Pesan Rahbar

Home » » Rusia Mengaku Terkejut dengan Tuntutan Diplomat AS

Rusia Mengaku Terkejut dengan Tuntutan Diplomat AS

Written By Unknown on Wednesday 22 June 2016 | 20:24:00

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan pihaknya masih tidak habis pikir dengan tuntutan yang diajukan oleh para diplomat Amerika Serikat.. (Foto: Istimewa)

Pemerintah Rusia mengaku masih tidak habis pikir dengan tuntutan yang diajukan oleh para diplomat Amerika Serikat (AS). Beberapa waktu lalu, Puluhan diplomat AS menandatangani sebuah memo yang berisi desakan untuk melakukan serangan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad.

"Panggilan untuk solusi militer guna menyelesaikan konflik Suriah oleh sekelompok diplomat AS adalah sesuatu yang mengejutkan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.

"Kami benar-benar dikejutkan dengan kenyataan bahwa karyawan Departemen Luar Negeri AS menandatangani surat soal skenario militer untuk melakukan serangan terhadap Suriah, skenario militer memecahkan masalah Suriah harus dilaksanakan," katanya.

Zakharova, seperti dilansir Itar-tass pada Rabu (22/6), menambahkan, satu hal yang paling membuat dia dan pemerintah Rusia terkejut adalah memo itu disampaikan oleh para diplomat. Dimana, menurut Zakharova, para diplomat harusnya lebih paham bahwa diplomasi lebih baik dari senjata.

"Kami terkejut oleh hal ini, karena ditandatangani oleh diplomat, yaitu, orang-orang yang harus berurusan dengan penyelesaian politik damai," imbuhnya.

Sebelumnya diberitakan, lebih dari 50 diplomat Departemen Luar Negeri AS telah menandatangani memo internal tajam yang mengecam kebijakan AS di Suriah. Mereka mendesak Pemerintah AS melakukan serangan militer terhadap rezim Presiden Assad.

Tujuannya, untuk menghentikan pelanggaran gencatan senjata di negara yang dilanda perang saudara itu. Memo ”dissent channel cable" itu ditandatangani oleh 51 pejabat menengah hingga tinggi di Departemen Luar Negeri AS yang terlibat dengan memberi nasihat tentang kebijakan AS tentang krisis Suriah.

(Itar-Tass/Sindo-News/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Share this post :

Post a Comment

mohon gunakan email

Terkait Berita: