Mulla Shadra, dalam bukunya itu memiliki banyak peringkat penjelasan tentang hakikat/ada’ yang umum diketahui orang tentang konsepnya tentang wahdatul wujudnya adalah bahwa wujud itu memiliki satu makna.
Pohon ada, manusia ada, air ada…dst, menggambarkan adanya dua hal, ada dan kepohonan pohon yang biasa disebut esensi. Jadi, setiap sesuatu yang terbatas memiliki 2 hal, ada dan esensinya, sekarang, ada itu yang ditanyakan, memiliki satu makna atau banyak makna sebanyak esensinya?
Dengan argument yang panjuga lebar dibuktikan memiliki “satu makna”, karena lawannya juga satu maknya, yakni “tiada”.karena kalau “tiada” memiliki banyak makna, berarti berbeda dan yang berbeda pasti “ada”, bukan “tiada”.
Dengan demikian, karena “tiada” itu satu dan dia lawan “ada”, maka berarti “ada” ini juga satu.
Inilah yang disebut dengan “Wahdatulwujud” dalam filasafat Mulla Shadra. Dari sinilah teori ini mengepakkan sayapnya ke-mana-mana.
Seperti Gradasi Wujud, …dst. Dari teori ini, dapat dipahami bahwa Wujud ini satu, tetapi dalam satunya itu bergradasi dan bertingkat. dimana yang tertingginya adalah Tuhan sebagai wujud yang tidak terbatas. di sini wujud, dalam satunya terdapat banyak,dan dalam banyaknya terikat dengan satu makna. Tetapi wahdatul wujud dalam irfan, adalah wujud itu hanya satu dan tidak ada tingkatan di dalamnya.
Dalam teori irfan wujud itu hanya satu dan tidak bertingkat, Dialah Allah, dan yang lainnya tidak ada, karena mereka hanya esensi belaka.
Jadi, wujud esensi yang dikira milik esensi dalam filsafat, dalam irfan adalah milik Tuhan. Jadi, esensi tidak ada, dan yang ada hanya Dia.
(Muslim-Syiah/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email