahabi melainkan lebih tepat ke pengikut Hambali. Sebab, Ahmad Dahlan sangat toleran, berbeda dengan ciri-ciri Wahabi (yang tidak toleran kepada mazhab Islam lainnya).
Bagaimana dengan HTI, JI, NII, Ikhwanul Muslimin, dan PKS yang disebut-sebut berideologi Wahabi?
Wahabi berbeda dengan Ikhwanul Muslimin. Bahkan keduanya berpolemik dalam banyak permasalahan. Demikian juga dengan Hizbut Tahrir. Bahkan, HTI dan Ikhwanul Muslimin dikafirkan oleh pengikut Wahabi.
Apakah masuknya gerakan Wahabi ke Indonesia membawa misi untuk penguasaan politik dan ekonomi, sama halnya di Afghanistan dan Arab Saudi?
Menurut Mohammed Arkoun (pemikir Islam kontemporer Maroko), dalam sepuluh tahun ke depan, Indonesia akan menjadi negara Islam terbesar dan terkuat dunia. Nah, tidak menutup kemungkinan, dikirimnya virus-virus paham ekstrem itu ke Indonesia bertujuan untuk menghancurkan negara ini hingga tinggal nama saja. Virus itu memang sengaja disebar dan disuntikkan untuk melumpuhkan kebesaran bangsa ini.
Sumber : Indonesia Monitor, Edisi 61 Tahun II/26 Agustus – 1 September 2009
Berita Selanjutnya bisa dilihat disini:
Mari Kita Bandingkan Antara Syiah Yasir Al-Habib Londoni dan Wahabi Dengan Yahudi Sebagai Berikut:
Fatwa Genocida Palestina Oleh Rabbi Zionist dan Salafy Wahaby
Mendekati hari Al Quds pada jumat terakhir di bulan suci Ramadhan 1431H ini, Seorang Rabbi zionist telah membuat pernyataan yang kontroversial mengenai rakyat Palestina dan keberadaan mereka saat ia mengisi majelisnya di sebuah sinagog di kota jerusalem. Rabi tersebut berkata bahwa "Palestanian layak untuk di lenyapkan" sebagaimana seperti yang di lansir media media israel dan timur tengah ditengah upaya palsu mereka atas upaya perdamaian timur tengah.
Ovida Yosef berkata dengan lantang dan di siarkan media lokal bahwa : "Palestina dan para pemimpinnya harus di lenyapkan serta pantang bagi mereka untuk di kasihani"
Setelah sebelumnya dalam pernyataan terbukanya juga di tahun 2001 Rabi zionist ini juga mengatakan (bahasa halus menganjurkan) : "Adalah lebih baik bila kita kirimkan mereka rudal dan membinasakan mereka (rakyat palestina) karena mereka adalah masyarakat terkutuk"
Haaretz merekamnya :
Shas spiritual leader: Abbas and Palestinians should peris
Spiritual leader Rabbi Ovadia Yosef denounced upcoming peace talks with the Palestinians, which are set to start September 2 in Washington, and called for Palestinian Authority President Mahmoud Abbas to "perish from this world," Army Radio reported overnight Saturday.
"Abu Mazen and all these evil people should perish from this world," Rabbi Ovadia was quoted as saying during his weekly sermon at a synagogue near his Jerusalem home. "God should strike them with a plague, them and these Palestinians."
The Shas spiritual leader also called the Palestinians "evil, bitter enemies of Israel" during his speech, which is not the rabbi's first sermon to spark controversy.
In 2001, the spiritual leader of the ultra-Orthodox faction gave a speech in which he also called for Arabs' annihilation.
"It is forbidden to be merciful to them," he was quoted as saying. "You must send missiles to them and annihilate them. They are evil and damnable."
The Palestinian Authority had condemned the speech as racist and inciteful.
Meanwhile, Interior Minister Eli Yishai, also from Shas, earlier this week also remarked on the forthcoming peace talks with the Palestinians, saying that Shas would oppose extending the West Bank settlement building freeze due to expire in late September.
Yishai has suggested that Israel would continue construction in the main settlement blocs likely to remain part of Israel in the framework of a peace deal, but freeze construction in outposts or more remote settlements.
Namun yang menarik fatwa Anjuran ini sebelumnya juga di dukung oleh Ulamanya Wahaby Asy Syaikh Muqbil bin Haadi seorang ulama jebolan lajnah daimmah yang dilansir dari situs mereka salafy.or.id
Hamas adalah kelompok jihad yang menyimpang
Asy Syaikh Muqbil bin Haadi
Pertanyaan : Bagaimana pendapat Anda tentang kelompok Jihad Islam dan pergerakan Hamas di tanah Arab Palestina yang kini dijajah ?
Jawaban : (Maka Syaikh Muqbil menjawab dalam Tuhfatul Mujiib 145), "Semoga Allah merahmatinya, perihal Hamas, maka (Hamas) ini merupakan suatu Hizbi/Kelompok. Mereka tidak memerintahkan kebajikan dan mereka tidak mencegah dari kemungkaran. Justru mereka menyalahkan dan menghalangi Ahlus Sunnah.
Dan jika mereka menerima bantuan atau pertolongan, maka sungguh akan melakukan seperti yang dilakukan dalam Afghanistan (atas Ahlussunnah), dengan masing-masingnya memutar senjata mesin dan meriam mereka (Hamas) menyerang pada yang lain (Ahlusunnah).
Artikel asli :
(Artikel asli http://www.sahab.net/sahab/showthread.php?s=67a40fb39254725e880dec4bf1b75df6&threadid=295768. تحفة المجيب ص 145:)
Innalillah..
Kesimpulannya:
Bahwa Disini Keduanya Bukti Yang Kuat Antara Syiah Yasir Al-Habib Londoni dan Wahabi Sama-Sama Menghalalkan Darah Muslim (Genoksida) Sekaligus Pembantu Israel dan AS .
Wassalam
(Dari Berbagai Sumber/ABNS)
1. Demi Membantai Sunni dan Syiah Sebenarnya, Syiah Yasir Londoni Sok Sunnati dan Sok Ngaku Syiah
2. Syiah Yasir Menuduh Iran Dibilang Sesat dan Melaknat Ulama Iran, Sekarang Yang Terbaru Giliran Arab Saudi Menuduh Iran
3. Ibaratnya, saudara sendiri (Sunni & Syi'ah) saja kalian (wahabi salafi takfiri teroris isis) habisi, apalagi tetangga, kan? Hacker dan Blogger Indonesia Perangi Radikalisme..!!!!
4. Syiah Kloningan Yahudi Yang Sebenarnya Berasal Dari Yasir Al-Habib Dari Inggris (Syiah Versi Amerika). Berikut Jawaban Dari Kami Untuk Voa-Islam, Syiah Indonesia Dll
Siapa Sih Yasir Al-Habib????
Yasser Al-Habib
Sheikh Yasser Al-Habib
Tanggal lahir : 1979
Tempat tinggal: Kuwait
Nama lain : Yasser Yehia Abdulla Al-Habib
Agama : Syi'ah Islam (Syiah Yasiriah / Syiah Israeliyah)
Situs web : website resmi
Yasser Al-Habib (bahasa Arab: ياسر الحبيب) dilahirkan pada tahun 1977 yang berasal dari Kuwait. Dia adalah lulusan Ilmu Politik Universitas Kuwait. Pandangannya dalam beberapa isu mengenai agama Islam tergolong ekstrem, termasuk mengenai sejarah wafatnya Fatimah putri Nabi Muhammad. Dia kerap kali melayangkan kecaman kepada Abu Bakar, Umar serta Aisyah. Hujatan yang dilakukannya dalam sebuah ceramah tertutup ternyata tersebar dan membuatnya dipenjarakan oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003.
Belum setahun, ia dibebaskan, namun beberapa hari kemudian ditangkap lagi. Sebelum dijatuhi hukum inabsensia selama 25 tahun, ia meninggalkan Kuwait. Oleh karena tidak mendapat izin dari pemerintah Kuwait untuk pergi ke Irak dan Iran, dia mendapat suaka dari pemerintah Inggris.
Sejak berada di Kuwait, ia sudah memimpin organisasi Khaddam Al-Mahdi. Di Inggris, organisasi yang dia pimpin semakin berkembang; memiliki punya koran sendiri yang bernama Shia Newspaper, hauzah bernama Al-Imamain Al-Askariyin, majelis sendiri bernama Husainiah Sayid asy-Syuhada, yayasan dan juga website sendiri.
Hubungannya dengan Mesir dan Iran juga kurang harmonis. Dia kerap kali mengecam ulama rujukan sekelas Ayatullah Ali Khamenei bahkan tidak menganggapnya sebagai mujtahid dan marja’.[1]
____________________________________
Jawaban AHLUL BAIT NABI SAW untuk umat Islam sebagai berikut:
Sunni dan Syi'ah mau diadu domba, namun Persatuan Islam lah yang mampu menepisnya!!!
Lalu, Siapa Yasser al-Habib?
Saya ingat! Dulu seorang pengunjung blog memberi komentar mengenai tidak mungkinnya persatuan Syiah dan suni karena masih adanya caci-maki terhadap sahabat dan istri Nabi. Dalam komentarnya, dia juga memberi link sebuah video di YouTube untuk “membuktikan” klaim tersebut. Saya buka video tersebut dan judul awalnya adalah “YASIR AL-HABIB, di antara ulama Syiah yang terkemuka di abad 20.”
Saya sempat membalas komentarnya, begini, “Yasir Al-Habib? Ulama terkemuka abad 20? Terlalu berlebihan. Saya kasih contoh yang terkemuka: Ayatullah Khamenei, Ayatullah Sistani, Syekh Subhani, Husein Fadhlullah, dll.” Jadi siapa sih orang ini?
Yasser al-Habib, begitu ejaan dalam bahasa Inggrisnya, dilahirkan pada tahun 1979—masih muda untuk jadi ukuran ulama “terkemuka”—yang berasal dari Kuwait. Dia adalah lulusan Ilmu Politik Universitas Kuwait. Pandangannya dalam hal agama sangat ekstrim, termasuk mengenai sejarah wafatnya Fatimah putri Nabi saw. yang kerap kali kecaman dialamatkan kepada Khalifah Abu Bakar, Umar serta Ummulmukminin Aisyah ra. Makiannya yang dilakukan dalam sebuah ceramah tertutup ternyata tersebar dan membuatnya dipenjarakan oleh pemerintah Kuwait pada tahun 2003.
Belum setahun, ia dibebaskan di bawah pengampunan Amir Kuwait (menurut pengakuannya dia bertawasul kepada Abul Fadhl Abbas), namun beberapa hari kemudian ditangkap lagi. Sebelum dijatuhi hukum inabsensia selama 25 tahun, ia pergi meninggalkan Kuwait. Karena tidak mendapat izin dari pemerintahan untuk pergi ke Irak dan Iran, ia mendapat suaka dari pemerintah Inggris.
Sejak berada di Kuwait, ia sudah memimpin Organisasi Khaddam Al-Mahdi. Setelah mendapat suaka dari pemerintah Inggris, entah bagaimana organisasi semakin “makmur”. Punya kantor sendiri, punya koran sendiri yang bernama Shia Newspaper, hauzah (semacam pesantren) sendiri bernama Al-Imamain Al-Askariyin, majelis sendiri bernama Husainiah Sayid asy-Syuhada, yayasan dan juga website sendiri. Baru masuk Inggris udah hebat kan? Nah, karena hal semacam inilah beredar kabar bahwa ia mendapat dana dari pemerintah Inggris, tentu untuk menyebarkan pemikirannya yang bisa berdampak pada permusuhan umat muslim. Kita semakin curiga, karena pemerintah Kuwait berulang kali meminta agar Yasser al-Habib ditangkap tapi ditolak oleh Interpol.
Hubungannya dengan Mesir dan Iran juga sangat tidak harmonis. Kerap kali mengecam ulama rujukan sekelas Ayatullah Ali Khamenei bahkan tidak menganggapnya sebagai mujtahid dan marja’! Ia juga dituduh merusak makam Ayatullah Husaini Syirazi. Jadi bisa dikatakan bahwa Yasser al-Habib sangat tidak merepresentasikan pengikut mazhab Syiah apalagi ulamanya! Lalu, siapa Yasser al-Habib? Bukan siapa-siapa dan bukan orang penting.
Artikel lain yang patut dibaca mengenai rancangan CIA dalam menciptakan “ulama-ulama” palsu, baca di sini.
Konspirasi Anti-Syiah dan Adu Domba CIA
Oleh: M. Anis Maulachela
Sebuah buku berjudul “A Plan to Divide and Destroy the Theology” telah terbit di AS. Buku ini berisi wawancara detail dengan Dr. Michael Brant, mantan tangan kanan direktur CIA.
Dalam wawancara ini diungkapkan hal-hal yang sangat mengejutkan. Dikatakan bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta US dollar untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Dr. Michael Brant sendiri telah lama bertugas di bagian tersebut, akan tetapi ia kemudian dipecat dengan tuduhan korupsi dan penyelewengan jabatan.
Tampaknya dalam rangka balas dendam, ia membongkar rencana-rencana rahasia CIA ini. Brant berkata bahwa sejak beberapa abad silam dunia Islam berada di bawah kekuasaan negara-negara Barat. Meskipun kemudian sebagian besar negara-negara Islam ini sudah merdeka, akan tetapi negara-negara Barat tetap menguasai kebebasan, politik, pendidikan, dan budaya mereka, terutama sistem politik dan ekonomi mereka. Oleh sebab itu, meski telah merdeka dari penjajahan fisik, mereka masih banyak terikat kepada Barat.
Pada tahun 1979, kemenangan Revolusi Islam telah menggagalkan politik-politik kami. Pada mulanya Revolusi Islam ini dianggap hanya sebagai reaksi wajar dari politik-politik Syah Iran. Dan setelah Syah tersingkir, kami (AS) akan menempatkan lagi orang-orang kami di dalam pemerintahan Iran yang baru, sehingga kami akan dapat melanjutkan politik-politik kami di Iran.
Setelah kegagalan besar AS dalam dua tahun pertama (dikuasainya Kedubes AS di Teheran dan hancurnya pesawat-pesawat tempur AS di Tabas) dan setelah semakin meningkatnya kebangkitan Islam dan kebencian terhadap Barat, juga setelah munculnya pengaruh-pengaruh Revolusi Islam Iran di kalangan Syiah di berbagai negara–terutama Libanon, Irak, Kuwait, Bahrain, dan Pakistan–akhirnya para pejabat tinggi CIA menggelar pertemuan besar yang disertai pula oleh wakil-wakil dari Badan Intelijen Inggris. Inggris dikenal telah memiliki pengalaman luas dalam berurusan dengan negara-negara ini.
Dalam pertemuan tersebut, kami sampai pada beberapa kesimpulan, di antaranya bahwa Revolusi Islam Iran bukan sekadar reaksi alami dari politik Syah Iran. Tetapi, terdapat berbagai faktor dan hakikat lain, di mana faktor terkuatnya adalah adanya kepemimpinan politik marja’iyah (kepemimpinan agama) dan syahidnya Husain, cucu Rasulullah, 1400 tahun lalu, yang hingga kini masih tetap diperingati oleh kaum Syiah melalui upacara-upacara kesedihan secara luas. Sesungguhnya dua faktor ini yang membuat Syiah lebih aktif dibanding Muslimin lainnya.
Dalam pertemuan CIA itu, telah diputuskan bahwa sebuah lembaga independen akan didirikan untuk mempelajari Islam Syiah secara khusus dan menyusun strategi dalam menghadapi Syiah. Bujet awal sebesar 40 juta US dolar juga telah disediakan. Untuk penyempurnaan proyek ini, ada tiga tahap program:
Pengumpulan informasi tentang Syiah, markas-markas dan jumlah lengkap pengikutnya.
Program-program jangka pendek: propaganda anti-Syiah, mencetuskan permusuhan dan bentrokan besar antara Syiah dan Sunni dalam rangka membenturkan Syiah dengan Sunni yang merupakan mayoritas Muslim, lalu menarik mereka (kaum Syiah) kepada AS.
Program-program jangka panjang: demi merealisasikan tahap pertama, CIA telah mengutus para peneliti ke seluruh dunia, di mana enam orang dari mereka telah diutus ke Pakistan, untuk mengadakan penelitian tentang upacara kesedihan bulan Muharram. Para peneliti CIA ini harus mendapatkan jawaban bagi soal-soal berikut:
1. Di kawasan dunia manakah kaum Syiah tinggal, dan berapa jumlah mereka?
2. Bagaimanakah status sosial-ekonomi kaum Syiah, dan apa perbedaan-perbedaan di antara mereka?
3. Bagaimanakah cara untuk menciptakan pertentangan internal di kalangan Syiah?
4. Bagaimanakah cara memperbesar perpecahan antara Syiah dan Sunni?
5. Mengapa mereka kuatir terhadap Syiah?
Dr. Michael Brant berkata bahwa setelah melalui berbagai polling tahap pertama dan setelah terkumpulnya informasi tentang pengikut Syiah di berbagai negara, didapat poin-poin yang disepakati, sebagai berikut:
Para marja’ Syiah adalah sumber utama kekuatan mazhab ini, yang di setiap zaman selalu melindungi mazhab Syiah dan menjaga sendi-sendinya. Dalam sejarah panjang Syiah, kaum ulama (para marja’) tidak pernah menyatakan baiat (kesetiaan) kepada penguasa yang tidak Islami. Akibat fatwa Ayatullah Syirazi, marja’ Syiah saat itu, Inggris tidak mampu bertahan di Iran.
Di Irak yang merupakan pusat terbesar ilmu-ilmu Syiah, Saddam dengan segala kekuatan dan segenap usaha tidak mampu membasmi Syiah. Pada akhirnya, ia terpaksa mengakhiri usahanya itu.
Ketika semua pusat ilmu lain di dunia selalu mengambil langkah beriringan dengan para penguasa, Hauzah Ilmiyah Qom justru menggulung singgasana kerajaan tirani Syah.
Di Libanon, Ayatullah Musa Shadr memaksa pasukan militer Inggris, Perancis, dan Israel melarikan diri. Keberadaan Israel juga terancam oleh sang Ayatullah dalam bentuk Hizbullah.
Setelah semua penelitian ini, kami sampai pada kesimpulan bahwa berbenturan langsung dengan Syiah akan banyak menimbulkan kerugian, dan kemungkinan menang atas mereka sangat kecil.
Oleh sebab itu, kami mesti bekerja di balik layar. Sebagai ganti slogan lama Inggris: “Pecah-belah dan Kuasai” (Divide and Rule), kami memiliki slogan baru: “Pecah-belah dan Musnahkan” (Divide and Annihilate).
Rencana mereka sebagai berikut:
1. Mendorong kelompok-kelompok yang membenci Syiah untuk melancarkan aksi-aksi anti-Syiah.
2. Memanfaatkan propaganda negatif terhadap Syiah, untuk mengisolasi mereka dari masyarakat Muslim lainnya.
3. Mencetak buku-buku yang menghasut Syiah.
4. Ketika kuantitas kelompok anti-Syiah meningkat, gunakan mereka sebagai senjata melawan Syiah (contohnya: Taliban di Afghanistan dan Sipah-e Sahabah di Pakistan).
5. Menyebarkan propaganda palsu tentang para Marja dan ulama Syiah.
Orang-orang Syiah selalu berkumpul untuk memperingati tragedi Karbala. Dalam peringatan itu, seorang akan berceramah dan menguraikan sejarah tragedi Karbala, dan hadirin pun mendengarkannya. Lalu mereka akan memukul dada dan melakukan ‘upacara kesedihan’ (azadari). Penceramah dan para pendengar ini sangat penting bagi kita. Karena, azadari-azadari seperti inilah yang selalu menciptakan semangat menggelora kaum Syiah dan mendorong mereka untuk selalu siap memerangi kebatilan demi menegakkan kebenaran. Untuk itu:
Kita harus mendapatkan orang-orang Syiah yang materialistis dan memiliki akidah lemah, tetapi memiliki kemasyhuran dan kata-kata yang berpengaruh. Karena, melalui orang-orang inilah kita bisa menyusup ke dalam upacara-upacara azadari (wafat para Imam Ahlul Bait).
Mencetak atau menguasai para penceramah yang tidak begitu banyak mengetahui akidah Syiah.
Mencari sejumlah orang Syiah yang butuh duit, lalu memanfaatkan mereka untuk kampanye anti-Syiah. Sehingga, melalui tulisan-tulisan, mereka akan melemahkan fondasi-fondasi Syiah dan melemparkan kesalahan kepada para Marja dan ulama Syiah.
Memunculkan praktik-praktik azadari yang tidak sesuai dan bertentangan dengan ajaran Syiah yang sebenarnya.
Tampilkan praktik azadari (seburuk mungkin), sehingga muncul kesan bahwa orang-orang Syiah ini adalah sekelompok orang dungu, penuh khurafat, yang di bulan Muharram melakukan hal-hal yang mengganggu orang lain.
Untuk menyukseskan semua rencana itu harus disediakan dana besar, termasuk mencetak penceramah-penceram ah yang dapat menistakan praktik azadari. Sehingga, mazhab Syiah yang berbasis logika itu dapat ditampilkan sebagai sesuatu yang tidak logis dan palsu. Hal ini akan memunculkan kesulitan dan perpecahan di antara mereka.
Jika sudah demikian, tinggal kita kerahkan sedikit kekuatan untuk membasmi mereka secara tuntas.
Kucurkan dana besar untuk mempropagandakan informasi palsu.
Berbagai topik anti-Marjaiyah harus disusun, lalu diserahkan kepada para penulis bayaran untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Marja’iyah, yang merupakan pusat kekuatan Syiah, harus dimusnahkan. Akibatnya, para pengikut Syiah akan bertebaran tanpa arah, sehingga mudah untuk menghancurkan mereka.
Lihat: Victory News Magazine
________________________________________
Tidak boleh saling meng-kafirkan karena perbedaan
Dosen Sosiologi Peneliti Syiah di Indonesia dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Dr. Zulkifli, mengatakan sulit memberikan fatwa haram kepada Syiah di Indonesia. “Paham Syiah tidak bisa dibuat fatwa haram karena tidak menyentuh sisi fundamental keislaman di indonesia,” kata doktor lulusan Leiden University itu kepada sebuah media di Jakarta, Rabu, (25/1), dalam seminar “Membincang Syiah di Indonesia”. Karena itu, ia meminta Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat harus berhati-hati dalam memutuskan fatwa Syiah. Karena kecenderungan paham syiah terus dipolitisasi untuk memenangkan dominasi sunni. (REPUBLIKA.CO.ID, Jakarta, Rabu, 25 Januari 2012 14:40 WIB). Perbedaan keagamaan dalam tubuh umat Islam, seperti antara Sunni dan Syiah merupakan keniscayaan yang tidak perlu menjadi konflik dengan kekerasan. “Keberagaman pandangan merupakan cermin bagi dinamika intelektualitas dan rasionalitas Islam sebagai agama yang bersifat universal dan responsif terhadap berbagai perkembangan”, kata KH Dr Muchlis M Hanafi MA dalam seminar “Mutiara-mutiara Al Qur’an dalam Kemelut Kekinian” yang berlangsung pada Selasa (31/1/2012) di Jakarta Islamic Centre (JIC).
Jauh sebelumnya, sudah ada deklarasi yang dikeluarkan oleh Konferensi Islam Internasional di Amman dengan tema “Islam Hakiki dan Perannya dalam Masyarakat Modern” yang mengundang 200 ulama terkemuka dunia dari 50 negara, di antaranya Dr. Muhammad Sa’id Ramadan Al-Buthi, Prof. Dr. Syaik Yusuf Qardhawi, Prof. Dr. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syeikh Ali Jum’ah, dan KH Ahmad Hasyim Muzadi, di Yordania pada 4-6 Juni 2005 (http://www.kingabdullah.jo/ main2.php?page_id=464), dan ditegaskan kembali dalam keputusan dan rekomendasi Sidang ke-17 Majma al-Fiqh al-Islam (lembaga di bawah Organisasi Konferensi Islam/OKI) di Yordania 24-26 Juni 2006, yang menyatakan tidak mengkafirkan setiap Muslim yang mengikuti salah satu dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i, Hanbali (empat mazhab Ahlussunah wal Jamaah), Ja’fari, Zaidiyah (dua mazhab Syiah), Ibadhiyah, dan Zhahiriyah. Demikian pula tidak boleh mengafirkan kelompok Muslim lain yang beriman kepada Allah, Rasul-Nya, rukun iman, menghormati rukun Islam, dan tidak mengingkari pokok-pokok ajaran agama (al-ma’lum min al-din bi al-dharurah). Penyatuan mazhab-mazhab tersebut mengingat sangat banyak persamaannya dalam segi prinsipil, dibandingkan dengan perbedaannya yang hanya menyangkut segi hal teknis (furu’iyyah). (http://sunnisyiah.blogspot.com/2011/03/risalah-amman.html)
Dalam sebuah situs webnya (www.fpi.or.id), Senin, 15 Februari 2010 lalu, DPP Front Pembela Islam (FPI), yang menempatkan diri sebagai ‘polisi’ agama di Indonesia, telah mengeluarkan pernyataan sikapnya terkait paham Syiah di Indonesia. FPI mengkafirkan dua golongan Syiah yang sudah menyimpang dari Ushuluddin yang disepakati semua Mazhab Islam, yaitu: (1) Syiah Ghulat yang menuhankan, maupun menabikan, Ali bin Abi Thalib dan meyakini Al-Qur’an sudah di-tahrif (dirubah, ditambah dan dikurangi), dan (2) Syiah Rafidhah yang tidak berkeyakinan seperti Ghulat, tapi melakukan penghinaan/penistaan/pelecehan secara terbuka, baik lisan atau pun tulisan, terhadap para Sahabat Nabi SAW (Abu Bakar dan Umar), atau terhadap para isteri Nabi Muhammad SAW (Aisyah dan Hafshah).
Sedangkan Syiah Mu’tadilah yang tidak berkeyakinan Ghulat, dan tidak bersikap Rafidhah, mereka hanya mengutamakan Ali bin Abi Thalib di atas sahabat yang lain, dan lebih mengutamakan riwayat ahlul bait (keturunan Nabi SAW) daripada riwayat yang lain, mereka tetap menghormati para sahabat Nabi SAW, hanya saja mereka tidak segan-segan mengajukan kritik terhadap sejumlah sahabat secara ilmiah dan elegan. Kelompok Syiah golongan ketiga inilah yang disebut oleh Prof. DR. Muhammad Sa’id Al-Buthi, Prof. DR. Yusuf Qardhawi, Prof. DR. Wahbah Az-Zuhaili, Mufti Mesir Syeikh Ali Jum’ah dan lainnya, sebagai salah satu Mazhab Islam yang diakui dan mesti dihormati, dihadapi dengan da’wah, dan dialog, bukan dimusuhi (http://www.voa-islam.com/ news/indonesiana/2012 /01/03/17280/fpi-syiah-yang-sesat-menuhankan-ali-meyakini-quran-palsu-dan-mengafirkan-shahabat/).
Masalahnya, tidak jelas apakah Syiah yang diserang di Sampang itu memang pasti sesat? Kalau anggota IJABI, menurut pengamatan intelijen, gerakan Syiah di Indonesia tersebut berusaha mengkonsolidasikan semua yayasan Syiah untuk meminimalisir perbedaan agar keberadaannya diterima oleh kalangan Muslim Indonesia untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial. Memang ada program lain dari mereka yang membuat bisa dicurigai pihak intelijen, yaitu berupaya mendirikan Marja al Taqlid, sebuah institusi agama yang sangat terpusat (marjaiyah, kepemimpinan agama), yang diisi oleh ulama-ulama syiah terkemuka, dan memiliki otoritas penuh untuk pembentukan pemerintah dan konstitusi Islam (Gerakan Islam Transnasional dan Pengaruhnya di Indonesia, di-release dan diedarkan oleh BIN). Hampir sama nadanya, fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang ditetapkan di Jakarta tanggal 7 Maret 1984 M (4 Jumadil Akhir 1404 H) mengingatkan agar meningkatkan kewaspadaan terhadap kemungkinan masuknya faham yang didasarkan atas ajaran Syi’ah, karena adanya perbedaan-perbedaan pokok antara Syi’ah dan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, terutama mengenai perbedaan tentang “Imamah” (pemerintahan). (http://www.voa-islam.com/ news/indonesiana/2012/ 01/04/17291/ waspadai-para-tokoh-pembela-sekte-sesat-syiah-ini/)
Hal itu diterima, karena gerakan Syiah politik melawan penguasa otoriter yang pro Barat di kawasan Timur Tengah sedang marak berlangsung. Terakhir demo di Arab Saudi, negara dengan sistem monarki yang sangat kuat, telah berlangsung sejak Februari 2011 diawali dengan kelompok Syiah, minoritas di Saudi, menuntut kebebasan lebih bagi warga Syiah dalam menjalankan hak-hak beragama mereka. Aksi demo yang terjadi di tengah maraknya seruan melalui facebook, bisa jadi sebagai kelanjutan dari Musim Semi Arab (Arab Spring). Dua pemerintahan di Timur Tengah, Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Al dan Presiden Mesir Hosni Mubarak, sudah tumbang di tangan rakyatnya sendiri (http://makassar.tribunnews.com/2011/03/06/rakyat-arab-saudi-demo-raja).
JALALUDDIN RAKHMAT DALAM SEBUAH COVER BUKUNYA. “Jalaluddin Rakhmat menyebutkan Amerika Serikat (AS) berada dibalik kerusuhan Syiah di Madura. Kepentingan Amerika Serikat ikut andil dalam beberapa konflik agama di dunia, termasuk di Indonesia, muncul pasca revolusi Iran yang selalu menentang negara adikuasa tersebut”.
Siapa di balik perpecahan Sunni-Syiah ini?
Karena itu, siapa sebenarnya yang mengambil keuntungan dari perpecahan Sunni-Syiah di Indonesia sekarang ini? Dalam sebuah kesempatan di Sekretariat IJABI, Kemang, Jakarta, Sabtu (31/11/2011), Jalaluddin Rakhmat menyebutkan Amerika Serikat (AS) berada dibalik kerusuhan Syiah di Madura. Kepentingan Amerika Serikat ikut andil dalam beberapa konflik agama di dunia, termasuk di Indonesia, muncul pasca revolusi Iran yang selalu menentang negara adikuasa tersebut.“Jadi dalam hal ini Amerika berperan dalam konflik agama di Indonesia,” ungkap Kang Jalal –sapaan akrab Jalaluddin Rakhmat– seperti dikutip Liputan.com (http://www.fimadani.com/tokoh-syiah-amerika-berperan-dalam-konflik-sunni-syiah/)
Pendapat lain, muncul dari pengamat intelejen AC Manullang, yang mengatakan bahwa konflik di Sampang, yang mengakibatkan terbakarnya pesantren milik Syiah, tidak bisa dilepaskan dari persaingan Amerika Serikat dan China dalam memperebutkan gas di Madura. “Saya menduga, konflik ini bukan hanya faktor perselisihan Sunni-Syiah, tetapi ada kepentingan besar yang menginginkan Madura menjadi tempat konflik, karena saat ini, China sudah menguasai kawasan ini terutama sektor gas,” kata pengamat intelijen, AC Manullang seperti diwartakan sebuah situs berita, Selasa, 3 Januari 2012 (www.itoday.co.id). AC Manullang mensinyalir Amerika tidak suka keberadaan Cina yang sudah menguasai sumber gas di Madura. Selain itu, pada kesempatan lain Manullang mengatakan berdasarkan pengamatannya, intelijen asing Amerika, yakni Central Intelligence Agency (CIA), selalu memainkan isu-isu yang berbau Islam untuk menguji panas dinginnya politik di Indonesia (https://www.arrahmah.com/%20read/2012/01/09/%2017324-ac-manullang-dari-pertarungan-faksi-gam-%20hingga-keterlibatan-cia.html).
Dr. Michael Brant, mantan tangan kanan direktur CIA Bob Woodwards, mengungkapkan dalam sebuah buku berjudul “A Plan to Divide and Destroy the Theology”, bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta USD untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Brant sendiri telah lama bertugas di bagian tersebut, akan tetapi ia kemudian dipecat dengan tuduhan korupsi dan penyelewengan jabatan. Menurut Brant, kemenangan Revolusi Iran tahun 1979 telah menggagalkan politik-politik Barat yang sebelumnya menguasai kawasan negara Islam. Pada mulanya Revolusi Iran itu dianggap hanya sebagai reaksi wajar terhadap politik Syah Iran. Dan setelah Syah tersingkir, Amerika berusaha lagi untuk menempatkan orang-orang mereka di dalam pemerintahan Iran yang baru agar dapat melanjutkan politiknya di negara salah satu penghasil minyak terbesar, setelah Saudi Arabia, Rusia, dan Libya.
Setelah kegagalan besar yang dialami Amerika dalam dua tahun pertama, dikuasainya Kedubes di Teheran dan hancurnya pesawat-pesawat tempur AS di Tabas, dan setelah semakin meningkatnya kebangkitan Islam dan kebencian terhadap Barat, juga setelah munculnya pengaruh-pengaruh Revolusi Iran di kalangan Syiah di berbagai negara –terutama Libanon, Irak, Kuwait, Bahrain, dan Pakistan– akhirnya para pejabat tinggi CIA menggelar pertemuan besar yang disertai pula oleh wakil-wakil dari Badan Intelijen Inggris. Inggris dikenal telah memiliki pengalaman luas dalam berurusan dengan negara-negara Arab itu.
Dalam pertemuan tersebut, Amerika sampai pada beberapa kesimpulan, di antaranya, bahwa Revolusi Iran bukan sekadar reaksi alami dari politik Syah Iran. Tetapi, terdapat berbagai faktor dan hakikat lain, di mana faktor terkuatnya adalah adanya sistem kepemimpinan politik berdasarkan agama (marjaiyah) dan ikatan melalui peringatan syahidnya Husein, cucu Rasulullah SAW, 1400 tahun lalu, yang diperingati oleh kaum Syiah secara meluas melalui upacara-upacara kesedihan. Sesungguhnya dua faktor ini yang membuat Syiah lebih aktif dibanding Muslimin lainnya. Dalam pertemuan CIA itu, telah diputuskan bahwa sebuah lembaga independen akan didirikan untuk mempelajari Islam Syiah secara khusus dan menyusun strategi dalam menghadapinya (http://www.victorynewsmagazine.com/ConspiracyAgainstJaffariSchoolofThoughtRevealed.htm).
Dengan itu, bisakah disimpulkan ada konspirasi global yang dipandu oleh Amerika, sebagai negara adikuasa yang merasa menjadi polisi dunia, untuk menghancurkan Islam secara sistematis dan terorganisir di seluruh dunia, termasuk Indonesia, agar bisa menguasai sepenuhnya kawasan yang mempunyai aset ekonomi berupa minyak dan gas, seperti Aceh, Madura dan Papua?
Masalahnya, kita memang mudah dihasut dengan menyebarkan perbedaan kecil yang bisa menjadi sumber kesalahpahaman penyulut kerusuhan massa. Seperti kata pepatah, “Tungau (kutu yang sangat kecil) di seberang laut nampak, gajah di pelupuk mata tidak nampak”. Banyak sekali persamaannya antara Sunni dan Syiah, walaupun ada perbedaannya, mengapa harus menjadi masalah? Mungkin, karena kita senang berdebat yang cenderung menegakkan benang basah, untuk membenarkan pendapat sendiri selalu berusaha mencari kesalahan orang lain. Sebaiknya hentikan polemik antara tokoh-tokoh Sunni dengan Syiah mengenai kehebatan paham mereka masing-masing. Lebih baik berlomba dalam kebaikan memperbaiki kondisi umat yang sedang terpuruk sekarang ini, setelah ditinggalkan oleh para penjabat yang lebih senang memperhatikan kepentingan partainya sendiri.
-Tulisan ini disusun untuk sociopolitica, oleh Syamsir Alam, mantan aktivis mahasiswa era Orde Baru yang sudah lama mengubur ‘kapak perperangan’, tergerak untuk menggalinya kembali setelah melihat karut-marut situasi politik sekarang.
_________________________________________
Selanjutnya Wahabi sebagai berikut:
TERBONGKAR ! Achmad Zein Alkaf albayyinat Tuduh MUI, NU, Muhamadiyyah, FPI, satu islam, Said Agil Siraj, Gus Dur, syiahali Kafir. GERAKAN ANTI SYIAH ITU ADA KAITANNYA DENGAN DANA YANG DIKUCURKAN DARI PUSAT WAHABI/SALAFI, SAUDI ARABIA
Kita lihat Sejenak Video ini:
Pandangan Prof. DR. KH. Aqil Siradj Tentang Syiah
Said Aqil Siroj
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menilai aliran Islam Syiah secara umum bukan merupakan aliran sesat. “Tidak sesat, hanya berbeda dengan kita,” kata Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj, di kantor kepresidenan, Jakarta, Selasa 28 Agustus 2012.Menurut dia, Syiah merupakan salah satu sekte Islam yang sudah ada sejak 14 abad lalu. Sekte ini pun ada di berbagai belahan bumi, termasuk Indonesia. “Pusatnya memang di Iran,” ujar Said.
Dalam pertemuan-pertemuan resminya KH. Aqil Siradj sering mengutip pernyataan pendahulunya Al-Marhum KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur): “NU (Nahdhatul Ulama itu Syiah minus Imamah, dan Syiah itu NU plus Imamah.” Terlalu banyak kesamaan NU dan Syiah. Bahkan peran dan posisi kiyai dalam tradisi NU sangat mirip dengan peran dan posisi Imam dalam tradisi Syiah. Hanya, di NU konsep itu hadir dalam wujud budaya, sementara di Syiah dalam bentuk teologi. Ini substansi pernyataan Gus Dur di atas
Tetapi yang sangat memprihatinkan, adalah tindak kekerasan terhadap muslim syiah di Sampang Madura, salah satu basis NU. Sebuah pesantren Syiah dibakar massa karena aliran itu dinilai sebagai ajaran sesat. Tindak serupa ini bukan yang pertama, baik di Madura maupun di daerah lain di provinsi yang sama, Jawa Timur. Sebelumnya, di Bondowoso, dan Bangil (Pasuruan) pernah terjadi penyerangan terhadap muslim Syiah. (rakyatmerdeka.co.id/news)
ANALISA DAN PERTANYAAN
Jika pernyataan Gus Dur itu salah tentu Aqil Siradj sebagai seorang Ulama dan tokoh Muslim yang menyandang gelar akademis Prof. DR, tidak akan mengutipnya dalam pertemuan-pertemuan resminya.
Mengapa sebagian kiyai NU bahkan yang bergelar Habib yang mengatas namakan ulama NU dan Ahlussunnah wal-Jama’ah, misalnya Tohir Alkaf dan Zen Alkaf, mereka anti syiah, dan menyatakan bahwa Syiah itu sesat bukan mazhab dalam Islam?
Kita mengetahui umumnya alumni dari Saudi Arabia, mereka anti Syiah. Beda halnya Prof. DR. KH. Aqil Siradj, beliau juga alumni Saudi, gelar doktornya ia raih dari Universitas Ummul Qura Saudi. Dengan keluasan ilmunya beliau tidak anti Syiah, bahkan beliau menginginkan persatuan Sunni dan Syiah. Beda halnya alumni yang lain anti Syiah. Itu menunjukkan kesempitan wawasan dan kedangkalan ilmunya.
Secara logis, rasional dan akademis jelas bahwa kiyai NU yang anti Syiah, wawasan dan ilmu keislaman jauh berada di bawah Prof. DR. KH. Aqil Siradj. Semoga Allah SWT merahmati dan memanjang umurnya, amin ya Rabbal ‘alamin.
Sebenarnya apa motif yang mendorong mereka anti Syiah, khususnya Tohir Al-Kaf dan Zen Alkaf dengan yayasan Al-Bayyinatnya? Sungguh memalukan dan membuat sedih Rasulullah SAW, seorang yang mengaku keturunan Nabi SAW dan menyandang gelar “Habib” menbenci para pengikut daduk-datuknya. Layakkah mereka menyandang gelar “Habib” (kekasih Allah)?
Apakah semangat anti syiah itu ada kaitannya dengan dana yang dikucurkan dari pusat wahabi/Salafi, Saudi Arabia?
Jawabannya yang jelas searching di GOOGLE: “Saudi Gelontorkan Dana Besar Dukung Wahabi Lawan Revolusi Mesir”.
SUNNI DAN SYIAH BERSAUDARA
Topik ini penting kita renungkan baik-baik.Prof. DR KH. Said Agil Siradj, Ketua Umum PB NU, menegaskan bahwa selama ini Madura memiliki preseden positif soal hubungan antara muslim Sunni dan Syiah. Ia mensinyalir kejadian ini diletupkan pihak ketiga yang ingin merusak keharmonisan tersebut.
Sunni-Syiah bersaudara Secara substansial, hubungan antara muslim Sunni dan Syiah tidak memiliki rintangan signifikan bagi terjalinnya keharmonisan. Karena dua mazhab dalam Islam ini justru memiliki banyak titik kesamaan ketimbang perbedaan. Teologi Syiah dan Sunni tidak memiliki perbedaan mendasar
Baik dalam hal konsep ketuhanan (tauhid), kenabian, kitab suci Al-Quran, maupun kepercayaan akan hari akhir dan persoalan teologis lainnya. Ini bisa dirujuk pada literatur teologi dan juga filsafat dari keduanya. Bahkan keduanya sering dipertemukan pada tokoh yang sama dengan pemikiran yang sepaham.
“Nahdlatul Ulama (NU) itu Syiah minus Imamah. Syiah itu NU plus Imamah.” Demikian pernyataan populer almarhum Abdurrahman Wahid (Gus Dur), cendekiawan NU. Terlalu banyak kesamaan antara NU dan Syiah. Bahkan peran dan posisi kiai dalam tradisi NU sangat mirip dengan peran dan posisi Imam dalam tradisi Syiah. Hanya, di NU konsep itu hadir dalam wujud budaya, sementara di Syiah dalam bentuk teologi. Ini substansi pernyataan Gus Dur di atas.
Tentu bukan tanpa alasan steatment di atas dilontarkan, karena NU dan Syiah secara budaya memiliki banyak kesamaan. Di Indonesia sendiri tak dapat dipastikan apakah Sunni atau Syiah yang datang terlebih dahulu, sebagaimana madzhab leluhur para habaib di Hadramaut yang masih diperdebatkan, apakah Sunni atau Syiah.Tapi, yang pasti, kajian tentang Syiah di Indonesia telah dilakukan oleh para ahli dan pengamat sejarah. Dan sebagian besar di antaranya bahwa orang2 Persia -yang pernah tinggal di Gujarat- yang berpaham Syiah-lah yang pertama kali menyebarkan Islam di Indonesia.
Pimpinan besar Nahdlatul Ulama dinilai lebih berwibawa
Sehingga tak heran jika tradisi serta budaya Syiah demikian kental terasa di daerah Aceh dan sekitarnya (baca: sebagian Sumatera). Sebagai contoh adalah perayaan Hoyak Tabuik di daerah Pariaman Sumatera Barat. Konon perayaan ini pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Burhanudin Ulakan atau yang terkenal dengan Imam Senggolo pada tahun 1685 M. Perayaan ini dimulai dari hari pertama bulan Muharram hingga hari yang kesepuluh. Dan puncak dari perayaan tersebut ialah prosesi mengarak usungan (tabut) yang dilambangkan sebagai keranda Imam Husain, cucu Nabi yang gugur di Padang Karbala.
Tradisi Syiah di Indonesia tidak hanya kita temukan di daerah Sumatera dan sekitarnya, melainkan juga di tanah Jawa. Di Jogjakarta, misalnya, kita menemukan tradisi “grebek suro”. Menurut sebagian masyarakat Jawa, bulan Suro (Muharram) adalah bulan yang penuh dengan kenahasan, karenanya mereka enderung berpantang untuk menggelar perayaan nikah atau membangun rumah pada bulan tersebut. Dan untuk menebus segala kesialan itu, mereka mengadakan upacara Grebeg Suro. Semua itu sebagai bias langsung dari gugurnya Imam Husain di Padang Karbala.
Sedangkan di daerah saya sendiri, Sunda/Priangan, pada bulan Suro masyarakat biasanya menyambut kedatangan bulan Suro dengan tradisi “Asyura’an” (10 Muharram). Dan dalam tradisi tersebut, biasanya dihidangkan bubur “beureum” (merah) dan bubur “bodas” (putih), sebagai perlambang darah dan kesucian Imam Husain yang terbunuh di Padang Karbala. Bahkan orang tua penulis berpuasa sunnah pada hari tersebut.
Belum lagi tradisi2 keagamaan di Indonesia, seperti Marhaba, Shalawatan, Tahlil Arwah, Haul, Kenduri, yang sangat terasa adanya unsur budaya Syiah di sana. Kenduri, misalnya, adalah tradisi khas Campa yang jelas-jelas terpengaruh faham Syi`ah. Bahkan, katanya, istilah kenduri itu sendiri jelas-jelas menunjuk kepada pengaruh Syi`ah karena dipungut dari bahasa Persia, yakni Kanduri yang berarti upacara makan-makan memperingati Fatimah Az Zahroh, puteri Nabi Muhammad SAW.
Agaknya masih banyak tradisi khas syiah yang diadopsi oleh masyarakat Indonesia, seperti dari cerita2 kepahlawan Nabi atau di Sunda terkenal cerita tentang Tongkat Ali dan Rumput Fatimah, namun karena keterbatasan ruang, waktu serta literatur yang terbatas sehingga saya mencukupkan hingga di sini. Tetapi, tidak menutup kemungkinan bahwa masih banyak tradisi Syiah yang tak tercatat atau belum terlacak oleh para pakar sejarah.
Diketemukannya beberapa tradisi Syiah sekaligus pertanda bahwa Syiah bukanlah hal yang baru di Nusantara. Walaupun kita boleh tidak menyepakati fikih dan teologi Syiah, tetapi tradisi keberagamaan di Indonesia mempunyai kesamaan dengan tradisi yang sering dilakukan oleh Muslim Syiah. Dan itu kiranya menambah kaya ragam khazanah budaya Indonesia.
saat dipimpin Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Aura kepemimpinan Gus Dur terasa betul. Sepatah kata yang diucapkannya terkait keberadaan minoritas, termasuk terhadap keberadaan Syiah, langsung diikuti oleh Nahdliyin. Hal tersebut beda dengan pimpinan NU setelahnya.
Demikian disampaikan Ketua Dewan Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (Ijabi) Jalaludin Rahmat saat konferensi pers terkait penyerangan jamaah Syiah di Sampang, Madura, di Kantor Ijabi, Kemang, Jakarta Selatan (Sabtu, 31/12).
“Tanpa mencoba merendahkan pimpinan setelah Gus Dur, sekali Gus Dur mengatakan A, seluruh Nahdliyin di daerah mengikutnya,” beber Jalal.
Jalal menuturkan, pengkut Syiah aman betul di zaman Gus Dur memimpin NU. Di zaman itu, Gus Dur mengatakan bahwa Syiah tidak sesat. Bahkan ia memerintahkan agar Nahdliyin menjaga dan melindungi pengikut Syiah. GP Anshor diperintahkan Gus Dur melindungi jamaah Syiah.
“Yang terjadi setelah Gus Dur, NU beraksi hanya setelah ada kekerasan terjadi, dan hanya mengatakan mengecam dan menyesalkan atas kejadian. Tidak beraksi riil secara organisasi sampai ke jenjang bawah,” kata dia.
Jalal mengimbau agar pimpinan NU sekarang bisa membuat semua Nahdliyin turut mengikuti bagaiman keputusan NU yang mengatakan Syiah tidak sesat dan menghormati minoritas
Sangat menarik bahwa ternyata, secara kultural, banyak tradisi keislaman yang dipraktekkan di Indonesia memiliki akar pada ajaran dan tradisi Syiah. Tradisi Tabok dan peringatan bulan Muharam adalah salah satu contohnya. Tradisi ini sudah berkolaborasi dalam berbagai budaya: Jawa, Sulawesi, maupun Sumatera. Pada tanggal 10 Muharam, kita bisa melihat gelaran tradisi tersebut dalam berbagai wajah budaya, namun satu substansi. Artinya, secara kultural masyarakat Indonesia memiliki ikatan sosiologis dan historis yang kuat dengan ajaran Syiah.
Tradisi-tradisi tersebut menunjukkan: pertama, bahwa di Indonesia pada dasarnya sudah terjalin harmoni yang kuat dan berlangsung berabad-abad antara Sunni dan Syiah. Demikian kuatnya hingga menyatu dalam sebuah tradisi bersama. Kedua, budaya adalah medium yang paling efektif sebagai pintu dialog dan harmoni.
Sejauh ini, jalinan dialog dan harmoni Syiah-Sunni kurang memaksimalkan perangkat budaya sebagai mediumnya. Padahal dalam budayalah kita menemukan jejak-jejak harmoni antara muslim Sunni dan Syiah Indonesia.
KESIMPULAN
1. Jika Sunni dan Syiah secara berabad hidup rukun dan damai, mengapa belakangan ini terjadi serangan yang tajam terhadap Syiah? Menyesatkan, mengkafirkan, ada apa sebenarnya?
2. Jika kita searching di Google, kita akan dapatkan banyak sekali informasi bahwa pihak-pihak wahabi/salafi dan antek-anteknya ingin memporak-porandakan hubungan harmonis Sunni dan Syiah.
3. Selain faktor karena dana yang mengucur dari Saudi Arabia, ada scenario besar yang ingin memecah-belah hubungan Sunni dan Syiah. Mengapa? Karena, jika Sunni dan Syiah, Islam akan jaya. Ini sesuai dengan Pernyataan Prof. DR. Din Syamsuddin Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah.
_____________________________________
WAHABI ADALAH KHAWARIJ MASA KINI
Ibnu Mas'ud
Imam Ibn Abidin adalah seorang ulama’ yang sangat terkenal dalam dunia Islam sebagai pentahqiq mazhab Hanafi dan mufti besar kerajaan ‘Utsmaniyah. Beliau sempat menyaksikan kebangkitan gerakan Wahabi di zamannya. [Dalam sejarah Islam, gerakan ini telah menaklukkan al-Haramain sebanyak dua atau tiga kali sebelum runtuhnya Turki.
Beliau menggambarkan kedudukan gerakan Wahabi sebagai satu gerakan Khawarij yang mudah mengkafirkan umat Islam dan membunuh Ulama’ Ahli Sunnah dan Jama’ah. Siapa pun yang mengetahui konsep tauhid Wahabi secara terperinci, maka dia akan sedar kenapa tindakan menghukumi orang lain sebagai syirik atau kafir mudah berlaku dalam gerakan ini.
Kitab yang berjilid-jilid ini bertajuk “Radd al-Muhtar ‘ala al-durr al-mukhtar’ yang bermaksud “Mengembalikan Orang Yang Keliru ke atas Mutiara Terpilih”, dan dikarang oleh Imam Ibn Abidin. Kitab ini merupakan antara kitab fiqh mu’tamad dalam mazhab Hanafi.
Sedikit Terjemahan pada scan kitab yang bergaris merah sbb:
Bab: Berkenaan Pengikut-pengikut [Muhammad] Ibn Abdul Wahhab, Golongan Khawarij Dalam Zaman Kita.
…sebagaimana yang berlaku pada masa kita ini pada pengikut [Muhammad] Ibn Abdul Wahhab yang keluar dari Najd dan menaklukkan al-Haramain (Mekah dan Madinah) dan mereka bermazhab dengan mazhab al-Hanbali tetapi mereka beri’tikad bahwa hanya mereka sajalah orang Islam dan orang-orang yang bertentangan akidah dengan mereka adalah kaum Musyrik. Dengan ini mereka pun menghalalkan pembunuhan Ahli Sunnah dan pembunuhan ulama-ulama mereka sehingga Allah SWT mematahkan kekuatan mereka dan memusnahkan negeri mereka dan tentara Muslim berjaya menawan mereka pada tahun 1233 H..
Teka-teki
Walaupun nama penyebar paham Wahabi adalah Muhammad Ibn Abdul Wahhab, namun para ulama’ menamakan gerakan mereka sebagai Wahabiyah kerana istilah Muhammadiyah adalah untuk umat nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Namun begitu ada juga pengikut gerakan paham Wahabi yang menggunakan istilah Muhammadiyah, negara mana ya? Indonesia kah, dan apakah mungkin istillah Wahabiyah bertukar menjadi Salafiyah? Wallahu a’lam
__________________________________
GERAKAN SALAFI WAHABI – DANA ARAB SAUDI MENGALIR DERAS UNTUK TERORISME
Gerakan Wahabi di Indonesia dicurigai membawa misi untuk menghancurkan dan menguasai, baik teritori maupun ekonomi.
Di Indonesia tak hanya tanahnya yang subur, berbagai ideologi juga tumbuh subur, termasuk ideologi Wahabi. Apalagi gerakan Wahabi masuk dengan pola yang terorganisir rapi. Dana mereka juga cukup banyak. Simpati dari para pemilik dana itu mengalir sangat pesat dari Timur Tengah (Saudi).
“Mereka bekerjasama dengan percetakan, media, dan radio. Itu modal bagi paham apapun untuk bisa masuk dan tumbuh berkembang di sini,” ujar Habib Ali Hasan Bahar, mantan Ketua Habaib DKI Jakarta, kepada Moh Anshari dari Indonesia Monitor, Kamis (20/8).
Berikut ini petikan wawancara dengan alumunus Universitas Kerajaan Yordania yang kini aktif di Islamic Centre Kwitang dan UIN Jakarta itu.
Bagaimana awal kemunculan aliran Wahabi?
Wahabi itu diidentifikasi sebagai satu kelompok yang mengaku sebagai pengikut Muhammad bin Abdul Wahab. Kemunculannya di Jazirah Arab dimaksudkan untuk membersihkan akidah dari perilaku-perilaku syirik. Pencetusnya adalah Muhammad bin Abdul Wahab.
Bagaimana perkembangan Wahabi di Jazirah Arab?
Wahabi menguasai Mekah dan Madinah dengan berbagai cara, termasuk kekerasan melalui peperangan. Banyak ulama yang menjadi korban. Di Indonesia, sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama juga dilatarbelakangi oleh keinginan untuk menyelamatkan Mekah dan Madinah dari penguasaan Wahabi yang ekstrem itu. Sampai-sampai NU mengutus Komite Hijaz ke Mekah untuk memrotes gerakan Wahabi yang hendak menghilangkan makam Nabi Muhammad SAW yang dianggap oleh Wahabi sebagai tempat syirik.
Jadi, sejak awal kemunculannya, gerakan Wahabi sudah radikal dan ekstrem?
Kalau dibaca dari buku-buku sejarah Arab modern, memang para pengikut Wahabi memakai cara-cara yang disebut dengan istilah ‘Badui-Wahabi’, yakni cara-cara barbar, kekerasan, dan agresif. Seperti di Indonesia juga ada penghancuran kuburan dan diratakan dengan tanah. Karena menurut keyakinan mereka, itu sesat, bid’ah, dan syrik.
Kabarnya Wahabi dilahirkan oleh imprealis Inggris untuk memecah-belah kekuatan Islam?
Ya. Indikasinya memang kuat dugaan demikian itu. Seperti dimuat dalam Islam Online berbahasa Arab, edisi hari ini, Kamis (20 / 8), ada laporan sebuah pemyataan dari seorang da’i terkenal di Aljazair yang mengatakan bahwa gerakan Wahabi atau menurut penyebutan mereka Salafi-Wahabi merupakan buatan intelijen asing yang dibuat untuk menghancurkan madzab-madzab yang lain. Mereka menganggap orang yang berbeda dengan mereka sebagai kafir.
Mengapa mereka bisa begitu ekstrem dan radikal?
Mungkin karena Wahabi dilahirkan di tempat yang keras, maka kata-kata dan doktrin-doktrin yang digunakan juga keras. Banyak pemikiran-pemikiran yang dihasilkan oleh ulama-ulama mereka itu sangat keras, model pemikiran yang keras, mudah menuduh bid’ah, bahkan mudah mengafirkan, tidak toleran, kaku, dan literalis. Tidak menutup kemungkinan itu dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu, termasuk asing, untuk memojokkan Islam.
Bila awal kemunculan Wahabi diwarnai aksi-aksi perebutan dan penguasaan di Semenanjung Saudi Arabia, berarti lahirnya Wahabi bermotif politis-kekuasaan?
Kalau dibilang sejak awal kemunculan Wahabi bermotif politis-kekuasaan, bisa saja. Namun, kita husnu-zhon (berbaik sangka) saja bahwa lahirnya aliran ini bermotif keagamaan. Hanya saja ada kepentingan-kepentingan yang memanfaatkan gerakan tersebut, termasuk kepentingan asing. Saya rasa, bukan hanya di Arab Saudi, di mana pun juga sama, baik pihak asing maupun dalam negeri pasti akan memanfaatkan setiap kesempatan.
Kabarnya, di balik kemunculan Wahabi juga ada motif adanya motif untuk menguasai minyak?
Dugaan itu tidak sepenuhnya salah tapi juga tidak benar seratus persen. Artinya, dugaan itu memang ada benarnya. Bahwa kemudian kemunculan Wahabi itu membuat umat Islam terpecah itu dapat kita rasakan. Saya masih teringat satu buku yang ditulis oleh Sholeh Al-Wardani asal Mesir berjudul ‘Fatwa-fatwa bin Baz’. Buku itu mengritisi fatwa-fatwa Grand Mufti (Juru Fatwa Agung) Saudi Arabia Abdul Aziz bin Baz yang mengeluarkan fatwa untuk berjihad ke Afghanistan.
Apanya yang aneh dari fatwa itu ?
Kenapa fatwa itu memerintahkan berjihad ke Afghanistan, kenapa tidak ke Palestina? Itu menjadi tanda tanya besar. Nah, di buku itu dianalisa dan diduga bahwa di balik fatwa itu ada dikte dan intervensi atau arahan dari kepentingan tertentu (asing).
Menurut Anda, ada kepentingan apa di balik fatwa itu?
Kader-kader Wahabi yang berjihad ke Afghanistan itu sebenarnya hasil rekayasa intelijen Eropa Barat untuk menghabisi pengaruh komunisme Eropa Timur di Afghanistan. Afghanistan menjadi lahan pertempuran dua ideologi; ideologi Barat dan ideologi Timur. Sepertiya betul kesimpulan Sholeh Al-Wardani yang mengatakan bahwa sepertinya ada tangan-tangan tertentu yang menunjuk dan mengarahkan fatwa jihad Wahabi itu.
Bagaimana pola aliran Wahabi yang berkembang di Indonesia?
Indonesia adalah negara yang wilayahnya subur. Ditanami apa saja tumbuh. Gerakan apa pun yang masuk ke Indonesia bisa cepat tumbuh, apalagi gerakan tersebut masuk dengan pola yang baik dan rapi. Dana mereka juga cukup banyak. Simpati dari para pemilik dana itu mengalir dari Timur Tengah (Saudi Arabia) dan mengalir sangat pesat, sehingga itu cukup memudahkan kerja keras mereka. Mereka bekerja sama dengan percetakan, media, dan radio. Itu modal bagi paham apapun untuk bisa masuk dan tumbuh berkembang di sini.
Muhammadiyah sering di identikkan dengan Wahabi. Apakah berdirinya Muhammadiyah juga bagian dari proyek Wahabi di Indonesia?
Kita tidak bisa mengatakan seratus persen seperti itu. Tapi yang bisa kita buktikan memang kiblat dari mayoritas pengikut Muhammadiyah itu adalah mazhab Ahmad bin Hambal, sebagaimana Wahabi. Dan madzab ini pusatnya di Arab Saudi. Tapi saya melihat tokoh Muhammadiyah seperti Ahmad Dahlan itu masih belum sampai bercorak Wahabi melainkan lebih tepat ke pengikut Hambali. Sebab, Ahmad Dahlan sangat toleran, berbeda dengan ciri-ciri Wahabi (yang tidak toleran kepada mazhab Islam lainnya).
Bagaimana dengan HTI, JI, NII, Ikhwanul Muslimin, dan PKS yang disebut-sebut berideologi Wahabi?
Wahabi berbeda dengan Ikhwanul Muslimin. Bahkan keduanya berpolemik dalam banyak permasalahan. Demikian juga dengan Hizbut Tahrir. Bahkan, HTI dan Ikhwanul Muslimin dikafirkan oleh pengikut Wahabi.
Apakah masuknya gerakan Wahabi ke Indonesia membawa misi untuk penguasaan politik dan ekonomi, sama halnya di Afghanistan dan Arab Saudi?
Menurut Mohammed Arkoun (pemikir Islam kontemporer Maroko), dalam sepuluh tahun ke depan, Indonesia akan menjadi negara Islam terbesar dan terkuat dunia. Nah, tidak menutup kemungkinan, dikirimnya virus-virus paham ekstrem itu ke Indonesia bertujuan untuk menghancurkan negara ini hingga tinggal nama saja. Virus itu memang sengaja disebar dan disuntikkan untuk melumpuhkan kebesaran bangsa ini.
Sumber : Indonesia Monitor, Edisi 61 Tahun II/26 Agustus – 1 September 2009
Berita Selanjutnya bisa dilihat disini:
FO WAHABI
- PENGKHIANATAN PENGUASA SAUDI
- SIAPA SESUNGGUHNYA GOLONGAN AL-ASY’ARIYYAH ?
- PERJALANAN HIDUP SEORANG NED LAWRENCE
- PENIPUAN FIRANDA TERHADAP UMAT DAN KEDANGKALANNYA DI DALAM MEMAHAMI NASH HADITS DAN UCAPAN PARA ULAMA. BAG II
- PENIPUAN FIRANDA TERHADAP UMAT DAN KEDANGKALANNYA DI DALAM MEMAHAMI NASH HADITS DAN UCAPAN PARA ULAMA. BAG I
- KONFLIK ANTARA SYIAH YAMAN DENGAN SALAFI YAMAN
- SALAFI MELAWAN SALAFI - PERKEMBANGAN SALAFI DI INDONESIA DAN PERPECAHANNYA DIANTARA MEREKA
- WAHABI BERDUSTA ATAS NAMA IMAM SYAFI’I UNTUK MENCELA AJARAN TASHAWWUF – BAGIAN II
- WAHABI BERDUSTA ATAS NAMA IMAM SYAFI’I UNTUK MENCELA AJARAN TASHAWWUF
- HEBOH FIRANDA ANDIRJA ! BERHUJJAH DENGAN HUJJAH DUSTA DAN PALSU !
- KITAB REKAYASA WAHABI
- SOLIDARITAS AL-AZHAR DUKUNG MUFTI MESIR ATAS PELECEHAN KELOMPOK WAHHABI
JARAH WAHABI
- PENGKHIANATAN PENGUASA SAUDI
- PERJALANAN HIDUP SEORANG NED LAWRENCE
- KITAB REKAYASA WAHABI
- STANDARD GANDA TIGA VARIABEL - WAHABI, SAUDI DAN AMERIKA
- SAUDI MEMBANGUN REZIM ISRAEL DI KERAJAANNYA SENDIRI – MEMBONGKAR KONSPIRASI YAHUDI - SAUDI
- MEMBONGKAR KITAB REKAYASA WAHABI YANG DINISBAHKAN KEPADA IMAM NAWAWI
- SEJARAH BERDIRINYA KERAJAAN SAUDI-WAHHABI
- FAKTA-FAKTA ANEH DIBALIK KERAJAAN SAUDI
- PENGKHIANATAN RAJA SAUDI ATAS PALESTINA
- MENGUNGKAP PERSEKONGKOLAN WAHABI DAN PENGUASA SAUDI DALAM MENGHANCURKAN KHILAFAH
- DINASTI SA’UDI SATU TRAH DENGAN YAHUDI
- MENGENAL BERBAGAI MACAM GERAKAN ISLAM TRANSNASIONAL DI INDONESIA
Fatwa Genocida Palestina Oleh Rabbi Zionist dan Salafy Wahaby
Mendekati hari Al Quds pada jumat terakhir di bulan suci Ramadhan 1431H ini, Seorang Rabbi zionist telah membuat pernyataan yang kontroversial mengenai rakyat Palestina dan keberadaan mereka saat ia mengisi majelisnya di sebuah sinagog di kota jerusalem. Rabi tersebut berkata bahwa "Palestanian layak untuk di lenyapkan" sebagaimana seperti yang di lansir media media israel dan timur tengah ditengah upaya palsu mereka atas upaya perdamaian timur tengah.
Ovida Yosef berkata dengan lantang dan di siarkan media lokal bahwa : "Palestina dan para pemimpinnya harus di lenyapkan serta pantang bagi mereka untuk di kasihani"
Setelah sebelumnya dalam pernyataan terbukanya juga di tahun 2001 Rabi zionist ini juga mengatakan (bahasa halus menganjurkan) : "Adalah lebih baik bila kita kirimkan mereka rudal dan membinasakan mereka (rakyat palestina) karena mereka adalah masyarakat terkutuk"
Haaretz merekamnya :
Shas spiritual leader: Abbas and Palestinians should peris
Spiritual leader Rabbi Ovadia Yosef denounced upcoming peace talks with the Palestinians, which are set to start September 2 in Washington, and called for Palestinian Authority President Mahmoud Abbas to "perish from this world," Army Radio reported overnight Saturday.
"Abu Mazen and all these evil people should perish from this world," Rabbi Ovadia was quoted as saying during his weekly sermon at a synagogue near his Jerusalem home. "God should strike them with a plague, them and these Palestinians."
The Shas spiritual leader also called the Palestinians "evil, bitter enemies of Israel" during his speech, which is not the rabbi's first sermon to spark controversy.
In 2001, the spiritual leader of the ultra-Orthodox faction gave a speech in which he also called for Arabs' annihilation.
"It is forbidden to be merciful to them," he was quoted as saying. "You must send missiles to them and annihilate them. They are evil and damnable."
The Palestinian Authority had condemned the speech as racist and inciteful.
Meanwhile, Interior Minister Eli Yishai, also from Shas, earlier this week also remarked on the forthcoming peace talks with the Palestinians, saying that Shas would oppose extending the West Bank settlement building freeze due to expire in late September.
Yishai has suggested that Israel would continue construction in the main settlement blocs likely to remain part of Israel in the framework of a peace deal, but freeze construction in outposts or more remote settlements.
Namun yang menarik fatwa Anjuran ini sebelumnya juga di dukung oleh Ulamanya Wahaby Asy Syaikh Muqbil bin Haadi seorang ulama jebolan lajnah daimmah yang dilansir dari situs mereka salafy.or.id
Hamas adalah kelompok jihad yang menyimpang
Asy Syaikh Muqbil bin Haadi
Pertanyaan : Bagaimana pendapat Anda tentang kelompok Jihad Islam dan pergerakan Hamas di tanah Arab Palestina yang kini dijajah ?
Jawaban : (Maka Syaikh Muqbil menjawab dalam Tuhfatul Mujiib 145), "Semoga Allah merahmatinya, perihal Hamas, maka (Hamas) ini merupakan suatu Hizbi/Kelompok. Mereka tidak memerintahkan kebajikan dan mereka tidak mencegah dari kemungkaran. Justru mereka menyalahkan dan menghalangi Ahlus Sunnah.
Dan jika mereka menerima bantuan atau pertolongan, maka sungguh akan melakukan seperti yang dilakukan dalam Afghanistan (atas Ahlussunnah), dengan masing-masingnya memutar senjata mesin dan meriam mereka (Hamas) menyerang pada yang lain (Ahlusunnah).
Artikel asli :
سئل
الشيخ مقبل رحمه الله كما في تحفة المجيب ص 145:" ما رأيكم في الجهاد
الإسلامي وحركة المقاومة الإسلامية حماس في الأراضي العربية المحتلة في
فلسطين فأجاب رحمه الله تعالى :أما جماعة حماس فهي جماعة حزبية لا تأمر
بمعروف ولا تنهى عن منكر
وتنكر على أهل السنة ولو حصل لهم نصر لفعلوا كما فُعل في أفغانستان يوجه بعضهم إلى بعض المدفع والرشاش لأنهم ليسوا على قلب واحد
(Artikel asli http://www.sahab.net/sahab/showthread.php?s=67a40fb39254725e880dec4bf1b75df6&threadid=295768. تحفة المجيب ص 145:)
Innalillah..
_____________________________________
Kesimpulannya:
Bahwa Disini Keduanya Bukti Yang Kuat Antara Syiah Yasir Al-Habib Londoni dan Wahabi Sama-Sama Menghalalkan Darah Muslim (Genoksida) Sekaligus Pembantu Israel dan AS .
Wassalam
(Dari Berbagai Sumber/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email