Turis arab di Puncak. (Foto: merdeka.com/muhammad lutfhi rahman)
Aroma budaya Arab di kawasan Puncak Bogor Jawa Barat semakin terasa kuat. Hal itu ditandai oleh beberapa fenomena kawin kontrak dan maraknya adat-istiadat berbau Arab yang mulai dianut masyarakat sekitar.
Sosiolog Musni Umar menyatakan perlu adanya perlawanan terhadap dominasi budaya Timur Tengah itu. Peran pemerintah sangat penting dalam proses perlawanan melalui penguatan budaya lokal.
"Budaya mereka itu (Arab) juga harus dilawan dengan adanya penguatan budaya lokal. Barangkali itu tugas pemerintah, tokoh agama, tokoh masyarakat dan cendekiawan untuk memberi nilai-nilai kepada masyarakat kita agar tidak jadi korban," kata Musni Umar saat dihubungi merdeka.com, Sabtu (13/9/14).
Wakil Rektor Universitas Ibnu Chaldun Jakarta ini menjelaskan persoalan akulturasi budaya tidak bisa untuk dicegah. Namun, masyarakat harus diberi pendidikan agar mampu menyaring unsur-unsur negatif yang datang dari budaya lain.
"Akulturasi budaya dengan masyarakat lokal itu sama sekali tidak bisa kita hindari. Pemerintah wajib memperkuat identitas lokal dengan pengetahuan yang terus-menerus bukan melarang tapi mencegah hal-hal negatif," terang dia.
Masih menurutnya, unsur-unsur negatif budaya Arab ini belum tentu disadari oleh Pemerintah Indonesia. Puluhan tahun ke depan dimungkinkan muncul generasi yang tak jelas identitas keluarganya.
"Persoalannya apakah ini sudah disadari atau belum. Dampaknya ke depan, 20 tahun lagi lahir generasi yang tidak jelas orang tuanya, dalam arti akibat kawinnya tidak jelas, anak akan kehilangan harga diri dan identitas," pungkas dia.
(Merdeka/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email