Sadam Hussein di Perang Iran-Irak (Foto: AFP)
Tepat di tanggal ini, pada 1980, sejarah kelam terkait perang antara Iran dan Irak terjadi. Jet tempur Irak dilaporkan membombardir terminal minyak mentah Iran di Pulau Kharg.
Menurut keterangan Pemerintah Iran, apa yang dilakukan Irak sangat keterlaluan. Sebab, kegiatan ekspor minyak mentah di lepas pantai Barat Laut itu terganggu dalam waktu yang tak bisa ditentukan.
Akhirnya peristiwa ini memicu perang besar. Selama 3 hari, negara bertetangga itu, terlibat pertempuran sengit yang tak bisa terhindarkan.
Perang tersebut terpusat di perbatasan Iran dan Irak. Keadaan di wilayah itu semakin diperparah kala Presiden Irak Saddam Hussein memerintahkan militernya untuk terus membom pasukan Iran.
Kondisi menyeramkan tak hanya terjadi di wilayah perbatasan. Pertempuran juga berlangsung di perairan Shatt al-Arab. Jalur laut itu merupakan salah satunya akses bagi Irak untuk mencapai Teluk Persia.
Irak diketahui sudah sejak lama mengingkan Shatt al-Arab. Dia menyebut wilayah yang ia inginkan ini dapat menjadi penanda jelas perbatasan Irak-Iran.
Permintaan Irak untuk menguasai wilayah itu memang dilaksanakan dengan sangat serius. Mereka pun menyebut di hari-hari ke depan Militer Irak berpotensi untuk menambah serangannya.
"Tanpa ada keraguan kami akan memperluas perang ini demi mencapai tujuan yang kami inginkan meskipun ada tekanan dari pihak internasional," ucap Panglima Militer Irak, Jenderal Adnan Khairalla, seperti dikutip dari BBC History, Kamis (23/9/2015).
Pertikaian antara Iran-Irak mulai memanas sejak akhir medio 1970-an. Tensi panas dimulai saat pemimpin Revolusi Islam Iran, Ayatollah Ruhollah Khomeini merebut kekuasaan di Negeri Para Mullah dari tangan Shah Reza Pahlavi.
Selain peristiwa ini ditanggal yang sama pada 2013, gempa besar mengguncang Pakistan. Sebanyak 327 orang menjadi korban jiwa bencana alam ini.
Tidak hanya itu, masih di tanggal 24 September di tahun 1973, salah satu negara di Afrika Guinea Bissau resmi merdeka. Kemerdekaan negara tersebut direbut dari Portugal.
(AFP/Liputan-6/Berbagai-Sumber-Lain/ABNS)
Post a Comment
mohon gunakan email