Mari kita baca hadis ini dengan teliti dan kita nilai sendiri apakah mungkin kata-kata demikian telah diucapkan oleh Nabi Muhammad. Hadis ini ada di kitab Shahih Muslim dan ditulis pada bagian’Pentingnya Mengikuti Mayoritas Umat’. Diriwayatkan oleh Hudzaifah bin Yaman bahwa Nabi Muhammad berkata “ Akan datang penguasa-penguasa setelahku yang tidak menaati petunjukku, Melaksanakan sunnahku. Hati mereka setan tetapi tubuh mereka berwujud manusia.” Aku bertanya, “Apa yang harus aku lakukan jika aku berada saat itu?” Nabi Muhammad berkata “ Engkau harus mendengar mereka dan menanti pemimpin pemimpin itu. Walaupun mereka menyakitimu dan merampas hartamu, engkau harus mengikuti dan menaati mereka.”[1]
Hadis ini hanyalah sebuah contoh. Masih ada lebih dari 12 hadis yang sama dengan hadis ini pada bagian pembahasan yang sama di Shahih Muslim. Siapakah yang menyatakan bahwa hadis ini shahih bagi kita? Bukankah mereka adalah orang-orang yang ingin menjadikan kerajaan mereka kuat dan terbebas dari kemungkinan ada penentangnya? Pendapat apapun yang bertentangan dengan ucapan Nabi yang dibuat buat tadi, dan orang-orang yang bertentangan dengannya akan dihukum mati.
Di hadis lain pada bagian selanjutnya pada hadis Shahih Muslim, Nabi telah memerintahkan untuk membunuh orang-orang yang tidak menaati penguasa-penguasa zalim ini. Mari kita lihat asal kitab-kitab ini dan siapa yang mengendalikan penulisannya. Muawiyah adalah orang pertama yang tertarik ingin menulis sejarah dan mengumpulkan hadis-hadis palsu. la mendapatkan sebuah sejarah masa lalu yang ditulis oleh seorang bernama Ubaid yang ia panggil dari Yaman.
Marwan yang telah diasingkan oleh Nabi Muhammad karena kegiatan-kegiatan anti Islamnya dan yang memiliki pengaruh besar pada Utsman, adalah musuh bebuyutan Ali. Putranya, Abdul Malik naik tahta pada tahun 65 H mengangkat dirinya sendiri pada tahun 73 dan meninggal pada tahun 86. Abdul Malik adalah salah satu orang yang melalui sumbangannya, serangkaian sejarah Islam, hadis, dan tafsir Quran diberikan.
Zuhri adalah sejarahwan pertama yang menulis sejarah Islam atas perintah dan pembiayaan langsung dari Abdul Malik. la juga menulis kumpulan hadis. Karya Zuhri adalah salah satu sumber utama hadis-hadis Bukhari. Zuhri sangat dekat dengan keluarga bangsawan Abdul Malik, dan guru bagi putra-putranya.[2] Dua orang murid Zuhri yang bernama Musa bin Uqbah dan Muhammad bin Ishaq menjadi sejarahwan terkenal. Musa dulunya adalah seorang budak di rumah Zubair. Meskipun sejarahnya sekarang tidak ada karyanya merupakan karya yang terkenal untuk waktu yang lama. Anda akan menemukan referensi-referensinya di
banyak buku-buku sejarah dengan pembahasan yang berbeda-beda.
Murid kedua, Muhammad bin Ishaq adalah sejarahwan terkemuka bagi kaum Sunni. Biografi Nabi karyanya, berjudul ‘Sirah Rasulullah’ masih menjadi sumber sejarah yang diakui dalam bentuk yang diberikan oleh Ibnu Hisyam, dan dikenal sebagai Sirah ibn Hisyam. Zuhri adalah orang pertama yang menyusun hadis seluruh sejarah dan kitab Sunni ditulis setelahnya oleh orang-orang yang berpengaruh dalam karya-karya ini.[3]
Penjelasan diatas memberi bukti pada fakta-fakta berikut;
1. Kitab sejarah kaum Sunni pertama kali disusun atas perintah langsung dari Dinasti Umayah
2. Penulis pertama adalah Zuhri, lalu dilanjutkan oleh kedua muridnya, Musa dan Muhammad bin Ishaq
3. Para penulis ini sangat dekat dengan keluarga Dinasti Umayah.
Kebencian keluarga Umayah kepada Bani Hasyim (keluarga Nabi Muhammad dan Ali bin Abi Thalib) sangat terkenal. Perang antara Abu Sufyan dengan Nabi Muhammad di Karbala oleh cucu Abu Sufyan, hanya beberapa perkara kejahatan paling utama dari sederetan kejahatan lain. Penjahat-penjahat inilah yang pertama kali menuliskan kitab-kitab sejarah dan hadis. Mereka memalsukan hadis untuk membenarkan tindakan mereka dan menyatakan bahwa Nabi telah memerintahkan untuk menaati mereka walau mereka zalim. Kutipan ini hanya salah satu contoh hadis di atas.
Siapa orang pertama yang memakai istilah ’Ahlussunnah wal Jamaah’? Jika diteliti dalam kitab-kitab sejarah, akan ditemukan bahwa mereka sepakat menyebut saat-saat ketika Muawiyah merampas kekuasaan dengan sebutan ‘tahun al-Jama’ah’ yang artinya mayoritas umat. Disebut demikian karena negara Islam terbelah menjadi dua golongan setelah Wafatnya Utsman, yaitu, Syiah Ali dan Syiah Muawiyah (Sunni sekarang). Ketika Imam Ali syahid dan Muawiyah mengambil alih kekuasaan, tahun itu disebut ‘tahun Jama’ah’ selain dua golongan ini, umat yang dipimpin Muawiyah memenangkan kekuasaan, dan golongan lain dianggap sebagai saingan yang berbahaya.
Oleh karenanya, istilah ‘Ahlulssunnah wal Jamaah’ menunjukkan sunnah Nabi yang dibuat-buat oleh Muawiyah dan kesepakatan akan kepemimpinannya. Para Imam dan anggota Ahlulbait yang merupakan keturunan Nabi Muhammad, lebih mengetahui sunnah kakek mereka serta semua yang menyertainya dari pada orang lain, sebagaimana pepatah menyatakan; “Orang Mekkah lebih mengetahui jalannya dari pada orang lain.” Tetapi banyak orang tidak mengikuti 12 Imam yang telah disebutkan Nabi Muhammad tentang jumlah mereka (sebagaimana dalam Shahih alBukhari) dan nama-nama mereka (sebagaimana dalam Yanabi al-Mawaddah oleh Qunduzi Hanafi).
Meskipun Bukhari dan Muslim mengakui 12 Imam itu, mereka senantiasa berhenti pada empat khalifah.
Catatan Kaki:
1. Referensi hadis Sunni: Shahih Muslim, Bab Imarah (Bab 33, untuk versi bahasa Arab) bagian mengenai ‘Pentingnya Mengikuti Mayoritas Umat’, edisi 1980, versi bahasa Arab (Saudi Arabia), jilid 3, hal. 1476, hadis 52.
2. As-Sirah Nabawiyyah, Syilbi, sejarahwan Sunni terkemuka, bag. l, hal. 13-17.
3. Lihat Sirah Nabawiyyah, Syilbi, bag.l, hal. 13-17.
(Syiah/Ahlus Sunnah/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email