Komisioner Uni Eropa Johannes Hahn menuding Erdogan sengaja menciptakan kudeta sebagai alasan untuk menghabisi kaum pembangkang.
Tidak sampai sepekan setelah usaha kudeta akhirnya digagalkan Jumat pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan langsung melakukan pembersihan mengerikan terhadap semua pihak dianggap bisa mengancam rezimnya. Dia memang telah bersumpah buat menumpas kelompok antirezim dia cap kanker.
Hingga artikel ini dilansir, pemerintahan Erdogan telah memecat 21 ribu guru, memberhentikan 15 ribu pegawai di Kementerian Pendidikan, dan memerintahkan pemberhentian 1.557 dekan di semua universitas di Turki, seperti dilansir TRT, stasiun televisi milik pemerintah.
Kantor berita resmi Anadolu melaporkan 399 karyawan di Kementerian Keluarga dan Kebijakan Sosial telah diberhentikan. Pemerintah Turki juga telah mencopot 2.745 hakim setelah Dewan Tinggi Hakim dan Jaksa menggelar pertemuan darurat.
Pemberhentian massal juga terjadi atas 30 dari 80 gubernur, sembilan ribu polisi, 8.777 pegawai di Kementerian Dalam Negeri, 1.500 karyawan Kementerian Keuangan, 257 staf di kantor perdana menteri, sedikitnya seratus orang di MIT (dinas intelijen Turki), dan 492 pegawai Kementerian Agama.
Dalam hitungan jam setelah kudeta gagal, rezim Erdogan telah menahan 103 jenderal, 29 kolonel, dan hampir tiga ribu serdadu. Sepertiga dari total jenderal di angkatan udara dan angkatan laut ditahan.
Bersih-bersih mengerikan ini merupakan bagian dari upaya Erdogan untuk mencabut pengaruh ulama Fethullah Gulen dalam beragam institusi negara.
Uni Eropa dan Amerika Serikat sangat prihatin dengan pembersihan mengerikan dilakoni rezim Erdogan.
Komisioner Uni Eropa Johannes Hahn menuding Erdogan sengaja menciptakan kudeta sebagai alasan untuk menghabisi kaum pembangkang. "Kenyataannya, daftar surat perintah penangkapan sudah ada tidak lama setelah kudeta gagal mengisyaratkan hal itu telah disiapkan sebelumnya dan mesti digunakan pada momen tepat," katanya.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan gelombang penangkapan dan perlakuan tidak manusiawi terhadap mereka merupakan tindakan amat sangat memprihatinkan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry memperingatkan pembersihan besar-besaran oleh rezim Erdogan ini bisa membikin Turki dikeluarkan dari keanggotaan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) karena melanggar hak asasi manusia.
Para pejabat Uni Eropa juga mengingatkan perundingan soal keinginan Turki masuk ke organisasi itu bakal dihentikan bila hukuman mati diberlakukan lagi. Erdogan kemarin bilang bakal memutuskan hukuman mati kepada sekitar seratus perencana kudeta. "Bila rakyat memang menginginkan," ujarnya.
Turki sudah tidak menghukum mati orang sejak 1984 dan hukuman jenis ini secara hukum dihapuskan pada 2004 sebagai bagian dari upaya Turki bergabung ke Uni Eropa.
(TRT/The-Independent/The-Telegraph/Washington-Post/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Metin Dogan, lelaki Turki nekat rebah di depan sebuah tank untuk menghentikan tentara menguasai Bandar Udara Ataturk di Kota Istanbul, Turki, saat usaha kudeta berlangsung, Jumat, 16 Juli 2016. (Foto: SWNS.com)
Tidak sampai sepekan setelah usaha kudeta akhirnya digagalkan Jumat pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan langsung melakukan pembersihan mengerikan terhadap semua pihak dianggap bisa mengancam rezimnya. Dia memang telah bersumpah buat menumpas kelompok antirezim dia cap kanker.
Hingga artikel ini dilansir, pemerintahan Erdogan telah memecat 21 ribu guru, memberhentikan 15 ribu pegawai di Kementerian Pendidikan, dan memerintahkan pemberhentian 1.557 dekan di semua universitas di Turki, seperti dilansir TRT, stasiun televisi milik pemerintah.
Kantor berita resmi Anadolu melaporkan 399 karyawan di Kementerian Keluarga dan Kebijakan Sosial telah diberhentikan. Pemerintah Turki juga telah mencopot 2.745 hakim setelah Dewan Tinggi Hakim dan Jaksa menggelar pertemuan darurat.
Pemberhentian massal juga terjadi atas 30 dari 80 gubernur, sembilan ribu polisi, 8.777 pegawai di Kementerian Dalam Negeri, 1.500 karyawan Kementerian Keuangan, 257 staf di kantor perdana menteri, sedikitnya seratus orang di MIT (dinas intelijen Turki), dan 492 pegawai Kementerian Agama.
Dalam hitungan jam setelah kudeta gagal, rezim Erdogan telah menahan 103 jenderal, 29 kolonel, dan hampir tiga ribu serdadu. Sepertiga dari total jenderal di angkatan udara dan angkatan laut ditahan.
Bersih-bersih mengerikan ini merupakan bagian dari upaya Erdogan untuk mencabut pengaruh ulama Fethullah Gulen dalam beragam institusi negara.
Uni Eropa dan Amerika Serikat sangat prihatin dengan pembersihan mengerikan dilakoni rezim Erdogan.
Komisioner Uni Eropa Johannes Hahn menuding Erdogan sengaja menciptakan kudeta sebagai alasan untuk menghabisi kaum pembangkang. "Kenyataannya, daftar surat perintah penangkapan sudah ada tidak lama setelah kudeta gagal mengisyaratkan hal itu telah disiapkan sebelumnya dan mesti digunakan pada momen tepat," katanya.
Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan gelombang penangkapan dan perlakuan tidak manusiawi terhadap mereka merupakan tindakan amat sangat memprihatinkan.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry memperingatkan pembersihan besar-besaran oleh rezim Erdogan ini bisa membikin Turki dikeluarkan dari keanggotaan NATO (Pakta Pertahanan Atlantik Utara) karena melanggar hak asasi manusia.
Para pejabat Uni Eropa juga mengingatkan perundingan soal keinginan Turki masuk ke organisasi itu bakal dihentikan bila hukuman mati diberlakukan lagi. Erdogan kemarin bilang bakal memutuskan hukuman mati kepada sekitar seratus perencana kudeta. "Bila rakyat memang menginginkan," ujarnya.
Turki sudah tidak menghukum mati orang sejak 1984 dan hukuman jenis ini secara hukum dihapuskan pada 2004 sebagai bagian dari upaya Turki bergabung ke Uni Eropa.
(TRT/The-Independent/The-Telegraph/Washington-Post/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email