Al-Quran dan riwayat-riwayat nabawi menjelaskan bahwa orang-orang Yahudi menyakini Jibril telah berkhianat dalam menyampaikan risalah. Karena Allah SWT memerintahkannya untuk menetapkan kenabian pada keturunan Israil, akan tetapi ia menentang perintah Allah dan memberikan kenabian pada keturunan Ismail.
Dengan demikian orang-orang Yahudi menganggap Jibril sebagai musuhnya, dan kalimat “khana al-Amin” (Jibril Sang Penghianat), mereka jadikan sebagai slogan. Oleh karena itu Quran dalam ayatnya membantah tuduhan mereka dan memperkenalkan Jibril sebagai al-Ruh al-Amin.
نَزَلَ بِهِ الرُّوحُ الْأَمينُ عَلى قَلْبِكَ لِتَكُونَ مِنَ الْمُنْذِرينَ
“Ar-Ruh al-Amin (Jibril) telah menurunkannya,ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan”[1].
Dalam ayat lain juga mengatakan;
قُلْ مَن كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَإِنَّهُ نَزَّلَهُ عَلَى قَلْبِكَ بِإِذْنِ اللهِ
“Katakanlah, “Barang siapa yang menjadi Jibril sebagai musuhnya, maka Jibril itu telah menurunkannya (Al-Qur’an) ke dalam hatimu dengan izin Allah“[2].
Kedua ayat di atas beserta tafsirannya menjelaskan bahwa sekelompok orang-orang Yahudi memusuhi Jibril dan mengenalnya sebagai malaikat azaab (penyiksa) serta menuduhnya telah berkhianat dalam menyampaikan risalah.
Dengan demikian akar umbi dari slogan khana al-Amin (Jibril Sang Pengkhianat) merupakan khurafat kaum Yahudi. Kemudian sebagian orang-orang bodoh yang membenci syi’ah menisbatkan klaim-klaim orang-orang Yahudi kepada syi’ah.
Konsep Kenabian dalam Syi’ah
Syi’ah sebagai mazhab yang mengikuti al-Quran, sunnah Rasulullah dan Ahlulbaitnya tidak hanya menyakini Muhammad bin Abdullah sebagai utusan rahmatan lil alamin. Bahkan menyakininya sebagai penutup para Nabi dan utusan Tuhan yang paling agung.
Imam Ali as dalam salah satu perkataanya mengatakan;
واشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله، خاتم النبيين وحجة الله على العالمين
“Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Dan Muhammad itu adalah hamba dan Rasul-Nya, penutup para Nabi dan Hujjah Allah untuk alam semesta”[3].
Imam Ja’far Shadiq as juga mengatakan;
لم يبعث الله عزوجل من العرب الا خمسة انبياء: هودا و صالحا و اسماعيل و شعيبا و محمدا خاتم النبيين صلى الله عليه وآله وسلم
“Allah SWT dari seluruh orang arab hanya mengangkat lima orang Nabi; Hud, Shalih, Ismail, Syu’aib dan Muhammad penutup para Nabi”[4].
Riwayat di atas membantah tuduhan-tuduhan yang dinisbatkan kepada syi’ah. Dan memperkenalkan Muhammad bin Abdullah Saw sebagai Nabi terakhir[5].
Dengan demikian orang-orang syi’ah menyakini Jibril telah melaksanakan amanatnya dalam menyampaikan risalah. Dan menyakini Muhammad bin Abdullah sebagai Nabi terakhir serta Ali bin Abi Thalib sebagai wasi dan penggantinya.
Di sini kami akan membawakan sebuah hadits yang disepakati syi’ah dan ahlisunnah yang banyak disebutkan dalam kitab-kitab mu’tabar mereka. Hadits ini dikenal dengan hadits manzilah, yang mana Rasulullah Saw setelah menjelaskan akhir kenabiannya, memperkenalkan Ali sebagai wasi dan penggantinya.
Rasulullah Saw berkata kepada Ali as;
اما ترضى ان تكون مني بمنزلة هارون من موسى الا انه لا نبي بعدي
“Tidakkah engkau ridho dengan mempunyai kedudukan di sisiku, sama seperti kedudukan Harun di sisi Musa (yakni; sebagaimana Harun wasi dan khalifah Musa, maka kamu juga wasi dan khalifah setelahku), hanya saja tidak ada lagi Nabi setelahku”[6].
Para muhadits syi’ah maupun sunni mensepakati keotentikan sanad hadits manzilah, dan merupakan bukti tentang kebenaran pendapat syi’ah dalam dua hal di bawah ini;
1. Muhammad bin Abdullah Saw adalah utusan paling mulia dan penutup para Nabi, yang diutus untuk semesta alam.
2. Ali bin Abi Thalib as adalah wasi, pengganti Nabi Saw dan pemimpin kaum muslimin setelah Rasulullah Saw.
Referensi:
[1] Asy-Syu’ara’, ayat 193-194.
[2] Al-Baqarah, ayat 97.
[3] Nahj al-Sa’adah, jilid 1, hal. 188, cetakan Bairut. Al-Kafi, jilid 8, hal. 67, cetakan ke-2 tahun 1389H.
[4] Bihar al-Anwar, jilid 11, hal. 42, cetakan ke-2 tahun 1403 Bairut.
[5] Untuk mengetahui lebih dalam tentang riwayat-riwayat yang menunjukan khatamiat risalah Nabi Saw menurut pendapat syi’ah , silahkan merujuk pada kitab Mafahim al-Quran, karya Ja’far Subhani.
[6] Berikut sebagian dari reperensi hadits di atas;
1. Shahih Bukhari, jilid 6, hal. 3, cetakan Mesir, bab Gazwa Tabuk.
2. Sahih Muslim, jilid 7, hal. 120, cetakan Mesir, bab Fadhail Ali as.
3. Sunan Ibn Majah, jilid 1, hal. 55, cetakan Mesir, bab Fadhail ashab al-Nabi Saw.
4. Mustadrak al-Hakim, jilid 3, hal. 109, cetakan Bairut.
5. Musnad Ahmad, jilid 1, hal. 170, 177, 179, 182, 184, 185, dan jilid 3, hal. 32.
6. Shahih Turmuzi, jilid, 5, hal. 21, cetakan Bairut, bab Manaqib Ali bin Abi Thalib.
7. Manaqib, Ibn Magazili, hal. 27, cetakan Bairut.
8. Bihar al-Anwar, jilid 37, hal. 254, cetakan Bairut.
9. Ma’ani al-Akhbar, Shaduq, hal. 74, cetakan Bairut.
10. Kanz al-Fawaid, jilid 2, hal. 168, cetakan Bairut.
(Muslim-Syiah/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email